Tabel 2. Target peningkatan produksi beras dengan memanfaatkan lahan
terlantar. Target Lahan 20% lahan Produksi Provinsi peningkatan terlantar dimanfaatkan gabah (juta ton beras) (ha) (ha) (ton GKG) Jatim 0,91 9.867 1.973 3.947 Jabar 0,27 13.318 2.664 5.327 Sulsel 0,25 198.405 39.681 79.362 Jateng 0,23 4.896 979 1.958 Lampung 0,08 86.792 17.358 34.717 Sumsel 0,08 722.183 144.437 288.873 NTB 0,04 56.094 11.219 22.438 NAD 0,02 437.518 87.504 175.007 Sumut 0,05 241.193 48.239 96.477 Sumbar 0,03 299.839 59.968 119.936 DIY 0,01 675 135 270 Banten 0,04 24.406 4.881 9.762 Bali 0,01 425 85 170 Kalbar 0,04 2.211.335 442.267 884.534 Kalsel 0,03 276.311 55.262 110.524 Gorontalo 0,01 82.790 16.558 33.116 Total 2,10 4.666.047 933.210 1.866.418 M asyarakat dunia kini memberi perhatian khusus pada pe- nyakit degeneratif seperti kanker, jantung koroner, dan diabetes me- litus (DM). Prevalensi atau kejadian DM meningkat pesat. Pada Hari Diabetes bulan November 2006 lalu, dilaporkan bahwa penderita DM di Indonesia telah mencapai 14 juta jiwa. DM adalah penyakit yang tidak dapat sembuh total dan berhubung- an erat dengan gaya hidup masya- rakat modern. Namun, penderita DM tetap dapat hidup nyaman bila dapat mengatur pola makan dan memilih jenis pangan yang tepat. Saat ini telah beredar berbagai jenis produk pangan bagi diabetesi (istilah bagi penderita DM); indikasinya antara lain dalam kemasan tercan- tum indeks glikemik rendah. Apa Sehat dengan Pangan Indeks Glikemik Rendah Pangan mempunyai peran ganda dalam kesehatan. Pola makan yang benar dapat meningkatkan kesehatan, serta dalam bahan pangan terkandung zat yang berkhasiat obat. Sebaliknya, pola makan yang salah dapat menurunkan kesehatan, bahkan menimbulkan berbagai penyakit. yang dimaksud dengan indeks gli- kemik dan perannya dalam kehi- dupan, terutama dalam mengen- dalikan penyakit DM dan obesitas diuraikan berikut ini. Diabetes Melitus Diabetes melitus, disebut juga penyakit gula atau kencing manis, merupakan penyakit kronis yang dicirikan dengan peningkatan kadar gula darah di atas normal (kadar gula sesaat >200 mg/dl). Kondisi ini merupakan akibat dari kekurang- an insulin, baik absolut maupun relatif, dan atau resistensi insulin sehingga metabolisme karbohidrat terganggu. DM termasuk salah satu problem kesehatan utama dunia. Hasil survei WHO menunjukkan In- donesia menempati urutan ke-4 de- ngan penderita DM terbanyak di dunia setelah India, Cina, dan Ame- rika Serikat. DM adalah ibu dari segala pe- nyakit dan dapat diderita oleh se- mua tingkat usia. Penderita DM kronis yang tidak ditangani dengan baik dapat mengalami komplikasi berbagai penyakit, seperti jantung koroner, cerebrovaskuler yang mengakibatkan stroke, gagal ginjal dan retino pati diabetik yang dapat mengakibatkan kebutaan. Individu yang berisiko tinggi terkena penya- kit ini adalah mereka yang mempu- nyai berat badan berlebih (obesi- tas), umur di atas 40 tahun, pero- kok, pola makan tidak benar, dan gaya hidup santai (kurang olah raga atau aktivitas fisik). Kadar gula da- rah penderita DM dapat dikenda- likan dengan melakukan pengelo- laan dan pemilihan jenis pangan yang benar. Diabetes ditandai dengan poli- urea, polidipsia, poliphagia dan pe- nurunan berat badan. Bila kadar gu- la darah naik di atas 180 mg/dl ma- ka ginjal tidak dapat menahan lagi sehingga sebagian gula dibuang ke urin. Akibatnya kadar gula urin me- ningkat dan menarik air (osmolitas gula). Penarikan air yang berlebih- Inovasi kelembagaan mutlak perlu ditumbuhkembangkan un- tuk mendukung terciptanya agri- bisnis pedesaan yang menjadi indikator keberhasilan pengem- bangan pertanian di suatu wila- yah (Anny Mulyani). Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian Jalan Ir. H. Juanda No. 98 Bogor 16123 Telepon : (0251) 323012 Faksimile : (0251) 311256 E-mail : csar@indosat.net.id 6 an menyebabkan volume urin me- ningkat sehingga penderita DM se- ring kencing (poliurea). Keadaan tersebut akan mengganggu neraca air di dalam tubuh, yang ditunjuk- kan oleh rasa haus terus-menerus (polidipsia). Pada waktu yang sama, meskipun kadar gula darah berlebih, gula tersebut tidak dapat dimanfa- atkan sebagai sumber energi sel sehingga timbul perasaan lapar yang berlebihan (poliphagia). Untuk kelangsungan hidup, tubuh memerlukan energi. Pada diabetesi, energi yang berasal dari karbohid- rat tidak dapat dimanfaatkan se- cara optimal sehingga tubuh harus memecah lemak atau protein untuk memenuhi kebutuhan energi. Aki- batnya, berat badan menurun. Oleh karena itu, penderita DM yang awal- nya gemuk akan mengalami penu- runan berat badan secara drastis. Indeks Glikemik Indeks glikemik (IG) merupakan pe- ngertian atau istilah yang relatif ba- ru dalam bidang pangan, berkaitan erat dengan metabolisme karbo- hidrat. IG pangan merupakan in- deks (tingkatan) pangan menurut efeknya dalam meningkatkan ka- dar gula darah. Pangan yang mem- punyai IG tinggi bila dikonsumsi akan meningkatkan kadar gula da- lam darah dengan cepat dan tinggi. Sebaliknya, seseorang yang me- ngonsumsi pangan ber-IG rendah maka peningkatan kadar gula da- lam darah berlangsung lambat dan puncak kadar gulanya rendah. Kecepatan pencernaan karbo- hidrat berpengaruh penting dalam pemahaman peran karbohidrat bagi kesehatan. Konsep IG menjelaskan bahwa tidak setiap karbohidrat be- kerja dengan cara yang sama. IG memberikan cara yang lebih mudah dan efektif dalam mengendalikan fluktuasi kadar gula darah. Peran Indeks Glikemik Pangan Pengenalan karbohidrat berdasar- kan efeknya terhadap kadar gula darah dan respons insulin dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan jumlah dan jenis pa- ngan sumber karbohidrat yang te- pat untuk meningkatkan dan men- jaga kesehatan. Informasi IG ber- manfaat bagi semua individu. Pangan IG rendah akan dicerna dan diubah menjadi glukosa secara bertahap dan perlahan-lahan, se- hingga puncak kadar gula darah ju- ga akan rendah; berarti fluktuasi peningkatan kadar gula relatif pendek. Hal ini sangat penting bagi diabetesi dalam mengendalikan kadar gula darah. Sebaliknya, olah- ragawan yang hendak bertanding memerlukan pangan IG tinggi agar pangan yang dikonsumsi segera dikonversi menjadi energi. Individu normal yang masih memerlukan tumbuh-kembang (misal anak-anak) sebaiknya mengonsumsi pangan IG sedang-tinggi. Informasi IG pangan dapat membantu penderita DM dalam memilih makanan yang tidak me- naikkan kadar gula darah secara drastis, sehingga kadar gula darah dapat dikontrol pada tingkat yang aman. Pangan IG rendah memban- tu orang untuk mengendalikan rasa lapar, selera makan, dan kadar gula darah. Jadi, pangan dengan IG ren- dah dapat membantu mengurangi kelebihan berat badan. Faktor yang Mempengaruhi IG IG adalah sifat pangan yang unik, dipengaruhi oleh berbagai faktor, sehingga IG pangan yang satu ber- beda dengan pangan lainnya. Bah- kan pangan yang sama bila diolah dengan cara berbeda, dapat memi- liki IG berbeda. Sebagai contoh, sa- lah satu klon ubi jalar yang direbus memiliki IG 62, bila digoreng IG- nya 47 dan dipanggang IG-nya 80. Pengolahan dapat mengubah struk- tur dan komposisi kimia pangan, yang selanjutnya dapat mengubah daya serap zat gizi. Makin cepat karbohidrat dapat diserap tubuh, IG-nya cenderung tinggi. Beras memiliki kisaran IG sa- ngat luas, dari IG rendah (< 55) sam- pai IG tinggi (>70). Bahkan beras Yasmin dari Thailand yang dimasak dengan rice cooker mempunyai IG >100, atau lebih tinggi daripada glukosa. Faktor lain yang berpenga- ruh yaitu rasio amilosa dan ami- lopektin, gula dan daya osmotik, kandungan serat pangan, pati resis- ten, lemak, protein, dan zat antigizi. Beras bagi Diabetesi Beras merupakan sumber karbo- hidrat utama yang dikonsumsi lebih dari 90% penduduk Indonesia. Ke- terbatasan pengetahuan mengaki- batkan kesalahan pemahaman, se- hingga semua jenis beras dianggap sebagai pangan yang dapat mening- katkan kadar gula darah dengan ce- pat dan tinggi (ber-IG tinggi). Ber- dasarkan pemahaman tersebut, dia- betesi cenderung mengurangi bah- kan menghindari konsumsi nasi. Pangan pengganti beras yang dipilih antara lain adalah umbi-umbian ka- rena komoditas ini dianggap ber-IG rendah. Jenis dan cara pengolahan bahan pangan menentukan indeks glikemiknya. 7 P roduktivitas usaha ternak dom- ba dan kambing sangat bera- gam dan umumnya masih rendah. Produktivitas tersebut dapat diting- katkan antara lain dengan memper- baiki mutu bibit dan tata laksana pemeliharaan. Pengaturan pola per- kawinan dan seleksi diperlukan untuk menghasilkan ternak yang bermutu baik. Pengaturan perka- winan memerlukan pejantan ung- gul, tetapi ketersediaan pejantan sering terbatas. Agar pejantan yang ada dapat mengawini lebih banyak ternak betina telah diperkenalkan perkawinan buatan (kawin suntik/ inseminasi buatan = IB). Agar pe- laksanaannya efektif dan efisien, IB dikombinasikan dengan penyeren- takan berahi dengan mengguna- kan hormon tertentu. Menyerentakkan Berahi Domba dan Kambing dengan Spons Progesteron Spons progesteron modifikasi dapat digunakan untuk menyerentakkan berahi kambing dan domba dengan hasil yang baik. Ternak dapat berahi secara serentak dengan ovulasi dan tingkat kebuntingan yang baik pula. Penyerentakan berahi biasanya dilakukan dengan memberikan pro- gestagen (progesteron sintetis) da- lam kurun waktu tertentu, baik se- cara oral, penyuntikan maupun in- travagina. Bahan penyerentak be- rahi dapat berupa senyawa kimia yang mengandung hormon proges- teron yang dikemas dalam spons, yang dikenal dengan nama medroxy progesteron acetate atau flugeston acetate. Spons ditempatkan dalam vagina selama 14 hari. Pada perio- de ini, kadar progesteron dalam da- rah meningkat dan akan mengham- bat sekresi FSH dan LH dari ade- nohipofisa yang menyebabkan pembentukan folikel degraaf ter- hambat sehingga ternak tidak me- nunjukkan tanda-tanda berahi. Se- telah spons dicabut, kadar pro- gesteron dalam darah menurun drastis dan kadar FSH meningkat Kisaran IG beras sangat luas. Menghindari konsumsi nasi meru- pakan penderitaan tersendiri bagi diabetesi karena budaya konsumsi nasi di Indonesia sangat kuat. Dia- betesi memang sebaiknya memba- tasi konsumsi beras ber-IG tinggi, karena dapat meningkatkan gula darah dengan cepat. Namun mere- ka tetap dapat leluasa mengonsum- si beras ber-IG rendah sesuai ke- butuhan gizinya. Saat ini di pasaran telah ber- edar beras dengan merek tertentu yang mengklaim antidiabet atau beras untuk diet dan diabet. Masyarakat perlu berhati-hati de- ngan klaim yang sering disertakan dalam pemasaran beras tersebut. Klaim yang tercantum dalam ke- masan ada yang benar, namun ti- dak sedikit yang tanpa landasan ilmiah. Saat membeli beras spesifik ini hendaknya dibaca secara teliti informasi nilai gizinya. Beras yang mempunyai IG rendahlah yang se- suai bagi diabetesi. Beras pera cenderung memiliki IG lebih rendah, namun ada beras yang pulen dengan proses tertentu memiliki IG rendah. Selain IG ren- dah, kandungan serat pangan yang tinggi dapat memperlambat laju pe- ngosongan lambung sehingga ber- manfaat dalam membantu menu- runkan berat badan. Tentu saja ha- rus tetap disertai pola hidup sehat. Beras dengan klaim antidiabe- tes, atau beras yang melalui proses tertentu sehingga IG-nya rendah namun rasanya enak dan cukup pu- len biasanya dijual lebih mahal da- ripada beras biasa. Perlu ketelitian tersendiri bagi konsumen dalam memilih produk. Produk yang men- cantumkan informasi nutrisi pada kemasan menjadi pilihan yang baik. Pelajari terlebih dahulu apakah klaim tersebut sudah sesuai dengan kandungan nutrisi bahan. Jangan sampai konsumen telah mengeluar- kan dana ekstra, tetapi manfaatnya tidak sesuai yang diharapkan. Se- lain pertimbangan tersebut, me- ngonsumsi beras hasil petani negeri sendiri merupakan pilihan yang bi- jak (Sri Widowati). Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Jalan Tentara Pelajar No. 12 Bogor 16111 Telepon : (0251) 321762 Faksimile : (0251) 321762 E-mail : bb_pascapanen@litbang.deptan.go.id bb_pascapanen@yahoo.com sulusi_prabawati@yahoo.com Pembubuhan spons modifikasi dengan hormon progesteron (kiri) dan pemasukan spons secara intravagina (kanan). Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 29, No. 3, 2007
Pengaruh Suplementasi Fruktosa Terhadap Profil Glukosa Darah Dan Profil Libida Darah Pasiendiabetes Mellitus Tipe 2 (Single Case Multiple Treatment Experimental Study)