Anda di halaman 1dari 9

1

LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 51 tahun
Alamat : Probolinggo
Pekerjaan : -
MRS : 15 Agustus 2013

II. ANAMNESA
a. Keluhan utama : benjolan di anus
b. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS):
benjolan muncul sejak 2 bulan yang lalu, awal muncul benjolan kecil keluar
darah , tidak gatal. Lama-lama benjolan besar dan tidak bisa masuk sendiri.
c. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD):
o Pernah seperti ini sebelumnya 2 tahun yang lalu, tapi benjolannya bisa
masuk sendiri.
d. Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga yang menderita hal serupa
e. Riwayat alergi :
Tidak ada alergi terhadap makanan ataupun obat
I. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : compos mentis
c. Tanda vital :
- Tekanan darah : 110/80 mmHg
- Nadi : 86 x/menit
- Respirasi : 26 x/menit
- Suhu : 36,5C
d. Status generalis
a. Kepala leher
- Thorax : bentuk simetris
- Mata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
2

- Leher : pembesaran KGB (-), massa (-)
b. Thorax
Jantung
- Inspeksi : bentuk dada simetris
- Palpasi : gerakan dinding dada simetris
- Perkusi : normal
- Auskultasi : suara jantung normal
c. Paru
- Inspeksi : bentuk dada simetris, retraksi (-)
- Palpasi : fremitus fokal kanan sama dengan kiri
- Perkusi : sonor
- Auskultasi : suara nafas vesikuler, rhonki (-), wheezing (-)
d. Abdomen
- Inspeksi : flat
- Palpasi : nyeri tekan (-)
- Perkusi : timpani
- Auskultasi : bising usus (+) normal
e. Urogenital
- Inspeksi : terda[at benjolan pada anus, kemerahan, ukuran + 5 cm
- Palpasi : nyeri tekan (+)

II. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan Laboratorium
Acak ( sewaktu) 94 mg/dl <140 mg/dl
HB
s
Ab Negatif (-)
DARAH LENGKAP (DL)
Diff. Count 2/-/8/61/28/1% 0-2/0-1/1-3/45-70/35-50/0-2%
Haemoglobin 9,9 g/dl L: 13-18, P: 12-16 g/dl
Leukosit 7400/cmm 4000-11.000/cmm
PCV (hematokrit) 30% L: 40-54, P: 35-47%
Trombosit 231.000/cmm 150.000-450.000/cmm
FAAL HEMOSTASIS 2
KPTT 35,8
PTT 18,3
3

BUN 9,5 mg/dl 10-20 mg/dl
Kreatinin 1,0 mg/dl 0,5-1,7 mg/dl

III. ASSESMENT
Diagnosa : Hemorroid Interna grade IV

IV. TERAPI
- Infus cairan RL
- Ceftazidime
- Asam mefenamat
- Ranitidine
- Pantoprazol
- Hemoroidektomi

V. PROGNOSIS
Baik















4


DISKUSI KASUS


Definisi
Hemorhoid adalah pelebaran pleksus hemorrhoidalis yang tidak merupakan keadaan
patologik. Hanya jika hemorhoid ini menimbulkan keluhan atau penyulit sehingga diperlukan
tindakan. Kata hemorrhoid berasal dari kata haemorrhoides (Yunani) yang berarti aliran darah
(haem = darah, rhoos = aliran) jadi dapat diartikan sebagai darah yang mengalir keluar.
Hemorhoid adalah pelebaran pleksus hemorrhoidalis yang tidak merupakan keadaan
patologik. Hanya jika hemorhoid ini menimbulkan keluhan atau penyulit sehingga diperlukan
tindakan.

Patofisiologi
Proses terjadinya hemoroid dibagi 2 :
1. Pada orang tua yang suka mengejan terjadi penebalan bantalan fibrovaskuler dan
pelebaran vaskuler. Hal ini juga mengakibatkan mukosa lebih rapuh dan vaskularisasi
meningkat, selanjutnya dapat terjadi prolaps jaringan hemoroid dan dapat
menimbulkan perdarahan per rektum yang berwarna merah segar. Hal ini bila terjadi
berulang-ulang akan mengakibatkan kerusakan jaringan ikat penunjang sekitar vasa
hemoroidalis. Tekanan terlalu tinggi dan lama, misalnya konstipasi, menyebabkan
hemoroid membesar dan dapat terdorong keluar dari posisinya oleh kotoran. Tekanan
yang berlebihan dapat disebabkan oleh keadaan : kehamilan, mengangkat beban,
obesitas, konstipasi, diet rendah serat, diare kronis, vena varikosa, posisi duduk tidak
nyaman atau berdiri yang lama dan faktor genetik.
2. Pada pria muda, peningkatan resting pressure dalam kanalis analis selama proses
defekasi akan menyebabkan aliran darah balik terhambat yang selanjutnya akan
mengakibatkan dilatasi dan pemanjangan vena serta kerusakan jaringan ikat
penunjang vena.

Klasifikasi
5

1. Berdasarkan letaknya
Hemoroid interna : berasal dari pleksus hemoroidalis superior
Hemoroid eksterna : berasal dari pleksus hemoroidalis inferior
Campuran : Hemoroid internal-eksternal dilapisi oleh mukosa di
bagian superior dan kulit pada bagian inferior serta memiliki serabut saraf
nyeri
2. Berdasarkan gradasi prolaps
Derajat 1
Pelebaran vaskularisasi, dapat terjadi perdarahan, tetapi tidak prolaps
Derajat 2
Dapat terjadi prolaps hemoroid saat defekasi tetapi masih bisa kembali spontan
Derajat 3
Terjadi prolaps, tetapi masih dapat dikembalikan dengan jari tangan
Derajat 4
Terjadi prolaps, tidak dapat dikembalikan, biasanya disertai strangulasi atau
trombosis
Gejala Klinis
Gejala klinis hemoroid dapat dibagi berdasarkan jenis hemoroid (Villalba
dan Abbas, 2007) yaitu:
a. Hemoroid internal
Prolaps
Dapat dilihat adanya tonjolan keluar dari anus. Tonjolan ini dapat masuk
kembali secara spontan ataupun harus dimasukan kembali oleh tangan.
Perdarahan.
Merupakan gejala yang paling sering muncul; dan biasanya merupakan awal
dari penyakit ini. Perdarahan berupa darah segar dan biasanya tampak setelah
defekasi apalagi jika fesesnya keras. Selanjutnya perdarahan dapat
berlangsung lebih hebat, hal ini disebabkan karena vascular cushion prolaps
dan mengalami kongesti oleh spincter ani.
Rasa tak nyaman.
6

Nyeri biasanya ditimbulkan oleh komplikasi yang terjadi (seperti fisura, abses
dll) hemorrhoid interna sendiri biasanya sedikit saja yangmenimbulkan
nyeri.Kondisi ini dapat pula terjadi karena terjepitnya tonjolan hemorrhoid
yang terjepit oleh spincter ani (strangulasi).
Gatal.

b. Hemoroid eksternal
Rasa terbakar.
Nyeri ( jika mengalami trombosis).
Gatal.

Diagnosa
Diagnosis hemoroid dapat dilakukan dengan melakukan:
a. Anamnesis.
Pada anamnesis biasanya didapati bahwa pasien menemukan adanya darah segar pada
saat buang air besar. Selain itu pasien juga akan mengeluhkan adanya gatal-gatal pada
daerah anus. Pada derajat II hemoroid internal pasien akan merasakan adanya masa
pada anus dan hal ini membuatnya tak nyaman. Pasien akan mengeluhkan nyeri pada
hemoroid derajat IV yang telah mengalami trombosis (Canan, 2002).
Perdarahan yang disertai dengan nyeri dapat mengindikasikan adanya trombosis
hemoroid eksternal, dengan ulserasi thrombus pada kulit. Hemoroid internal biasanya
timbul gejala hanya ketika mengalami prolapsus sehingga terjadi ulserasi, perdarahan,
atau trombosis. Hemoroid eksternal bisa jadi tanpa gejala atau dapat ditandai dengan
rasa tak nyaman, nyeri akut, atau perdarahan akibat ulserasi dan trombosis ( Wexner,
Person, dan Kaidar-person, 2006).
b. Pemeriksaan fisik.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya pembengkakan vena yang
mengindikasikan hemoroid eksternal atau hemoroid internal yang mengalami prolaps.
Hemoroid internal derajat I dan II biasanya tidak dapat terlihat dari luar dan cukup
7

sulit membedakannya dengan lipatan mukosa melalui pemeriksaan rektal kecuali
hemoroid tersebut telah mengalami trombosis (Canan, 2002).
Daerah perianal juga diinspeksi untuk melihat ada atau tidaknya fisura, fistula, polip,
atau tumor. Selain itu ukuran, perdarahan, dan tingkat keparahan inflamasi juga harus
dinilai (Nisar dan Scholefield, 2003).
c. Pemeriksaan penunjang
Anal canal dan rektum diperiksa dengan menggunakan anoskopi dan sigmoidoskopi.
Anoskopi dilakukan untuk menilai mukosa rektal dan mengevaluasi tingkat
pembesaran hemoroid (Halverson, 2007). Side-viewing pada anoskopi merupakan
instrumen yang optimal dan tepat untuk mengevaluasi hemoroid. Allonso-Coello dan
Castillejo (2003) dalam Kaidar-Person, Person, dan Wexner (2007) menyatakan
bahwa ketika dibandingkan dengan sigmodoskopi fleksibel, anoskopi mendeteksi
dengan presentasi lebih tinggi terhadap lesi di daerah anorektal.
Gejala hemoroid biasanya bersamaan dengan inflamasi pada anal canal dengan
derajat berbeda. Dengan menggunakan sigmoidoskopi, anus dan rektum dapat
dievaluasi untuk kondisi lain sebagai diagnosa banding untuk perdarahan rektal dan
rasa tak nyaman seperti pada fisura anal dan fistula, kolitis, polip rektal, dan kanker.
Pemeriksaan dengan menggunakan barium enema X-ray atau kolonoskopi harus
dilakukan pada pasien dengan umur di atas 50 tahun dan pada pasien dengan
perdarahan menetap setelah dilakukan pengobatan terhadap hemoroid (Canan, 2002).

Penatalaksanaan
1. Terapi suportif
Modifikasi diit dan pola hidup, rendam duduk dalam air hangat selama 10 menit,
menggunakan kertas basah yang mengandung witch hazel, suatu astringen alami.
Terapi medikamentosa : krim analgesik atau supositori yang mengandung anastesi
lokal, astringen atau steroid.
2. Skleroterapi
3. Terapi pembedahan
Untuk hemoroid grade III, IV atau grade I dan II yang gagal diterapi dengan
metode pembedahan.
Eksisi trombus, jika trombus cukup besar dan menimbulkan nyeri
8

Ligasi rubber band
Hemoroidektomi tehnik tertutup ( tehnik Milligan-Morgan)
Hemoroidektomi tehnik terbuka ( tehnik ferguson )
























9

PEMBAHASAN

Ny. S datang ke RSUD Moh. Saleh Probolinggo pada tanggal 15-8-2013 dengan keluhan
benjolan di anus, benjolan muncul sejak 2 bulan yang lalu, awal muncul benjolan kecil
keluar darah , tidak gatal. Lama-lama benjolan besar dan tidak bisa masuk sendiri.
Pernah seperti ini sebelumnya 2 tahun yang lalu, tapi benjolannya bisa masuk sendiri.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan di anus berukuran + 5 cm , berwarna kemerahan,
dan pasien merasakan nyeri tekan. Pada pemeriksaan penunjang pada pasien ini dalam batas
normal.
Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan tersebut maka pasien ini di diagnosa hemorrhoid
interna grade 4. Untuk penanganan selanjutnya pasien dilakukan tindakan pembedahan
berupa hemoroidektomi.

Anda mungkin juga menyukai