Anda di halaman 1dari 7

PENDAHULUAN

Di Indonesia, supermarket lokal telah ada sejak 1970-an, meskipun masih


terkonsentrasi di kota-kota besar. Supermarket bermerek asing mulai masuk ke Indonesia
pada akhir 1990-an semenjak kebijakan investasi asing langsung dalam sektor usaha ritel
dibuka pada 1998. Meningkatnya persaingan telah mendorong kemunculan supermarket di
kota-kota kecil dalam rangka mencari pelanggan baru dan terjadi perang harga. Akibatnya,
bila supermarket Indonesia hanya melayani masyarakat kelas menengah-atas pada era 1980-
an sampai awal 1990-an (CPIS 1994), penjamuran supermarket hingga ke kota-kota kecil
dan adanya praktik pemangsaan melalui strategi pemangkasan harga memungkinkan
konsumen kelas menengah-bawah untuk mengakses supermarket (Suryadarma, 2007).
Kehadiran peritel modern pada awalnya tidak mengancam pasar tradisonal.
Kehadiran para peritel modern yang menyasar konsumen dari kalangan menengah keatas,
saat itu lebih menjadi alternatif dari pasar tradisional yang identik dengan kondisi pasar yang
kumuh, dengan tampilan dan kualitas yang buruk, serta harga jual rendah dan sistem tawar
menawar konvensional. Namun sekarang ini kondisinya telah banyak berubah. Supermarket
dan Hypermarket tumbuh bak cendawan dimusim hujan. Kondisi ini muncul
sebagai kosekuensi dari berbagai perubahan dimasyarakat. Sebagai konsumen, masyarakat
menuntut hal yang berbeda di dalam aktifitas berbelanja. Kondisi ini masih ditambah
semakin meningkatnya pengetahuan, pendapatan, dan jumlah keluarga berpendapatan ganda
(suami istri bekerja) dengan waktu berbelanja yang terbatas. Konsumen menuntut peritel
untuk memberikan nilai lebih dari setiap sen uang yang dibelanjakan. Peritel harus mampu
mengakomodasi tuntutan tersebut jika tak ingin ditinggalkan para pelanggannya (Ekapribadi,
2007).

PASAR TRADISIONAL
Pasar tradisonal adalah pasar yang dikelola secara sederhana dengan bentuk fisik
tradisional yang menerapkan system transaksi tawar menawar secara langsung dimana fungsi
utamanya adalah untuk melayani kebutuhan masyarakat baik di desa, kecamatan, dan lainnya
(Sinaga,2008).
Harga dipasar tradisional ini mempunyai sifat yang tidak pasti , oleh karena itu bisa
dilakukan tawar menawar. Bila dilihat dari tingkat kenyamanan, pasar tradisional selama ini
cenderung kumuh dengan lokasi yang tidak tertata rapi. Pembeli di Pasar tradisional
(biasanya kaum ibu) mempunyai perilaku yang senang bertransaksi dengan berkomunikasi
/berdialog dalam hal penetapan harga, mencari kualitas barang, memesan barang yang
diinginkan, dan perkembangan harga-harga lainnya.
Barang yang dijual dipasar tradisional umumnya barang-barang lokal dan ditinjau
dari segi kualitas dan kuantitas, barang yang dijual di pasar tradisional dapat terjadi tanpa
melalui penyortiran yang kurang ketat. Dari segi kuantitas, jumlah barang yang disediakan
tidak terlalu banyak sehingga apabila ada barang yang dicari tidak ditemukan di satu kios
tertentu, maka dapat dicari ke kios lain. Rantai distribusi pada pasar tradisional terdiri dari
produsen, distributor, sub distributor, pengecer, konsumen. Kendala yang dihadapi pada
pasar tradisional antara lain system pembayaran ke distributor atau sub distributor
dilakukan dengan tunai, penjual tidak dapat melakukan promosi atau memberikan discount
komoditas. Mereka hanya bisa menurunkan harga barang yang kurang diminati konsumen.
Selain itu, dapat mengalami kesulitan dalam memenuhi kontinyuitas barang, lemah dalam
penguasaan teknologi dan menejemen sehingga melemahkan daya saing.
Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah. Daerah,
Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah, termasuk
kerjasama swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/
dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha
skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar-menawar
(Pepres RI No. 112, 2007).
Sebagian konsumen pasar tradisional adalah masyarakat kelas menengah kebawah yang
memiliki karakteristik sangat sensitive terhadap harga. Ketika faktor harga rendah yang
sebelumnya menjadi keunggulan pasar tradisional mampu diruntuhkan oleh pasar modern,
secara relative tidak ada alasan konsumen dari kalangan menengah kebawah untuk tidak
turut berbelanja ke pasar modern dan meninggalkan pasar tradisional (Wildan, 2007).

PASAR MODERN
Pasar Modern adalah pasar yang dikelola dengan manajemen modern, umumnya
terdapat diperkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang
baik kepada konsumen yang pada umumnya anggota masyarakat kelas menengah keatas.
Pasar modern antara lain mall, supermarket, department store, shopping centre, waralaba,
toko mini swalayan, pasar serba ada, toko serba ada dan sebagainya (Sinaga, 2008).
Barang yang dijual disini memiliki variasi jenis yang beragam. Selain menyediakan
barang lokal, pasar modern juga menyediakan barang impor. Barang yang dijual mempunyai
kualitas yang relatif lebih terjamin karena melalui penyeleksian yang ketat sehingga barang
yang tidak memenuhi persyaratan klasifikasi akan di tolak. Dari segi kuantitas, pasar modern
umumnya mempunyai persediaan barang di gudang yang terukur. Dari segi harga, pasar
modern memiliki label harga yang pasti. Pasar modern juga mmberikan pelayanan yang baik
dengan adanya pendingin udara yang sejuk, suasana nyaman dan bersih, display barang
perkategori mudah dicapai dan relatif lengkap, informasi produk tersedia melalui mesin
pembaca, adanya keranjang belanja atau keranjang dorong serta ditunjang adanya kasir dan
pramuniaga yang bekerja secara profesional. Rantai distribusi pada pasar ini adalah produsen
distributor pengecer/konsumen.
Dalam pasar modern penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung.
Pembeli melihat label harga yang tercantum dalam bar code, berada dalam bangunan dan
pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-
barang yang dijual, selain bahan makanan seperti: buah, sayuran, daging, sebagian besar
barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama. Contoh dari pasar
modern adalah pasar swalayan, Hypermart, Supermarket, dan Minimarket (Wikipedia,
2007).

EKSISTENSI PASAR TRADISIONAL DENGAN MODERN
Di Indonesia pangsa pasar dan kinerja usaha pasar tradisional menurun, sementara
pada saat yang sama pasar modern mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kontribusi pasar
tradisional sekitar 69,9% pada tahun 2004, menurun dari tahun sebelumnya (2003) sekitar
73,7%. Kondisi sebaliknya terjadi pada Supermarket dan Hypermarket, kontribusi mereka
kian hari kian besar. Pada tahun 2003 kontribusi pasar modern sebesar 26,3 % mengalami
kenaikan pada tahun berikutnya, 2004 menjadi 30,1% (Anonimous, 2007).
Tabel: Kontribusi pasar tradisional dan pasar modern dalam memenuhi kebutuhan pasar :
Ta
hun
Pasar
Tradisional
(%)
Pas
ar
Modern
(%)
Permint
aan Pasar
20
00
78,1 21,9 100
20
01
75,2 24,8 100
20
02
74,8 25,2 100
20
03
73,7 26,3 100
20
04
69,9 30,1 100
Sumber: Penelitian Lembaga AC.Nielsen (2007)

KEUNGGULAN dan KELEMAHAN PASAR TRADISIONAL
Keunggulan
1. Lokasi yang strategis, area penjualan yang luas, keragaman barang yang
lengkap, harga yang rendah, sistem tawar menawar yang menunjukkan keakraban
antara penjual dan pembeli
2. harganya yang relatif lebih murah dan bisa ditawar, dekat dengan
pemukiman, dan memberikan banyak pilihan produk segar
3. pengalaman berbelanja memegang langsung produk yang umumnya masih
sangat segar
Kelemahan
1. Faktor desain dan tampilan pasar, atmosfir, tata ruang, tata letak, keragaman
dan kualitas barang, promosi penjualan, jam operasional pasar yang terbatas, serta
optimalisasi pemanfaatan ruang jual
2. kesan bahwa pasar terlihat becek, kotor, bau, dan terlalu padat lalu lintas
pembelinya
3. minimnya daya dukung karakteristik pedagang tradisional, yakni strategi
perencanaan yang kurang baik, terbatasnya akses permodalan yang disebabkan
jaminan (collateral) yang tidak mencukupi, tidak adanya skala ekonomi (economies
of scale), tidak ada jalinan kerja sama dengan pemasok besar, buruknya manajemen
pengadaan, dan ketidakmampuan untuk menyesuaikan dengan keinginan konsumen
KEUNGGULAN dan KELEMAHAN PASAR MODERN
Keunggulan
1. pasar modern dapat menjual lebih banyak produk yang lebih berkualitas
dengan harga yang lebih murah
2. informasi daftar harga setiap barang tersedia dan dengan mudah diakses
publik
3. pasar modern menyediakan lingkungan berbelanja yang lebih nyaman dan
bersih, dengan jam buka yang lebih panjang, dan menawarkan aneka pilihan
pembayaran seperti kartu kredit untuk peralatan rumah tangga berukuran besar
4. produk yang di jual dipasar modern, seperti bahan pangan, telah melalui
pengawasan mutu dan tidak akan dijual bila telah kadaluwarsa
Kelemahan
1. harga di pasar modern lebih mahal bila dibandingkan dengan harga di pasar
tradisional
2. pembeli dan penjula tidak dapat bertatap muka secara langsung
3. tidak adanya proses tawar-menawar

ANTISIPASI MEMPERTAHANKAN PASAR TRADISIONAL
Pasar tradisional selalu menjadi indikator nasional dalam stabilitas pangan seperti
beras, gula, dan sembilan kebutuhan pokok lainnya. Kelangkaan beras di pasar misalnya,
menyebabkan pemerintah kalang-kabut dan dapat menjadi ukuran kinerja para menteri
bidang ekonomi. Bahkan pada masa-masa Pemilihan Umum maupun Pemilihan Kepala
Daerah, pasar tradisional selalu menjadi target tempat kampanye para calon Presiden
maupun Calon Kepala Daerah.
Pasar tradisional di seluruh Indonesia masih merupakan wadah utama penjualan produk-
produk berskala ekonomi rakyat seperti: petani, nelayan, pengrajin dan home industri
(industri rakyat). Puluhan juta orang menyandarkan hidupnya kepada pasar tradisional.
Interaksi sosial sangat kental didalam pasar, mulai dari tata cara penjualan (sistem tawar
menawar) sampai dengan ragam latar belakang suku dan ras didalamnya (komunitas mana
yang selengkap di pasar tradisional ?; mulai dari Keturunan Arab, Cina, Batak, Padang,
Sunda, Jawa, Madura, semua ada). http://appsijatim.multiply.com/reviews/item/3
Beberapa pasar, seperti pasar Sukolilo, pasar Tambakromo, pasar Karaban, dan pasar
Kayen yang letaknya di pinggir jalan sering menyebabkan kemacetan. Hal ini disebabkan
karena berjubelnya penjual dan pembeli, sehingga banyak pihak yang dirugikan terutama
para pengguna jalan. Pasar tradisional juga sering disandingkan dengan ketidakmampuan,
kemelaratan, atau kemiskinan. Pergi ke pasar modern lebih bergengsi daripada ke pasar
tradisional (Rohim, 2009).
Selama ini pasar tradisional selalu identik dengan tempat belanja yang kumuh, becek,
serta bau, dan karenanya hanya didatangi oleh kelompok masyarakat kelas bawah. Asumsi
seperti itu juga telah melekat dalam benak mayoritas masyarakat Pati. Gambaran pasar
seperti diatas harus dirubah menjadi tempat yang bersih dan nyaman bagi pengunjung.
Dengan demikian masyarakat dari semua kalangan akan tertarik untuk datang dan
melakukan transaksi di pasar tradisional. Peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah
mengenai keberlangsungan dunia usaha harus memberikan kesempatan yang sama terhadap
pedagang kecil, menengah maupun pedangang besar (Kompas, 2007).
Masalah infrastruktur yang hingga kini masih menjadi masalah serius di pasar tradisional
adalah kebersihan dan tempat pembuangan sampah yang kurang terpelihara, kurangnya
lahan parkir, dan buruknya sirkulasi udara. Belum lagi ditambah semakin menjamurnya PKL
yang otomatis merugikan pedagang yang berjualan di dalam lingkungan pasar yang harus
membayar penuh sewa dan retribusi. PKL menjual barang dagangan yang hampir sama
dengan seluruh produk yang dijual di dalam pasar. Hanya daging segar saja yang tidak dijual
oleh PKL. Dengan demikian, kebanyakan pembeli tidak perlu masuk ke dalam pasar untuk
berbelanja karena mereka bisa membeli dari PKL di luar pasar.
Kondisi tersebut diatas membutuhkan adanya langkah nyata dari pedagang pasar agar
dapat mempertahankan pelanggan dan keberadaan usahanya. Para pedagang di pasar
tradisional harus mengembangkan strategi dan membangun rencana yang mampu memenuhi
kebutuhan dan tuntutan konsumen sebagaimana yang dilakukan pasar modern. Jika tidak,
maka mayoritas pasar tradisional di Indonesia beserta penghuninya hanya akan menjadi
sejarah yang tersimpan dalam album kenangan industri ritel di Indonesia dalam waktu yang
relatif singkat.
Sudah saatnya Pemerintah Pusat mempunyai peraturan atau kebijakan yang secara
khusus mengatur pasar modern. Seiring dengan meningkatnya persaingan di bisnis ritel, ada
beberapa hal yang harus menjadi landasan bagi pembuat kebijakan untuk menjaga
kelangsungan hidup pasar tradisional, antara lain:
1. memperbaiki sarana dan prasarana pasar tradisional.
2. melakukan pembenahan total pada manajemen pasar.
3. mencari solusi jangka panjang mengenai PKL yang salah satunya
adalah menyediakan tempat bagi PKL di dalam lingkungan pasar.
Pedagang tradisional selama ini selalu dihadapkan pada masalah permodalan dan
jaminan/asuransi atas barang dagangannya. Oleh sebab itu, sudah saatnya pemda dan
lembaga keuangan setempat memerhatikan hal ini. Strategi pengadaan barang yang kerap
menjadi strategi utama pedagang tradisional adalah membeli barang dagangan dalam bentuk
tunai dengan menggunakan dana pribadinya. Kondisi ini berdampak negatif terhadap usaha.
Mereka menjadi sangat rentan terhadap kerugian yang disebabkan oleh rusaknya barang
dagangan dan fluktuasi harga. Untuk menghindari tenggelamnya pasar tradisional akibat
kehadiran pasar modern, diperlukan pendekatan yang terpadu bagi ketiga permasalahan di
atas, yakni adanya regulasi untuk melindungi pasar tradisional, dukungan perbaikan
infrastruktur, penguatan manajemen dan modal pedagang di pasar tradisional (Paesoro,
2007).
















KESIMPULAN
1. Perkembangan Pasar Modern sudah berlangsung sejak tahun 1970-an. Awalnya
pasar modern hanya sebagai pasar alternatif akan tetapi dalam perkembangannya, saat
ini keberadaan pasar modern cukup mengancam keberadaan pasar tradisional;
2. Pasar tradisonal adalah pasar yang dikelola secara sederhana dengan bentuk fisik
tradisional yang menerapkan system transaksi tawar menawar secara langsung dimana
fungsi utamanya adalah untuk melayani kebutuhan masyarakat baik di desa, kecamatan,
dan lainnya;
3. Pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan manajemen modern, umumnya
terdapat diperkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan
yang baik kepada konsumen yang pada umumnya anggota masyarakat kelas menengah
keatas. Pasar modern antara lain mall, supermarket, department store, shopping centre,
waralaba, toko mini swalayan, pasar serba ada, toko serba ada dan sebagainya;
4. Ekasistensi Pasar Tradisional mengalami penurunan seiring dengan semakin
besarnya data tarik pasar modern. Penurunan kinerja pasar modern selain di sebabkan
oleh maraknya pasar modern, juga disebabkan karena kelemahan manajemen pasar
tradisional, masalah infrastruktur, dan lemahnya kerjasama, daya dukung permodalan
dan ketidakmampuan untuk menyesuaikan dengan keinginan konsumen;
5. Di tengah kondisi yang kurang menguntungkan, dengan segala kelebihan yang
ditawarkan dan kekurangan yang dimiliki oleh pasar tradisional di Pati masih banyak
yang bertahan terutama pasar-pasar tradisional utama yang terletak di tingkat
kecamatan dan tingkat kota;
6. Diperlukan upaya untuk mempertahankan pasar tradisional yang merupakan
salah satu pusat ekonomi yang berbasis rakyat kecil,.langkah-langkah tersebut antara
lain:
a. Daya dukung peraturan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
b. Perbaikan infrastruktur, sarana dan prasana;
c. Penguatan menejemen pasar;
d. Dukungan permodalan

Anda mungkin juga menyukai