Anda di halaman 1dari 50

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Enamel merupakan bagian tubuh yang paling keras. Komposisi enamel
terdiri atas 97% zat anorganik yang sebagian besar tersusun atas kristal
hidroksiapatit (Ca
10
(PO
4
)
6
(OH)
2
). Enamel terbagi atas bagian luar yang disebut
surface enamel dan bagian dalam yang disebut subsurface enamel. Surface
enamel lebih banyak mengandung fluor dan sedikit mengandung karbonat
sehingga lebih tahan terhadap serangan asam dari pada subsurface enamel.
1
Enamel dapat mengalami pelarutan mineral atau demineralisasi akibat
konsentrasi asam yang mempunyai pH di bawah 5,5 lebih tinggi pada permukaan
enamel dari pada di dalam enamel. Demineralisasi dapat dibedakan menjadi dua
keadaaan patologis yaitu karies dan non karies. Salah satu bentuk keadaan
patologis non karies yaitu erosi.
2,3
Asam penyebab karies berbeda dengan asam
penyebab erosi. Karies gigi disebabkan oleh asam yang merupakan hasil
fermentasi karbohidrat dan sisa makanan oleh bakteri dalam mulut sedangkan
asam penyebab erosi bukan dari hasil fermentasi bakteri.
4

Erosi dapat disebabkan oleh 2 faktor, yaitu faktor instrinsik dan faktor
ekstrinsik. Faktor instrinsik yang dapat menyebabkan erosi diantaranya asam
lambung akibat gastro-esophangeal reflux dissease dan gangguan psikologis
seperti anorexia dan bulimia. Faktor ekstrinsik penyebab erosi yaitu akibat
mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung asam, konsumsi obat-
2



obatan bersifat asam dalam jangka waktu yang lama, dan akibat lingkungan yaitu
udara yang mengandung asam seperti pada daerah perindustrian.
2,5
Demineralisasi enamel terjadi akibat lepasnya ion kalsium dari enamel gigi
yang dipengaruhi oleh asam sehingga struktur enamel terurai. Pada saat enamel
berkontak dengan asam maka komponen ion hidrogen dari asam akan mulai
melarutkan kristal enamel pada permukaan dan selanjutnya masuk ke bawah
permukaan enamel. Jika demineralisasi terjadi secara terus menerus maka akan
terbentuk pori-pori kecil pada enamel yang disebut sebagai porositas yang dapat
menyebabkan penurunan kekerasan enamel.
6
Jika erosi gigi tidak ditangani maka lama kelamaan erosi tersebut akan
mencapai dentin yang dapat mengakibatkan meningkatnya sensitivitas dentin,
sehingga gigi menjadi lebih sensitif saat terpapar rangsangan terutama rangsangan
seperti panas, dingin dan asam.
7
Hipersensitivitas dentin digambarkan sebagai
rasa sakit yang terjadi secara spontan, tajam dan hanya berlangsung sementara.
Kondisi ini dapat mengganggu selama proses pengunyahan makanan, pada saat
minum dan juga saat menyikat gigi, sehingga dapat mengganggu proses
penyerapan nutrisi makanan.
8
Terbukanya tubulus dentin akibat erosi juga
mengakibatkan masuknya bakteri yang dapat menginfeksi pulpa sehingga
menyebabkan radang pada pulpa (pulpitis irreversible) dan akhirnya dapat
menyebabkan nekrosis pulpa dan juga periodontitis. Bakteri yang masuk melalui
pulpa dapat masuk ke pembuluh darah sehingga dapat mengakibatkan gangguan
sistem kardiovaskular, gangguan jalan nafas, bakteremi bahkan sepsis.
9
3



Pada penelitian yang dilakukan oleh Visvanathan pada tahun 2011 terhadap
218 orang pelajar SMP di Medan, didapatkan hasil bahwa 28,40% dari seluruh
sampel mengalami erosi. 24,8% dari sampel mengalami erosi ringan dan 3,70%
mengalami erosi sedang.
10
Jaeggi dan Lussi (2008) melaporkan prevalensi erosi gigi pada orang
dewasa lebih tinggi dibandingkan anak-anak.
11
Berdasarkan hasil survei nasional
di Inggris tahun 1993, yang dilakukan pada 17.061 anak-anak dengan berbagai
rentang usia menunjukkan bahwa lebih dari setengah anak-anak usia 5 dan 6
tahun terdapat erosi pada gigi mereka. Pada kelompok usia lebih dari 11 tahun,
hampir 25 % memiliki erosi. Pada sebuah penelitian di Liverpool terhadap 1.035
anak 14 tahun yang dipilih secara acak, menunjukkan bahwa 30 % dari populasi
terdapat erosi yang telah mencapai dentin pada bagian insisal, 8 % mengalami
erosi yang mencapai dentin pada bagian lingual dan oklusal. Tingginya prevalensi
erosi ini diperkirakan karena konsumsi minuman asam yang tinggi.
12
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan pada sampel usia 26-30 tahun sebanyak 197 orang dan
usia 46-50 tahun sebanyak 194 orang, didapatkan hasil 16% dari seluruh sampel
terdapat erosi pada bagian fasial gigi, 30% dari kelompok usia 26-30 tahun dan
43% dari kelompok usia 46-50 tahun terdapat erosi yang parah pada bagian
oklusal gigi mereka.
13
Jensdottir dkk melakukan penelitian terhadap 40 orang wanita dan 40 orang
pria yang sering mengkonsumsi minuman ringan. Pada penelitian tersebut
didapatkan hasil bahwa sampel yang mengkonsumsi minuman ringan lebih dari
tiga kali seminggu memiliki resiko tiga kali lipat terkena erosi pada gigi seri dan
4



geraham mereka. Pada sampel yang mengkonsumsi minuman ringan lebih dari 1
liter per minggu memiliki skor erosi yang tinggi pada gigi geraham mereka.
14
Salah satu minuman bersifat asam yang dapat menyebabkan terjadinya erosi
adalah minuman ringan. Minuman ringan terdiri dari 2 jenis, yaitu : minuman
ringan berkarbonasi dan minuman ringan tanpa karbonasi. Minuman ringan
berkarbonasi yang banyak dijual di pasaran seperti Coca-Cola, Sprite, Fanta dan
lain sebagainya. Minuman ringan tanpa karbonasi contohnya jus buah dalam
kemasan seperti Pulpy Orange, Nutrisari, Buavita dan lain-lain. Minuman ringan
seperti minuman berkarbonasi, sari buah, dan minuman isotonik diketahui
mempunyai pH di bawah 5,5 sehingga dapat mengakibatkan demineralisasi
enamel.
15,16
Di Indonesia terjadi peningkatan jumlah konsumsi minuman ringan per
tahunnya. Berdasarkan data statistik pangan 2012, untuk konsumsi sari buah
terjadi peningkatan sebesar 33,11% dari tahun 2007-2011 sedangkan untuk
konsumsi minuman isotonik terjadi peningkatan sebesar 7,64% dan konsumsi
minuman berkarbonasi meningkat sebesar 7,62%.
17
Minuman sari buah dengan
produksi dan penjualan terbesar pada 2009 yaitu Buavita produksi PT. Unilever
Indonesia Tbk sebanyak 29,1%. Produk Frutang memiliki pangsa pasar kedua
sebesar 24,4%. Kompetitor lainnya di minuman sari buah adalah PT. Coca Cola
Indonesia yang memproduksi Minute Maid Pulpy Orange.
18
Di Amerika pada tahun 2002 rata-rata konsumsi minuman ringan adalah
sekitar 25 ons atau 750 ml per hari. Pada anak-anak usia pra sekolah
5



mengkonsumsi minuman ringan rata-rata 250 ml per hari sedangkan untuk anak-
anak usia 12-19 tahun rata-rata mengkonsumsi 700 ml minuman ringan per hari.
19
Di Inggris pada tahun 2000 diketahui rata-rata konsumsi minuman ringan
lebih dari 120 L per kapita per tahun. Angka tersebut mewakili rata-rata sekitar
50% total cairan tubuh yang dikonsumsi individu, artinya setengah dari total
cairan tubuh yang dikonsumsi individu berasal dari minuman ringan.
20
Penelitian in vitro yang dilakukan oleh Lussi dkk menunjukkan bahwa jus
buah berpotensi menyebabkan erosi. Hal ini disebabkan jus buah mempunyai
kandungan asam titrasi yang tinggi.
21
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh
Camilo dkk tahun 2008 yang melaporkan bahwa terjadi penurunan kekerasan
enamel 1/3 sampai dari kekerasan awal setelah mengkonsumsi soft drink.
22

Pada penelitian yang dilakukan Prasetyo yang melakukan perendaman
sampel dalam teh botol (pH 6,7), aquadest (pH 7,5), dan cola (pH 2,5) didapatkan
hasil bahwa terjadi pengurangan kekerasan email gigi yang sangat nyata pada
perendaman sampel di dalam minuman ringan (cola).
4
Menurut Larsen dkk yang
melakukan penelitian dengan menggunakan minuman ringan berkarbonasi (pH 3),
jus jeruk (pH 4), dan juga air mineral (pH 7) didapatkan hasil bahwa pada
perendaman dengan minuman pH 7 didapatkan kelarutan email sebanyak 0,008
gr, sedangkan pada pH 4 dan 3 terjadi pelarutan email sebanyak 5 gr dan 85 gr.
23
Di Indonesia dan juga negara-negara lainnya terjadi peningkatan prevalensi
erosi pada berbagai rentang usia dan juga terjadi peningkatan jumlah konsumsi
minuman ringan, baik yang berkarbonasi maupun tanpa karbonasi.
10,12,17,19

Minuman ringan tanpa karbonasi yang bersifat asam merupakan salah satu faktor
6



ekstrinsik penyebab erosi.
5
Larutnya kandungan mineral pada enamel akibat erosi
dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kekerasan permukaan enamel gigi.
6

Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh minuman ringan
tanpa karbonasi terhadap kekerasan permukaan email gigi.

1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana perbedaan rata-rata kekerasan permukaan email gigi pasca
ekstraksi sebelum dan sesudah perendaman dalam minuman ringan tanpa
karbonasi?

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbedaan rata-rata kekerasan permukaan email gigi
pasca ekstraksi sebelum dan sesudah perendaman dalam minuman ringan
tanpa karbonasi.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pH minuman ringan tanpa karbonasi dan aquadest
yang akan digunakan.
b. Untuk mengetahui nilai rata-rata kekerasan permukaan email gigi pasca
ekstraksi yang digunakan sebelum diberi perlakuan.
c. Untuk mengetahui nilai rata-rata kekerasan permukaan email gigi pasca
ekstraksi yang digunakan sesudah direndam dalam aquadest dan
minuman ringan tanpa karbonasi
7



d. Untuk mengetahui perbedaan selisih rata-rata kekerasan permukaan
email gigi sebelum dan sesudah perendaman pada minuman ringan
tanpa karbonasi dan aquadest.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Ilmu Pengetahuan
Sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di
bidang kedokteran gigi tentang perbedaan rata-rata kekerasan permukaan
email gigi setelah perendaman dalam minuman ringan tanpa karbonasi.
1.4.2 Bagi Masyarakat
Sebagai tambahan wawasan dan informasi mengenai minuman ringan tanpa
karbonasi yang sering dikonsumsi masyarakat dan pengaruhnya terhadap
kekerasan permukaan email gigi.
1.4.3 Bagi Peneliti
a. Sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan tentang minuman ringan
tanpa karbonasi dan kekerasan permukaan email gigi, serta pengaruh
minuman ringan tanpa karbonasi terhadap kekerasan permukaan email
gigi.
b. Sebagai data bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mengenai perbedaan rata-rata kekerasan permukaan email gigi
pasca ekstraksi setelah perendaman dalam minuman ringan tanpa karbonasi.
Sampel penelitian adalah gigi premolar pasca ekstraksi dengan kondisi gigi tanpa
8



karies. Sampel yang telah ditanam kemudian direndam dalam larutal alkohol 70%
kemudian di tanam di dalam balok gips kemudian setelah diukur kekerasan awal
permukaan enamel gigi, sampel diberikan perlakuan dan dilakukan pengujian
kekerasan permukaan enamel sampel. Penelitian ini akan di lakukan di
Laboratorium Metalurgi Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Andalas. Objek penelitian ini adalah kekerasan permukaan enamel gigi.

9



BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Enamel
Enamel merupakan jaringan keras yang menutupi permukaan anatomis gigi
terluar. Komposisi enamel yaitu 97% tersusun oleh zat anorganik yang terdiri dari
apatit dan karbonat. 1% terdiri dari zat organik seperti keratin dan
mukopolisakarida, 2% lainnya terdiri atas air.
1
William dan Elliot (1979) menyusun komposisi mineral enamel dalam
jumlah besar berupa Ca, P, CO
2
, Na, Mg, Cl dan K sedangkan dalam jumlah kecil
berupa F, Fe, Zn, Sr, Cu, Mn dan Ag. Zat anorganik yang utama berupa
hidroksiapatit [Ca
10
(PO
4
)
6
(OH)
2
] sekitar 90-92% dari volumenya yang tersusun
atas komponen-komponen kalsium fosfat.
24,25
Secara struktural enamel terdiri dari jutaan enamel rod atau prisma yang
tersusun pada enamel dengan dasarnya tegak lurus pada dentino enamel junction
dan puncaknya pada permukaan luar gigi, serta saling mengikat satu sama lain.
Pada potongan melintang enamel rod tampak seperti lubang kunci yang terdiri
atas kepala dan ekor. Enamel rod terisi oleh kristal apatit. Letak kristal apatit
pada bagian kepala sejajar dengan sumbu panjang enamel rod sedangkan pada
bagian ekor membentuk sudut 70
0
. Letak kristal apatit pada bagian ekor ini
membuat daerah ini tidak terlalu padat sehingga mudah untuk dimasuki asam.
1


Enamel memiliki ketebalan yang berbeda pada setiap area gigi. Lapisan
enamel yang paling tebal terdapat pada permukaan insisal dan oklusal gigi dan
10



semakin menipis hingga ke pertemuan cemento enamel junction. Ketebalan
enamel juga berbeda satu gigi dengan yang lainnya. Ketebalan enamel pada
insisal ridge insisivus rata-rata 2,5 mm, pada cups premolar rata-rata 2,3-2,5 mm
sedangkan pada cups molar rata-rata 2,5 mm sampai 3 mm dan pada permukaan
lateral 1,3 mm.
24,25
Meskipun enamel merupakan struktur yang sangat keras dan padat, namun
enamel bersifat permeabel terhadap ion-ion dan molekul yang dapat mengalami
penetrasi sebagian atau kompleks. Enamel dapat larut ketika berkontak dengan
asam, sehingga larutnya sebagian atau keseluruhan mineral enamel akan
menurunkan kekerasannya.
4,24

2.2 Demineralisasi
Demineralisasi adalah hilangnya sebagian atau seluruh mineral pada enamel
gigi. Demineralisasi dapat terjadi apabila enamel berada dalam suatu lingkungan
pH di bawah 5,5.
4,12
Demineralisasi dapat dibedakan menjadi dua keadaan patologis yaitu karies
dan non karies. Demineralisasi yang disebabkan oleh non karies yaitu abrasi, atrisi
dan, erosi. Abrasi adalah hilangnya jaringan keras gigi akibat proses mekanis
abnormal yang mengenai gigi dan terjadi secara terus menerus di dalam mulut.
Penyebab abrasi antara lain akibat teknik menyikat gigi yang salah dan juga
kebiasaan buruk seperti kebiasaan menggigit benang. Atrisi adalah hilangnya
jaringan keras gigi akibat proses fisiologis tanpa adanya intervensi zat asing.
Atrisi bisa disebabkan karena pemakaian gigi baik untuk pengunyahan,
11



penelanan, berbicara dan juga akibat kebiasaan buruk seperti bruxism.
25
Erosi
adalah hasil dari suatu keadaan patologis, kronis ataupun kehilangan lokal dari
jaringan keras gigi yang terjadi secara kimiawi akibat terpaparnya gigi oleh asam
yang bukan berasal dari bakteri.
20
Demineralisasi jaringan keras gigi akibat karies dan erosi sama-sama
disebabkan oleh asam tetapi asam penyebab karies dan asam penyebab erosi
berbeda. Asam penyebab karies merupakan hasil fermentasi karbohidrat sisa-sisa
makanan oleh bakteri sedangkan asam penyebab erosi berasal dari makanan dan
minuman, asam lambung, obat-obatan dan uap asam pada daerah
perindustrian.
2,4,5
Perbedaan lainnya adalah erosi terjadi merata pada permukaan
gigi sedangkan karies terlokalisasi dan kerusakan ke dalam.
27
Demineralisasi enamel terjadi akibat lepasnya mineral dari enamel gigi yang
dipengaruhi oleh asam sehingga struktur enamel terurai. Reaksi kimia pelepasan
mineral dari enamel gigi dalam suasana asam ditunjukkan melalui gambar berikut:


Gambar 2.1. Proses demineralisasi enamel gigi
28
12




Pada saat mengkonsumsi minuman asam maka terdapat perbedaan
konsentrasi dari larutan di permukaan dengan di dalam enamel. Larutan yang
berkonsentrasi tinggi dengan pH rendah akan berdifusi ke dalam enamel gigi
melalui kisi-kisi kristal dan prisma enamel yang mengandung air dan matriks
organik atau protein. Asam dari minuman tersebut akan terionisasi menjadi ion H
+

dan akan merusak kalsium hidroksiapatit serta menguraikannya menjadi ion-ion
Ca
2+
, OH
-
, PO
4
3-
. Ion yang terbentuk masuk ke dalam larutan email dan
membentuk senyawa kompleks. Setelah konsentrasi senyawa kompleks ini cukup
tinggi maka molekul-molekul tersebut akan lepas dan keluar dari susunan
enamel.
6,21
Jika demineralisasi terjadi secara terus menerus maka akan terbentuk
pori-pori kecil pada enamel yang disebut sebagai porositas yang dapat
menyebabkan penurunan kekerasan enamel dan membuat enamel lebih rentan
terhadap dampak mekanik.
6

Apabila demineralisasi pada enamel terus berlangsung maka kerusakan akan
terus berlanjut sampai ke dentin. Pada dentin terjadi proses yang sama seperti
pada email namun lebih kompleks. Apabila zat asam telah sampai ke dentin, maka
demineralisasi yang pertama kali akan terjadi di batas antara peritubular dan
intertubular dentin. Kemudian peritubular dentin akan hilang, menyebabkan
tubulus lamina akan melebar dan akhirnya membentuk lapisan superfisial dari
demineralisasi matriks kolagen.
21,29



13



2.3 Erosi
Erosi adalah hilangnya jaringan keras gigi secara irreversibel akibat proses
kimia tanpa melibatkan bakteri.
12
Hilangnya enamel akibat erosi dapat terjadi
dalam dua bentuk. Pertama, hilangnya jaringan keras gigi secara langsung akibat
demineralisasi enamel. Kedua, setelah terjadi demineralisasi jaringan keras gigi
tidak langsung habis melainkan terbentunya jaringan lunak pada enamel yang
lama kelamaan akan menghilang akibat keausan mekanis.
29
Gejala klinis awal dari erosi gigi diantaranya adalah pada tahap awal warna
enamel menjadi buram akibat hilangnya permukaan yang mengkilat pada enamel,
kemudian bagian gigi yang cembung menjadi rata dan sering ditemui enamel
cuff atau ceruk pada permukaan servikal. Jika enamel terus terpapar oleh asam
maka akan terbentuk cekungan pada permukaan oklusal dan insisisal gigi, cups
gigi menjadi bundar dan tepi restorasi terlihat lebih tinggi dari permukaan gigi
disekitarnya.
30,31

Jika erosi terus dibiarkan berlanjut maka lama kelamaan erosi tersebut akan
mencapai dentin. Dentin mengalami erosi dapat mengakibatkan meningkatnya
sensitivitas dentin sehingga gigi menjadi lebih sensitif saat terpapar rangsangan
terutama rangsangan seperti panas, dingin dan asam.
7
Hipersensitivitas dentin
digambarkan sebagai rasa sakit yang terjadi secara spontan dan tajam. Rasa sakit
akan hilang setelah rangsangan dihilangkan. Kondisi ini dapat mengganggu
selama proses pengunyahan makanan, pada saat minum dan juga saat menyikat
gigi sehingga dapat mengganggu proses penyerapan nutrisi makanan.
8
Erosi yang
sudah mencapai dentin dapat menyebabkan terbukanya tubulus dentin sehingga
14



memungkinkan masuknya bakteri. Bakteri yang masuk ke tubulus dentin
kemudian akan masuk ke dalam pulpa sehingga dapat menginfeksi pulpa yang
menyebabkan pulpitis irreversible. Keadaan ini pada akhirnya dapat
menyebabkan nekrosis pulpa dan juga periodontitis. Bakteri yang masuk melalui
pulpa dan jaringan periodontal dapat masuk ke pembuluh darah sehingga dapat
mengakibatkan penyakit sistemik lainnya seperti gangguan kardiovaskular,
gangguan jalan nafas, bakteremia bahkan sepsis.
9

Gambar 2.2. Kehilangan struktur pada permukaan gigi yang menyeluruh dan
enamel gigi insisivus maksila tampak seperti terpoles. Lapisan enamel yang ada
tampak sangat tipis.
12


Gambar 2.3. Tepi restorasi yang terlihat lebih tinggi dari permukaan gigi akibat
erosi pada pasien laki-laki umur 33 tahun dengan gastro-esophangeal reflux.
12

15




Gambar 2.4. Erosi pada oklusal gigi yang menyebabkan cups membulat.
30


Gambar 2.5. Bagian gigi yang cembung menjadi rata dan terdapat enamel cuff
atau ceruk pada permukaan servikal.
11


Faktor penyebab erosi berdasarkan asal asam penyebab erosinya dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu faktor instrinsik dan ekstrinsik.
2,5,30
Faktor instrinsik
penyebab erosi berasal dari asam lambung. Erosi yang disebabkan oleh asam
lambung ini biasanya sering mengenai daerah palatal pada gigi anterior. Penyakit
yang dapat menimbulkan asam lambung penyebab erosi diantaranya adalah
Gastro-esophageal Reflux dan gangguan makan seperti Anorexia Nervosa dan
Bulimia.
32
Gastro-esophageal Reflux yaitu pergerakan spontan isi lambung dari
perut ke mulut. Pada kondisi ini isi lambung melewati esophagus bagian bawah
lalu mencapai esophagus diluar kesadaran penderita. Pada beberapa pasien,
16



kondisi ini berlanjut melewati sphincter esophagus yang lebih tinggi untuk
mencapai rongga mulut. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya tekanan
abdominal dan sphincter esophagus bagian bawah tidak mampu berelaksasi
sehingga cairan lambung mencapai rongga mulut. Asam lambung dengan pH
dibawah 1 yang sampai di mulut dan berkontak dengan gigi mengakibatkan
terjadinya erosi.
12
Pada anoreksia nervosa penderita biasanya menahan diri untuk
tidak makan sepanjang hari yang dapat menyebabkan meningkatnya asam
lambung dan rangsangan muntah kronis. Hal ini biasanya disebabkan oleh
keinginan untuk menurunkan berat badan dan juga gangguan psikologis.
32

Bulimia merupakan suatu gangguan psikosomatik dimana seseorang makan
dengan jumlah yang belebihan kemudian memuntahkan kembali makanan
tersebut. Penelitian menunjukkan 90% persen penderita bulimia mengalami erosi
pada gigi insisal maksila dan mandibula.
33
Faktor ekstrinsik penyebab erosi diantaranya makanan dan minuman yang
mengandung asam, konsumsi obat-obatan bersifat asam dalam jangka waktu yang
panjang dan akibat lingkungan, seperti udara yang mengandung asam pada daerah
peridustrian.
12
Pada makanan, minuman dan buah-buahan dengan pH 2,0-3,8
terdapat kandungan asam hidroksi organik seperti asam sitrat, asam malat, asam
tartarat dan asam laktat. Asam sitrat dan asam malat biasanya terdapat di dalam
buah-buahan. Asam tartarat terdapat dalam buah anggur dan minuman anggur.
Sedangkan asam laktat terdapat pada produk hasil fermentasi seperti yogurt.
34

Berikut ini adalah tabel pH beberapa makanan dan minuman yang sering
dikonsumsi:
17




Tabel 2.1. pH beberapa jenis makanan dan minuman

Jenis makanan/minuman Kisaran pH
Buah-buahan
Apel
Aprikot
Anggur
Peach
Plum
Lemon
Jeruk
Nenas

2,9-3,5
3,5-4,0
3,3-4,5
3,1-4,2
2,8-4,6
1,8-2,4
2,8-4,0
3,3-4,1
Minuman ringan dan minuman bersoda
Kopi
Teh
Bir
Minuman anggur
Pepsi
Coca-cola
Nutrisari

2,4-3,3
4,2
4,0-5,0
2,3-3,8
2,7
2,7
2,0-4,0
Bahan makanan
Mayones
Cuka
Salad
Saos tomat

3,8-4,0
2,4-3,4
3,3
3,7

Mengkonsumsi obat-obatan bersifat asam secara teratur dan dalam jangka
waktu tertentu juga dapat meningkatkan resiko terjadinya erosi pada gigi. Hal ini
disebabkan karena pada beberapa obat-obatan dapat menurunkan laju alir dan juga
18



buffer saliva seperti tranquilizer (obat penenang), anti-histamin, dan anti-
parkinson. Berdasarkan hasil penelitian tablet hisap vitamin C juga dapat
menyebabkan erosi karena menghisap vitamin C dapat menurunkan pH rongga
mulut dan juga pH saliva. Penggunaan obat asma secara inhalasi jangka panjang
dapat mengakibatkan terjadinya penurunan laju alir saliva akibat kandungan
albutamol, salmeterol atau terbutalin yang akhirnya dapat menyebabkan erosi.
35

Untuk mengevaluasi kehilangan jaringan gigi akibat erosi dapat dilakukan
beberapa teknik, yaitu:
36
a. Scanning Electron Microscopy (SEM)
b. Mengukur kekerasan permukaan enamel
c. Surface Profilometry
d. Iodide Permeability Test (IPT)
e. Analisa kimia dari mineral yang terlarut pada gigi yang mengalami erosi
f. Microradiography
g. Confocal Laser Scanning Microscopy (CLSM)
h. Pengukuran ketebalan enamel secara ultrasonik

2.4 Minuman Ringan
Minuman ringan adalah minuman yang tidak mengandung alkohol,
merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau cair yang mengandung
bahan makanan atau bahan tambahan lainnya baik alami maupun sintetik yang
dikemas dalam kemasan siap untuk dikonsumsi. Minuman ringan terdiri dari dua
jenis, yaitu: minuman ringan dengan karbonasi (carbonated soft drink) dan
19



minuman ringan tanpa karbonasi. Minuman ringan dengan karbonasi adalah
minuman yang dibuat dengan mengabsorpsi karbondioksida ke dalam air minum,
sedangkan minuman ringan tanpa karbonasi adalah minuman ringan yang tidak
mengandung karbonasi, seperti teh dan sari buah dalam kemasan.
37
Salah satu jenis minuman ringan tanpa karbonasi yaitu sari buah dalam
kemasan dengan komposisi sari buah dan air sebanyak 90% dan beberapa bahan
tambahan seperti :
38,39
a. Mineral
b. Vitamin
c. Bahan pemanis, seperti: sukrosa, dekstrosa anhidrat, glukosa dan
fruktosa
d. Pengatur keasaman yaitu bahan tambahan makanan yang dapat
mengasamkan, menetralkan, dan mempertahankan derajat keasaman
seperti : Asam Asetat, Asam Sitrat, Asam Malat, Asam Suksinat, Asam
Tartrat dan Asam Laktat.
e. Perisa dan ekstrak
f. Flavor emulsion
Beberapa penelitian melaporkan bahwa minuman ringan mempunyai pH
yang sangat rendah dan terdapat hubungan erat antara frekuensi mengkonsumsi
minuman ringan yang bersifat asam dengan erosi gigi.
25
Penelitian sebelumnya
menyebutkan bahwa erosi gigi tidak hanya bergantung pada pH minuman saja
namun juga dipengaruhi oleh kapasitas buffer, jenis asam, kadar asam, kandungan
fosfat, kalsium dan fluor dalam minuman. Minuman dengan pH yang tinggi,
20



kapasitas buffer yang rendah dan konsentrasi kalsium, fosfat dan fluor yang tinggi
akan mengurangi daya erosif suatu minuman.
4,20


2.5 Vicker Hardness Tester
Ada berbagai teknik yang digunakan untuk mengevaluasi kehilangan
jaringan keras gigi akibat erosi. Salah satu teknik yang digunakan adalah dengan
mengukur kekerasan permukaan email.
36
Kekerasan enamel dapat diukur dengan menggunakan Vicker Hardness
Tester (VHN). Craig dan Peyton melaporkan bahwa kekerasan enamel berkisar
antara 344-418 VHN. Collys dkk melaporkan kekerasan enamel berkisar antara
369-431 VHN sedangkan Wilson dan Love melaporkan kekerasan permukaan
enamel berkisar antara 263-327 VHN. Variasi kekerasan enamel ini terjadi
dikarenakan faktor seperti gambaran histologi, komposisi kimia, persiapan
specimen, beban pengukuran dan kesalahan pembacaan (reading error) pada
indentation length (IL).
40
Menurut ADA (America Dental Association) metode uji kekerasan Vickers
dalam kedokteran gigi ditujukan untuk mengukur kekerasan permukaan logam
emas tuang (dental casting gold) dan bahan-bahan yang mempunyai sifat mudah
pecah sehingga dapat digunakan untuk mengukur kekerasan permukaan gigi.
Metode uji kekerasan Vickers menggunakan indentasi bahan uji berupa indentor
berlian berbentuk piramida dengan basis berbentuk persegi yang membentuk
sudut 136
0
antara permukaan yang berlawanan. Untuk mengukur permukaan
email gigi menggunakan micro-vickers dengan indentor yang memiliki beban 1-
21



1000 gr. Beban ditekankan selama 10 sampai 20 detik. Kedua diagonal indentasi
yang tersisa di permukaan material setelah pengangkatan beban diukur dengan
menggunakan mikroskop dan kemudian dihitung rata-ratanya. Angka kekerasan
Vickers didapat dengan menggunakan rumus:
41,42,43

Keterangan:
F = beban (kg)
d = jumlah dari dua diagonal, d1 dan d2 (mm)
HV = Vickers Hardness

Gambar 2.6. Prinsip uji kekerasan Vickers
41


22



2.6 Kerangka Teori




Demineralisasi email Kekerasan email gigi
Karies


Non karies

Atrisi


Erosi


Abrasi


Faktor Penyebab


Evaluasi kehilangan jaringan gigi
akibat


Scanning Electron Microscopy
Surface Profilometry

Iodide Permeability Test
Analisa kimia dari mineral
yang terlarut
Microradiography

Pengukuran ketebalan enamel
secara ultrasonik
Uji kekerasan permukaan
email
Vickers Hardness
Tester (VHN)
ekstrinsik


instrinsik


Gastro-
Oesophageal
Reflux


Anorexia Nervosa


Bulimia


Makanan


Obat-obatan


Lingkungan


Minuman


Mimuman Ringan


Karbonasi


Tanpa Karbonasi


pH


Kadar Asam


Jenis Asam

Kapasitas Buffer


Kandungan fosfat, kalsium
dan fluor


23



BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep












Gambar 3.1. Kerangka Konsep



Gambar 3.1. Kerangka Konsep


Variabel Bebas
Minuman ringan tanpa
karbonasi dan aquadest
Variabel Terikat
Kekerasan permukaan
enamel gigi
Variabel yang mempengaruhi dan dikontrol
tanpa pembedaan
1. Jenis minuman yang digunakan
2. Jenis gigi yang digunakan
3. Lama perendaman yaitu 25 jam
4. Teknik pengukuran kekerasan : beban
100gr (9,8 N)
5. Alat ukur pH : pH meter
6. Alat pengukuran kekerasan : Vickers
Hardness Tester

24



3.2 Variabel Penelitian dan Definisi operasional
3.2.1 Variabel Penelitian
a. Variabel bebas adalah minuman ringan tanpa karbonasi dan
aquadest.
b. Variabel terikat adalah kekerasan permukaan enamel gigi dengan
satuannya VHN (Vickers Hardness Number).
c. Variabel terkendali adalah jenis minuman ringan tanpa karbonasi
yang digunakan, jenis gigi yang digunakan, lama perendaman
(selama 25 jam), teknik pengukuran kekerasan yaitu dengan pH
meter, dan alat uji kekerasan permukaan Vicker Hardness Tester.
3.2.2 Definisi Operasional
a. Minuman ringan tanpa karbonasi
Minuman dalam kemasan siap minum yang tidak mengandung
karbondioksida, seperti teh dan sari buah dalam kemasan. Dalam
penelitian ini menggunakan minuman kemasan sari buah jeruk
dengan merek Buavita yang diproduksi oleh PT. Unilever
Indonesia Tbk.
Kandungan minuman sari buah jeruk Buavita: air, sari buah
jeruk, sukrosa, bulir jeruk, pemantap nabati, pengatur keasaman
asam sitrat, perisa jeruk, pewarna alami karoten, vitamin C dan
Vitamin A.
44


25



b. Kekerasan permukaan enamel gigi
Tingkat kekerasan email gigi yang diukur dengan skala mikro
dengan menggunakan alat Vickers Hardness Tester.
c. Waktu perendaman
Lamanya perendaman sampel dalam minuman ringan tanpa
karbonasi ditentukan berdasarkan rata-rata banyaknya konsumsi
minuman ringan yaitu 25 ons atau 750 ml per hari. Saat
mengkonsumsi minuman ringan diperlukan waktu selama 20
detik untuk berkontak dengan gigi sehingga didapatkan bahwa
selama 1 tahun enamel terpapar oleh minuman ringan selama
90.000 detik (1.500 menit atau 25 jam).
19


3.3 Hipotesis
Terdapat perbedaan kekerasan permukaan enamel gigi pasca ekstraksi
sebelum dan sesudah perendaman dengan minuman ringan tanpa karbonasi
selama 25 jam.

26



BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini berupa uji kekerasan secara eksperimental laboratoris dengan
menggunakan pre test post test with control group.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Metalurgi Program Studi Teknik
Mesin Fakultas Teknik Universitas Andalas, pada bulan Februari 2014.

4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi penelitian adalah gigi premolar permanen pasca ekstraksi.
4.3.2 Sampel
Sampel penelitian adalah gigi premolar permanen pasca ekstraksi
dengan kriteria sampel: bebas karies, fraktur dan tambalan.
4.3.3 Besar Sampel
Jumlah sampel penelitian menggunakan rumus Frederer sebagai
berikut:
(t-1)(r-1) 15
Keterangan:
t : jumlah perlakuan
27



r : jumlah sampel
Dalam penelitian ini akan diberikan 2 perlakuan pada gigi premolar
yaitu dengan perendaman dalam minuman ringan tanpa karbonasi dan
dalam aquadest.
(t-1)(r-1) 15
(2-1)(r-1) 15
r-1 15
r 16
Maka jumlah sampel minimal yang dibutuhkan untuk setiap kelompok
perlakuan adalah 16 buah.

4.3.4 Jumlah Sampel
Keseluruhan sampel berjumlah 32 buah yang dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu :
a. Kelompok A : 16 buah sampel yang akan direndam dengan minuman
ringan tanpa karbonasi
b. Kelompok B : 16 buah sampel sebagai kontrol yang hanya direndam
dengan aquadest.
4.4 Pengukuran dan Pengamatan Variabel Penelitian
4.4.1 Alat dan Bahan Penelitian
a. Alat Penelitian :
1) pH meter digital
2) Vickers Hardness Tester
28



3) Sendok takar dan gelas ukur gips
4) Masker
5) Handscoon
6) Tempat perendaman sampel
7) Bowl
8) Spatula
9) Micromotor
10) Bur fraser
11) Kertas dan alat tulis
12) Tissue

Gambar 4.1. Vickers Hardness Tester (Dokumentasi peneliti)
29




Gambar 4.2. pH meter digital (Dokumentasi peneliti)

b. Bahan Penelitian
1) Gips stone
2) Alkohol 70%
3) Gigi premolar
4) Vaseline
5) Aquadest
6) Minuman sari buah Buavita rasa jeruk

Gambar 4.3. Minuman sari buah jeruk Buavita
30



4.4.2 Kriteria Spesimen
a. Bentuk dan ukuran spesimen
Spesimen gigi premolar pasca ekstraksi yang telah dilakukan
pemotongan pada pada bagian servikal.
b. Jumlah spesimen
Keseluruhan spesimen berjumlah 32 buah yang dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu 16 buah spesimen yang direndam dalam aquadest
(kontrol) dan 16 buah spesimen direndam dalam minuman ringan
tanpa karbonasi.
4.4.3 Prosedur Penelitian :
Penelitian dilakukan dengan prosedur kerja sebagai berikut :
a. Pengukuran pH minuman
1) Masukkan minuman ringan tanpa karbonasi dan aquadest
masing-masing ke dalam wadah.
2) Masukkan pH meter ke dalam larutan dan tunggu sampai angka
di layar pH meter tetap dan tidak berubah.
3) Catat angka yang ada pada layar sebagai pH masing-masing
larutan.
b. Penyiapan sampel sebelum dilakukan peredaman
1) Sampel gigi yang telah dikumpulkan direndam dalam larutan
alkohol 70%.
2) Gigi sampel kemudian dipotong pada bagian cemento enamel
junction menggunakan mikromotor dan bur fraser. Sampel
31



dipisahkan ke dalam dua kelompok yang masing-masing
kelompok terdiri dari 16 buah gigi.
3) Gigi yang telah dipotong ditanam dalam balok gips dengan cara
meletakkan gigi pada bagian mesial di dasar cetakan, kemudian
gips dimasukkan ke dalam cetakan dan ditunggu sampai gips
keras. Setelah keras, gips dikeluarkan dari cetakan dan dibalik
sehingga bagian mesial menghadap ke atas. Dalam pengadukan
gips harus dengan takaran yang sama agar didapatkan
konsistensi dan kekerasan gips yang sama tiap sampel. Balok
gips diberi nomor sesuai dengan kelompok masing-masing.
4) Melakukan pengukuran kekerasan awal pada semua sampel
sebelum dilakukan perendaman dengan menggunakan Vicker
Hardness Tester.
c. Perendaman sampel
1) Kelompok A : 16 buah sampel direndam dalam minuman ringan
tanpa karbonasi selama 25 jam.
2) Kelompok B : 16 buah sampel gigi direndam dalam aquadest
selama 25 jam.
d. Pengukuran kekerasan permukaan gigi
Pengukuran kekerasan permukaan gigi dilakukan sebanyak dua kali,
yaitu sebelum dilakukan perendaman pada sampel yang digunakan sebagai
data awal dan setelah dilakukan perendaman pada aquadest dan minuman
ringan tanpa karbonasi selama 25 jam.
32



Pengukuran kekerasan permukaan gigi dilakukan dengan
menggunakan Vickers Hardness Tester. Pengujian kekerasan pada tiap-tiap
sampel dilakukan pada bidang atas sampel. Pada bidang tersebut dilakukan
3 titik pengukuran.
Cara pengukuran kekerasan sampel yaitu balok gips dijepit dengan
permukaan menghadap ke atas kemudian dijepit dengan alat penjepit pada
meja alat Vickers Hardness Tester. Beban yang digunakan sebesar 100gr
(9,8 N) diatur supaya berada tepat di tengah lensa objektif dan difokuskan
dengan cara memutar pegangan yang ada pada kanan alat searah dengan
jarum jam. Setelah pada lensa okuler terlihat gambar dalam keadaan fokus,
sampel dipindahkan dengan menggeser ke arah kanan sehingga tepat berada
di bawah diamond penetrator, kemudian tombol penetrator ditekan,
diamond penetrator akan turun yang ditandai dengan menyalanya lampu
hijau. Bila diamond penetrator telah menyentuh sampel, maka lampu merah
akan menyala. Setelah 20 detik diamond penetrator akan naik lalu tunggu
sampai lampu padam. Sampel digeser kembali ke tempat lensa okuler dan
difokuskan lagi, sehingga akan terlihat gambar belah ketupat yang
merupakan bekas penekanan. Panjang diagonal diukur dengan mikrometer
yang ada di lensa okuler. Hasil pengukuran panjang diagonal tersebut
diambil rata-ratanya dan dimasukkan ke dalam rumus:

HV = kekerasan permukaan sampel (kg/mm2)
33



P = berat beban (kg)
d = panjang diagonal (mm)

4.5 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
4.5.1 Editing
Merupakan kegiatan melakukan pengecekan dan perbaikan data
yang salah sehingga memenuhi persyaratan untuk pengolahan data
selanjutnya.
4.5.2 Coding
Melakukan pemberian kode-kode tertentu dengan tujuan untuk
mempersingkat dan mempermudah pengolahan data.
4.5.3 Entry Data
Data yang telah diedit dan diberi kode kemudian diproses ke dalam
program statistik.
4.5.4 Cleaning Data
Melihat kembali data yang telah dimasukkan atau sudah diperiksa,
baik dalam pengkodean maupun entry data.

4.6 Teknik dan Analisis Data
a. Analisis Univariat
Analisa ini bertujuan untuk mendeskripsikan distribusi data masing-
masing variabel independen dengan variabel dependen.
34



b. Analisis Bivariat
Analisa data yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan t-test Independen dan dependen.

35



4.7 Alur Penelitian


















Pengukuran pH minuman ringan tanpa karbonasi dan aquadest
32 buah sampel gigi premolar
Pemotongan sampel gigi premolar pada cemento enamel junction dan
penanaman dalam balok gips dengan bagian mesial menghadap ke atas.
Kelompok A : 16 buah gigi
untuk perendaman pada
minuman ringan tanpa karbonasi
Kelompok B (kontrol): 16 buah
gigi untuk perendaman pada
aquadest
Pengukuran kekerasan awal (Vickers Hardness tester)
Perendaman sampel selama 25 jam pada masing-masing larutan
Pengukuran kekerasan setelah perendaman (Vickers Hardness Tester)
Analisis Data
36



BAB 5
HASIL PENELITIAN

Penelitian ini merupakan pengujian kekerasan permukaan email pada
sampel gigi premolar permanen pasca ekstraksi yang dilakukan pengukuran
kekerasan sebelum dan sesudah perendaman pada kelompok perlakuan yang
direndam dalam minuman ringan tanpa karbonasi dan dan kelompok kontrol yang
direndam dalam aquadest dengan sampel masing-masing 16 buah untuk setiap
kelompok dan setiap sampel memilki 3 titik pengukuran. Hasil pengukuran yang
diperoleh sesuai dengan rumus perhitungan nilai kekerasan permukaan email gigi
sebelum dan sesudah perendaman dalam minuman ringan tanpa karbonasi dan
aquadest yang dilakukan secara digital oleh alat Vickers Hardness Tester. Hasil
pengukuran sampel sebelum dan sesudah perendaman pada masing-masing
kelompok dapat dilihat pada Tabel 5.1 dan 5.2.
Tabel 5.1 Hasil Pengukuran Kekerasan Permukaan Email Gigi Pasca Ekstraksi
Sebelum dan Sesudah Perendaman dalam Minuman Ringan Tanpa Karbonasi
Sampel
Kekerasan (VHN)
Sebelum Sesudah
1 325,33 246
2 258,67 227,33
3 305,67 228
4 315 209,67
5 284 205,33
6 227,33 198,67
7 235,33 176
8 257,67 232,33
9 258,33 176,33
10 275,67 192,67
11 278,67 220,33
37



12 325,67 260,67
13 308,67 229,33
14 273,67 227,33
15 308 175,67
16 363,33 287
Rata-rata 287,56 218,29

Dari tabel di atas terlihat bahwa terdapat penurunan rata-rata kekerasan
permukaan email gigi sampel sebelum dan sesudah perendaman dalam minuman
ringan tanpa karbonasi. Rata-rata kekerasan permukaan email gigi sebelum
perendaman dalam minuman ringan tanpa karbonasi dari adalah 287,56 VHN dan
rata-rata kekerasan permukaan email gigi setelah perendaman dalam minuman
ringan tanpa karbonasi yaitu 218,29 VHN.
Tabel 5.2 Hasil Pengukuran Kekerasan Permukaan Email Gigi Pasca
Ekstraksi Sebelum dan Sesudah Perendaman dalam Aquadest
Sampel
Kekerasan (VHN)
Sebelum Sesudah
1 385 386,33
2 334,67 286,33
3 383 347,33
4 289,33 282
5 274 287
6 267,67 297,67
7 325 240
8 218,67 251,33
9 313,67 252
10 265,67 324
11 275,67 285
12 204,67 230
13 275,67 286
14 315 257,67
15 275,67 299,67
16 251,67 279,33
Rata-rata 290,94 286,98

38



Dari tabel 5.2 terlihat bahwa terdapat perbedaan rata-rata kekerasan
permukaan email gigi sampel sebelum dan sesudah perendaman dalam aquadest.
Rata-rata kekerasan permukaan email gigi sebelum perendaman dalam aquadest
dari adalah 290,94 VHN dan rata-rata kekerasan permukaan email gigi setelah
perendaman dalam aquadest yaitu 286,98 VHN.
Sebelum dilakukan uji analisis perbandingan pengukuran sebelum dan
sesudah perendaman dan perbandingan antar kelompok perlakuan dan kontrol,
terlebih dahulu dilakukan uji normalitas pada masing-masing kelompok dengan
menggunakan uji Kolmogrov Smirnov. Hasilnya kedua kelompok penelitian
mempunyai p lebih besar dari 0,05 (p>0,05) yang berarti data pada kedua
kelompok penelitian tersebut berdistribusi normal.
Grafik 5.1 Grafik box plot hasil pengukuran kekerasan permukaan email gigi
pasca ekstraksi sebelum perendaman dalam minuman ringan tanpa karbonasi dan
aquadest
aquadest minuman ringan tanpa karbonasi
400
350
300
250
200
D
a
t
a
Kekerasan permukaan email gigi pasca ekstraksi sebelum perendaman


39



Berdasarkan grafik 5.1 dapat disimpulkan bahwa nilai maksimal pada
pengukuran kekerasan permukaan email gigi sebelum perendaman dalam
minuman ringan tanpa karbonasi adalah 363,33 VHN dan nilai minimal 227,33
VHN dengan rata-rata 287,56 VHN. Pada pengukuran kekerasan sebelum
perendaman dalam aquadest, nilai maksimal 385 VHN dan nilai minimal 204,67
VHN dengan rata-rata 290,94 VHN. Pada data hasil pengukuran kekerasan
permukaan email gigi pasca ekstraksi sebelum perendaman dalam minuman
ringan tanpa karbonasi dan aquadest tidak terdapat data ekstrim.
Grafik 5.2 Grafik box plot hasil pengukuran kekerasan permukaan email gigi
pasca ekstraksi sesudah perendaman dalam minuman ringan tanpa karbonasi dan
aquadest
aquadest minuman ringan tanpa karbonasi
400
350
300
250
200
D
a
t
a
386.33
Kekerasan permukaan email gigi pasca ekstraksi sesudah perendaman


Berdasarkan grafik 5.2 dapat disimpulkan bahwa nilai maksimal untuk
pengukuran kekerasan email setelah perendaman dalam minuman ringan tanpa
karbonasi mempunyai yaitu 287 VHN dan nilai minimal 175,67 VHN dengan
40



rata-rata 218,29 VHN. Sementara untuk pengukuran kekerasan email setelah
perendaman dalam minuman ringan tanpa karbonasi mempunyai nilai maksimal
386,33 VHN dan nilai minimal 230 VHN dengan rata-rata 286,98 VHN. Pada
data hasil pengukuran kekerasan permukaan email gigi pasca ekstraksi sesudah
perendaman dalam minuman ringan tanpa karbonasi dan aquadest terdapat data
ekstrim yaitu 386,33 VHN.
Untuk mengetahui apakah perbedaan kekerasan sebelum dan sesudah
perendaman pada masing-masing kelompok signifikan, maka dilakukan uji
statistik Paired T-test pada masing-masing kelompok dan Independent t-test untuk
melihat perbandingan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
Tabel 5.3 hasil uji statistik nilai kekerasan sampel sebelum dan sesudah
perendaman dalam minuman ringan tanpa karbonasi
Kelompok N Sebelum Sesudah Selisih P
Minuman ringan
tanpa karbonasi
16
287,56
36,45
218,29
31,11
69,27
28,07
0,000
Aquadest 16
290,94
50,24
286,98
40,04
3,96
41,18
0,706
* : signifikan p<0,05
Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa kekerasan permukaan email gigi
sebelum perendaman mempunyai rata-rata 287,56 36,45. Rata-rata kekerasan
permukaan email gigi sesudah perendaman dalam minuman ringan karbonasi
218,29 31,11 dan selisih kekerasan sebelum dan sesudah perendaman dalam
minuman ringan tanpa karbonasi yaitu 69,27 28,07 serta mempunyai p<0,05
yaitu 0,000 yang berarti data pada pengukuran sebelum dan sesudah perendaman
tersebut memiliki perbedaan kekerasan permukaan yang signifikan atau
41



bermakna. Pada kelompok kontrol yaitu perendaman dalam aquadest kekerasan
permukaan email gigi sebelum perendaman mempunyai rata-rata 290,94 50,24.
Rata-rata kekerasan permukaan email gigi sesudah perendaman dalam aquadest
286,98 40,04 dan selisih kekerasan sebelum dan sesudah perendaman dalam
minuman ringan tanpa karbonasi yaitu 3,96 41,18 serta mempunyai p>0,05
yaitu 0,706 yang berarti data pada pengukuran sebelum dan sesudah perendaman
tersebut memiliki perbedaan kekerasan permukaan yang tidak signifikan atau
tidak bermakna.
Tabel 5.4 Hasil uji statistik perbandingan nilai kekerasan sampel sebelum dan
sesudah perendaman dalam minuman ringan tanpa karbonasi dan aquadest
Kelompok N
Minuman ringan
tanpa karbonasi
Aquadset
P
Sebelum 16 287,56 36,45 290,94 50,24 0,829
Sesudah 16 218,29 31,11 286,98 40,04 0,000

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa kekerasan sebelum perendaman pada
kelompok minuman ringan tanpa karbonasi dan aquadest mempunyai p>0,05
yaitu 0,829 yang berarti data kekerasan permukaan email gigi sebelum
perendaman kedua kelompok tersebut tidak mempunyai perbedaan yang
signifikan atau tidak bermakna. Kekerasan permukaan email gigi sesudah
perendaman dalam minuman ringan tanpa karbonasi dan aquadest mempunyai
p<0,05 yaitu 0,000 yang berarti data pada kedua kelompok tersebut memiliki
perbedaan kekerasan permukaan yang signifikan atau bermakna.

42



BAB 6
PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kekerasan permukaan
email gigi pasca ekstraksi sebelum dan sesudah perendaman dalam minuman
ringan tanpa karbonasi. Pada penelitian ini menggunakan kelompok kontrol yaitu
perendaman dalam aquadest. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara kekerasan permukaan email gigi pasca ekstraksi
sebelum dan sesudah perendaman dalam minuman ringan tanpa karbonasi yaitu
terjadi penurunan sebesar 69,27 28,07 VHN dibandingkan dengan permukaan
email sebelum dan sesudah perendaman dalam aquadest yaitu 3,96 41,18 VHN.
Sebelum dilakukan pengukuran kekerasan permukaan email gigi pada
semua sampel, terlebih dahulu dilakukan pengukuran pH pada minuman ringan
tanpa karbonasi, yaitu minuman sari buah jeruk dan aquadest yang digunakan.
Hasil pengukuran pH minuman ringan tanpa karbonasi mempunyai pH 3,6
(bersifat asam) dan aquadest dengan pH 6,8 (netral).
Pada pengukuran kekerasan awal sebelum dilakukan perendaman
didapatkan hasil kekerasan awal permukaan email gigi pada penelitian ini berkisar
antara 204,67-385 VHN. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Craig dan Peyton yang melaporkan bahwa kekerasan enamel berkisar antara 344-
418 VHN dan penelitian oleh Wilson dan Love melaporkan kekerasan permukaan
enamel berkisar antara 263-327 VHN. Variasi kekerasan enamel ini terjadi
dikarenakan faktor seperti gambaran histologi, komposisi kimia, persiapan
43



spesimen, beban pengukuran dan kesalahan pembacaan (reading error) pada
indentation length (IL).
40
Hasil perhitungan Paired T-test pada kelompok dengan perendaman dalam
minuman ringan tanpa karbonasi dengan pH 3,5 menunjukkan adanya penurunan
kekerasan permukaan email gigi yang bermakna dengan p<0,05 yaitu p=0,000
dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu perendaman dalam aquadest dengan
pH 6,8. Rata-rata kekerasan permukaan email gigi sebelum perendaman dalam
minuman ringan tanpa karbonasi yaitu 287,56 36,45 VHN dan rata-rata
kekerasan setelah perendaman 218,29 31,11 VHN. Selisih kekerasan permukaan
email gigi pasca ekstraksi sebelum dan sesudah perendaman dalam minuman
ringan tanpa karbonasi yaitu 69,27 28,07 VHN.
Terjadinya penurunan yang signifikan pada penelitian ini disebabkan karena
terjadinya proses demineralisasi email. Proses demineralisasi terjadi akibat
lepasnya mineral dari enamel gigi yang disebabkan oleh asam sehingga struktur
enamel terurai.
28
Pada saat mengkonsumsi minuman asam maka terdapat
perbedaan konsentrasi dari larutan di permukaan dengan di dalam enamel. Larutan
yang berkonsentrasi tinggi dengan pH rendah akan berdifusi ke dalam enamel gigi
melalui kisi-kisi kristal dan prisma enamel yang mengandung air dan matriks
organik atau protein. Asam dari minuman tersebut akan terionisasi menjadi ion H
+

dan akan merusak kalsium hidroksiapatit serta menguraikannya menjadi ion-ion
Ca
2+
, OH
-
, PO
4
3-
. Ion yang terbentuk masuk ke dalam larutan email dan
membentuk senyawa kompleks. Setelah konsentrasi senyawa kompleks ini cukup
tinggi maka molekul-molekul tersebut akan lepas dan keluar dari susunan
44



enamel.
6,21
Jika demineralisasi terjadi secara terus menerus maka akan terbentuk
pori-pori kecil pada enamel yang disebut sebagai porositas yang dapat
menyebabkan penurunan kekerasan permukaan email gigi.
6
Minuman yang bersifat asam seperti minuman ringan tanpa karbonasi yang
digunakan pada penelitian ini merupakan salah satu faktor ekstrinsik penyebab
erosi gigi.
12
Hal ini salah satunya disebabkan oleh minuman tersebut mempunyai
pH dibawah 5,5 yang merupakan pH kritis yang dapat menyebabkan
demineralisasi email gigi.
3
Selain akibat pH yang rendah, terjadinya penurunan kekerasan permukaan
email pada perendaman dalam minuman ringan tanpa karbonasi dalam penelitian
ini juga bisa disebabkan oleh jenis asam yang terkandung dan kapasitas buffer
minuman yang digunakan. Dalam minuman sari buah jeruk Buavita yang
digunakan dalam penelitian ini terdapat kandungan asam sitrat. Asam sitrat dapat
berperan sebagai chelating agent, yaitu kemampuan dalam mengikat kalsium
sehingga asam sitrat dapat mengikat kalsium yang merupakan penyusun utama
dari email gigi. Ikatan antara kalsium dan asam sitrat membentuk kalsium sitrat
yaitu suatu ikatan yang mudah larut dalam air.
45
Kapasitas buffer merupakan jumlah alkali atau basa yang dibutuhkan untuk
mencapai pH 7. Setiap minuman memiliki kapasitas buffer yang berbeda-beda.
Semakin tinggi kapasitas buffer suatu minuman maka proses demineralisasi email
akan semakin meningkat karena banyaknya ion-ion dari mineral gigi yang
diperlukan untuk menginaktifkan asam.
21
Penelitian Bamise et al pada tahun 2007
melaporkan bahwa jus buah memiliki efek erosif atau merusak gigi lebih tinggi
45



dibandingkan dengan minuman ringan berkarbonasi karena jus buah memiliki
kapasitas buffer yang tinggi.
46
Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang
menyebutkan bahwa erosi gigi tidak hanya bergantung pada pH minuman saja
namun juga dipengaruhi oleh kapasitas buffer, jenis asam, kadar asam, kandungan
fosfat, kalsium dan fluor dalam minuman. Minuman dengan pH yang tinggi,
kapasitas buffer yang rendah dan konsentrasi kalsium, fosfat dan fluor yang tinggi
akan mengurangi daya erosif suatu minuman.
4,20
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Prasetyo yang melakukan perendaman gigi premolar dalam teh botol (pH
6,7), air mineral (pH 7,5), dan cola (pH 2,5) selama 30, 60, dan 120 menit.
Hasilnya diketahui bahwa terjadi pengurangan kekerasan email gigi yang sangat
nyata pada perendaman sampel di dalam minuman ringan (cola) selama 120
menit. Pada perendaman dalam air mineral tidak terjadi penurunan dan pada
perendaman dalam teh botol terjadi penurunan yang tidak terlalu signifikan.
4

Pada penelitian yang dilakukan oleh Seow dan Thong yang menyatakan
bahwa beberapa minuman dengan pH rendah dapat mengakibatkan erosi gigi dan
juga menurunkan kekerasan gigi. Pada penelitian ini dilakukan perendaman gigi
premolar pasca ekstraksi pada jus limau (pH 2,1) dan coca cola (pH 2,3). Hasilnya
ternyata jus limau dapat menurunkan kekerasan permukaan gigi hingga 50 % dan
coca cola menurunkan kekerasan permukaan gigi sekitar 24%.
47
Selain demineralisasi, pada enamel juga dapat mengalami remineralisasi
yaitu pengembalian ion-ion mineral ke dalam susunan hidroksiapatit. Ion-ion ini
dapat dikembalikan apabila pH dinetralkan dan terdapat ion-ion Ca
2+
dan PO
4
3-

46



yang cukup dilingkungan rongga mulut yang berasal dari saliva. Selain ion-ion
Ca
2+
dan PO
4
3-
, untuk menggantikan mineral yang hilang akibat demineralisasi
bisa dengan menambahkan ion fluoride. Fluor yang ditambahkan pada saat
remineralisasi akan membentuk fluorapatit yang lebih tahan terhadap
demineralisasi dari pada hidroksiapatit.
48,49
Dibandingkan dengan minuman ringan berkarbonasi, minuman ringan tanpa
karbonasi seperti sari buah jeruk lebih aman dikonsumsi. Walaupun minuman sari
buah memiliki kapasitas buffer yang tinggi sehingga pH nya lebih sulit
dinetralkan dari pada minuman ringan berkarbonasi tetapi efek erosif dari
minuman sari buah dapat dikurangi dengan penambahan kalsium dan fosfat dalam
minuman. Pada sebuah penelitian yang menggunakan jus jeruk dengan pH 4
kemudian ditambahkan dengan kalsium 42,9mmol/l dan fosfat 31,2mmol/l
didapatkan hasil bahwa tidak terjadi pengikisan email gigi setelah perendaman
selama 7 hari.
49
Pada minuman ringan berkarbonasi biasanya diberikan tambahan zat asam
untuk memodifikasi manisnya gula dalam minuman.
50
Zat asam yang umum
ditemukan dalam minuman ringan berkarbonasi yaitu asam fosfat. Efek asam
fosfat bagi kesehatan tubuh masih menjadi perdebatan. Asam fosfat diketahui
memiliki efek yang buruk terhadap kepadatan mineral tulang dan juga ginjal.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam Archives of Pediatric and Adolescent
Medicine pada tahun 2000 menemukan bahwa gadis-gadis remaja atletik yang
mengkonsumsi cola memiliki lima kali risiko patah tulang daripada orang-orang
yang tidak mengkonsumsi minuman cola. Tes X-ray pada 1.672 wanita di
47



Framingham Osteoporosis Study antara 1996 dan 2001 menemukan hubungan
asam fosfat dengan kepadatan mineral tulang yang rendah pada wanita. Namun,
sebuah studi klinis di Creighton University Osteoporosis Research Center,
diterbitkan pada tahun 2001 dalam American Journal of Clinical Nutrition tidak
menemukan dampak minuman ringan berkarbonasi dengan asam fosfat terhadap
kalsium tulang. Penelitian yang dilakukan oleh tim dari National Institutes of
Health pada tahun 2007 yang meneliti kebiasaan makan dari 465 orang dengan
penyakit ginjal kronis dan 467 subyek sehat. Hasilnya, minum dua atau lebih cola
sehari meningkatkan risiko dua kali lipat terkena penyakit ginjal. Para peneliti
memperkirakan hal ini disebabkan oleh asam fosfat yang dikaitkan dengan
perubahan kemih yang dapat menyebabkan batu ginjal.
51
Selain kandungan asam,
penggunaan pemanis berkalori tinggi pada minuman ringan berkarbonasi juga
berdampak terhadap kesehatan, yaitu terhadap obesitas dan Diabete Melitus.
Sebagian besar minuman ringan berkarbonasi yang dijual di Amerika Serikat
dimaniskan dengan sirup jagung tinggi fruktosa (HFCS high fructose corn
syrup), sejenis karbohidrat berkalori yang memberikan 4 kalori per gram. Satu
porsi saji 12 ons minuman ringan jenis kola reguler mengandung sekitar 140
kalori, atau 11 kalori per ons.
52
Proses demineralisasi yang terjadi di dalam rongga mulut dan di luar rongga
mulut mempunyai perbedaan sehingga menimbulkan keuntungan dan kerugian
dalam penelitian yang dilakukan secara eksperimental. Keuntungan penelitian
secara eksperimental adalah dapat dilakukan pengukuran kekerasan permukaan
gigi dengan menggunakan alat Vickers Hardness Tester, yang tidak mungkin
48



dilakukan secara in vivo dalam rongga mulut. Kerugian penelitian secara
eksperimental adalah tidak adanya proses remineralisasi karena menggunakan gigi
yang telah dicabut sehingga minuman yang bersifat asam berkontak langsung
dengan gigi tanpa adanya buffer oleh saliva.
50
Saliva berperan penting yaitu
sebagai buffer dalam ronga mulut untuk menetralkan asam serta mengandung
kalsium dan fosfat yang dapat membantu proses remineralisasi.
49

Minuman ringan tanpa karbonasi seperti sari buah jeruk Buavita mempunyai
kandungan vitamin seperti vitamin A dan vitamin C yang memiliki banyak
manfaat untuk tubuh.
44
Namun disamping itu, minuman tersebut biasanya bersifat
asam dengan pH yang rendah, terdapat kandungan asam sitrat dan kapasitas buffer
yang tinggi, sehingga mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan gigi jika
diminum dalam jumlah berlebih dan dalam waktu yang lama yaitu dapat
mengakibatkan terjadinya erosi dan penurunan kekerasan permukaan enamel
seperti hasil dari penelitian ini.
3,12,45,21
Proses demineralisasi yang terjadi karena
pengkonsumsian minuman yang bersifat asam seperti minuman ringan tanpa
karbonasi dapat dihambat oleh saliva yang memiliki efek buffer sehingga
membantu proses remineralisasi.
49
Demineralisasi pada email juga dapat dicegah
dengan cara tidak mengulum minuman di dalam mulut dan minum menggunakan
sedotan untuk meminimalisir kontak minuman dengan permukaan gigi. Meminum
air putih setelah mengkonsumsi minuman bersifat asam juga dianjurkan karena
dapat menetralkan kembali pH rongga mulut sehingga terjadi proses
remineralisasi.
12,21


49



BAB 7
PENUTUP

7.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti terhadap pengukuran
kekerasan permukaan email gigi sebelum dan sesudah perendaman dalam
minuman ringan dalam karbonasi dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
a. pH minuman ringan tanpa karbonasi yang digunakan yaitu 3,5 dan pH
aquadest 6,8.
b. Rata-rata kekerasan permukaan email gigi sebelum perendaman dalam
minuman ringan tanpa karbonasi adalah 287,56 36,45 VHN dan
sebelum perendaman dalam aquadest yaitu 290,94 50,24VHN.
c. Rata-rata kekerasan permukaan email gigi sesudah perendaman dalam
minuman ringan tanpa karbonasi adalah 218,29 31,11 VHN.
d. Rata-rata kekerasan permukaan email gigi sesudah perendaman dalam
aquadest adalah 286,98 40,04 VHN.
e. Perbedaan selisih rata-rata kekerasan permukaan email gigi sebelum dan
sesudah perendaman pada kelompok perlakuan dengan minuman ringan
tanpa karbonasi adalah 69,27 28,07 ,sedangkan pada kelompok kontrol
dengan aquadest adalah sebesar 3,96 41,18 , dengan nilai P=0,000.
f. Terjadi penurunan kekerasan yang bermakna antara pengukuran
kekerasan permukaan email gigi sebelum dan sesudah perendaman dalam
minuman ringan tanpa karbonasi dengan p>0,05.
50



7.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka peneliti menyampaikan
beberapa saran antara lain:
a. Masyarakat yang sering mengkonsumsi minuman ringan bersifat asam
dapat meminimalisir efek erosif dari minuman tersebut dengan cara
minum menggunakan sedotan untuk mengurangi kontak minuman
dengan gigi, tidak mengulum minuman di dalam mulut, dan dianjurkan
untuk minum air putih setelah mengkonsumsi minuman bersifat asam.
b. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya untuk melihat pengaruh minuman
ringan yang lain terhadap kekerasan permukaan enamel gigi.
c. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya untuk melihat pengaruh minuman
yang bersifat asam terhadap permukaan enamel gigi secara langsung di
dalam mulut dengan menggunakan Surface Profilometry untuk melihat
kehilangan jaringan keras gigi dan Ultrasonic Measurement of Enamel
Thickness untuk melihat ketebalan enamel masyarakat yang sering
mengkonsumsi minuman ringan bersifat asam.

Anda mungkin juga menyukai