Parameter Selama Penelitian Suparlina Kisaran Optimum Transparansi 76-104 28-100 10-25 cm* Suhu 27,5-31,1 28-31 20-35 o C**** DO 4,1-4,6 7,2-10,4 >5ppm* pH 7,1-7,6 6,5-7,5 8-9 atau netral**** Nitrat 0,4-0,6 - <0,2 ppm** Ortofosfat 0,065-0,071 0,015-0,067 <0,02 ppm* Akalinitas 97,3-152,0 - 80-120***
*Wetzel (1979) **Hutagalung (1988) ***Ghufron (2007) ****Ray and Rao (1964) *****Haslam (1995) dalam (Efendi 2003)
Berdasarkan hasil pengukuran selama penelitian, dapat dilihat bahwa kedalman secchi disk perairan selama penelitian berkisar antara 76-104 cm, nilai ini jika dihitung berdasarkan hokum Lambret maka intensitas cahaya kurang lebih dapat mencapai kedalaman 2,08 m. Kedalaman secchi disk pada penelitian Suparlina (2003) hanya berkisar antara 28-100 cm. Walaupun kriteria tersebut masih sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Weitzel (1979) bahwa kisaran transparasi cahaya yang optimal bagi pertumbuhan perifiton berkisar antara 10-25 cm. Selain intensitas cahaya, variable yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan perifiton adalah unsur hara, diantaranya fosfor dalam bentuk ortofosfat dan nitrogen dalam bentuk nitrat. Berdasarkan pengukuran pengukuran ortofosfat selama periode penelitian, nilainya berkisar anatar 0,065-0,071 mg/l sedangkan nitart 0,4-0,6 mg/l. Menurut Prowsw (1962) dan Mackentum (1969) dalam Basmi (1988) untuk pertumbuhan optimal perifiton membutuhkan fosfat antara 0,27-5,51 mg/l dan akan menjadi faktor pembatas jika dibawah 0,02 mg/l. Kadar nitrat > 0,2 mg/l dapat mengakibatkan terjadinya eutrofikasi yang selanjutnya menyebabkan blooming. Dengan demikian ortofosfat dan nitrat yang memiliki nilai sangat tinggi diduga mendukunga pertumbuhan dan perkembangn perifiton yang semakin cepat. Hal ini diduga dapat menggangu proses penguraian
1 sisa pakan dan menyebabkan kebocoran pada jarring akibat pelapukan perifiton yang telah mati dan banyak menumpuk dijaring.
b) Ditinjau dari Kualitas Air Stasiun Suhu ( o C) NH 3 -N (mg/l) DO (mg/l) Kisaran Rata-rata Kisaran Rata-rata Kisaran Rata-rata Patokbeusi 29.70-32.50 31.13 0.182-0.275 0.223 4.50-7.60 5.73 Jatinenggang 28.00-33.40 30.97 0.203-0.301 0.24 2.80-8.80 5.42 Gandaoli 28.70-32.90 31.45 0.146-0.301 0.224 4.50-9.00 5.92 Cicendo 28.60-34.00 31.8 0.206-0.301 0.247 3.50-10.30 6.65 Cihea 29.40-32.00 30.73 0.100-0.275 0.201 3.00-13.60 7.1
Kisaran rata-rata parameter suhu berada diluar nilai optimum baik untuk ikan mas, maupun ikan nila, namun belum melampaui batas yang mematikan bagi keduanya. Nilai penyimpangan dari batas optimim dalam kisaran yang normal dengan nilai rata-rata masih dibawah nilai ambang batas normal, sehingga tidak merupakan constrain. Parameter oksigen terlarut memiliki kisaran yang cukup lebar nmun batas minimumnya belum mencapai batas mematikan, sedangkan nilai rata-ratanya semua stasiun berada pada nilai optimum untuk ikan nila, tapi di bawah nilai optimum untuk ikan mas kecuali di Cihea. Sedangkan parameter Karbondioksida, pH dan konduktivitas berada dalam kisaran normal dengan nilai rata-rata sesuai dengan nilai yang disarankan ddalam kriteria.
c) Ditinjau dari Pencemaran Logam Berat
Kecerahan berkisar 63 cm 178 cm. Rendahnya nilai kecerahan di setiap stasiun juga sudah tercermin dari airnya yang berwarna hijau, akibat tingginya kelimpahan fitoplankton yang akan menghalangi penetrasi sinar matahari masuk ke dalam air. Oleh karenanya, walaupun pengukuran kecerahan dilakukan pada siang hari dengan cuaca cerah (intensitas cahayanya cukup tinggi), tidak serta merta mengakibatkan tingginya kecerahan. Suhu perairan di setiap stasiun berkisar dari 25 320C. Suhu 250 o C terjadi pada pengambilan sample pertama (paling pagi), dan suhu 320 o C pada pengambilan sample siang hari. Kisaran suhu tersebut memperlihatkan bahwa Waduk Cirata cukup mendukung kehidupan yang ada di dalamnya.
2 Kekeruhan Waduk Cirata berkisar 135 270 NTU. Tingginya kekeruhan air tersebut disebabkan adanya masukan limbah ke dalam Waduk Cirata yang berasal dari bahan organik sisa pakan dan berasal dari sungai yang membawa limbah rumah tangga, limbah perkotaan, limbah pertanian, limbah industri, serta tingginya kelimpahan plankton. PH perairan Waduk Cirata berkisar 6,55-7,88. Kondisi ini memperlihatkan bahwa pH perairan Waduk Cirata relatif bersifat basa, sehingga cukup baik untuk mendukung kehidupan yang ada di dalamnya. Oksigen terlarut dalam air (DO) Waduk Cirata berkisar 3,34-7,8 mg/l. Secara umum DO di perairan Waduk Cirata cukup tinggi. Hal ini terjadi karena pengukuran DO dilakukan pada siang hari, sehingga pada saat itu aktivitas fotosintesis tinggi yang menyebabkan tingginya sumbangan oksigen ke dalam perairan. Namun demikian di stasiun sekitar KJA nilai DO-nya rendah. Hal ini diduga ada kaitannya dengan banyaknya sisa pakan dari KJA, di lain pihak untuk menguraikan pakan tersebut dibutuhkan oksigen, sehingga mengakibatkan rendahnya DO di stasiun sekitar KJA. Namun demikian nilai-nilai tersebut masih memenuhi syarat untuk kehidupan biota air yang hidup di Waduk Cirata. Kandungan total fosfor selama penelitian memperlihatkan nilai dengan kisaran nilai yang cukup tinggi, yakni 0,17 0,38 mg/l. Tingginya fosfor di Waduk Cirata diduga berasal dari sisa pakan ikan budidaya dalam KJA, limbah rumah tangga, limbah pertanian maupun limbah perkotaan yang masuk ke dalam Waduk Cirata sehingga kandungan fosfornya melebihi baku mutu yang sudah ditetapkan. Konsentrasi nitrit di Waduk Cirata berkisar 0,00 0,07 mg. Kandungan nitrit yang tinggi terjadi di stasiun sekitar KJA, sedangkan di lokasi lainnya nitrit tidak terdeteksi. Tingginya nitrit di sekitar KJA berbading lurus dengan kandungan bahan organik di lokasi tersebut serta berbanding terbalik dengan DO yang memungkinkan terjadinya kondisi anaerobic. Konsentrasi nitrat di Waduk Cirata cukup tinggi, yakni 0,17 0,34 mg/l. Tingginya nitrat ini berbanding lurus dengan jumlah bahan organik yang terdapat di Waduk Cirata. Nilai amoniak selama penelitian mempunyai kisaran 0,00 0,24 mg/l. Seperti halnya nitrit, nilai amoniak tertinggi juga terjadi di stasiun KJA, sedangkan di stasiun lainnya tidak terdeteksi. . Konsentrasi hidrogen sulfide (H2S) berkisar 0,00- 0,16 mg/l. Pada stasiun lain selain Stasiun KJA H2S tidak terdeteksi, dan hanya pada stasiun KJA dengan DO yang relative rendah, yang konsentrasinya mencapai 0,16 mg/l. Tingginya kandungan sulfida, nitrit dan amoniak di Stasiun KJA ini diduga sebagai akibat tingginya bahan organic sisa pakan yang kaya akan protein di Stasiun KJA, sehingga mengakibatkan rendahnya DO dan tingginya sulfida, nitrit dan amoniak. Di lain pihak sulfida, nitrit dan amoniak yang tinggi ini dapat mengancam ikan budidaya yang ada dalam KJA.
3
BAB III
KESIMPULAN
4 Hasil dari penelitian di Waduk Cirata mulai dari kelimpahan dan biodiversitas perfiton, kelayakan kualitas air untuk budidaya KJA, dan pencemaran akibat adanya kontaminasi logam berat didapat berapa kesimpulan, diantarnya:
1. Perifiton pada lama perendaman 9 hari memberikan nilai kelimpahan tertinggi yaitu 269666 ind/cm 2 . 2. Kelimpahan total rata-rata komunitas perifiton yang diperoleh pada perendaman 9 hari, dengan kelimpahan kelas yang terbesar dari kelas Bacillariophyceae 233079 ind/cm 2 . Adapun indeks keragaman simpson tertinggi yaitu pada perendaman 15 hari yaitu sebesar 0,68-0,82. 3. Ikan Mas menghendaki kualitas air yang lebih baik dibandingkan ikan nila. 4. Secara umum Waduk Cirata lebih sesuai untuk budidaya ikan nila dibandingkan ikan mas/ 5. Lokasi inlet utama Waduk Cirata (Cihea) memiiki tingkat kesesuaian kualitas air yang paling tinggi baik untuk ikan ma dan nila. 6. Kualitas air Waduk Cirata, dilihat dari parameter kualitas air selain logam berat cukup baik, sehingga mendukung kehidupan yang ada di dalamnya.