Anda di halaman 1dari 6

MODUL MAGNETOTELURIK

Imam Wijaya, Alam Ahmad Hidayat, Arif Mustajab NH, CH.A Andre M, Juan P, Imam P
10210022, 102100025, 10210091, 10210026, 10210093, 10210034
Program Studi Fisika, Institut Teknologi Bandung, Indonesia
Email: robiah.wijaya239@gmail.com

Asisten : Rahman Nur Hakim / 10209039
Artha Ivonita / 10209087
Tanggal Praktikum : 21-04-2013

Abstrak
Magnetotelluric merupakan suatu methode geofisika yang memanfaatkan gelombang elektro magnetic
alamiah sebagai sumber gelombang untuk menginterpretasi bawah permukaan. Prinsip kerja
magnetotellurics yaitu medan magnet yang yang menembus bumi menginduksi anomaly konduksi yang ada
dibawah permukaan sehingga menghasilkan medan magnet dan medan listrik sekunder, medan magnet dan
medan listrik ini lah yang kita ukur. Dari data yang kita peroleh maka kita mendapatkan variasi E
X
dan H
y,
sehingga kita bias menentukan Z
xy
real, Z
xy
imaginer, Z
yx
real dan Z
yx
imaginer di dua site yaitu x dan y.
kemudian dari data tersebut kita dapat menentukan nilai resitivitas semu bawah permukaan dan beda fasa
dengan menggunakan proses inversi. Data yang sudah di inverse kemudian kita olah dalam software ip2win
sehingga kita bias dengan mudah menginterpretasi bawah permukaan . Setelah mendapatkan nilai resistivitas
semu dan beda fasanya, maka jenis batuan yang berada di bawah permukaan dapat kita tentukan.
Kata kunci : Beda fasa, impedansi, periode, resistivitas

I. Pendahuluan
Tujuan dari percobaan ini adalah
menentukan resistivitas semu bawah
permukaan , sehingga dengan resistivitas itu
kita bisa interpretasi lapisan yang ada di
bawah permukaan. Teori yang terkait dengan
percobaan kali ini dijabarkan sebagai berikut.

Metode magnetotellurik merupakan salah
satu metoda geofisika yang memanfaatkan
medan elektromagnetik alami sebagai sumber
gelombang atau energi untuk mengetahui
struktur tahanan jenis bawah permukaan.
Metode ini merupakan metode pasif dengan
mengukur medan listrik dan medan magnet
dipermukaan bumi dalam selang waktu tertentu.
Sumber alami medan elektromagnetik
adalah petir yang terjadi di suatu tempat
menimbulkan gelombang EM yang terperangkap
antara ionosfer dan bumi (wave guide) dan
menjalar mengitari bumi. Selain itu,
dipermukaan matahari selalu terjadi letupan-
letupan plasma yang sebagian besar
mengandung hydrogen. Oleh karena adanya
ionisasi dipermukaan matahari, maka partikel
hydrogen tersebut berubah menjadi plasma
yang mengandung proton dan electron. Plasma
yang berkecepatan rendah, memiliki sifat acak
terhadap waktu (solar wind). Apabila solar wind
tersebut bertemu dengan medan magnet bumi,
maka proton dan electron akan berpisah dengan
arah yang berlawanan dan menimbulkan medan
EM didalam solar wind itu sendiri. Solar wind
yang membawa medan EM akan terus menjalar
sampai lapisan ionosfer hingga permukaan
bumi. Medan EM yang sampai ke permukaan
bumi tersebut selanjutnya akan berinteraksi
dengan material yang ada dibawah permukaan
dan selanjutnya konsep elektromagnetik MT
akan terjadi
[1].

Prinsip kerja diri magneto telluric sebagai
berikut medan elektromagnetik yang
menembus bawah permukaan akan
menginduksi anomali konduktif bawah
permukaan bumi sehingga menghasilkan
medan listrik dan magnetik sekunder, medan
tersebut yang nantinya akan dicatat oleh
detector magnetotelluric, dari situ nantinya
kita bisa menentukan impedansi dan
resistivitas semu lapisan bawah permukaan.
Secara umum, gelombang EM pada metoda
ini dapat diturunkan dari persamaan Maxwell
berikut:

0
(1)

=
t
H
c
c

) (
(2)

= 0 (3)

=
t
E
E
c
c
+
) (c
o (4)

Untuk medium homogeny isotropis berlaku:

dan

dengan:
E = intensitas medan listrik
B = induksi medan magnetic
H = intensitas medan magnetic
J = rapat arus listrik
D = perpindahan dielektrik
= rapat muatan listirk
= permeabilitas magnetic
= permitivitas listrik
= konduktivitas listrik.
Berikut ini adalah asumsi dan pendekatan
yang digunakan adalah:
1) Bumi tidak membangkitkan medan EM
tetapi hanya menyerap medan EM
2) Sumber medan dibangkitkan oleh sistem
arus ionosfer skala besar yang relative jauh
dari permukaan bumi, sehingga dapat
dianggap sebagai gelombang bidang.
3) Tidak ada akumilasi muatan bebas.
4) Perpindahan E adalah kuasi-statik untuk
sounding periode MT, sehigga induksi
medan EM adalah proses difusi di dalam
bumi.
5) Variasi permitivitas listrik dan permeabilitas
megnetik batuan diasumsikan tidak
siginifikan dibandingkan variasi
konduktivitas bulk batuan.
6) Di bawah permukaan tanah tidak terdapat
sumber muatan.
Dengan melakukan operasi curl pada
persamaan maxwell diperoleh
( )
t
H
xE x
c
c
= V V
) (
(5)
Dengan memakai ) ( ) . .(
2
xa x a a V V V V = V
maka, persamaan (5) menjadi
t
xH
E E
c
V c
= V V V
) (
) . .(
2
(6)
)
) (
( ) . .(
2
t
E
E
t
E E
c
c
+
c
c
= V V V
c
o (7)
)
) (
2
2
2
t
E
t
E
E
c
c
+
c
c
= V c o (8)
Untuk medan magnet
t
xE
xE xH x
c
V c
+ V = V V
) (
) ( ) ( c o (9)
2
2
2
t
H
t
H
H
c
c
+
c
c
= V c o
(10)

2
+
2
= 0 (11)

2
+
2
= 0 (12)

Dengan
2
=
2
dengan
menggunakan pendekatan ketiga maka
diperoleh = . Jika gelombang
merambat ke arah sumbu z, sehingga medan H
dapat dinyatakan sebagai berikut: =

+
. Dimana E
0
dan H
0
adalah E dan H
pada permukaan (z=0).
Skin depth () adalah pelemahan amplitude
gelombang elektromagnetik dalam medium
homogen untuk penetrasi kedalaman. Dengan
skin depth ini, kita mampu memperkirakan
kedalaman maksimum. Semakin kecil frekuensi
yang digunakan, maka penetrasi gelombang
elektromagnetik semakin dalam serta semakin
besar resistivitas material yang mampu
dideteksi.
(2)

=
1

= 503 (18)

Untuk kasus struktur 1-D, variasi hanya
bergantung pada kedalaman, sehingga tidak ada
perbedaan E dalam arah x dan arah y, begitu
juga H nya. Demikian berlaku:

= 0

Sehingga resistivitas semu dan fase pada 1-D
dalam bentuk impedansi gelombang di
permukaan adalah

=
1

2
=
1

2
(19)

= tan
1



(20)

Sedangkan pada kasus 2-D, besar E dan H
dipengaruhi oleh arah pengukuran yang
dilakukan terhadap arus jurus/strike. Oleh
karena intu, gelombang EM dapat didekomposisi
menjadi 2 jenis polarisasi, mode Transverse
Electric (TE) yaitu jika medan listrik searah strike
dan Transverse Magnetic (TM) yaitu jika medan
listrik tegak lurus strike.


Gambar 1. Polarisasi TE dan TM metoda MT pada 2-D

Dengan demikian untuk kasus struktur
resistivitas 2-D berlaku:

= 0

Sehingga resistivitas semu dan fase pada kasus
2-D dengan mengacu pada gambar 1 adalah

Modus TE:

=
1

2
;

= tan
1

(21)

Modus TM:

=
1

2
;

= tan
1

(22)



Tabel 1. Resistivitas material berdasarkan nilai
resistivitas dan warna
[3]


Cara akuisisi data pada metoda
magnetotellurik adalah dengan pengukuran
simultan komponen ortogonal dari medan listrik
dan medan magnet. Hal tersebut dapat dilihat
sebagai berikut :

















II. Metode Percobaan
Dari data yang kita peroleh, yaitu berupa Z
xy

real, Z
xy
imaginer, Z
yx
real dan Z
yx
imaginer di
dua site yaitu x dan y . Kemudian data tersebut
kita olah dalam excel dengan menggunakan
persamaan 19 sehingga diperoleh resistivitas
semu dan beda fasa untuk masing-masing site (x
dan y). Kemudian kita plot grafik log resistivitas
semu terhadap log-frekuensi dan grafik log beda
fasa terhadap log-frekuensi untuk masing-
masing site.
Gambar 2. Konfigurasi pengukuran pada metoda
magnetotellurik
Setelah didapatkan data resistivitas semu
dan beda fasanya, interpretasi lapisan bawah
permukaan dengan menggunakan program
ip2win dengan menggunakan data yang telah
kita olah di excel dan sudah di pindahkan di note
pad sesuai format yang bisa di baca oleh soft
ware . Kemudian cari error yang paling kecil
dengan merubahnya menjadi beberapa
split(menandakan jumlah lapisan). Dari data
yang telah diatur tersebut didapat resistivitas
bahannya dan dari data tersebut
diinterpretasikan hingga mendapatkan jenis
batuanpenyusun yang ada di bawah permukaan
dari masing masing grup resistivitas.
III. Data dan Pengolahan data
a. MTX



Grafik 2. Log resistivitas terhadap log frekuensi



Grafik 3. Log beda fasa terhadap log frekuensi









Tabel 2. Nilai resistivitas dan kedalaman untuk
masing-masing lapisan (e001=
xy
)

Lapisan
e001
otomatis(13.4%) manual(13.3%)
h h
1 1.99 0.846 1.98 0.338
2 3008 5.76 1.98 0.459
3 15.5 118 6.17
4 15.2 28.1
5 21.8

Tabe3. Nilai resistivitas dan kedalaman untuk
masing-masing lapisan (e002=
yx
)

lapisa
n
e002
otomatis(8.03
%)
manual(8.07%)
h h
1 2.28 0.946 10.6 0.245
2 93.8 3.07 0.161
3 1.45 0.3008
4 5.46 0.901
5 109 43.2
6 47.3 16.5
7 112

b. MTY

Grafik 4. Log resistivitas terhadap log frekuensi

0
0.5
1
1.5
2
2.5
-4 -2 0 2
l
o
g

r
h
o
log f
0
0.5
1
1.5
2
-4 -2 0 2 4
l
o
g

r
h
o

Log f
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
-4 -2 0 2 4
l
o
g

p
s
i
log f

Grafik 5. Log beda fasa terhadap log frekuensi

Lapisan
e003
Otomatis
(32.5%)
Manual
(27.8%)
h h
1 1.31 0.1 10 0.397
2 12.5 1.3 0.1
3 8.78 0.764
4 79.7 1.86
5 10.7 2.18
6 3.66 6.12
7 108 25.3
8 148

Tabel 4. Nilai resistivitas dan kedalaman untuk
masing-masing lapisan (e001=
xy
)


Lapisan
e003
Otomatis
(16.3%)
Manual
(16.2%)
h h
1 3.76 0.7 12.2 0.301
2 91.1 126 3.53 0.567
3 0.0055 52.1 3.49
4 45.7 4.52
5 521 14.6
6 47.8 25.5
7 676 77.8
8 0.15


Tabel 5. Nilai resistivitas dan kedalaman untuk
masing-masing lapisan (e002=
yx
)



Gambar 3. Pseudo cross-section mode automatic



Gambar 4. Resitivity cross-section
mode automatic



Gambar 5. Pseudo cross-section mode manual



Gambar 6. Resistivity cross-section mode
manual

0
0.5
1
1.5
2
2.5
-4 -2 0 2 4
l
o
g

p
s
i

log f
IV. Pembahasan
Berdasarkan tensor impedansi yang ada
pada teori yang kemudian kita cocokkan dengan
data hasil pengukuran dengan menggunakan
magnetotellurik maka site x merupakan 1 D
karena berlaku hubungan

= 0 sedangkan site y merupakan 2 D karena


berlaku hubungan

= 0
,nilai Z
xx
dan Z
yy
pada kasus 1-D dan 2-D adalah
nol, karena tidak ada perbedaan medan listrik
dan medan magnet dalam arah x maupun y dan
variasi resistivitas hanya bergantung pada
kedalaman.
Dari data kurva resistivitas semu terhadap
frekuensi (grafik 2,3) dapat dilihat bahwa skin
depth akan semakin besar ketika frekuensi yang
digunakan semakin kecil. Secara teori dapat
dijelaskan oleh persamaan 18.
Interpretasi hasil pengolahan pada site X
untuk arah xy yaitu terdapat lima lapisan dengan
nilai error (13.3 %) sedangkan untuk arah yx
terdapat dua lapisan dengan nilai error (8.03 %)
dengan mencocokan dengan referensi pada
gambar 1, sebagian besar lapisan ini terdiri dari
kokas, batuan sedimen, clay, dan kapur.
Interpretasi hasil pengolahan pada site Y
untuk arah xy yaitu terdapat 8 lapisan dengan
nilai error 27.8 %, sedangkan untuk arah yx
terdapat 8 lapisan pula dengan nilai error 16.2
%. Dengan mencocokan dengan referensi pada
gambar 2, sebagian besar lapisan ini terdiri dari
batu kapur, pasir, kokas, batuan sedimen, clay,
dan kapur.

V. Kesimpulan
Dari hasil inverse data yang diperoleh
maka dapat disimpulkan site X sebagian besar
material penyusun lapisan ini adalah kokas,
batuan sedimen, clay, dan kapur. Sedangkan
pada site Y sebagian besar material
penyusunnya terdiri dari batu kapur, pasir,
kokas, batuan sedimen, clay, dan kapur.

VI. Pustaka
[1]http://hendragrandis.files.wordpress.
com/2010/01/mt_teks1.pdf (diakses 22
-04-2013 pukul 20.30 WIB )
[2]Sutarno, Doddy. Bahan Kuliah
Electromagnetic Method. 2013.
Bandung. ITB
[3]http://www.os.is/gogn/unu-gtp
sc/UNU-GTP-SC-05-17.pdf (diakses 22-
04-2013 pukul 20.50)

Anda mungkin juga menyukai