Tekanan formasi abnormal didefinisikan sebagai tekanan yang menyimpang
dari gradient tekanan normal. Penyimpangn ini dapat lebih kecil dari 0,465 psi/ft (subnormal pressure) atau lebih besar dari 0,465 psi/ft (over pressure). Tekanan formasi normal sama dengan tekanan hidrostatik fluida formasi mula- mula. Umumnya fluida berubah dari air tawar dengan densitas 8,33 ppg (0,433 psi/ft) ke air asin dengan densitas 9,0 ppg (0,465 psi/ft). Tanpa memperhatikan densitas fluida, tekanan formasi normal dapat diterangkan sebagai suatu sistem hidrolik yang terbuka dimana dengan mudah tekananya saling berhubungan seluruhnya. Pada formasi abnormal tidak mempunyai hubungan tekanan yang bebas. Bila hal ini terjadi maka tekanan tinggi akan mengalir dengan cepat dan tidak teratur yang kemudian baru akan kembali normal setelah terjadi keseimbangan disekitarnya. Pada formasi abnormal tidak mempunyai hubungan tekanan yang bebas. Bila hal ini terjadi maka tekanan tinggi akan mengalir dengan cepat dan tidak teratur yang kemudian baru akan kembali normal setelah terjadi keseimbangn disekitarnya. Dengan demikian maka terjadinya tekanan abnormal memerlukan mekanisme tertentu yang dapat menjebak tekanan. Dengan adanya mekanisme tersebut maka penyebab tekanan abnormal tergantung dari litologi, mineralogi, gaya-gaya tektonik dan kecepatan sedimentasi.
5. Kecepatan fluida di annulus, kapasitas untuk menahan fluida, viskositas, dan gel strenght. - Densitias Fluida Pemboran - Viscositas Fluida Pemboran - Fluid Velocity - Putaran pipa (RPM)
14. a. Fresh Water Muds
Fresh Water Muds adalah Lumpur yang fasa cairnya adalah air tawar dengan kadar garam yang kecil (<10000 ppm =" 1%">
b. Salt Water Mud
Lumpur ini digunakan terutama untuk member formasi garam massive (salt dome) atau salt stringer (lapisan formasi garam) dan kadang-kadang bila ada aliran air garam yang terbor.
c. Oil in Water Emuolsion Muds
Pada Lumpur jenis ini minyak merupakan fasa tersebar (emulsi) dan airsebagai fasa kontinyu. Keuntungan dari penggunaan Lumpur jenis ini adalah membuat bit lebih tahan lama, penetration rate naik, mengurangi korosi pada drill string, memperbaiki sifat-sifat Lumpur, dan mengurangi balling (terlapisnya alat oleh padatan Lumpur) pada drill string.
d. Oil Base dan Oil Base Emulsion Mud
Lumpur ini mengandung minyak pada fase kontinunya. Manfaat dari Lumpur jenis ini adalah untuk melepaskan drill pipe yang terjepit, mempermudah pemasangan casing dan liner, tidak akan menghidratkan shale atau clay yang sensitif terhadap formasi biasa maupun formasi yang produktif.
e. Gaseous Drilling Fluid
Lumpur jenis ini digunakan untuk daerah-daerah dengan formasi keras dan kering. 14. Sistim Lumpur Tak Terdispersi (Non Dispersed). Termasuk diantaranya lumpur tajak untuk permukaan dan sumur dangkal dengan treatment yang sangat terbatas. 1. Sistim Lumpur Terdispersi untuk sumur yang lebih dalam yang membutuhkan berat jenis yang lebih tinggi atau kondisi lubanh yang problematis. Lumpur perlu didispersikan menggunakan dispersant seperti senyawa Lignosulfonat, Lignite serta Tannin 2. Lime Mud (Calcium Treated Mud), sistim Lumpur yang mengandalkan ion-ion Calcium untuk melindungi lapisan formasi shale yang mudah runtuh karena me-nyerap air. 3. Sistim Lumpur Air Garam yang mengandalkan larutan garam (NaCl, KCl)) untuk mengurangi pembasahan formasi oleh air. 4. Sistim Lumpur Polymer yang mengandalkan polymer-polymer seperti Poly Acrylate, Xanthan Gum, Cellulosa untuk melindungi formasi dan mencegah terlarutnya cuttings kedalam lumpur bor. Sistim ini dapat ditingkatkan kemam-puannya dengan menambahkan daram KCl atau NaCl, sehingga sistim ini disebut Salt Polymer System. 5. Oil Base Mud. Untuk membor lapisan formasi yang sangat peka terhadap air, digunakan sistim lumpur yang menggunakan minyak sebagai medium pelarut. Bahan-bahan kimia yang dipakai haruslah dapat larut atau kompatibel dengan minyak., berbeda dengan bahan kimia yang larut dalam air. Sistim Lumpur ini Sistim Lumpur ini sangat handal melindungi desintefrasi formasi, tahan suhu tinggi, akan tetapi kecuali mahal juga kurang ramah lingkungan 6. Sistim Lumpur Synthetis menggunakan fluida sintetis dar jenis ester, ether, dan poly alha olefin, untuk menggantikan minyak sebagai medium pelarut. Lumpur ini sekwaalitas dengan Oil Based Mud, ramah lingkungan, akan tetapi dianggap teralu mahal.
19. Fluida yang hilang ke dalam batuan disebut filtrate, sedangkan lapisan partikel-partikel besar tertahan di permukaan batuan disebut mud cake.
16. Rheology dan Gel Strength 1. Viscositas Viscositas adalah tahanan terhadap aliran atau gerakan yang penting untuk laminar flow. Alat untuk mengukur viscositas lumpur ialah Marsh Funnel. 2. Plastic Viscosity (Pv) Plasctic viscosity merupakan tahanan terhadap aliran yang disebabkan oleh gesekan antara sesama benda padat didalam lubang bor dan merupakan salah satu parameter kenaikan solid yang ada dalam lumpur. 3. Yield Point (Yp) Yield point merupakan tahanan terhadap aliran yang disebabkan oleh gaya elektrokimia antara padatan padatan, cairan cairan dan padatan cairan. 4. Gel Strength Gel strength adalah sifat dimana benda cair menjadi lebih kental bila dalam keadaan diam, dan makin lama akan bertambah kental. Sifat ini dikenal juga sebagai sifat THIXOTOPIC.
15 Pengangkatan Serpih Bor (Cutting Removal) Lumpur yang disirkulasi membawa serpih bor menuju permukaan dengan adanya pengaruh gravitasi serpih cenderung jatuh, tetapi dapat diatasi oleh daya sirkulasi dan kekentalan lumpur. Dalam melakukan pemboran serbuk bor (cutting) dihasilkan dari pengikisan formasi oleh pahat, harus dikeluarkan dari dalam lubang bor. Hal ini berdasarkan atas keberhasilan atau tidaknya lumpur untuk mengangkat serbuk bor. Apabila serbuk bor tidak dapat dikeluarkan maka akan terjadi penumpukan serbuk bor didasar lubang, jika hal ini terjadi maka akan terjadi masalah seperti terjepitnya pipa oleh serbuk bor. Serbuk bor dapat diangkat jika lumpur mempunyai kemampuan untuk mengangkatnya. Kemampuan serbuk bor untuk terangkat hingga kepermukaan tergantung yield point lumpur itu sendiri. Jika lumpur sudah memiliki yield point yang memadai maka dengan melakukan sirkulasi serbuk bor dapat terangkat keluar bersamasama dengan lumpur untuk dibuang melalui alat pengontrol solid (Solid Control Equipment) berupa shale shaker, desander, mud cleaner, dan centrifuge. 2 Mendinginkan dan Melumasi Pahat Panas yang cukup besar terjadi karena gesekan pahat dengan formasi maka panas itu harus dikurangi dengan mengalirkan lumpur sebagai pengantar panas kepermukaan. Semakin besar ukuran pahat, semakin besar juga aliran yang dibutuhkan. Kemampuan melumasi dan mendinginkan pahat dapat ditingkatkan dengan menambahkan zatzat lubrikasi (pelincir) misalnya : minyak, detergent, grapite, asphalt dan zat surfaktan khusus, serbuk batok kelapa bahkan bentonite juga berfungsi sebagai pelincir karena dapat mengurangi gesekan antara dinding dan rangkaian bor. 3. Membersihkan Dasar Lubang (Bottom Hole Cleaning) Ini adalah fungsi yang sangat penting dari lumpur bor, lumpur mengalir melalui corot pahat (bit nozzles) menimbulkan daya sembur yang kuat sehingga dasar lubang dan ujungujung pahat menjadi bersih dari serpih atau serbuk bor. Ini akan memperpanjang umur pahat dan akan mempercepat laju pengeboran. Laju sembur (jet velocity) minimum 250 fps untuk tetap menjaga daya sembur yang kuat kedasar lubang. Laju sembur yang optimal sebaiknya harus memperhitungkan kekuatan formasi atau daya kemudahan formasi untuk dibor (formation drillability). Kalau laju sembur terlalu besar pada formasi yang lunak, dan akan mengakibatkan pembesaran lubang (hole enlargement) karena kikisan semburan. Sedangkan pada formasi keras akan terjadi pengikisan pahat dan menyianyiakan horse power 4. Melindungi Dinding Lubang Supaya Stabil Lumpur bor harus membentuk deposit dari ampas tapisan (filter cake) pada dinding lubang sehingga formasi menjadi kokoh dan menghalang-halangi masuknya fluida (filtrat) kedalam formasi. Kemampuan ini akan meningkat jika fraksi koloid dari lumpur bertambah, misalnya dengan menambahkan attapulgite atau zat kimia yang dapat meningkatkan pendispersian padatan. Dapat pula dengan menambahkan zatzat poliner sehingga viskositas dari filtrat (air tapisan) meningkat, dengan demikian mobilitas filtrat didalam filter cake dan formasi akan berkurang. 5. Menjaga atau Mengimbangi Tekanan Formasi Pada kondisi normal gradien tekanan normal : 0.465/ft, 0.107-ksc/ft. Berat dari kolom lumpur yang terdiri dari fase air, partikelpartikel padat lainnya cukup memadai untuk mengimbangi tekanan formasi. Tetapi jika menjumpai daerah yang bertekanan abnormal dibutuhkan materi pemberat khusus (misal : XCD- polimer) yang mempunyai berat jenis tinggi untuk menaikkan tekanan hidrostatis dari kolom lumpur agar dapat mengimbangi dan menjaga tekanan formasi. Besarnya tekanan hidrostatik tergantung dari berat jenis fluida yang digunakan dan tinggi kolom yang dapat dihitung dengan persamaan : Hp = 0.052 x Mw (ppg) x D = Psi = 0,00695 x Mw (pcf) x D = Psi dimana : Hp = Tekanan hidrostatic lumpur, psi. Mw = Densitas lumpur, ppg/pcf D = Kedalaman, ft. 6. Menahan Serpih / Serbuk Bor dan Padatan Lainnya Jika Sirkulasi Dihentikan Kemampuan lumpur bor untuk menahan atau mengapungkan serpih bor pada saat tidak ada sirkulasi tergantung sekali pada daya agarnya (gel strengt). Daya agar adalah suatu sifat fluidathixotropis yang mempunyai kemampuan mengental dan mengagar jika didiamkan (static condition) dan kembali lagi mencair jika diaduk atau digerakgerakkan. Sifat pengapungan atau penahan serpih didalam lumpur sangat diinginkan untuk mencegah turunnya serpih kedasar lubang atau menumpuk di anulus yang akan memungkinkan terjadinya rangkaian bor terjepit. Tetapi daya agar ini tidak boleh terlalu tinggi supaya mengalirnya kembali lumpur tidak membutuhkan tekanan awal yang terlalu besar. 7. Sebagai Media Logging Data-data dari sumur yang diselesaikan sangat penting untuk dasar evaluasi sumur yang bersangkutan, juga penting untuk dasar pembuatan program dan evaluasi sumur-sumur yang akan di bor selanjutnya. Data-data tersebut diatas didapat dari analisa cutting dan pengukuran langsung dengan wire logging. Untuk itu lubang bor harus bersih dari cutting. 8. Menunjang (Support) Berat Dari Rangkaian Bor dan Selubung Makin dalam pengeboran, maka berarti makin panjang pula rangkain pipa atau casing, sehingga beban yang harus ditahan menara rig akan bertambah besar, dengan adanya bouyancy effect dari lumpur akan menyebabkan beban efektif menjadi lebih kecil sehingga dengan kemampuan yang ada mampu melakukan pengeboran yang lebih dalam. Faktor yang mempengaruhi dalam hal ini adalah berat jenis dari lumpur. 9. Menghantarkan Daya Hidrolika Kepahat Lumpur pemboran adalah media untuk menghantarkan daya hidrolika dari permukaan kedasar lubang. Daya hidrolika lumpur harus ditentukan didalam membuat program pengeboran sehingga laju sirkulasi lumpur dan tekanan permukaan dihitung sedemikian agar pendayagunaan tenaga (power) menjadi optimal untuk membersihkan lubang dan mengangkat serpih bor. Kemampuan untuk membersihkan serbuk bor dari bit itu didapat karena adanya tenaga hidrolik yang harus disalurkan dari permukaan menuju bit melalui media lumpur yang disebut sebagai Bit Hydraulic Horsepower 10. Mencegah dan Menghambat Laju Korosi Korosi dapat terjadi karena adanya gas-gas yang terlarut seperti oksigen CO 2 , dan H 2 S. Juga karena pH lumpur yang terlalu rendah atau adanya garam-garam di dalam. Untuk menghindari hal - hal tersebut diatas, ke dalam lumpur dapat ditambahkan bahan bahan pencegah korosi atau diusahakan untuk mencegah pencemaran yang terjadi.
2.2 Sifat-Sifat Penting Lumpur Pemboran Dalam suatu operasi pemboran semua fungsi lumpur pemboran haruslah berada dalam kondisi yang baik sehingga operasi pemboran dapat berlangsung dengan baik. Hal ini dapat dicapai apabila sifat lumpur selalu diamati dan dijaga secara kontinyu dalam setiap tahap operasi pemboran. Selain hal tersebut di atas pengukuran dan pengamatan sifat - sifat kimia juga harus dilakukan dengan seksama.Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kestabilan sifat sifat lumpur pemboran. 23 Fasa Kimia Zat kimia merupakan bagian dari sistem yang digunakan untuk mengontrol sifat sifat lumpur misalnya menyebarkan partikel- partikel clay (disepertion), menggumpalkan partikel partikel clay (flocculation) yang akan berefek pada pengkoloidan partikel clay itu sendiri. Banyak sekali zat kimia yang dapat digunakan untuk menurunkan kekentalan, mengurangi water loss, mengontrol fasa kolid yang disebut dengan surface active agent.
21. Sifat Kimia Lumpur Pemboran 1.Padatan (Solid) Terdapatnya padatan di dalam lumpur pemboran dalam jumlah yang besar dapat mengakibatkan efek negative yang dapat merugikan, terutama berkaitan dengan peralatan di bawah permukaan. Sebagai contoh yang paling umum dijumpai di lapangan adalah padatan pasir dalam lumpur pemboran. Dan dari analisa pengukuran di laboratorium volume atau kadar pasir yang diijinkan adalah kurang dari 20%, jika terlalu besar kadar pasir yang terkandung dalam suatu lumpur dapat menyebabkan berbagai masalah : Padatan bersifat abrasif, dikhawatirkan peralatan yang dilalui sirkulasi lumpur akan terkikis. Padatan menyebabkan berat jenis lumpur naik yang mengakibatkan kerja dari pompa lumpur semakin berat. 2.pH pH sebagai salah satu sifat kimia lumpur pemboran merupakan faktor yang penting di dalam treatment lumpur dalam suatu operasi pemboran. pH dipakai untuk menentukan tingkat kebasaan dan keasaman dari lumpur pemboran, derajat pH pada umumnya berkisar antara 8.5 hingga 12. Jadi lumpur yang digunakan adalah dalam keadaan basa. 3.Alkalinitas Berdasarkan pengujian diketahui bahwa ada korelasi antara sumber alkalinitas di dalam lumpur terhadap sifat-sifat lumpur yang bersangkutan. Jika sumbernya berasal hanya berasal dari OH-, menunjukkan lumpur stabil dan kondisinya baik. Jika sumbernya berasal dari CO-23, menunjukkkan lumpur tidak stabil tetapi masih bisa dikontrol. Jika HCO-3, menunjukkan kondisi lumpur sangat jelek dan sulit untuk dikontrol. 4.Salinitas Penentuan salinitas (kadar Cl) dalam lumpur diperlukan terutama jika pemboran melalui daerah dimana garam dapat terkontaminasi dengan fluida pemboran yaitu daerah yang terdapat kubah-kubah garam. Pengaruh ion Chlor terhadap sifat-sifat lumpur pemboran adalah mengakibatkan filtrat loss besar, mud cake tebal dan suspensi padatan sukar dicapai karena fluktuasi oleh clay. 2. Fluida pemboran adalah fluida yang diinjeksikan kedalam lubang bor yang berfungsi untuk membersihkan lubang pemboran. Lumpur Pemboran adalah campuran fluida yang komplek yang terdiri atas zat kimia dan padatan yang secara terus menerus dipompakan dan disirkulasikan dari mud pits ke lubang sumur. 22. Pengaruh dari serpih-serpih sand pada operasi pemboran adalah dapat mempengaruhi karakteristik lumpur yang disirkulasikan. Jika densitas lumpur bertambah, maka beban sirkulasi lumpur akan bertambah juga. Cara untuk mengatasi masalah dalam operasi pemboran dengan membersihkan lumpur yang akan disirkulasikan dengan conditioningequipment yang terdiri dari shale shaker, degasser, desander, dan desilter. 27. Viscosifiers (bahan pengental) seperti Bentonite, CMC, Attapulgite dan polymer 1. Weighting Materials (Pemberat): Barite, Calcium Carbonate, Garam2 terlarut. 2. Thinners (Pengencer): Phosphates, Lignosulfonate, Lignite, Poly Acrylate 3. Filtrat Reducers : Starch, CMC, PAC, Acrylate, Bentonite, Dispersant 4. Lost Circulation Materials : Granular, Flake, Fibrous, Slurries 5. Aditif Khusus: Flocculant, Corrosion Control, Defoamer, pH Control, Lubricant
BAHAN ADITIF FUNGSI Bentonit Menaikkan viskositas. Barite Menaikkan berat jenis. Sodium Acid Pyrophosphate Menghambat kecepatan pengendapan bahan-bahan padat dari lumpur. Caustic Soda (larutan alkali) Menstabilkan dan mengatur lumpur pemboran. menaikkan pH alkalinitas. Lignosulfonate; Quebracho Mengencerkan dan mengatur filtrasi lumpur pemboran. Polyacrylates (CMC) Polimer organik yang berat Gypsum Mengatur dan menstabilkan lumpur pemboran. Garam Sodium Chlorida Dipakai dalam pengeboran lapisan-lapisan garam. Minyak (emulsi) Mencegah kesulitan-kesulitan pelumasan pada temperatur yang tinggi, pipa sticking, pengelupasan shale dan mencegah pembasahan lapisan yang pekat terhadap air. Viscosifier, prinsipnya menaikkan viskositas dengan cara menambah jumlah partikel terdispersi. Contohnya : CMC- LV, CMC-HV, Starch. Thinner, prinsipnya menurunkan viskositas dengan cara mendispersi atau mengencerkan. Contohnya : Quobracho, fosfat, sodium tanate, lignosulfonat, lignite. Filtration reducer, prinsipnya mengurangi jumlah filtrat dengan cara membentuk deflokulasi. Contohnya : latex, CMHEC, Starch, CMC, sodium polyacrylate. Bentonite, yaitu bahan dasar lumpur pemboran yang selalu dipakai pada lumpur standar karena mudah terhidrasi oleh air.
17. Plastic Viscosity adalah sifat keengganan suatu fluida untuk mengalir. Plastic viscosity darimasing masing jenis fluida berbeda beda. Plastic viscosity juga dapat didefinisikan sebagai gayadalam atau Internal Force berupa shear stress ketika fluida tersebut mengalir.