Anda di halaman 1dari 9

3.

Tekanan formasi abnormal didefinisikan sebagai tekanan yang menyimpang


dari gradient tekanan normal. Penyimpangn ini dapat lebih kecil dari 0,465 psi/ft
(subnormal pressure) atau lebih besar dari 0,465 psi/ft (over pressure).
Tekanan formasi normal sama dengan tekanan hidrostatik fluida formasi mula-
mula. Umumnya fluida berubah dari air tawar dengan densitas 8,33 ppg (0,433 psi/ft)
ke air asin dengan densitas 9,0 ppg (0,465 psi/ft).
Tanpa memperhatikan densitas fluida, tekanan formasi normal dapat
diterangkan sebagai suatu sistem hidrolik yang terbuka dimana dengan mudah
tekananya saling berhubungan seluruhnya. Pada formasi abnormal tidak mempunyai
hubungan tekanan yang bebas. Bila hal ini terjadi maka tekanan tinggi akan mengalir
dengan cepat dan tidak teratur yang kemudian baru akan kembali normal setelah terjadi
keseimbangan disekitarnya.
Pada formasi abnormal tidak mempunyai hubungan tekanan yang bebas. Bila
hal ini terjadi maka tekanan tinggi akan mengalir dengan cepat dan tidak teratur yang
kemudian baru akan kembali normal setelah terjadi keseimbangn disekitarnya.
Dengan demikian maka terjadinya tekanan abnormal memerlukan mekanisme
tertentu yang dapat menjebak tekanan. Dengan adanya mekanisme tersebut maka
penyebab tekanan abnormal tergantung dari litologi, mineralogi, gaya-gaya tektonik dan
kecepatan sedimentasi.

5. Kecepatan fluida di annulus, kapasitas untuk menahan fluida, viskositas, dan gel
strenght.
- Densitias Fluida Pemboran
- Viscositas Fluida Pemboran
- Fluid Velocity
- Putaran pipa (RPM)

14.
a. Fresh Water Muds

Fresh Water Muds adalah Lumpur yang fasa cairnya adalah air tawar dengan
kadar garam yang kecil (<10000 ppm =" 1%">

b. Salt Water Mud

Lumpur ini digunakan terutama untuk member formasi garam massive (salt
dome) atau salt stringer (lapisan formasi garam) dan kadang-kadang bila ada
aliran air garam yang terbor.

c. Oil in Water Emuolsion Muds

Pada Lumpur jenis ini minyak merupakan fasa tersebar (emulsi) dan
airsebagai fasa kontinyu. Keuntungan dari penggunaan Lumpur jenis ini
adalah membuat bit lebih tahan lama, penetration rate naik, mengurangi
korosi pada drill string, memperbaiki sifat-sifat Lumpur, dan mengurangi
balling (terlapisnya alat oleh padatan Lumpur) pada drill string.

d. Oil Base dan Oil Base Emulsion Mud

Lumpur ini mengandung minyak pada fase kontinunya. Manfaat dari Lumpur
jenis ini adalah untuk melepaskan drill pipe yang terjepit, mempermudah
pemasangan casing dan liner, tidak akan menghidratkan shale atau clay yang
sensitif terhadap formasi biasa maupun formasi yang produktif.

e. Gaseous Drilling Fluid

Lumpur jenis ini digunakan untuk daerah-daerah dengan formasi keras dan
kering.
14. Sistim Lumpur Tak Terdispersi (Non Dispersed). Termasuk
diantaranya lumpur tajak untuk permukaan dan sumur dangkal dengan treatment yang sangat
terbatas.
1. Sistim Lumpur Terdispersi untuk sumur yang lebih dalam yang membutuhkan berat jenis yang lebih
tinggi atau kondisi lubanh yang problematis. Lumpur perlu didispersikan menggunakan dispersant
seperti senyawa Lignosulfonat, Lignite serta Tannin
2. Lime Mud (Calcium Treated Mud), sistim Lumpur yang mengandalkan ion-ion Calcium untuk
melindungi lapisan formasi shale yang mudah runtuh karena me-nyerap air.
3. Sistim Lumpur Air Garam yang mengandalkan larutan garam (NaCl, KCl)) untuk mengurangi
pembasahan formasi oleh air.
4. Sistim Lumpur Polymer yang mengandalkan polymer-polymer seperti Poly Acrylate, Xanthan Gum,
Cellulosa untuk melindungi formasi dan mencegah terlarutnya cuttings kedalam lumpur bor. Sistim ini
dapat ditingkatkan kemam-puannya dengan menambahkan daram KCl atau NaCl, sehingga sistim ini
disebut Salt Polymer System.
5. Oil Base Mud. Untuk membor lapisan formasi yang sangat peka terhadap air, digunakan sistim
lumpur yang menggunakan minyak sebagai medium pelarut. Bahan-bahan kimia yang dipakai
haruslah dapat larut atau kompatibel dengan minyak., berbeda dengan bahan kimia yang larut dalam
air. Sistim Lumpur ini Sistim Lumpur ini sangat handal melindungi desintefrasi formasi, tahan suhu
tinggi, akan tetapi kecuali mahal juga kurang ramah lingkungan
6. Sistim Lumpur Synthetis menggunakan fluida sintetis dar jenis ester, ether, dan poly alha olefin, untuk
menggantikan minyak sebagai medium pelarut. Lumpur ini sekwaalitas dengan Oil Based Mud,
ramah lingkungan, akan tetapi dianggap teralu mahal.


19. Fluida yang hilang ke dalam batuan disebut filtrate, sedangkan lapisan partikel-partikel
besar tertahan di permukaan batuan disebut mud cake.

16. Rheology dan Gel Strength
1. Viscositas
Viscositas adalah tahanan terhadap aliran atau gerakan yang penting untuk laminar flow. Alat untuk
mengukur viscositas lumpur ialah Marsh Funnel.
2. Plastic Viscosity (Pv)
Plasctic viscosity merupakan tahanan terhadap aliran yang disebabkan oleh gesekan antara sesama
benda padat didalam lubang bor dan merupakan salah satu parameter kenaikan solid yang ada dalam
lumpur.
3. Yield Point (Yp)
Yield point merupakan tahanan terhadap aliran yang disebabkan oleh gaya elektrokimia antara padatan
padatan, cairan cairan dan padatan cairan.
4. Gel Strength
Gel strength adalah sifat dimana benda cair menjadi lebih kental bila dalam keadaan diam, dan makin
lama akan bertambah kental. Sifat ini dikenal juga sebagai sifat THIXOTOPIC.

15
Pengangkatan Serpih Bor (Cutting Removal)
Lumpur yang disirkulasi membawa serpih bor menuju permukaan dengan adanya pengaruh gravitasi
serpih cenderung jatuh, tetapi dapat diatasi oleh daya sirkulasi dan kekentalan lumpur. Dalam melakukan
pemboran serbuk bor (cutting) dihasilkan dari pengikisan formasi oleh pahat, harus dikeluarkan dari
dalam lubang bor. Hal ini berdasarkan atas keberhasilan atau tidaknya lumpur untuk mengangkat serbuk
bor. Apabila serbuk bor tidak dapat dikeluarkan maka akan terjadi penumpukan serbuk bor didasar
lubang, jika hal ini terjadi maka akan terjadi masalah seperti terjepitnya pipa oleh serbuk bor.
Serbuk bor dapat diangkat jika lumpur mempunyai kemampuan untuk mengangkatnya. Kemampuan
serbuk bor untuk terangkat hingga kepermukaan tergantung yield point lumpur itu sendiri. Jika lumpur
sudah memiliki yield point yang memadai maka dengan melakukan sirkulasi serbuk bor dapat terangkat
keluar bersamasama dengan lumpur untuk dibuang melalui alat pengontrol solid (Solid Control
Equipment) berupa shale shaker, desander, mud cleaner, dan centrifuge.
2 Mendinginkan dan Melumasi Pahat
Panas yang cukup besar terjadi karena gesekan pahat dengan formasi maka panas itu harus dikurangi
dengan mengalirkan lumpur sebagai pengantar panas kepermukaan. Semakin besar ukuran pahat,
semakin besar juga aliran yang dibutuhkan. Kemampuan melumasi dan mendinginkan pahat dapat
ditingkatkan dengan menambahkan zatzat lubrikasi (pelincir) misalnya : minyak, detergent, grapite,
asphalt dan zat surfaktan khusus, serbuk batok kelapa bahkan bentonite juga berfungsi sebagai pelincir
karena dapat mengurangi gesekan antara dinding dan rangkaian bor.
3. Membersihkan Dasar Lubang (Bottom Hole Cleaning)
Ini adalah fungsi yang sangat penting dari lumpur bor, lumpur mengalir melalui corot pahat (bit nozzles)
menimbulkan daya sembur yang kuat sehingga dasar lubang dan ujungujung pahat menjadi bersih dari
serpih atau serbuk bor. Ini akan memperpanjang umur pahat dan akan mempercepat laju pengeboran.
Laju sembur (jet velocity) minimum 250 fps untuk tetap menjaga daya sembur yang kuat kedasar lubang.
Laju sembur yang optimal sebaiknya harus memperhitungkan kekuatan formasi atau daya kemudahan
formasi untuk dibor (formation drillability). Kalau laju sembur terlalu besar pada formasi yang lunak, dan
akan mengakibatkan pembesaran lubang (hole enlargement) karena kikisan semburan. Sedangkan pada
formasi keras akan terjadi pengikisan pahat dan menyianyiakan horse power
4. Melindungi Dinding Lubang Supaya Stabil
Lumpur bor harus membentuk deposit dari ampas tapisan (filter cake) pada dinding lubang sehingga
formasi menjadi kokoh dan menghalang-halangi masuknya fluida (filtrat) kedalam formasi. Kemampuan
ini akan meningkat jika fraksi koloid dari lumpur bertambah, misalnya dengan
menambahkan attapulgite atau zat kimia yang dapat meningkatkan pendispersian padatan. Dapat pula
dengan menambahkan zatzat poliner sehingga viskositas dari filtrat (air tapisan) meningkat, dengan
demikian mobilitas filtrat didalam filter cake dan formasi akan berkurang.
5. Menjaga atau Mengimbangi Tekanan Formasi
Pada kondisi normal gradien tekanan normal : 0.465/ft, 0.107-ksc/ft. Berat dari kolom lumpur yang terdiri
dari fase air, partikelpartikel padat lainnya cukup memadai untuk mengimbangi tekanan formasi. Tetapi
jika menjumpai daerah yang bertekanan abnormal dibutuhkan materi pemberat khusus (misal : XCD-
polimer) yang mempunyai berat jenis tinggi untuk menaikkan tekanan hidrostatis dari kolom lumpur agar
dapat mengimbangi dan menjaga tekanan formasi. Besarnya tekanan hidrostatik tergantung dari berat
jenis fluida yang digunakan dan tinggi kolom yang dapat dihitung dengan persamaan :
Hp = 0.052 x Mw (ppg) x D = Psi
= 0,00695 x Mw (pcf) x D = Psi
dimana :
Hp = Tekanan hidrostatic lumpur, psi.
Mw = Densitas lumpur, ppg/pcf
D = Kedalaman, ft.
6. Menahan Serpih / Serbuk Bor dan Padatan Lainnya Jika Sirkulasi Dihentikan
Kemampuan lumpur bor untuk menahan atau mengapungkan serpih bor pada saat tidak ada sirkulasi
tergantung sekali pada daya agarnya (gel strengt). Daya agar adalah suatu sifat fluidathixotropis yang
mempunyai kemampuan mengental dan mengagar jika didiamkan (static condition) dan kembali lagi
mencair jika diaduk atau digerakgerakkan. Sifat pengapungan atau penahan serpih didalam lumpur
sangat diinginkan untuk mencegah turunnya serpih kedasar lubang atau menumpuk di anulus yang akan
memungkinkan terjadinya rangkaian bor terjepit. Tetapi daya agar ini tidak boleh terlalu tinggi supaya
mengalirnya kembali lumpur tidak membutuhkan tekanan awal yang terlalu besar.
7. Sebagai Media Logging
Data-data dari sumur yang diselesaikan sangat penting untuk dasar evaluasi sumur yang bersangkutan,
juga penting untuk dasar pembuatan program dan evaluasi sumur-sumur yang akan di bor selanjutnya.
Data-data tersebut diatas didapat dari analisa cutting dan pengukuran langsung dengan wire logging.
Untuk itu lubang bor harus bersih dari cutting.
8. Menunjang (Support) Berat Dari Rangkaian Bor dan Selubung
Makin dalam pengeboran, maka berarti makin panjang pula rangkain pipa atau casing, sehingga beban
yang harus ditahan menara rig akan bertambah besar, dengan adanya bouyancy effect dari lumpur akan
menyebabkan beban efektif menjadi lebih kecil sehingga dengan kemampuan yang ada mampu
melakukan pengeboran yang lebih dalam. Faktor yang mempengaruhi dalam hal ini adalah berat jenis
dari lumpur.
9. Menghantarkan Daya Hidrolika Kepahat
Lumpur pemboran adalah media untuk menghantarkan daya hidrolika dari permukaan kedasar lubang.
Daya hidrolika lumpur harus ditentukan didalam membuat program pengeboran sehingga laju sirkulasi
lumpur dan tekanan permukaan dihitung sedemikian agar pendayagunaan tenaga (power) menjadi
optimal untuk membersihkan lubang dan mengangkat serpih bor. Kemampuan untuk membersihkan
serbuk bor dari bit itu didapat karena adanya tenaga hidrolik yang harus disalurkan dari permukaan
menuju bit melalui media lumpur yang disebut sebagai Bit Hydraulic Horsepower
10. Mencegah dan Menghambat Laju Korosi
Korosi dapat terjadi karena adanya gas-gas yang terlarut seperti oksigen CO
2
, dan H
2
S. Juga karena pH
lumpur yang terlalu rendah atau adanya garam-garam di dalam. Untuk menghindari hal - hal tersebut
diatas, ke dalam lumpur dapat ditambahkan bahan bahan pencegah korosi atau diusahakan untuk
mencegah pencemaran yang terjadi.

2.2 Sifat-Sifat Penting Lumpur Pemboran
Dalam suatu operasi pemboran semua fungsi lumpur pemboran haruslah berada dalam kondisi yang baik
sehingga operasi pemboran dapat berlangsung dengan baik. Hal ini dapat dicapai apabila sifat lumpur
selalu diamati dan dijaga secara kontinyu dalam setiap tahap operasi pemboran. Selain hal tersebut di
atas pengukuran dan pengamatan sifat - sifat kimia juga harus dilakukan dengan seksama.Hal ini
dimaksudkan untuk menjaga kestabilan sifat sifat lumpur pemboran.
23 Fasa Kimia
Zat kimia merupakan bagian dari sistem yang digunakan untuk mengontrol sifat sifat lumpur
misalnya menyebarkan partikel- partikel clay (disepertion), menggumpalkan partikel partikel clay
(flocculation) yang akan berefek pada pengkoloidan partikel clay itu sendiri. Banyak sekali zat kimia yang
dapat digunakan untuk menurunkan kekentalan, mengurangi water loss, mengontrol fasa kolid yang
disebut dengan surface active agent.


21. Sifat Kimia Lumpur Pemboran
1.Padatan (Solid)
Terdapatnya padatan di dalam lumpur pemboran dalam jumlah yang besar dapat
mengakibatkan efek negative yang dapat merugikan, terutama berkaitan dengan peralatan
di bawah permukaan. Sebagai contoh yang paling umum dijumpai di lapangan adalah
padatan pasir dalam lumpur pemboran. Dan dari analisa pengukuran di laboratorium
volume atau kadar pasir yang diijinkan adalah kurang dari 20%, jika terlalu besar kadar
pasir yang terkandung dalam suatu lumpur dapat menyebabkan berbagai masalah :
Padatan bersifat abrasif, dikhawatirkan peralatan yang dilalui sirkulasi lumpur akan terkikis.
Padatan menyebabkan berat jenis lumpur naik yang mengakibatkan kerja dari pompa
lumpur semakin berat.
2.pH
pH sebagai salah satu sifat kimia lumpur pemboran merupakan faktor yang penting di
dalam treatment lumpur dalam suatu operasi pemboran. pH dipakai untuk menentukan
tingkat kebasaan dan keasaman dari lumpur pemboran, derajat pH pada umumnya berkisar
antara 8.5 hingga 12. Jadi lumpur yang digunakan adalah dalam keadaan basa.
3.Alkalinitas
Berdasarkan pengujian diketahui bahwa ada korelasi antara sumber alkalinitas di dalam
lumpur terhadap sifat-sifat lumpur yang bersangkutan.
Jika sumbernya berasal hanya berasal dari OH-, menunjukkan lumpur stabil dan kondisinya
baik.
Jika sumbernya berasal dari CO-23, menunjukkkan lumpur tidak stabil tetapi masih bisa
dikontrol.
Jika HCO-3, menunjukkan kondisi lumpur sangat jelek dan sulit untuk dikontrol.
4.Salinitas
Penentuan salinitas (kadar Cl) dalam lumpur diperlukan terutama jika pemboran melalui
daerah dimana garam dapat terkontaminasi dengan fluida pemboran yaitu daerah yang
terdapat kubah-kubah garam. Pengaruh ion Chlor terhadap sifat-sifat lumpur pemboran
adalah mengakibatkan filtrat loss besar, mud cake tebal dan suspensi padatan sukar dicapai
karena fluktuasi oleh clay.
2. Fluida pemboran adalah fluida yang diinjeksikan kedalam lubang bor yang berfungsi untuk
membersihkan lubang pemboran.
Lumpur Pemboran adalah campuran fluida yang komplek yang terdiri atas zat kimia dan
padatan yang secara terus menerus dipompakan dan disirkulasikan dari mud pits ke lubang
sumur.
22. Pengaruh dari serpih-serpih sand pada operasi pemboran adalah dapat mempengaruhi
karakteristik lumpur yang disirkulasikan. Jika densitas lumpur bertambah, maka beban sirkulasi
lumpur akan bertambah juga. Cara untuk mengatasi masalah dalam operasi pemboran
dengan membersihkan lumpur yang akan disirkulasikan dengan conditioningequipment yang
terdiri dari shale shaker, degasser, desander, dan desilter.
27. Viscosifiers (bahan pengental) seperti Bentonite, CMC, Attapulgite dan polymer
1. Weighting Materials (Pemberat): Barite, Calcium Carbonate, Garam2 terlarut.
2. Thinners (Pengencer): Phosphates, Lignosulfonate, Lignite, Poly Acrylate
3. Filtrat Reducers : Starch, CMC, PAC, Acrylate, Bentonite, Dispersant
4. Lost Circulation Materials : Granular, Flake, Fibrous, Slurries
5. Aditif Khusus: Flocculant, Corrosion Control, Defoamer, pH Control, Lubricant

BAHAN ADITIF
FUNGSI
Bentonit
Menaikkan viskositas.
Barite
Menaikkan berat jenis.
Sodium Acid Pyrophosphate
Menghambat kecepatan pengendapan bahan-bahan padat dari lumpur.
Caustic Soda (larutan alkali)
Menstabilkan dan mengatur lumpur pemboran. menaikkan pH alkalinitas.
Lignosulfonate; Quebracho
Mengencerkan dan mengatur filtrasi lumpur pemboran.
Polyacrylates (CMC)
Polimer organik yang berat
Gypsum
Mengatur dan menstabilkan lumpur pemboran.
Garam Sodium Chlorida
Dipakai dalam pengeboran lapisan-lapisan garam.
Minyak (emulsi)
Mencegah kesulitan-kesulitan pelumasan pada temperatur yang tinggi, pipa sticking, pengelupasan
shale dan mencegah pembasahan lapisan yang pekat terhadap air.
Viscosifier, prinsipnya menaikkan viskositas dengan cara menambah jumlah partikel terdispersi. Contohnya : CMC-
LV, CMC-HV, Starch.
Thinner, prinsipnya menurunkan viskositas dengan cara mendispersi atau mengencerkan. Contohnya :
Quobracho, fosfat, sodium tanate, lignosulfonat, lignite.
Filtration reducer, prinsipnya mengurangi jumlah filtrat dengan cara membentuk deflokulasi. Contohnya : latex,
CMHEC, Starch, CMC, sodium polyacrylate.
Bentonite, yaitu bahan dasar lumpur pemboran yang selalu dipakai pada lumpur standar karena mudah terhidrasi
oleh air.

17. Plastic Viscosity
adalah sifat keengganan suatu fluida untuk mengalir. Plastic viscosity darimasing masing jenis
fluida berbeda beda. Plastic viscosity juga dapat didefinisikan sebagai gayadalam atau Internal
Force berupa shear stress ketika fluida tersebut mengalir.

Anda mungkin juga menyukai