Anda di halaman 1dari 6

PRAKT IKUM FISIKA INT I

Alan Nur W. (11/317169/PA/14256)


Henokh Lugo H. (11/316991/PA/14109)
Pertanyaan
1. Jelaskan tentang aktivitas radiasi.
2. Carilah resolusi tenaga untuk sumber radiasi sinar- dari 4 buah sumber (
210
Po,
241
Am,
230
Th,
231
Pa).
3. Jelaskan tentang fenomena terobosan dalam mekanika kuantum dan kaitannya dengan peluruh-
an-
4. Jelaskan tentang eksitasi, ionisasi, dan de-eksitasi berdasarkan aras-aras tenaga.
5. Daftar referensi buku yang digunakan untuk praktikum spektroskopi sinar-.
Jawaban
1. Karena denisi aktivitas radioaktif diperoleh dari persamaan peluruhan ada baiknya untuk men-
jelaskan terlebih dahulu persamaan peluruhan. Fakta eksperimen mendasar dari peluruhan ra-
dioaktif adalah bahwa peluang dari sebuah inti atom apapun untuk meluruh dalam rentang
waktu kecil, dt tidaklah bergantung pada pengaruh luar manapun, termasuk peluruhan dari inti
atom lain. Seluruh inti-inti atom dari sebuah nuklida yang diberikan memiliki peluang pelu-
ruhan yang sama. Maka peluang P(dt) dari sebuah peluruhan radioaktif dalam kurun waktu dt
hanya sebanding terhadap dt jika dt cukup kecil sehingga P(dt) 1. Tetapan kesebandingan
, disebut sebagai tetapan peluruhan, yang nilainya berbeda untuk nuklida yang yang berbeda
begitu juga dengan mode peluruhan (peluruhan-, , , dan lainnya). Sehingga
P(dt) = dt (1)
Untuk menghitung peluang bahwa sebuah inti atom yang diberikan mampu bertahan dalam
sebuah selang waktu t adalah dengan membagi selang waktu t tersebut menjadi n buah selang
yang sama dengan rentang dt. Peluang untuk mampu bertahan pada selang pertama adalah
1 P(dt)
untuk bertahan pada selang kedua (dua kejadian berturut-turut, peluang merupakan hasil kali)
[1 P(dt)]
2
untuk bertahan pada selang ke-n
[1 P(dt)]
n
yang mana dapat dituliskan, menggunakan persamaan (1)
(1 dt)
n
=
_
1
t
n
_
n

n
dt0
e
t
(2)
Persamaan ini merupakan peluang kebertahanan dari sebuah inti. Jika pada mulanya ada se-
jumlah N
0
inti identik, nilai paling mungkin yang mampu bertahan setelah waktu t adalah
N = N
0
e
t
(3)
Persamaan ini dapat juga diturunkan dengan cara yang lebih sederhana yaitu dengan memper-
hatikan bahwa jika ada N inti atom, nilai peluang peluruhan dalam sebuah waktu dt adalah
dN = P(dt)N
= dt N (4)
18 November 2013 Hal. 1
PRAKT IKUM FISIKA INT I
Alan Nur W. (11/317169/PA/14256)
Henokh Lugo H. (11/316991/PA/14109)
tanda negatif disebabkan setiap peluruhan ada pengurangan sejumlah N. Persamaan (2) diper-
oleh dengan mengintegralkan secara sederhana persamaan ini.
Persamaan (4) tidak menyiratkan bahwa dalam setiap selang waktu dt secara tepat sejumlah
nilai yang sama inti dN dari jumlah keseluruhan N akan lenyap (disintegration). Hanya nilai
peluang paling mungkin dN yang akan dihitung, sebab Pers. (1) adalah sebuah pernyataan
tentang peluang. Adalah mudah untuk menunjukkan bahwa akan ada perubahan dalam selang
waktu antara satu peluruhan dengan peluruhan berikutnya. Sebaliknya, dalam sebuah selang
waktu yang diberikan harus ada penyimpangan dalam jumlah inti yang meluruh.
Pertimbangkan sebuah contoh/sampel N inti atom. Dari Pers. (4) nilai rerata

t antara peluruhan
berturut-turut adalah

t =
dt
|dN|
=
1
N
(5)
Jika

t bernilai pendek dibandingkan terhadap 1/, peluang dari satu buah peluruhan terjadi
dalam seluruh contoh/sampel untuk sebuah selang waktu dt kecil adalah dt/

t. Peluang bahwa
disana (dalam contoh/sampel) tidak ada peluruhan dalam sebuah selang waktu berhingga t
(1/) adalah sama dengan (1 dt/

t)
t/dt
, mengikuti hal yang sama seperti halnya penentuan
Pers. (2). Jadi, peluang untuk tidak adanya peluruhan dalam rentang waktu t, tetapi satu buah
peluruhan dalam selang waktu antara t dan t + dt adalah
_
1
dt

t
_
t/dt
dt

t

dt0
e
t/

t
dt

t
(6)
Ini akan memberikan kepada kita penyebaran dari selang-selang waktu antara peluruhan ber-
turut-turut dan menunjukkan bahwa selang-selang waktu yang pendek adalah lebih berpeluang
daripada selang-selang waktu yang panjang.
Kebalikannya, dalam pengulangan serupa selang-selang waktu jumlah dari inti atom yang melu-
ruh dalam sebuah sampel haruslah memiliki uktuasi-uktuasi statistik sekitar rerata paling
mungkin (dengan mengabaikan penurunan dalam ukuran dari sampel oleh karena peluruhan).
Seseorang dapat menunjukan, jika bilangan paling mungkin dari disintegrasi dalam sebuah se-
lang waktu t
1
adalah N
1
, disana ada sekitar secara kasar 68 persen peluang bahwa bilangan
peluruhan sebenarnya berada diantara N
1

N
1
dan N
1
+

N
1
.
Waktu paruh, t
1/2
dari peluruhan radioaktif adalah selang waktu yang mana jumlah inti atom
sebenarnya telah terkurangi menjadi separuh.
t
1/2
=
ln 2

=
0.693

(7)
Rerata hidup, adalah rerata waktu dari bertahannya sebuah inti atom radioaktif. Dari persa-
maan-persaman (3) dan (4)
=
_
t dN
_
dN
=
_

0
tN
0
e
t
dt
N
0
=
1

(8)
Peluruhan untuk tiap inti radioaktif disinyalkan dengan emisi dari sebuah peluruhan zarah (,
, atau sinar ). Jumlah dari peluruhan zarah-zarah (radiasi) dN

dipancarkan oleh sebuah


sampel dari N inti radioaktif dalam waktu dt adalah
dN

= dN = N dt (9)
18 November 2013 Hal. 2
PRAKT IKUM FISIKA INT I
Alan Nur W. (11/317169/PA/14256)
Henokh Lugo H. (11/316991/PA/14109)
diperoleh dari Pers. (4). Laju dari generasi peluruhan zarah disebut sebagai aktivitas. Dari
Pers. (6) dan Pers. (2) aktivitas didapatkan dalam persamaan
dN

dt
= N
= N
0
e
t
=
_
dN

dt
e
t
_
0
e
t
(10)
Pada umumnya satuan dari aktivitas adalah Curie (1 C = 3.70 10
10
disintegrasi/detik) dan
Rutherford 1 R = 10
6
disintegrasi/detik.
2. Diperoleh dari referensi [6] (lihat jawabab no. 5), nilai resolusi tenaga dari spektrum zarah
untuk masing-masing nuklida diberikan pada Tbl. (1) (dari sumber referensi ini hanya diketahui
dua nuklida yang memiliki LSPM).
Tabel 1: Nilai-nilai resolusi tenaga untuk beberapa nuklida
Nuklida E

(MeV) LSPM (keV) Resolusi Tenaga


_
LSPM
V
p
_
(%)
210
Pm 5.305 16 0.30
241
Am 5.476 15 0.27
3. Fenomena terobosan merupakan peristiwa dalam ranah kuantum yang diakibatkan oleh suatu
zarah yang memiliki energi kurang dari potensial tanggul (potensial yang membatasi ruang
gerak zarah) mampu menerobos keluar dengan besar zarah yang menerobos dinyatakan dalam
kebolehjadian. Dari sudut pandang semiklasik, peluang dari peluruhan tiap satuan waktu

sama dengan jumlah tumbukan tiap detik yang dilalukan oleh zarah terhadap dinding poten-
sial sumur yang membatasinya dikalikan dengan peluang P dimana zarah menembus potensial
tanggul. Dalam faktor numerik yang kecil


v
in
R
P (11)
dengan v
in
adalah kecepatan zarah di dalam inti atom. Berbagai macam pendekatan dapat
dibuat untuk P sepanjang pendekatan semiklasik masih digunakan, salah satu pendekatan yang
paling sederhana ialah
1
P e

(12)
dimana adalah
=
2

_
b
R
_
2M
0
_
zZ
D
e
2
r
Q

__
1
2
dr (13)
indeks D menunjukan indeks untuk inti dan jarak b seperti yang ditunjukkan pada Gbr. (1).
1
Evans, Appendix C: Eq. (93), (94)
18 November 2013 Hal. 3
PRAKT IKUM FISIKA INT I
Alan Nur W. (11/317169/PA/14256)
Henokh Lugo H. (11/316991/PA/14109)
Karena efek recoil (pengaruh pergerakan karena adanya tumbukan) muncul massa tereduksi M
0
pada Pers. (13) yang memiliki besar
M
0
=
M

M
D
M

+M
D
(14)
Fungsi gelombang
(skematik)
Energi
Gambar 1: Mekanisme dari peluruhan berdasarkan teori Gamov, Gurney, dan
Condon. Zarah berada dalam sumur potensial yang dibentuk oleh
gaya inti dan Coulomb. Amplitudo dari fungsi gelombangnya adalah
bernilai besar di dalam sumur, tetapi ada sejumlah kecil peluang kebo-
coran melewati tanggul potensial.
Integral pada Pers. (13) dapat dihitung secara langsung memberikan
=
4zZ
D
e
2
v
__
cos
1

y
_

y (1

y)

(15)
dimana v = kecepatan relatif dari zarah dan inti atom asalnya sedangkan
y =
R
b
=
Q

B
(16)
Identitas terakhir ini muncul akibat Pers. (17) dan Pers. (18) di bawah ini. Tinggi tanggul
potensial Coulomb B diberikan sebagai (lihat Gbr. 1)
B =
zZ
D
e
2
R
(17)
dan kita perhatikan bahwa
Q

=
1
2
M
0
v
2
=
zZ
D
e
2
b
(18)
diperoleh dengan menggunakann denisi titik balik b (lihat Gbr. 1).
Untuk ukuran tanggul yang tebal, yaitu, b R atau Q

B, kita dapat mengekspansikan


suku-suku di dalam kurung pada Pers. (15)
_
cos
1

y
_

y (1

y)
1
2
2

y (19)
18 November 2013 Hal. 4
PRAKT IKUM FISIKA INT I
Alan Nur W. (11/317169/PA/14256)
Henokh Lugo H. (11/316991/PA/14109)
untuk memperoleh

2zZ
D
e
2
v

4

_
2zZ
D
e
2
M
0
R
_1
2
(20)
Merangkum Pers. (11), (12), dan (20) untuk peluruhan melewati sebuah tanggul yang tebal


v
in
R
exp
_

4Z
D
e
2
v
+
8

_
Z
D
e
2
M
0
R
_1
2
_
(21)
Peningkatan nilai Z
D
akan mempertebal dari tanggul, menyebabkan penurunan

. Peningkatan
nilai R akan menurunkan ketebalan tanggul, menyebabkan peningkatan

.
Untuk mengetahui seberapa besar orde dari suku-suku pada Pers. (21), kita akan menghitungnya
untuk zarah dengan tenaga 4.2 MeV yang keluar dari
238
92
U, mengabaikan efek recoil. Dari Pers.
(18)
v
_
2 4.2 1.60 10
6
4 1.65 10
24
_
1
2
1.43 10
9
cm/det
R = 1.4(234)
1
3
10
13
= 8.6 10
13
cm
Karena potensial yang telah diasumsikan seperti pada Gbr. 1. Kecepatan v
in
dari zarah di
dalam inti atom adalah sama dengan kecepatan v jauh dari inti atom.
v
in
R
1.7 10
21
det
1
(22)
Suku pertama dari eksponensial dalam Pers. (20) adalah
4Z
D
e
2
v
=
4 90 (4.80 10
10
)
2
1.05 10
27
1.43 10
9
= 173 (23)
Suku kedua dari eksponensial adalah
8

_
Z
D
e
2
M
0
R
_1
2
=
8
1.05 10
27
_
90 (4.80 10
10
)
2
4 1.65 10
24
8.6 10
23
1
2
= 83 (24)
Jadi
P = e
90
10
39
(25)
mengindikasikan kebolehjadian transmisi amat kecil khususnya untuk peluruhan . Mengkom-
binasikannya dengan Pers. (22) didapatkan

1.7 10
18
det
1
t 1
2
4.1 10
17
det = 1.3 10
10
tahun
Hasil eksperimen dari pengukuran waktu paruh adalah 0.4510
10
tahun, nilai yang bersesuaian
dengan perhitungan yang dilakukan dapat diperoleh dengan sedikit penyederhanaan.
18 November 2013 Hal. 5
PRAKT IKUM FISIKA INT I
Alan Nur W. (11/317169/PA/14256)
Henokh Lugo H. (11/316991/PA/14109)
4. Ionisasi terjadi ketika elektron memperoleh cukup energi (energi ini diperoleh dari zarah yang
menumbuknya) untuk meninggalkan atom dan menjadi sebuah zarah bebas dengan energi kinetik
sama dengan
(EK)
e
= (energi yang diberikan oleh zarah) (potensial ionisasi)
Potensial ionisasi ini erat kaitannya dengan tingkat energi yang dimiliki atom, sebagai contoh
untuk atom Hidrogen potensial ionisasinya adalah sebesar 13.6 eV, dimana angka ini diperoleh
dari energi keadaan dasar dari atom hidrogen yaitu -13.6 eV. Kita tahu dari model atom Bohr,
pada kulit n = , tingkat energinya bernilai nol. jadi energi minimal yang diperlukan untuk
membuat sebuah elektron pada keadaan dasar dalam atom Hidrogen lepas adalah sebesar 13.6
eV. Energi ini diperlukan untuk membawa elektron dari keadaan dasar (n = 1) menuju (m = )
Elektron tersebut bebas terhadap atomnya dan berperilaku layaknya zarah bermuatan. Dirinya
dapat menyebabkan ionisasi ke atom lainnya jika energi dari elektron tersebut cukup tinggi.
Elektron tersebut dapat berinteraksi dengan bahan, kehilangan energi kinetiknya, dan akhirnya
berhenti. Elektron yang bergerak cepat dihasilkan dari tumbukan ionisasi disebut sinar-.
Proses ionisasi tersebut meningggalkan atomnya menjadi sebuah ion positif, yang mana atom itu
merupakan zarah yang berat dibandingkan dengan sebuah elektron. Jika sebuah ion dan sebuah
elektron bergerak dalam sebuah gas, ion tersebut akan bergerak lebih lambat dibandingkan
dengan elektron. Ada kalanya, ion tersebut akan menarik elektron dari tempat lain dan akan
menjadi atom netral kembali.
Eksitasi merupakan proses yang terjadi ketika elektron memperoleh cukup energi untuk bergerak
ke sebuah keadaan kosong di orbit lain dengan energi yang lebih tinggi. Elektron tersebut tetap
terikat, tetapi dirinya telah bergerak dari keadaan dengan energi E
1
menuju keadaan yang lain
E
2
, sehinggal menghasilkan atom yang tereksitasi. Dalam kurun waktu yang singkat, dengan
orde 10
8
hingga 10
10
detik, elektron tersebut akan bergerak menuju keadaan energi yang lebih
rendah (de-eksitasi ), disebabkan ada kekosongan keadaan pada orbit itu. Jika elektron jatuh
dari E
2
menuju E
1
, sejumlah energi E
2
E
1
dipancarkan dalam bentuk sinar-X dengan frekuensi
= (E
2
E
1
)/h.
5. Berikut ini daftar buku acuan yang digunakan dalam praktikum spektroskopi
[1] CANBERRA, 2013, Laboratory Manual: Nuclear Science Experiments with Digital Elec-
tronics, Meriden, CT.
[2] Evans, R.D., 1955, The Atomic Nucleus, McGraw-Hill, Inc., New Delhi.
[3] Knoll, G. F., 2010, Radiation Detection and Measurement, 3
rd
Edition, John Wiley & Sons,
Inc., United States.
[4] Lederer, C.M., Hollander, J.M., Perlman, I., 1967, Table of Isotopes, 6
th
Edition, John
Wiley & Sons, Inc., United States.
[5] Meyerhof, W.E., 1967, Elements of Nuclear Physics, McGraw-Hill, Inc., United States.
[6] ORTEC., 1987, Application Note 34 Laboratory Manual: Experiments in Nuclear Science,
3
rd
Edition, Revised, United States.
[7] Tsoulfanidis, N., 1995, Measurement and Detection of Radiation, 2
nd
Edition, Taylor &
Francis, Washington, DC.
18 November 2013 Hal. 6

Anda mungkin juga menyukai