Anda di halaman 1dari 33

Dimas Windu Jati

081.0211.090
LAPORAN KASUS
BPH DENGAN HIPERTENSI PADA
USIA GERIATRI
BAB I
STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn.Imam Sumardi
Umur : 72 tahun
Berat badan : 50 Kg
Jenis kelamin : Laki - Laki
Alamat : Purwokerto
Agama : Islam
No. CM : 256592
Diagnosis : BPH
Tindakan : TVP
Dokter Anestesi : dr. Diding Sp.An
Dokter Bedah : dr. Bambang Sp.B

ANAMNESA
Riwayat Operasi : Tidak pernah melakukan operasi
Riwayat Alergi : Obat golongan sulfa, Makanan tidak
ada
Riwayat Penyakit Lain : Demam (-), Batuk (-), Pilek (-),
DM (-), HT(+), Asma (-), Jantung (-)

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : GCS E4M6V5

Tanda vital :
Tekanan darah : 170/80 mmHg
Nadi : 110x/ menit
Respirasi : 24x/ menit
Suhu : 36.5C

Berat Badan : 50 kg
Tinggi Badan : 150 cm

STATUS GENERALIS
Kepala
Bentuk dan ukuran : Normocephal
Rambut dan kulit kepala : Hitam terdistribusi merata, tidak mudah dicabut
Mata : Palpebra superior edema (-), mata cekung (-), konjungtiva
anemis (-), sklera ikterik (-) RC +/+ PB anisokor
3mm/3mm
Telinga : Otorrhoae (-), sekret (-)
Hidung : Septum deviasi (-), sekret (-), napas cuping hidung
(-) darah (-)
Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-), darah (-), Mallapati I, gigi tanggal
(+) premolar 1 kanan bawah, gigi goyang (-), gigi palsu (-)
Tenggorokan : Faring sdn, Tonsil sdn
Leher : Simetris, trakhea di tengah, kelenjar tiroid, submandibula,
supra-infra clavicula tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat, sianosis (-), edema(-),deformitas (-)
Kulit : Turgor baik, petechiae (-)
Genitalia : Tidak dilakukan
Anus Rektum : Tidak dilakukan
STATUS LOKALIS
Paru
Inspeksi : Dinding dada tampak simetris, tidak tampak ketertinggalan gerak,
kelainan bentuk dada (-), retraksi interkostalis (-), jejas (-)
Palpasi : Vokal fremitus apeks kanan = kiri, Vokal fremitus basal kanan =
kiri
Perkusi : Perkusi orientasi lapang paru sonor, Batas paru-hepar SIC V LMCD
Auskultasi : Apeks : Suara dasar vesikuler +/+ Basal : Suara dasar vesikuler +/+
Ronki basah halus -/- Ronki basah kasar -/- Wheezing -/- Stridor -/-
Jantung
Auskultasi : S1>S2, reguler, tidak ada suara tambahan
Abdomen
Inspeksi : datar, tidak terdapat massa, tidak terdapat jejas
Auskultasi : bising usus (+) N
Palpasi : supel, test undulasi (-)
Perkusi : timpani, pekak sisi (-), pekak alih (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
28 April 2014
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Hemoglobin 9.0 Gr/dl 12.0-16.0
Leukosit 9.000 /L 4800- 10800
Hematokrit 29.1 % L40-54 P35-47
Eritrosit - 10
6
/L 4,2 5,4
Trombosit 295.000 /L 150.000 450.000
MCV - Fl 79,0 99,0
MCH - Pg 27,0 31,0
MCHC - % 33 37
RDW - 11,5 14,5
MPV - fL 7,2 11,1
Kimia Klinik
Ureum 33 mg/dl 10-50
Kreatinin 1.40 mg/dl L0,8-1,3 P0.6-1.2
Glukosa sewaktu - mg/dl < = 200
Natrium 146.5 mmol/L 135-155
Kalium 4.73 mmol/L 3,5-5,5
Klorida 108.7 mmol/L 35-108
Pemeriksaan Darah Lengkap tanggal 29 April 2014
Kimia Klinik
Glukosa sewaktu 125 mg/dl < = 200
Pemeriksaan Darah Lengkap tanggal 1 Mei 2014
HEMATOLOGI
Hemoglobin 10.1 Gr/dl 12.0-16.0
Rontgen Thoraks
Kesan : Pulmo dalam batas normal, mild cardiomegali,
sisterna tulang yang tervisualisasi baik
USG Abdomen
Kesan :
Pembesaran prostate dengan volume 35ml dengan bagian
prostate indentasi ke intra vesica sejauh 3.71cm
Tak tampak kelainan pada hepar, vesica fellea, ren dextra et
sinistra, lien, aortae, pancreas dan vesica urinaria
Tak tampak limfadenopathy para aortic
DIAGNOSA KERJA
Diagnosis prabedah : Benigna Prostat hiperplasia
Diagnosis pasca bedah : Benigna Prostat hiperplasia
Jenis pembedahan : TVP (trans vesica prostatektomi)

KESIMPULAN PEMERIKSAAN
FISIK
Setelah di lakukan anamnesa, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang maka status fisik
pasien adalah Mallapati I. ASA II dengan Benigna
Prostat hiperplasia disertai hipertensi gr II
PERSIAPAN ALAT
Mesin Anestesi
STATICS (Scop, Tube, Airway, Tape, Introducer,
Connector, Suction)
Obat Anestesi
Premedikasi : Pethidin HCL, Midazolam, SA,
Ketamin, Ranitidin, Ketorolac, Decain
Maintenance : O2
Cairan : Ringer Laktat, Widahes

PENATALAKSANAAN ANESTESI
Anestesi General intravena
Persiapan Anestesi
Informed concent + Death on Table
Pasang IV line 1 jalur RL tetes cepat
Mulai puasa 6 8 jam sebelum operasi
Penatalaksanaan Anestesi
Jenis anestesi : Regio Anestesi (RA) SAB L3-L4
Premedikasi :
- Pethidin HCL 50 mg (0,5 1 mg/kgbb)
- SA 0,25 mg (0,015 mg/kgbb)
- Midazolam 3 mg (0,05 0,1 mg/kgbb)
- Ketamin 30mg (2-3 mg/kgbb)
- Ketorolak 30mg
- Ranitidin 50mg
- Decain 20mg
Maintenance : O2
Pasien dalam posisi telentang
Respirasi : Nasal canul
Jumlah cairan yang masuk selama operasi kristaloid 2000 cc (4 Kolf RL 500 cc) koloid 500cc (1 Kolf WidaHes 500cc)
Pemantauan selama anestesi :
Mulai anestesi : 08.55 WIB
Mulai pembedahan : 09.12 WIB
Selesai operasi : 09.50 WIB
Selesai anestesi : WIB

TERAPI CAIRAN
Berat badan = 50 kg
Maintenence = 2 x KgBB/jam

M1 Puasa BB x 2 x puasa
- 50kg x 2cc x 9 jam = 900cc

M2 lama operasi lama operasi x BB x 2
- 1 jam x 50kg x 2 = 100cc

EBV BB x 0.7% x 20%
- 50kg x 0.7% x 20% = 700cc

BL 3 x perkiraan operator
- 3 x 200 = 600cc

Stres operasi ringan = 4cc, sedang = 6cc, berat = 8cc /kgbb/jam
BB x stres operasi x 50% (jam I)
BB x stres operasi x 25% (jam II)
- Jam I : 50kg x 6cc x 50% = 150cc

Total kebutuhan cairan selama 60 menit operasi :
M1 + M2 + EBV + BL + stres operasi
900 + 100 + 700 + 600 = 2300/500cc = 4.6 kolf RL
Input durante operasi 4 x RL 500 cc + Hes 500cc = 2500 cc

PROGNOSIS
Pemantauan tanda vital setelah operasi
TD : 148/87 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 22 x/menit
Saturasi O2 : 99%
Lanjutkan infus RL

PROGNOSA
Ad Vitam : Dubia ad bonam
Ad Functionam : Dubia
Ad Sanationam : Dubia ad bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BPH
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) adalah pertumbuhan
berlebihan dari sel-sel prostat yang tidak ganas.

Pembesaran prostat jinak akibat sel-sel prostat
memperbanyak diri melebihi kondisi normal, biasanya
dialami laki-laki berusia di atas 50 tahun

Beberapa teori telah dikemukakan berdasarkan faktor
histologi, hormon, dan faktor perubahan usia


Gejala dan tanda
Gejala pembesaran prostat jinak dibedakan menjadi dua
kelompok.
Pertama, gejala iritatif, terdiri dari
sering buang air kecil (frequency),
tergesa-gesa untuk buang air kecil (urgency),
buang air kecil malam hari lebih dari satu kali (nocturia),
sulit menahan buang air kecil (urge incontinence).

Kedua, gejala obstruksi, terdiri dari
pancaran melemah, akhir buang air kecil belum terasa
kosong (incomplete emptying),
menunggu lama pada permulaan buang air kecil (hesitancy),
harus mengedan saat buang air kecil (straining),
buang air kecil terputus-putus (intermittency),
waktu buang air kecil memanjang yang akhirnya menjadi
retensi urin dan terjadi inkontinen karena overflow
Penatalaksanaan BPH
Terapi Bedah Konvensional
Open Simple Prostatectomy

Terapi Invasif Minimal
Transurethral resection of the prostate (TUR-P)
Transurethral incision of the prostate (TUIP)

HIPERTENSI
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan
darah persisten dimana tekanan sistoliknya
diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas
90 mmHg.
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan
menjadi 2 golongan besar yaitu : ( Lany Gunawan, 2001
Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu
hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di
sebabkan oleh penyakit atau faktor lain (Usia,
Jenis kelamin , Obesitas, Riwayat keluarga ,
Merokok


Katagori
Tekanan sistolik (mmHg) Tekanan diastolik (mmHg)
Optimal < 120 <80
Normal <130 <85
Hipertensi Ringan 140-159 90-99
Sedang 160-180 100-110
Berat 180 110
KOMPLIKASI HIPERTENSI
Organ Jantung
Kompensasi jantung terhadap kerja yang keras akibat hipertensi
berupa penebalan otot jantung kiri .Apabila kondisi dibiarkan
terus menerus akan menyebabkan kegagalan jantung untuk
memompa dan menimbulkan kematian

Sistem Saraf
Gangguan dari sistem saraf terjadi pada sistem retina (mata
bagian dalam) dan sistem saraf pusat (otak). Didalam retina
terdapat pembuluh-pembuluh darah tipis yang akan melebar
saat terjadi hipertensi, dan memungkinkan terjadi pecah
pembuluh darah yang akan menyebabkan gangguan
penglihatan.

Sistem Ginjal
Hipertensi yang berkepanjangan akan menyebabkan kerusakan
dari pembuluh darah ginjal, sehingga fungsi ginjal sebagai
pembuang zat-zat racun bagi tubuh tidak berfungsi dengan baik,
akibatnya terjadi penumpukan zat yang berbahaya bagi tubuh
yang dapat merusak organ tubuh lain terutama otak.

ANESTESI GERIATRI
SISTEM PERNAPASAN
Penurunan elastisitas jaringan paru, menyebabkan
menurunkan efisiensi pertukaran gas. Ventilasi masker
lebih sulit.
Arthritis sendi temporomandibular atau tulang belakang
servikal mempersulit intubasi.
Penurunan progresif refleks protektif laring dapat
menyebabkan pneumonia aspirasi

FUNGSI METABOLIK DAN ENDOKRIN
Konsumsi oksigen basal dan maksimal menurun.
Peningkatan resistensi insulin menyebabkan penurunan
progresif terhadap kemampuan menangani asupan
glukosa


FUNGSI GINJAL
Aliran darah ginjal dan massa ginjal menurun.
Fungsi ginjal menurun, mempengaruhi kemampuan ginjal untuk
mengekskresikan obat
FUNGSI GASTROINTESTINAL
Berkurangnya massa hati berhubungan dengan penurunan
aliran darah hepatik, menyebabkan Fungsi hepatik juga
menurun
lambung cenderung meningkat, sementara pengosongan
lambung memanjang.
SISTEM SARAF
Pasien usia lanjut sering kali memerlukan waktu yang lebih
lama untuk pulih secara sempurna dari efek SSP anestetik
umum
MUSKULOSKELETAL
Massa otot berkurang. Kulit mengalami atrofi akibat penuaan
dan mudah mengalami trauma
Sendi yang mengalami arthritis dapat mengganggu pemberian
posisi (misalnya, litotomi) atau anestesi regional (misalnya, blok
subarakhnoid

BAB III
PEMBAHASAN

Pre - Operatif
Melakukan visit pre - operatif meliputi :
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Memberikan informasi pada keluarga pasien :
Keadaan pasien
Tindakan operatif
Keuntungan
Kerugian (resiko)
Melakukan fluid challenge test
Puasa sebelum operasi 6 8 jam

Operatif
Obat-obatan yang diberikan pada pasien selama operasi
berlangsung diantaranya adalah :
Pre - medikasi (Pethidin HCL 50 mg, SA 0,25 mg, Midazolam 3
mg, ketamin 30mg, ketorolac 30mg, ranitidin 50mg, decain
20mg)
Pemberian obat premedikasi bertujuan:
Menimbulkan rasa nyaman pada pasien ( menghilangkan
kekhawatiran, memberikan ketenangan, membuat amnesia,
memberikan analgesi)
Memudahkan/memperlancar induksi, rumatan, dan sadar dari
anestesi.
Mengurangi jumlah obat-obatan anestesi.
Mengurangi timbulnya hipersalivasi, brakikardi, mual dan muntanh
pasca anestesi.
Mengurangi stress fisiologis (takikardia, napas cepat, dll)
Mengurangi keasaman lambung.
Pemeliharaan (O2)

Monitoring
Operasi berlangsung selama 1 jam dengan posisi
pasien terlentang hasil monitoring pada pasien
ini, selama operasi pemantauan jalan nafas baik
terlihat dari saturasi O2 99% dan tekanan darah,
nadi yang stabil

Terapi Cairan
Berat badan = 50 kg
Maintenence = 2 x KgBB/jam

Total kebutuhan cairan selama 60 menit operasi :
M1 + M2 + EBV + BL + stres operasi
900 + 100 + 700 + 600 = 2300/500cc = 4.6 kolf RL

Input durante operasi 4 x RL 500 cc + Hes 500cc = 2500 cc
Cairan yang masuk selama operasi melebihi dari perhitungan
total kebutuhan cairan yaitu 200cc


BAB IV
KESIMPULAN

Tanggal 2 Mei 2014 telah dilakukan tindakan TVP dengan
menggunakan teknik anastesi yang dipakai adalah regio
anestesi spinal dengan menggunakan decain dan
premed petidin, ketamin, SA, midazolam, ketorolac,
ranitidin.
Tahapan preoperative diantaranya adalah memeriksa
pasien untuk memastikan kelayakan pasien apakah dapat
dilakukan operasi atau tidak, puasa, dan dapat dilakukan
premedikasi. Pada kasus ini, pasien direncanakan puasa
secara pasti, yaitu sekitar 9 jam.
Tahapan intraopratif diantaranya adalah pemberian pre
medikasi, induksi dan maintenance.
Tahapan postoperative dilakukan dengan melakukan
menajemen nyeri, dan keseimbangan cairan. Diantaranya
dengan pemberian obat analgesik, kristaloid, dan obat
antibiotik.
DAFTAR PUSTAKA
1. 2. Sylvia A. Price, dkk. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 6. Volume 2. Jakarta : EGC
American College Surgeon. 2004. Advanced Trauma Life Support Edisi Ketujuh. United States of America.
Arthur C. Guyton, dkk. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC
De Jong, Wim. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Departemen Anestesiologi dan intensive care. 2012. Panduan pelayanan medis (PPM) Anestesiologi dan intensive care. RSUP Nasional Dr. Cipto
Mangunkusumo. Jakarta
Latief, dkk.2001.Petunjuk Praktis Anestesi. Penerbit FK UI : Jakarta
Leksana, Ery. Terapi cairan dan elektrolit. Semarang: SMF Anestesia dan terapi intensif FK UNDIP;2004.
Morgan, G. Edward, Jr., Maged S. Mikhail, Michael J. Murray. 2007. Clinical Anesthesiology. 4th edition. The McGraw-Hill Companies: Philadelphia
Price, Sylvia A., Wilson M. Lorraine. 2007. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Prof. Dr. Soenarjon Sp.An, KIC, KAKV, dkk. 2010. Anestesiologi. FK UNDIP/RSUP DR. Kariadi. Semarang
PT. Otsuka Indonesia. Pedoman cairan infus edisi revisi IX. 2007
R. Syamsuhidayat.2004. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi ke2; EGC; Jakarta
Rahardjo, E., Rahardjo, P., Sulistiyono, H., Anestesi untuk pembedahan darurat dalam Majalah Cermin Dunia Kedokteran no. 33, 1984 : 6-9.
Rasad, dkk.1989. Anestesiologi. CV Infomedika : Jakarta
Seth J. Karp, MD. James P. G. Morris, MD. David I. Soybel. 2004. Blueprints Surgery. Third Edition. UK: Blackwell Publishing.
Sjamsuhidajat R, Jong WD. 2003. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.
Zuhardi, T.B, Anestesi untuk pembedahan darurat dalam Majalah Cermin Dunia Kedokteran no. 33, 1984 : 3-5

Internet
Pendekatan Farmakologis pada Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) oleh I. Nasution.http://www.tempo.co.id/medika/online/tmp.online.old/pus-
3.htm
Pembesaran Prostat Jinak oleh Ponco Birowo dan Djoko Rahardjo. http://www.tempo.co.id/medika/arsip/072002/pus-3.htm
Pembesaran Prostat Sering Tak Bergejala oleh Wiwied.
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0504/02/hikmah/lainnya02.htm
6.http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/158_08Prokontrapenangananaktifeklampsia.pdf/158_08Prokontrapenangananaktifeklampsia.html

Anda mungkin juga menyukai