Anda di halaman 1dari 42

Rahmat Firdaus Dwi Utama

081.0211.096

Nama : An. Seto
Umur : 11 tahun
Berat badan : 30 Kg
Jenis kelamin : Laki - Laki
Alamat : Purwokerto
Agama : Islam
Tanggal masuk RSWK : 19 Februari 2014
No. CM : 254323
Diagnosis : Fraktur Radius Ulna sinistra
Tindakan : ORIF
Dokter Anestesi : dr. Diding Sp.An
Dokter Bedah : dr. Nursuandy Sp.OT

Riwayat Operasi : Tidak pernah melakukan
operasi
Riwayat Alergi : Obat tidak ada, Makanan tidak
ada
Riwayat Penyakit Lain : Demam (-), Batuk (-),
Pilek (-), DM (-), HT(-), Asma (-), Jantung (-)


Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : GCS E4M6V5

Tanda vital :
Tekanan darah : 110/60 mmHg
Nadi : 88x/ menit
Respirasi : 24x/ menit
Suhu : 36.4C

Berat Badan : 30 kg
Tinggi Badan : - cm

Kepala
Bentuk dan ukuran : Normocephal
Rambut dan kulit kepala : Hitam terdistribusi merata, tidak mudah
dicabut
Mata : Palpebra superior edema (-), mata cekung (-),
konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-) RC
+/+ PB anisokor 3mm/3mm
Telinga : Otorrhoae (-), sekret (-)
Hidung : Septum deviasi (-), sekret (-), napas cuping
hidung (-) darah (-)
Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-), darah (-),
Mallapati I, gigi tanggal (-), gigi goyang (-), gigi
palsu (-)
Tenggorokan : Faring sdn, Tonsil sdn
Leher : Simetris, trakhea di tengah, kelenjar tiroid,
submandibula, supra-infra clavicula tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat, sianosis (-), edema(-),deformitas (-)
Kulit : Turgor baik, petechiae (-)
Genitalia : Tidak dilakukan
Anus Rektum : Tidak dilakukan
Paru
Inspeksi : Dinding dada tampak simetris, tidak tampak
ketertinggalan gerak, kelainan bentuk dada (-), retraksi
interkostalis (-), jejas (-)
Palpasi : Vokal fremitus apeks kanan = kiri, Vokal fremitus basal
kanan = kiri
Perkusi : Perkusi orientasi lapang paru sonor, Batas paru-hepar
SIC V LMCD
Auskultasi : Apeks : Suara dasar vesikuler +/+
Basal : Suara dasar vesikuler +/+
Ronki basah halus -/-
Ronki basah kasar -/-
Wheezing -/-
Stridor -/-
Jantung
Auskultasi : S1>S2, reguler, tidak ada suara tambahan
Abdomen
Inspeksi : datar, tidak terdapat massa, tidak terdapat jejas
Auskultasi : bising usus (+) N
Palpasi : supel, test undulasi (-)
Perkusi : timpani, pekak sisi (-), pekak alih (-)

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Hemoglobin 13.3 Gr/dl 12.0-16.0
Leukosit 6.700 /L 4800- 10800
Hematokrit 40.8 % 37-47
Eritrosit - 10
6
/L 4,2 5,4
Trombosit 423.000 /L 150.000 450.000
Tampak garis patahan tulang dengan bentuk
transversal pada tulang radius dan ulna

Diagnosis prabedah : Fraktur Radius Ulna Sinistra
Diagnosis pasca bedah: Fraktur Radius Ulna Sinistra
Jenis pembedahan : ORIF

Setelah di lakukan anamnesa, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang maka status
fisik pasien adalah Mallapati I. ASA I dengan
Fraktur radius Ulna sinistra

- Mesin Anestesi
- STATICS (Scop, Tube, Airway, Tape,
Introducer, Connector, Suction)
- Obat Anestesi :
Premedikasi : Pethidin HCL, Midazolam, SA
Induksi : Propofol
Maintenance : Isofluran, O2, N2O
Cairan : Ringer Laktat

Anestesi General intravena
Persiapan Anestesi
Informed concent + Death on Table
Pasang IV line 1 jalur RL tetes cepat
Mulai puasa 6 8 jam sebelum operasi
Penatalaksanaan Anestesi
Jenis anestesi : General Anestesi (GA)
Premedikasi :
- Pethidin HCL 40 mg (0,5 1 mg/kgbb)
- SA 0,25 mg (0,015 mg/kgbb)
- Midazolam 1 mg (0,05 0,1 mg/kgbb)
Induksi : Propofol 50 mg (2 2,5 mg/kgbb)
Maintenance : O2 2, N2O 3,5, dan Isofluran 2 MAC
Pasien dalam posisi telentang
Respirasi : Semi open
Jumlah cairan yang masuk selama operasi:kristaloid 1000 cc (2 Kolf RL 500 cc)
Pemantauan selama anestesi :
Mulai anestesi : 10.05 WIB
Mulai pembedahan : 10.30 WIB
Selesai operasi : 11.05 WIB
Selesai anestesi : WIB

Berat badan = 30 kg
Maintenence = 2 x KgBB/jam

M1 Puasa BB x 2 x puasa
- 30kg x 2cc x 8 jam = 480cc

M2 lama operasi lama operasi x BB x 2
- 1 jam x 30kg x 2 = 60cc

EBV BB x 0.7% x 20%
- 30kg x 0.7% x 20% = 420cc

BL 3 x perkiraan operator
- 3 x 50 = 150cc

Stres operasi ringan = 4cc, sedang = 6cc, berat = 8cc /kgbb/jam
BB x stres operasi x 50% (jam I)
BB x stres operasi x 25% (jam II)
- Jam I : 30kg x 6cc x 50% = 90cc

Total kebutuhan cairan selama 60 menit operasi :
M1 + M2 + EBV + BL + stres operasi
480 + 60 + 420 + 150 = 1110/500cc = 3 kolf RL
Input durante operasi 2 x RL 500 cc = 1000 cc
- Pemantauan adekuatnya jalan nafas dan
ventilasi selama anestesia : pengamatan tanda
klinis pergerakan dada, observasi resorvoir bag
- Pemantauan adekuat atau tidaknya fungsi
sirkulasi pasien : pengamatan tekanan darah
dan frekuensi nadi selama operasi.
- Pemantaun adekuat atau tidaknya oksigenasi
selama anestesia : pemantauan dibantu oleh
pulse oximetri untuk mengetahui saturasi O2

Pemantauan tanda vital setelah operasi
TD : 120/70 mmHg
N : 89 x/menit
RR : 28 x/menit
Saturasi O2 : 99%
Lanjutkan infus RL

PROGNOSA
Ad Vitam : Dubia ad bonam
Ad Functionam : Dubia ad bonam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam


Fraktur adalah suatu patahan pada
kontinuitas struktur tulang

Biomekanika Fraktur
Bila terkena kekuatan langsung tulang dapat
patah pada tempat yang terkena sedangkan
bila terkena pada kekuatan tak langsung
tulang dapat patah pada tempat lain
Fraktur menurut ada tidaknya hubungan
antara patahan tulang dengan dunia luar
dibagi menjadi dua, yaitu fraktur tertutup dan
fraktur terbuka.
Derajat Luka Fraktur
I Laserasi <2 cm Sederhana, dislokasi fragmen minimal
II Laserasi >2 cm, kontusi otot
disekitarnya
Dislokasi fragmen jelas
III Luka lebar, rusak hebat, atau
hilangnya jaringan di sekitarnya
Kominutif, segmental, fragmen tulang ada yang
hilang
Menurut Penyebab terjadinya
Faktur Traumatik : direct atau indirect
Fraktur Fatik atau Stress
Trauma berulang, kronis, misal: fr. Fibula pd
olahragawan
Fraktur patologis : biasanya terjadi secara
spontan

Menurut hubungan dengan jaringan ikat
sekitarnya
Fraktur Simple : fraktur tertutup
Fraktur Terbuka : bone expose
Fraktur Komplikasi : kerusakan pembuluh
darah, saraf, organ visera

Menurut Appley Solomon fraktur
diklasifikasikan menjadi :
Berdasarkan garis patah tulang
Greenstick, yaitu fraktur dimana satu sisi tulang
retak dan sisi lainnya bengkok.
Transversal, yaitu fraktur yang memotong lurus
pada tulang.
Spiral, yaitu fraktur yang mengelilingi
tungkai/lengan tulang.
Obliq, yaitu fraktur yang garis patahnya miring
membentuk sudut melintasi tulang.

Complet,
Incomplet,
Fraktur kompresi,
Avulsi,
Communited (Segmental),
Simple,
Fraktur dengan perubahan posisi,
Fraktur tanpa perubahan posisi,
Fraktur Complikata,


Fraktur terbuka
Fraktur tertutup

Prinsip penatalaksanaan fraktur :
IMMOBILISASI Traksi
Fiksasi internal.
menggunakan K-wire, plating, screw, k-nail.
Keuntungan cara ini adalah reposisi anatomis dan
mobilisasi dini tanpa fiksasi luar
Fiksasi eksternal.
Gips ( plester cast)
Traksi


Proses penyembuhan fraktur pada tulang
kortikal terdiri atas lima fase, yaitu :
1. Fase hematoma
2. Fase proliferasi seluler subperiosteal dan
endosteal
3. Fase pembentukan kalus
4. Fase konsolidasi
5. Fase remodeling


Komplikasi umum (dini)
Perdarahan
Koagulopati diffus
Gangguan fungsi pernafasan
Emboli lemak
Trombosis vena dalam (DVT)
Tetanus
Gas gangren
Sindrom Kompartemen

Komplikasi lanjut
Malunion
Delayed union
Non union
Kekakuan sendi
Osteomielitis


Sebelum dilakukan tindakan operasi sangat
penting untuk dilakukan persiapan pre operasi
terlebih dahulu untuk mengurangi terjadinya
kecelakaan anastesi

Kunjungan terhadap pasien sebelum pasien
dibedah harus dilakukan sehingga dapat
mengetahui adanya kelainan diluar kelainan yang
akan di operasi, menentukan jenis operasi yang
akan di gunakan serta melihat kelainan yang
berhubungan dengan anestesi

Selain itu, dengan mengetahui keadaan pasien
secara keseluruhan, dokter anestesi bisa
menentukan cara anestesi dan pilihan obat yang
tepat bagi pasien.
Melakukan visit pre - operatif meliputi :
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Memberikan informasi pada keluarga pasien :
Keadaan pasien
Tindakan operatif
Keuntungan
Kerugian (resiko)
Melakukan fluid challenge test
Puasa sebelum operasi 6 8 jam


Terdapat empat komponen penting dalam
fluid challenge test:
Jenis cairan yang akan diberikan (kristaloid)
Kecepatan pemberian cairan ( 500-1000 ml atau
10-20 ml/kgBB dalam 10-30 menit)
Target hemodinamik ( MAP > 70 mmHg, HR <
110x/m, produksi urin 0,5-1 ml/jam)
Serta pemantauan terhadap kemungkinan
terjadinya udem pulmo.
Obat-obatan yang diberikan pada pasien selama
operasi berlangsung diantaranya adalah :
1. Pre - medikasi (Pethidin HCL 40 mg, SA 0,25 mg,
Midazolam 1 mg)

2. Induksi (Propofol 50 mg)

3. Pemeliharaan (O2 2, N2O 3,5, dan Isofluran 2
MAC)

Operasi berlangsung selama 1 jam dengan
posisi pasien terlentang hasil monitoring
pada pasien ini, selama operasi pemantauan
jalan nafas baik terlihat dari saturasi O2 99%
dan tekanan darah, nadi yang stabil

Infus dipasang pada tangan kanan dengan
cairan RL sebanyak 500 ml pukul 09.45 WIB
dan diberikan infus RL kedua pukul 10.35

Berat badan = 30 kg
Maintenence = 2 x KgBB/jam


Total kebutuhan cairan selama 60 menit operasi :
M1 + M2 + EBV + BL + stres operasi
480 + 60 + 420 + 150 = 1110/500cc = 3 kolf RL

Input durante operasi 2 x RL 500 cc = 1000 cc

Cairan yang masuk selama operasi masih kurang dari
perhitungan total kebutuhan cairan yaitu 110cc


Tanggal 20 Februari 2014 telah dilakukan tindakan ORIF
dengan menggunakan teknik anastesi yang dipakai adalah
anastesi general dengan menggunakan pethidin, SA,
midazolam dan propofol.
Tahapan preoperative diantaranya adalah memeriksa pasien
untuk memastikan kelayakan pasien apakah dapat dilakukan
operasi atau tidak, puasa, dan dapat dilakukan premedikasi.
Pada kasus ini, pasien direncanakan puasa secara pasti, yaitu
sekitar 8 jam.
Tahapan intraopratif diantaranya adalah pemberian pre
medikasi, induksi dan maintenance.
Tahapan postoperative dilakukan dengan melakukan menajemen
nyeri, dan keseimbangan cairan. Diantaranya dengan pemberian
obat analgesik, kristaloid, dan obat antibiotik.
American College Surgeon. 2004. Advanced Trauma Life Support Edisi
Ketujuh. United States of America.
Apley, Solomon. 1995. Ortoopedi dan fraktur sistem apley. Jakarta: Widya
Medika
De Jong, Wim. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Departemen Anestesiologi dan intensive care. 2012. Panduan pelayanan
medis (PPM) Anestesiologi dan intensive care. RSUP Nasional Dr. Cipto
Mangunkusumo. Jakarta.
Leksana, Ery. Terapi cairan dan elektrolit. Semarang: SMF Anestesia dan
terapi intensif FK UNDIP;2004.
Price, Sylvia A., Wilson M. Lorraine. 2007. Patofisiologi Konsep Klinis dan
Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Prof. Dr. Soenarjon Sp.An, KIC, KAKV, dkk. 2010. Anestesiologi. FK
UNDIP/RSUP DR. Kariadi. Semarang
PT. Otsuka Indonesia. Pedoman cairan infus edisi revisi IX. 2007
Seth J. Karp, MD. James P. G. Morris, MD. David I. Soybel. 2004. Blueprints
Surgery. Third Edition. UK: Blackwell Publishing.
Sjamsuhidajat R, Jong WD. 2003. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.
R. Syamsuhidayat.2004. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi ke2; EGC; Jakarta

Anda mungkin juga menyukai