Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG DAN DASAR PEMIKIRAN PETA KETAHANAN DAN
KERENTANAN PANGAN
Kabupaten ....................... terdiri dari ............ kecamatan dan ...... desa dengan total
penduduk sebesar ............... jiwa (Sensus Penduduk 2010). Kabupaten ..............
terdiri dari ........... pulau yang semuanya berpenghuni yang terletak di ................... .
Secara geograis terletak di bagian ............. garis khatulistiwa! memanjang dari
utara ke selatan di antara ......" ......#$ ....."....# %ujur &imur dan memanjang dari barat
ke timur di antara ......" ......#$ ....."....# 'intang (tara)Selatan. Kabupaten ................. di
sebelah utara berbatasan dengan ....................! sebelah selatan berbatasan dengan
.........................! sebelah timur berbatasan dengan ......................... dan sebelah
barat berbatasan dengan ............................ yang memiliki wilayah daratan
seluas .............. km
2
atau .............. ha dan wilayah perairan (laut) diperkirakan
seluas ................. km
2
atau ................... ha. Secara klimatologis!
Kabupaten .............. memiliki pola tipe curah hujan tipe .....! yaitu daerah basah
memiliki curah hujan lebih dari 2.000 mm per tahun dan daerah kering memiliki
curah hujan kurang dari 2.000 mm per tahun. (Menyesuaikan kondisi wiaya!
ka"u#a$en yan% "e&san%ku$an. Da$a dia'"i da&i Ka"u#a$en Daa' An%ka(
BPS)
Perekonomian Kabupaten ............... tergantung pada sektor ....... yang masih
mempunyai peranan tinggi terhadap P*+% atas dasar harga berlaku. ,kan tetapi
sektor ini tahun ...... menurun)meningkat dibandingkan tahun sebelumnya! di mana
tahun ...... peranannya turun)naik dari ......- menjadi ......-. Penurunan)kenaikan ini
disebabkan semua sub sektor yang ada dalam sektor ....... mengalami
penurunan)kenaikan peranan. Selain sektor ........! sektor yang mengalami
penurunan)kenaikan tahun ..... adalah sektor ..........! yaitu dari ......- menjadi ........
-. sektor ....... dari ......- menjadi ......-. dan sektor ...... dari .......- menjadi .......-.
Sementara sektor lainnya mengalami peningkatan)penurunan. Sektor ..........
menunjukkan peranan sebesar .......-! sektor ........ sebesar ......-! sektor .........
sebesar .......-! sektor .......... sebesar 1/!22-! dan sektor .......... sebesar 0!11-.
Kondisi ini menunjukkan bahwa masih sangat banyak hal yang harus dilakukan oleh
pemerintah dan para pemegang kepentingan (stakeholder) dalam melakukan
pembangunan. (Menyesuaikan kondisi wiaya! ka"u#a$en yan% "e&san%ku$an.
Da$a dia'"i da&i Ka"u#a$en Daa' An%ka( BPS)
*ewan Ketahanan Pangan (*KP) dan World Food Programme (23P)
mengembangkan bersama$sama Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (Food
1
Security and Vulnerability Atlas $ 3S4,). 3S4, dimulai tahun 200/! pada waktu itu
masih dengan nama Peta Kerawanan Pangan (Food Insecurity Atlas $ 35,).
Peluncuran 35, 200/ tingkat nasional ternyata masih menyebabkan
kesalahpahaman mengenai pengertian pemeringkatan kabupaten 6rawan pangan7.
Kata kerawanan pangan (food insecurity) diindikasikan secara langsung bahwa
kabupaten$kabupaten peringkat bawah adalah kabupaten yang semua penduduknya
rawan pangan. Kemudian pada tahun 2008! Peta Kerawanan Pangan (Food
Insecurity Atlas $ 35,) berubah menjadi Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan
(Food Security and Vulnerability Atlas $ 3S4,) untuk menghindari kesalahpahaman
pengertian tersebut. Perubahan 35, menjadi 3S4, dilakukan dengan pertimbangan
untuk memperjelas pengertian mengenai konsep ketahanan pangan berdasarkan
tiga dimensi ketahanan pangan (ketersediaan! akses dan pemanaatan pangan)
dalam semua kondisi bukan hanya pada situasi kerawanan pangan saja. 3S4, juga
bertujuan untuk mengetahui berbagai penyebab kerawanan pangan secara lebih
baik atau dengan kata lain kerentanan terhadap kerawanan pangan! bukan hanya
kerawanan itu sendiri. 9leh karena itu! &im Pengarah sepakat untuk menggunakan
judul 6Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan $ Food Security and Vulnerability
Atlas (3S4,)7
3S4, :asional 2008 mencakup ;<= kabupaten dari ;2 pro>insi yang diluncurkan
oleh *ewan Ketahanan Pangan (*KP) dan %adan Ketahanan Pangan (%KP)
Pro>insi bekerjasama dengan World Food Programme (23P). 3S4, 2008
diluncurkan secara resmi oleh Presiden +epublik 5ndonesia pada tanggal 2< ?ei
2010 dan dijadikan sebagai alat yang penting dalam melakukan pentargetan wilayah
kabupaten yang paling rawan untuk inter>ensi ketahanan pangan dan gi@i. Pada
tahun 2010 dan 2011 penyusunan 3S4, ada di tingkat pro>insi dimana analisisnya
dipertajam sampai le>el kecamatan. Penyusunan 35, 200/! 3S4, :asional 2008
dan 3S4, Pro>insi 2010 dan 2011! wilayah perkotaan tidak diikutsertakan sebab
ketahanan pangan perkotaan memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan
kabupaten sehingga perlu dianalisa secara terpisah.
Pada tahun 2012! 3S4, dilanjutkan dengan 3S4, Kabupaten dengan tingkat
analisis sampai tingkat desa. 3S4, Kabupaten ini menggunakan indikator yang
berbeda dengan 3S4, :asional maupun 3S4, Pro>insi karena ada beberapa hal
yang menjadi pertimbangan! yaitu karakteristik desa berbeda dengan karakteristik
kabupaten dan kecamatan! serta ketersediaan data sampai tingkat desa.
2alaupun 35, dan 3S4, berhasil mengungkap perbedaan tingkat ketahanan dan
kerentanan pangan dan gi@i di 5ndonesia tetapi belum ada alat yang dapat
digunakan untuk menganalisis dan mengklasiikasikan ketahanan dan kerentanan
pangan pada tingkat desa. Penyusunan 3S4, sampai tingkat desa dikembangkan
sebagai suatu alat baru yang dipergunakan untuk perencanaan dan pengambilan
2
keputusan dalam mengidentiikasi desa yang membutuhkan perhatian khusus dalam
hal ketahanan pangan dan gi@i.
Pengembangan 3S4, tingkat desa dianggap hal penting! dimana kondisi ekologi
dan kepulauan yang membentang dari timur ke barat! kondisi iklim yang dinamis dan
keragaman sumber penghidupan msyarakat menunjukkan adanya perbedaan situasi
ketahanan pangan dan gi@i di masing$masing wilayah. 3S4, Kabupaten akan
menjadi alat yang sangat penting dalam perencanaan dan pengambilan keputusan
untuk mengurangi kesenjangan ketahanan pangan merupakan tantangan besar.
1.*. KERANGKA K+NSEP KETAHANAN PANGAN DAN GI,I
Pada World Food Summit (188=)! ke$a!anan #an%an dideinisikan sebagaiA
6Ketahanan pangan terjadi jika semua orang secara terus$menerus! baik secara
isik!sosial dan ekonomi mempunyai akses untuk pangan yang memadai)cukup!
bergi@i dan aman yang memenuhi kebutuhan pangan mereka dan pilihan makanan
untuk hidup secara akti dan sehat7. Pada 3S4, Pro>insi! analisis dan pemetaan
dilakukan berdasarkan pada pemahaman mengenai ke$a!anan dan ke&en$anan
#an%an dan %i-i seperti yang tercantum dalam Kerangka Konsep Ketahanan
Pangan dan Bi@i (Bambar 1.1)
Bambar 1.1 Kerangka Konsep Ketahanan dan Kerentanan Pangan
;
a. Ke$a!anan Pan%an
*i 5ndonesia! (ndang$undang :o. 1 tahun 188= tentang Pangan mengartikan
Ketahanan Pangan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang
tercermin dari tersedianya pangan yang cukup! baik jumlah maupun mutunya! aman!
merata dan terjangkau. Seperti 35, :asional 200/! 3S4, :asional 2008! 3S4,
Pro>insi 2010 dan 2011! 3S4, Kabupaten 2012 dibuat berdasarkan $i%a #ia&
ketahanan panganA (i) ke$e&sediaan #an%an. (ii) akses $e&!ada# #an%an. dan (iii)
#e'an/aa$an #an%an.
Ke$e&sediaan #an%an adalah $e&sedianya #an%an se0a&a /isik di daerah! yang di
peroleh baik dari hasil produksi domestic! impor)perdagangan maupun bantuan
pangan. Ketersediaan pangan ditentukan dari produksi domestic! masuknya pangan
melalui mekanisme pasar! stock pangan yang dimiliki pedagang dan pemerintah!
serta bantuan pangan baik dari pemerintah maupaun dari bantuan pangan.
Ketersediaan pangan dapat dihitung pada tingkat nasional! pro>insi! kabupaten atau
tingkat masyarakat.
Akses #an%an adalah ke'a'#uan &u'a! $an%%a un$uk 'e'#e&oe! cukup
pangan! baik yang berasal dari produksi sendiri! prmbrlian! barter! hadiah! pinjaman
dan bantuan pangan maupun kombinasi di antara kelimanya. Ketersediaan pangan
di suatu daerah mungkin mencukupi! akan tetapi tidak semua rumah tangga memiliki
akses yang memadai baik secara kuantitas maupun keragaman pangan melalui
mekanisme tersebut di atas.
Pe'an/aa$an #an%an merujuk pada #en%%unaan #an%an oe! &u'a! $an%%a
dan ke'a'#uan indi1idu untuk menyerap dan memetabolisme @at gi@i (kon>ersi
@at gi@i secara eisien oleh tubuh). Pemanaatan pangan juga meliputi cara
penyimpanan! pengolahan dan penyiapan makanan termasuk penggunaan air dan
bahan bakar selama proses pengolahannya serta kondisi hygiene! budaya atau
kebiasaan pemberian makanan terutama untuk indi>idu yang memerlukan jenis
makanan khusus! distribusi makanan dalam rumah tangga sesuai kebutuhan
masing$masing indi>idu (pertumbuhan! kehamilan! menyusui dll)! dan status
kesehatan masing$masing anggota rumah tangga. Produksi dan ketersediaan
pangan yang cukup di tingkat nasional dan pro>insi tidak secara otomatis menjamin
ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga dan indi>idu. Pangan mungkin
tersedia dan dapat diakses namun sebagian anggota rumah tangga mungkin tidak
mendapat manaat secara maksimal apabila kelompok ini tidak memperoleh
distribusi pangan yang cukup! baik dari segi jumlah maupun keragaman atau apabila
kondisi tubuh mereka tidak memungkinkan penyerapan makanan karena penyiapan
makanan yang tidak tepat atau karena sedang sakit.
<
Kerangka konsep ketahanan pangan mempertimbangkan ketersediaan pangan!
akses terhadap pangan dan pemanaatan pangan sebagai aspek$aspek utama
penopang ketahanan pangan serta menghubungkan aspek$aspek tersebut dengan
kepemilikan aset rumah tangga! strategi penghidupan! dan lingkungan politik! sosial!
kelembagaan dan ekonomi. *engan kata lain! status ketahanan pangan suatu
rumah tangga! atau indi>idu ditentukan oleh interaksi dari aktor lingkungan
pertanian (agro-environmental)! sosial ekonomi dan biologi dan bahkan aktor politik.
Kerawanan pangan dapat bersiat kronis atau sementara)transien. Ke&awanan
#an%an k&onis adalah ketidakmampuan jangka panjang atau yang terus menerus
untuk memenuhi kebutuhan pangan minimum. Keadaan ini biasanya terkait dengan
aktor struktrural! yang tidak dapat berubah dengan cepat! seperti iklim setempat!
jenis tanah! system pemerintahan daerah! kepemilikan lahan! hubungan antar etnis!
tingkat pendidikan!dll. Ke&awanan Pan%an Se'en$a&a adalah ketidakmampuan
jangka pendek atau sementara untuk memenuhi kebutuhan pangan minimum.
Keadaan ini biasanya terkait dengan aktor dinamis yang berubah dengan cepat
seperti penyakit ineksi! bencana alam! pengungsian! berubahnya ungsi pasar!
tingkat besarnya hutang! perpindahan penduduk (migrasi) dll. Kerawanan pangan
yang terjadi secara terus menerus dapat menyebabkan menurunnya kualitas
penghidupan rumah tangga! menurunnya daya tahan dan bahkan bias berubah
menjadi kerawanan pangan kronis.
". Ke$a!anan Gi-i
Ke$a!anan %i-i dideinisikan sebagai 6akses isik! ekonomi! lingkungan dan social
terhadap asupan makanan seimbang! air layak minum! kesehatan lingkungan!
pelayanan kesehatan! dan pendidikan dasar7. 5ni berarti bahwa ketahanan gi@i
membutuhkan kombinasi dari komponen makanan dan non$makanan.
Ketahanan gi@i yang ditunjukkan oleh status gi@i merupakan tujuan akhir dari
ketahanan pangan! kesehatan dan pola asuh tingkat indi>idu. Kerawanan pangan
adalah salah satu dari tiga penyebab utama. Penyebab utama lainnya kondisi
kesehatan dan lingkungan masyarakat dan pola asuh. 9leh karena itu dimana pin
terjadi kerawanan pangan! maka akan beresiko kekurangan gi@i! termasuk
kekurangan gi@i mikro. :amun demikian! ini tidak berarti bahwa kerawanan pangan
adalah penyebab satu$satunya masalah gi@i kurang! tanpa mempertimbangkan
aktor kesehanan dan pola asuh seperti kurangnya akses ke air layak minum!
sanitasi! asilitas dan pelayanan kesehatan! rendahnya kualitas pola asuh dan
pemberian makan anak serta tingkat pendidikan ibu.
0. Ke&en$anan
/
Kerentanan terhadap kerawanan pangan mengacu pada suatu kondisi yang
membuat suatu masyarakat yang berresiko rawan pangan menjadi rawan pangan.
&ingkat kerentanan indi>idu! rumah tangga atau kelompok masyarakat ditentukan
oleh tingkat keterpaparan mereka terhadap aktor$aktor resiko)goncangan dan
kemampuan mereka untuk mengatasi situasi tersebut baik dalam kondisi tertekan
maupun tidak.
1.2. INDIKAT+R 3ANG DIGUNAKAN 4S5A KABUPATEN
Kerawanan pangan merupakan isu multi$dimensional yang memerlukan analisis dari
berbagai parameter tidak hanya produksi dan ketersediaan pangan saja. ?eskipun
tidak ada cara spesiik untuk mengukur ketahanan pangan! kompleksitas ketahanan
pangan dapat disederhanakan dengan menitikberatkan pada tiga dimensi yang
berbeda namun saling berkaitan yaitu ketersediaan pangan! akses pangan oleh
rumah tangga dan pemanaatan pangan oleh indi>idu.
Kerentanan terhadap kerawanan pangan tingkat nasional! pro>insi maupun
kabupaten! memiliki karakteristik masing$masing. &idak semua indikator nasional
maupun pro>insi dapat digunakan untuk memetakan sampai tingkat kabupaten.
5ndikator yang dipilih dalam 3S4, Kabupaten ini berkaitan dengan tiga pilar
ketahanan pangan berdasarkan konsepsi Kerangka Konsep Ketahanan Pangan dan
Bi@i. *isamping itu! pemilihan indikator juga tergantung pada ketersediaan data
pada tingkat desa. 5ndikator yang digunakan untuk 3S4, Pro>insi tertera pada &abel
1.1.
3S4, Kabupaten ......... menggunakan 1 indikator. 3S4, Kabupaten ini
menggunakan indikator yang berbeda dengan 3S4, :asional maupun 3S4,
Pro>insi karena ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan! yaitu karakteristik
desa berbeda dengan karakteristik kabupaten dan kecamatan! serta ketersediaan
data sampai tingkat desa.
*alam aspek ketersediaan! rasio konsumsi terhadap ketersediaan bersih serelia
diganti dengan jumlah warung)toko. Cal ini disebabkan karena tidak ditemukan data
produksi sampai le>el desa untuk komoditas padi! jagung! ubi kayu dan ubi jalar.
:amun data produksi sampai le>el kecamatan tetap dianalisis dan dijelaskan dalam
laporan secara deskripti. 5ndikator dalam aspek pemanaatan pangan menjadi ;
indikator dimana indikator persentase rumah tangga tanpa akses ke air bersih dan
persentase perempuan buta huru tidak dimasukkan karena tidak tersedia data
sampai le>el desa.
3S4, Kabupaten ini dikembangkan dengan menggunakan 1 indikator kerawanan
pangan kronis dan indikator kerawanan pangan sementara)transien. Peta komposit
=
ketahanan dan kerentanan pangan dibuat dengan mengkombinasikan 1 indikator
kerawanan pangan kronis berdasarkan analisis Principal Component Analysis dan
Cluster Analysis.
Seluruh data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari P9*DS
(Potensi *esa) 2011! %adan Pusat Statistik. PP'S (Pendataan Program
Perlindungan Sosial) 2011 di bawah koordinasi &:P2K (&im :asional Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan) dan %adan Ketahanan Pangan kabupaten. Seluruh
data yang digunakan untuk analisa 3S4, pro>insi ini berasal dari data tahun 2011.
Peta$peta dibuat dengan menggunakan pola warna yang seragam yaitu gradasi
warna merah dan hijau. Bradasi warna merah menunjukkan >ariasi tingkat
kerawanan pangan dan gradasi warna hijau menggambarkan kondisi yang lebih
baik. Pada kedua kelompok warna tersebut! warna yang semakin tua menunjukkan
tingkat yang lebih tinggi dalam hal ketahanan atau kerawanan pangan. Klasiikasi
data pada peta untuk indikator indi>idu menggunakan range ;0 - batas atas dan
batas bawah.
&abel 1.1 5ndikator Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kabupaten ......... 2012
Indika$o& De/inisi dan Pe&!i$un%an Su'"e& Da$a
Ke$e&sediaan Pan%an
1. Eumlah warung atau
toko kelontong
Eumlah warung)toko kelontong
(tempat usaha untuk menjual
barang keperluan sehari$hari
secara eceran)
P9*DS 2011! %PS
Akses Pan%an dan Ma$a Pen0a!a&ian
2. Persentase penduduk
hidup di bawah garis
kemiskinan
PP'S 2011! &:P2K
;. ,kses penghubung
yang memadai
Ealan utama desa yang dapat
dilalui kendaraan bermotor roda
< atau lebihA
1. Sepanjang tahun
2. Sepanjang tahun kecuali saat
tertentu (ketika turun hujan!
longsor! pasang! dll)
;. Sepanjang tahun kecuali
sepanjang musim hujan
<. &idak dapat dilalui kendaraan
bermotor roda < atau lebih
sepanjang tahun
P9*DS 2011! %PS
<. Persentase rumah
tangga tanpa akses
listrik
Persentase rumah tangga yang
tidak memiliki akses terhadap
listrik dari P': dan)atau non
P':! misalnya generator.
P9*DS 2011! %PS
1
Pe'an/aa$an Pan%an
/. Eumlah
sarana )asilitas
kesehatan
Eumlah sarana kesehatan yang
ada di desaA rumah sakit! rumah
bersalin! poliklinik)balai
pengobatan! puskesmas!
puskesmas pembantu! tempat
praktek dokter! tempat praktek
bidan! poskesdes (pos
kesehatan desa)! polindes
(pondok bersalin desa)!
posyandu! apotek.
P9*DS 2011! %PS
=. Eumlah penderita gi@i
buruk
Eumlah penderita gi@i buruk
(tanda$tanda berat dan tinggi
badan sangat kurang F tidak
sesuai umur! harus dinyatakan
oleh tenaga medis)
P9*DS 2011! %PS
1. Eumlah kematian balita
dan ibu melahirkan
Eumlah kematian warga selama
setahun terakhirA
1. balita (usia dibawah / tahun)
2. ibu pada masa kehamilan!
persalinan atau nias (<0 hari
setelah persalinan)
P9*DS 2011! %PS

0

Anda mungkin juga menyukai