Anda di halaman 1dari 4

I.

PENDAHULUAN
Pada jurnal yang kami bahas yakni mengenai uji stabilitas pada obat indometasil
farnesil. Sediaan obat tersebut dibuat dalam formulasi mikrokapsul kitosan-gom guar dengan
zat aktif infar. Obat ini merupakan sediaan obat yang baru, sehingga perlu dilakukan uji
stabilitas untuk mengetahui kestabilan dan usia gunanya. Hal ini perlu dilakukan agar mutu,
keamanan, dan khasiat obat selama penggunaan terjamin.
Indometasin farnesil (infar) merupakan salah satu senyawa aktif obat yang sangat
efektif sebagai obat anti peradangan nonsteroid (NSAID). Obat ini bersifat tidak larut
dalam air dan penggunaannya dalam dosis tinggi dapat menyebabkan pendarahan pada
saluran pencernaan. Pengendalian pelepasan obat indometasin pernah dilakukan dengan
membuatnya dalam bentuk sediaan mikrokapsul. Kelemahan tersebut diharapkan dapat
teratasi dengan menyalutnya dalam mikrokapsul gel kitosan-gom guar. Indometasin farnesil
berupa cairan berminyak warna kuning muda. Obat ini sangat mudah larut dalam Indometasin
aseton, kloroform, asetonitril, atau eter; larut dalam etanol absolut; sedikit larut dalam
metanol; serta tidak larut dalam air.
Kitosan merupakan polimer alam yang bersifat non toksik, biokompatibel,
biodegradabel dan polikationik dalam suasana asam dan dapat membentuk gel (hidrogel)
karena adanya ikatan silang kitosan-kitosan yang terjadi secara ionik. Kitosan memiliki
struktur mirip selulosa, beberapa polimer turunan selulosa seperti hidroksi propil metil
selulosa (HPMC) dan etil selulosa (EC) telah banyak digunakan dalam sediaan lepas
terkendali, baik dalam bentuk matriks maupun mikrokapsul. Oleh karena kemiripan
strukturnya, maka kitosan pun mampu membentuk gel dan berfungsi sebagai matriks dalam
pengantaran obat. Namun, gel kitosan bersifat rapuh, oleh karena itu perlu dilakukan
modifikasi untuk memperbaiki sifat mekanik gelnya (Sugitadkk,2010).
Berdasarkan penelitian Sugita et al. (2006a) gel kitosan yang terbentuk
dengan penambahan penaut-silang glutaraldehida dan gom guar sebagai bahan saling tembus,
memiliki sifat reologi yang lebih baik dan berpotensi sebagai sistem pengantaran obat. Gom
guar sendiri pernah dimanfaatkan untuk memperbaiki sistem pengantaran obat
untuk mengobati radang dan kanker usus besar.
Gom guar merupakan hidrokoloid alami yang diperoleh dari
bijiCyamopsis tetragonolobus dan Cyamopsis psoraloides famili Leguminosae yang
ditemukan di barat laut India dan Pakistan (Nussinovitch 1997). Pengolahan yang dilakukan
meliputi pemisahan secara mekanik terhadap kulit biji, lalu lembaganya dibuang, dan
endosperma yang mengandung gom digiling menjadi tepung halus (Fardiaz 1989). Gom guar
merupakan galaktomanan dengan D-galaktosa berikatan (1 6) pada rantai tulang
punggung (1 4) D-manopiranosa.
Mikroenkapsulasi adalah teknologi untuk menyalut atau melapisi suatu zat inti dengan
suatu lapisan dinding polimer, sehingga menjadi partikel-partikel kecil berukuran mikro.
Dengan adanya lapisan dinding polimer ini, diharapkan zat inti akan terlindungi dari pengaruh
lingkungan luar(Istiyani,2008).
Uji stabilitas yang digunakan dalam jurnal yang kami review meliputi uji stabilitas
kimia untuk mengetahui kadar infar, uji stabilitas fisika untuk mengetahui kadar air sediaan
obat tersebut serta penentuan usia guna berdasarkan orede reaksinya.

II. ISI
A. Uji Stabilitas Kadar air
Stabilitas fisika adalah tidak terjadinya perubahan sifat fisik dari suatu produk
selama waktu penyimpanan. Uji stabilitas fisika digunakan untukMempertahankan sifat
fisika awal dari suatu sediaan meliputi penampilan, kesesuaian, keseragaman, disolusi,
disintegrasi, kekerasan, kemampuan disuspensikan (prosedur hampir sama dengan uji-uji
selain stabilitas yang lain). Klasifikasi uji stabilitas berdasarkan bentuk sediaan:
1. Uji stabilitas sediaan padat: serbuk, tablet, kapsul, mikro-kapsul.
Ketidakstabilan secara fisika misalkan penurunan BA yang disebabkan
oleh penurunan dissolusi tidak memenuhi syarat minimum untuk terapi.
2. Uji stabilitas sistem dispersi: suspensi, emulsi, sistem misel, liposom.
Ketidakstabilan secara fisika pada suspensi misalkan caking, maka dosis dalam 1
sendok teh akan berubah. Pada sediaan cream/emulsi misalkan pecah yaitu sifat
emolient tidak akan sama dengan produk seharusnya.
3. Uji stabilitas sediaan larutan : larutan sirup, larutan parenteral(Aswika,2011)
Dalam pengujian ini, kadar air infar diukur dengan moisture analyzer. Moisture
analyzer adalah alat pengukur kadar lembab. Alat ini akan menampilkan data bobot
mikrokapsul tersebut sampai data bobot yang terbaca konstan. Hal ini dilakukan sebagai
evaluasi untuk mengontrol kualitas produk dan mengetahui layak tidaknya mikrokapsul
yang diperoleh untuk digunakan dan dipasarkan (Istiyani,2008).
Stabilitas fisik sediaan mikrokapsul infar dilakukan dengan mengukur kadar air
masing-masing formula selama 12 minggu dengan interval pengamatan setiap minggu.
Kadar air yang rendah ( 10%) sangat diharapkan dari suatu sediaan obat, agar
kestabilannya lebih lama. Hasil yang diperoleh pada penelitian tersebut menunjukkan
bahwa kadar air dari formulasi sediaan tergolong tinggi( 10%) dan berfluktuasi. Kadar
air yang tinggi ini diduga diakibatkan oleh sifat membran kitosan-gom guar yang
higroskopis. Air yang terserap akan membengkakkan mikrokapsul sehingga pori-porinya
membesar dan infar yang berada di dalamnya mudah terlepas. Tingginya kadar air juga
menyokong pertumbuhan mikroorganisme dan memacu beberapa reaksi kimia yang
bersifat merusak. Mikrob yang tumbuh biasanya bakteri atau jamur, di
antaranya Staphylococcus aureus. Adanya mikrob dan jamur pada obat dapat mengurangi
khasiatnya dan menyebabkan bentuk sediaan tersebut tidak layak untuk dikonsumsi.
Kadar air yang tinggi dan berfluktuasi ini juga dapa diakibatkan oleh ukuran partikel
mikrokapsul yang tidak seragam sehingga penyerapan air oleh masing-masing partikel
tidak sama(Sugita,2009).
B. Uji Kadar Indometasin Farnesil
Menurut Agoes (2001), suatu sediaan obat dikatakan stabil jika kadar zat aktif
yang masih tersalut setelah uji stabilitas jangka panjang sekurang-kurangnya 90%.
Dalam penelitian ini, penetapan kadar infar dalam mikrokapsul dilakukan secara
spektrofotometri. Kadar infar yang tersalut membrane kitosan-gom guar pada minggu ke-
0 adalah sekitar 5-9% (b/b). setelah 3 bulan, penyimpanan kadar infar yang tersalut
mengalami penurunan untuk semua formula mikrokapsul. Sediaan obat yang stabil hanya
mengalami penurunan kadar zat aktif tidak lebih dari 10% (Nata et al, 2007). Penurunan
ini diduga karena membrane kitosan-gom guar membengkak saat disimpan di
dalamclimatic chamber. Menurut Nata et al (2007) suhu yang tinggi (402 C) dan
didukung oleh kadar air yang tinggi dapat membengkakkan membrane, sehingga pori-
pori pada permukaannya akan membesar dan menyebabkan zat aktif di dalamnya mudah
terlepas.
Persentase infar untuk semua formula setelah 3 bulan rata-rata menunjukkan nilai
yang kecil, kecuali formula 2 (70,83%) dan 6 (77,67%) dan seluruhnya masih lebih
rendah dari batas minimum untuk uji stabilitas yaitu 90%.
C. Uji Usia Guna Obat
Hasil uji stabilitas selanjutnya digunakan untuk menentukan usia guna
mikrokapsul. Pengujian dilakukan dengn metode dipercepat, yaitu selama 3 bulan
penyimpanan pada suhu (402)
o
C dan kelembaban relative (RH) (755)
o
%
(Agoes,2001). Uji stabilitas dipercepat hanya dilakukan untuk meneliti dan memperoleh
informasi bila sediaan (obat) dalam kondisi stress seperti karena pengaruh suhu dan
kelembaban. Batasan 90% kadar indometasin farnesil yang masih tersalut sebagai syarat
stabilitas obat dijadikan dasar penentuan usia guna dari sediaan tersebut.
Berdasarkan hasil perhitungan usia guna yang terdapat dalam jurnal ini
menunjukkan bahwa kesembilan formula mikrokapsul memiliki usia guna relatif rendah
(paling lama kurang lebih satu bulan). Urutan formula mikrokapsul dari usia guna
terpanjang sampai terpendek ialah formula 6 (4.28 minggu=30 hari), 2, 5, 3, 7, 1, formula
4 (1.86 minggu=13 hari), 9, dan formula 8 (0.81 minggu=6 hari).
Berdasarkan kedua parameter uji stabilitas mikrokapsul formula 6 (kitosan 1.75%
[b/v], gom guar 0.19% [b/v], dan glutaraldehida 5.00 %[v/v]) menunjukkan stabilitas
yang paling baik. Persentase infar yang masih tersalut paling besar dan usia gunanya juga
paling panjang. Sementara itu, persentase infar paling kecil ditunjukkan oleh formula 4,
dan usia guna paling pendek dimiliki formula 8 walaupun tidak berbeda jauh dengan usia
guna mikrokapsul formula 4. Keduanya sulit untuk dibandingkan karena laju
penguraiannya mengikuti orde yang berbeda.
Menurut Berger et al. (2004) dan Sugita et al. (2006a) penambahan senyawa
pengikat silang menyebabkan jejaring gel semakin rapat dan cairan akan sulit masuk.
Penambahan gom guar dengan konsentrasi sama pada mikrokapsul formula 4 dan 6
mampu melemahkan ikatan, hanya saja kekuatan ikatan membran pada mikrokapsul
formula 4 lebih lemah karena glutaraldehida yang ditambahkan lebih sedikit, yaitu 4.00%
[v/v]. Karena itu, ketika disimpan pada suhu tinggi (402 C) membran mikrokapsul
formula 4 akan lebih membengkak dibandingkan dengan membran formula 6 dan
mengakibatkan infar didalamnya terlepas lebih cepat. Mikrokapsul formula 6 yang
didapati paling baik stabilitasnya bukanlah komposisi gel yang paling kokoh ataupun
yang paling rapuh. Jika kekuatan membran rendah (konsentrasi glutaraldehida rendah dan
konsentrasi gom guar tinggi), jejaring gel yang terbentuk akan renggang. Kedua hal ini
menyebabkan infar akan mudah lepas sehingga persentase infar yang masih tersalut lebih
rendah dan usia gunanya lebih singkat.

III. PENUTUP
Setiap sediaan obat baru harus diuji stabilitasnya untuk mengetahui usia guna dari
sediaan tersebut sebagai syarat registrasi. Selain itu, juga untuk mengevaluasi formula obat
yang dibuat. Uji stabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji kadar air, uji kadar
zat aktif dan penentuan kadar usia guna obat. Kesembilan formula kapsul yang dibuat
menunjukkan stabilitas yang kurang baik dan usia gunanya relatif pendek. Formula terbaik
yang didapat adalah formula 6 dengan komposisi penyalut gom guar 0.19% [b/v] dan
glutaraldehida 5.00% [v/v] dalam larutan kitosan yang dibuat tetap (1.75% [b/v]), merupakan
mikrokapsul yang paling stabil dengan persentase infar yang masih tersalut, tetapan laju
reaksi, dan usia guna berturut-turut 77.67%, 0.0008 (%b/b)
-2
minggu
-1
, dan 4.28 minggu atau
30 hari.

Anda mungkin juga menyukai