Anda di halaman 1dari 17

Sri Amelia: Vibrio Cholerae, 2005

USU Repository2006


Sri Amelia: Vibrio Cholerae, 2005
USU Repository2006

DAFTAR ISI

Pendahuluan ................................................................................................... 4
Morfologi ..................................... .................................................................. 5
Fisiologi ........................................ .................................................................. 5
Struktur Antigen . ......................... .................................................................. 7
Patogenesis
- Enterotoksin ............................... .................................................................. 9
- Perlekatan (adheren) .................. .................................................................. 10
Gambaran Minis .......................... .................................................................. 10
Diagnosis Laboratorium ............... .................................................................. 12
Kekebalan..................................... .................................................................. 13
Pengobatan ...................................................................................... ............. . 13
Epidemiologi . ................................................................................ .... ............ 14
Transmisi ........................................................................................ .... ............ 15
Pencegahan dan Pengendalian ....................................................... .... ............ 15
Daftar Pustaka . ................................................................................................. 17













3
Sri Amelia: Vibrio Cholerae, 2005
USU Repository2006

VIBRIO CHOLERAE
Sri Amelia
Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran USU



Pendahuluan
Vibrio cholerae adalah salah satu bakteri yang masuk dalam family Vibrionaceae
selain dari Aeromonas dan Plesiomonas, dan merupakan bagian dari genus Vibrio. Bakteri ini
pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1884 dan sangat penting dalam dunia
kedokteran karena menyebabkan penyakit kolera. Vibrio cholerae banyak ditemui di
permukaan air yang terkontaminasi dengan feces yang mengandung kuman tersebut, oleh
karena itu penularan penyakit kolera ini dapat melalui air, makanan dan sanitasi yang buruk.
(1,2)
Beberapa spesies vibrio lain yang penting dalam dunia kedokteran antara lain:
(3)

- V. cholerae serogroup O1 dan 0139, penyebab kolera epidemic dan pandemic.

- V. cholerae serogroup non-01 dan non-0139, penyebab diare sejenis kolera, tapi gejala
diare lebih ringan jarang ditemui infeksi ekstraintestinal.

- V. parahaemolyticus, penyebab gastroenteritis, kemungkinan bisa menimbulkan infeksi
ekstraintestinal.

- V. vulnificus , V. mimicus, V. hollisae, V. fluvialis, V. damsela, V. anginolyticus, V.
metschnikovil, penyebab infeksi pada telinga, luka, jaringan lunak dan infeksi
ekstraintestinal namun jarang terjadi.



4
Morfologi
Vibrio cholerae termasuk bakteri gram negative, berbentuk batang bengkok seperti
koma dengan ukuran panjang 2-4 um.(Gambar 1) Pada isolasi, Koch menamakannya
kommabacillus, Tapi bila biakan diperpanjang , kuman ini bisa menjadi batang yang lurus
yang mirip dengan bakteri enteric gram negative
(1,3)
Kuman ini dapat bergerak sangat aktif karena mempunyai satu buah flagella polar
yang halus (monotrikh). Kuman ini tidak membentuk spora. Pada kultur dijumpai koloni
yang cembung (convex), halus dan bulat yang keruh (opaque) dan bergranul bila disinari.
(1,3,4)



Gambar 1. Vibrio cholerae penyebab epidemic (asiatic) kolera.
(5)

Fisiologi
Vibrio cholerae bersifat aerob atau anaerob fakultatif. Suhu optimum untuk
pertumbuhan pada suhu 18-37C. Dapat tumbuh pada berbagai jenis media, termasuk media
tertentu yang mengandung garam mineral dan asparagin sebagai sumber karbon dan nitrogen.
V. cholerae ini tumbuh baik pada agar Thiosulfate-citrate-bile-sucrose (TCBS), yang
menghasilkan koloni berwarna kuning (Gambar 2) dan pada media TTGA
(Telurite-taurocholate-gelatin-agar).
(1,3,4)




5
Sri Amelia: Vibrio Cholerae, 2005
USU Repository2006



Gambar 2. Vibrio cholerae pada media TCBS selama 18 jam pada suhu 37C menghasilkan koloni berwarna
kuning karena V, cholerae meragi sukrosa.
(6)

Salah satu ciri khas dari vibrio cholerae ini adalah dapat tumbuh pada pH yang sangat
tinggi (8,5-9,5) dan sangat cepat mati oleh asam. Pertumbuhan sangat baik pada pH 7,0.
Karenanya pembiakan pada media yang mengandung karbohidrat yang dapat difermentasi,
akan cepat mati. . V. cholerae meragi sukrosa dan manosa tanpa menghasilkan gas tetapi
tidak meragi arabinosa. Kuman ini juga dapat meragi nitrit. Ciri khas lain yang membedakan
dari bakteri enteric gram negative lain yang tumbuh pada agar darah adalah pada tes oksidasi
hasilnya positif.
(3,4)
Biakan V. cholerae pada air peptone alkali, setelah 6 jam pada suhu ruangan akan
tampak pertumbuhan kuman pada perbatasan udara dan cairan (Gambar 3). Medium ini
berfungsi sebagai medium transport yang penting untuk feses atau usapan dubur dari
tersangka kasus kolera. Pada medium peptone ini ( banyak mengandung triptofan dan nitrat )
akan membentuk indol, yang dengan asam sulfat akan membentuk warna merah ( tes nitroso
indol positif).
(4,6)






6
Sri Amelia: Vibrio Cholerae, 2005
USU Repository2006



Gambar 3. Biakan Vibrio cholerae pada air peptone alkali setelah 6 jam pada suhu ruangan .
(6)

Spesies Vibrio cholerae sensitive terhadap campuran 0/129 ( 2,4-diamino-6,7-
diisopropylpteridine phosphate ), yang membedakan mereka dengan spesies Aeromonas,
yang resisten terhadap 0/129. Vibrio juga dapat tumbuh pada media yang mengandung 6%
NaCI sedangkan Aeromonas tidak. Sebagian besar spesies Vibrio adalah halotoleran dan
NaCl sering menstimulasi pertumbuhannya.
(3)

Struktur Antigen
Semua Vibrio cholerae mempunyai antigen flagel H yang sama. Antigen flagel H ini
bersifat tahan panas. Antibodi terhadap antigen flagel H tidak bersifat protektif. Pada uji
aglutinasi berbentuk awan. Antigen somatik O merupakan antigen yang penting dalam
pembagian grup secara serologi pada Vibrio cholerae. Antigen somatic O ini terdiri dari
lipopolisakarida. Pada reaksi aglutinasi berbentuk seperti pasir. Antibodi terhadap antigen O
bersifat protektif.
(l,4)
Vibrio cholerae serogroup O1 memiliki 3 faktor antigen : A, B dan C yang membagi
grup O1 menjadi serotipe Ogawa, Inaba dan Hikojima. (1)






Sri Amelia: Vibrio Cholerae, 2005
USU Repository2006

7
Secara skematis klasifikasi dari Vibrio cholerae dapat dilihat di bawah ini : (5)

Vibrio cholerae serogroup O1 terbagi atas 2 biotype yaitu Classical dan El Tor.
Karakteristik yang membedakan biotype Classical dan El Tor dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
(7)
Test / kriteria Classical El Tor
Isolasi di daerah bagian Indian J arang Umumnya
Isolasi pada saat ini Sangat jarang Umumnya
Hemolisis eritrosit - +
Voges-Proskauer - +
Sensiivitas terhadap Polomiksin B + -
Agglutinasi pada eritrosit ayam - +
Lysis oleh bacteriophage
- Classical IV + -
- FK + -
- Eltor 5 - +



8
Sri Amelia: Vibrio Cholerae, 2005
USU Repository2006

Sri Amelia: Vibrio Cholerae, 2005
USU Repository2006

Patogenesis
Dalam keadaan alamiah, Vibrio cholerae hanya pathogen terhadap manusia.
Seseorang yang memiliki asam lambung yang normal memerlukan menelan sebanyak 10
10

atau lebih V. cholerae dalam air agar dapat menginfeksi, sebab kuman ini sangat sensitive
pada suasana asam. J ika mediatornya makanan, sebanyak 102 - 104 organisme yang
diperlukan, karena kapasitas buffer yang cukup dari makanan. Beberapa pengobatan dan
keadaan yang dapat menurunkan kadar asam dalam lambung membuat seseorang lebih
sensitive terhadap infeksi Vibrio cholerae.
(3)

- Entecotoksin
V. cholerae ini menghasilkan enterotoksin yang tidak tahan asam dan panas, dengan
berat molekul sekitar 90.000 yang mengandung 98% protein, 1% lipid dan 1% karbohidrat.(
1,4)
Pada tiap molekul enterotoksin Vibrio cholerae terdiri dari 5 sub unit B (binding) dan
1 sub unit A (active). Sub unit A ini mempunyai 2 komponen A1 dan A2. Enterotoksin
berikatan dengan reseptor ganglion pada permukaan enterocytes melalui 5 sub unit B.
Sedangkan komponen A2 sub unit mempercepat masuknya enterotoksin ke sel dan
komponen A1 sub unit bertugas meningkatkan aktivitas Adenil siklase akibatnya produksi
cyclic AMP meningkat yang menyebabkan meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit
(Gambar 4) sehingga menimbulkan diare massif dengan kehilangan cairan mencapai 20 liter
perhari watery diarrhea, pada kasus berat dengan gejala dehidrasi, syok, gangguan
elektrolit dan kematian.
(2,7)








9
- Perlekatan (adheren)
V. cholerae tidak bersifat invasive, kuman ini tidak masuk ke dalam aliran darah
tetapi tetap berada di saluran usus. V. cholerae yang virulen harus menempel pada mikrovili
permukaan sel epitelial usus baru menimbulkan keadaan patogen. Disana mereka melepaskan
toksin kolera (enterotoksin). Toksin kolera diserap di permukaan gangliosida sel epitel dan
merangsang hipersekresi air dan klorida dan menghambat absorpsi natrium. Akibatnya
kehilangan banyak cairan dan elektrolit, Secara histology, usus tetap normal.
(1,2)




Gambar 4. Gambaran skematis aktivitas dari enterotoksin Vibrio cholerae.
(2)



Gambaran Klinis
Sebagian besar infeksi yang disebabkan V.cholerae ini asimptomatik atau terjadi diare
yang ringan dan pasien tetap ambulatoir. Masa inkubasi selama 1-4 hari sampai timbul
gejala, tergantung pada inokulan yang tertelan
(3)
Gejala kolera yang khas dimulai dengan munculnya diare yang encer dan berlimpah,
tanpa didahului oleh rasa mulas dan tanpa adanya tenesmus. Dalam waktu singkat tinja yang
semula berwarna dan berbau feses berubah menjadi cairan putih keruh yang mirip air cucian
beras ( rice water stool ). Cairan ini mengandung mucus,


10
Sri Amelia: Vibrio Cholerae, 2005
USU Repository2006

sel epithelial dan sejumlah besar vibrio. Muntah timbul kemudian setelah diare diikuti
gejala mual. Kejang otot dapat menyusul, baik dalam bentuk fibrilasi maupun fasikulasi
atau kejang klonik yang nyeri dan mengganggu. Otot yang sering terlibat antara lain betis,
biseps, triseps, pektoralis dan dinding perut ( kram perut ).
(2,9)


Gambar 5. Menunjukkan perjalanan kuman V. cholerae di dalam tubuh manusia.
(8)

Penderita akan kehilangan cairan dan elektrolit dengan cepat yang dapat mengarah
pada dehidrasi berat, syok dan anuria. Tanda-tanda dehidrasi tampak jelas, berupa
perubahan suara menjadi serak seperti suara bebek manila ( vox cholerica ), kelopak mata
cekung, mulut menyeringai karena bibir yang kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit
berkurang, jari jari tangan dan kaki tampak kurus dengan lipatan-lipatan kulit, terutama
ujung jari yang keriput ( washer women hand ), diuresis berangsur-angsur kurang dan
berakhir dengan anuria.
(9)




11
Sri Amelia: Vibrio Cholerae, 2005
USU Repository2006

Sri Amelia: Vibrio Cholerae, 2005
USU Repository2006

Tingkat kematian tanpa pengobatan antara 25% dan 50%. Bagaimanapun, kasus yang
sporadis maupun yang ringan tidak mudah untuk dibedakan dari penyakit diare yang lain.
(3)


Diagnosis Laboratorium

A. Bahan pemeriksaan : gumpalan mucus dari tinja dan/atau muntahan.
(3,4)
B. Mikroskopis : pengamatan dengan mikroskop lapangan gelap atau fase kontras akan
memperlihatkan vibrio cholerae yang bergerak dengan cepat.
(3)
C. Kultur : pertumbuhan cepat pada agar peptone, pada agar darah dengan pH mendekati
9,0 atau pada agar TCBS dan koloni khasnya dapat dipilih dalam waktu 18 jam. J ika
menggunakan media yang diperkaya (enrichment) beberapa pemeriksaan tinja dapat
diinkubasi dalam 6-8 jam dalam kaldu taurocholate-peptone (pH 8,0 - 9,0) ; organisme
dari kultur ini dapat diwarnai atau disubkultur. Di daerah endemic, mengkultur
langsung tinja pada media TCBS dan media yang diperkaya seperti air peptone alkalin
adalah sesuai. Namun kultur rutin pada media TCBS ini tidak diperlukan pada daerah
yang jarang terjadi kolera (31
D. Uji Spesifik :
Reaksi Biokimia dari Vibrio cholerae dapat dilihat dari table berikut :
(7)

Test Reaksi
- Indophenol oxidase +
- Indol +
- O/129 sensitive +
- Lecithinase +





12
Sri Amelia: Vibrio Cholerae, 2005
USU Repository2006

Test Reaksi
- Pertumbuhan tanpa penambahan NaCl +
- Lysine decarboxylase +
- Ornithine decarboxylase +
- Arginine dihydrolase -
- Citrate utilization +/
- Pertumbuhan pada suhu 5 C -
- Fermentasi sukrosa +
- Reaksi pada TSI Acid/Acid, gas (-)


Kekebalan

Asam lambung menyediakan beberapa perlindungan dalam melawan Vibrio cholerae.
Setiap serangan kolera diikuti dengan kekebalan terhadap infeksi, tetapi durasi atau derajat
kekebalan tidak diketahui. Pada hewan percobaan, antibody IgA terjadi dalam lumen usus.
Antibodi vibriosidal (titer 1 : 20) memiliki hubungan dengan perlindungan untuk melawan
kolonisasi dan penyakit.
(3)


Pengobatan

Prinsip dalam pengobatan kolera ini adalah mengganti air dan elektrolit untuk
mengurangi dehidrasi dan kekurangan garam dengan memasukkan secara intravena cairan
yang mengandung Natrium, Kalium, Chloride dan Bicarbonate.
(1,3)
Antibiotika yang sering digunakan untuk melawan kuman ini adalah Tetrasiklin.
Tetrasiklin yang diberikan peroral dapat mengurangi keluarnya tinja yang mengandung
kuman kolera dan memperpendek masa ekskresi Vibrio cholerae.


13
Tetrasiklin juga memperpendek waktu timbulnya gejala klinis pada penderita kolera. Pada
beberapa daerah endemic, V. cholerae yang resisten dengan tetrasiklin telah muncul, dibawa
oleh plasmid yang mudah berpindah. Tetrasiklin juga berguna pada penderita carrier sebab
konsentrasinya pada empedu.
(2.3)


Epidemiologi
Tujuh pandemic (epidemic yang mendunia) kolera terjadi sejak awal tahun 1800-an.
Di antara tahun 1832 - 1836 lebih dari 200.000 penduduk Amerika Utara meninggal pada
pandemic kedua dan keempat. Pada pandemic ketujuh awal tahun 1961 bermula di
Indonesia, kemudian menyebar ke Asia Selatan, Timur Tengah, sebagian Eropah dan
Afrika. Pandemic ini disebabkan biotype El Tor.



Gambar 6. Penyebaran kolera pada pandemic ketujuh.
(8)

Mulai tahun 1991 pandemic ketujuh menyebar (Gambar 6) ke Peru dan menyebar ke
Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Ini kemungkinan terjadi karena

14
Sri Amelia: Vibrio Cholerae, 2005
USU Repository2006

Sri Amelia: Vibrio Cholerae, 2005
USU Repository2006

tergenangnya air kotor di dasar kapal yang berlabuh di pelabuhan Lima, mengingat penyakit
ini menyebar melalui air dan tidak adanya pemberian chlorine pada air yang dikonsumsi.
Penyakit menular dengan cepat, dalam 2 tahun lebih 700.000 kasus dan 6.323 kasus
meninggal dilaporkan di Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Penyakit ini mulai jarang di
Amerika Utara sejak pertengahan 1800-an, tetapi focus endemic masih tetap ada di Pantai
Gulf Louisiana dan Texas.
(10)


Transmisi
Kontaminasi air yang dikonsumsi menusia oleh feses yang mengandung kuman kolera
merupakan penyebab infeksi kolera, selain itu makanan seperti sayuran yang dipupuk dengan
kotoran manusia dan tidak dibersihkan pada waktu mengkonsumsinya. Pada feses penderita
kolera dijumpai jutaan atau lebih kuman Vibrio cholerae di setiap milliliter fesesnya.
Penyebaran penyakit kolera ini melalui jalur pengapalan, rute perdagangan dan rute migrasi.
Penyakit ini menyebar melalui kontak orang ke orang yang melibatkan individu yang
terinfeksi ringan atau asimptomatis (carrier), melalui air, makanan yang terkontaminasi
dengan tinja yang terinfeksi juga melalui serangga. Kuman vibrio ini dapat bertahan hidup di
dalam air hingga 3 minggu.
(3,10)


Pencegahan dan Pengendalian
Pencegahan dapat dilakukan dengan perbaikan sanitasi khususnya makanan dan air
melalui pendidikan. Pasien kolera seharusnya diisolasi, ekskresinya didisinfeksi dan
orang-orang kontak diawasi. Khemoprofilaksis dengan obat antimikroba mungkin diperlukan
(3).





15
Sri Amelia: Vibrio Cholerae, 2005
USU Repository2006

Bagi wisatawan yang memasuki daerah endemic kolera, sebaiknya memasak makanan
sampai matang sebelum mengkonsumsinya, kepiting harus dimasak lebih kurang 10 menit,
memakan buah harus dikupas kulitnya dan dicuci, memakan es harus dihindari kecuali kita
tahu bahwa es terbuat dari air mendidih.
(10)
Pemberian imunisasi dengan vaksin yang mengandung ekstrak lipopolisakarida dari
vibrio atau suspensi pekat vibrio dapat memberikan perlindungan yang terbatas pada
orang-orang yang rentan (misal kontak antar anggota keluarga) tetapi tidak efektif sebagai
alat kontrol epidemic. Vaksin ini memberikan proteksi 60 - 80% untuk masa 3 - 6 bulan. Di
beberapa Negara meminta kepada pelancong yang datang dari daerah endemik untuk
memberikan bukti bahwa mereka telah divaksinasi. Sertifikasi vaksin untuk kolera dari WHO
hanya berlaku selama 6 bulan.
(3)
Imunisasi toksoid kolera pada manusia tidak lebih baik daripada vaksin standard yang
dijelaskan diatas tadi. Hingga saat ini perbaikan hygiene / sanitasi saja yang memberikan
pencegahan yang mantap terhadap kolera.
(1,3,5)















16

Sri Amelia: Vibrio Cholerae, 2005
USU Repository2006

DAFTAR PUSTAKA


1. J oklik, Willet, Amos ; Zinsser Microbiology, Seventeenth Edition, Appleton
Century-Crofts, 1980, pp. 750-754.
2. Warren Levinson & Ernest J awetz, Medical Microbiology & Immunology, McGraw-Hill
Companies, Seventh Edition, pp. 125 - 126.
3. J awetz, Melnick & Adelberg's, Medical Microbiology, McGraw-Hill Companies Inc,
Twenty Second Edition, 2001, pp. 235-237.
4. Staf pengajar FK UI, Mikrobiologi Kedokteran, Binarupa Aksara, 1993, hal. 174- 175.
5. Kenneth Todar; University of Winconsin-Madison Departement of Bacteriology,
2005, Available from URL http: //gsbs.utmb.edu/microbook/chozy.htm.
6. Tony Hart, Paul Shears; Atlas berwarna Mikrobiologi Kedokteran, Copyright
Times-Mirros International Publishers Limitted, 1996, hal. 155.
7. Albert Balows, William J . Hausler, J R, Kenneth L.Herrmann, Henry D.Isenberg, H. J ean
Shadomy ; Manual of Clinical Microbiology, Fifth Edition, American Society For
Microbiology, 1991, pp. 390-391
8. Kenneth Todar, University of Winconsin-MadisonDepartement of Bacteriology,
2005, Available fromURL; http://gsbs.utmb.edu/microbook/cholera.html.
9. Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, J ilid 1, Edisi
ketiga, Balai Penerbit FK Ul, 1996, hal. 443 - 450.









17
Sri Amelia: Vibrio Cholerae, 2005
USU Repository2006

10. Eugene W.Nester, Denise G. Anderson, C. Evans Roberts,J r, Nancy N. Pearsall, Martha
T. Nester, Microbiology a Human Perspective, Fourth Edition, Mc Graw Hill, 2004, pp.
611-614.



























18

Anda mungkin juga menyukai