1
Mochammad Maksum
1
Pendahuluan
1. Gemah ripah, loh jinawi, tulus kang sarwo tinandur. Begitu ungkapan yang sering dilontarkan oleh sang pujangga dalam
memaparkan kemakmuran berbagai kerajaan, mulai jaman Majapahit sampai dengan kejayaan Mataram dalam Babad Tanah
Djawi (Anonim, 19!". Babad Tanah Djawi juga mengenang, betapa kehebatan Maha #atih $adjah Mada dalam mengawal
kedaulatan negara dengan %umpah #alapa untuk mempersatukan nusantara dibawah Majapahit dengan &aden Alit, yang kemudian
bergelar #rabu Brawijaya, sebagai rajanya. 'ejuangan $adjah Mada dengan Amukti #alapanya telah dikukuhkan sebagai tauladan
perjuangan bangsa dan diabadikan di banyak sekali kesempatan sebagai nama diri yang membanggakan. Termasuk adopsinya bagi
penamaan (ni)ersitas $adjah Mada sebagai uni)ersitas perjuangan.
!. 'etika itu diplomasi global telah banyak dilakukan $adjah Mada. 'onon, sampai akhirnya %ang Maha #atih ditugaskan oleh
Brawijaya untuk melamar putri negeri *ampa. Muhibah tersebut sekaligus merupakan muhibah multikultural. 'e+uali membawa
putri sulung &aja *ampa untuk dipersunting Brawijaya, $adjah Mada juga membawa pulang 'yai %ekardelima, 'yai Balelumur
dan 'yai ,ebatbetri. #erjalanan muhibah politik-ekonomi dan sosiokultural itupun sangat sukses dilakukan oleh $adjah Mada dan
kembali ke Majapahit dengan selamat. %ahibul hikayat juga men+eriterakan bahwa beberapa waktu berselang, #rabu Brawijaya
memerintahkan $adjah Mada untuk membentuk ka.ilah lagi, guna melakukan pelayaran pelamaran yang lain ke /egeri *ina.
0. 'ata-kata Gemah ripah, semangat bahari $adjah Mada, dan sejenisnya itu sering dipilih oleh para winasis dalam
menggambarkan kehebatan dan kesuburan nusantara sebagai negara agraris dan bahari tempo doeloe. 1ronisnya, dalam peradaban
dewasa ini, banyak pihak justru malu melakukan sitasi kehebatan tersebut dalam menggambarkan kinerja sektor pertanian yang
tidak jelas jluntrungnya. %ejumlah nostalgia hanya terdengar sekali tempo lewat antawacana 'i Anom %uroto, dkk. Dalam
peradaban moderen, 'oes #lus juga tidak ketinggalan merindukan wujudnya. Mereka mengibaratkan kehebatan sang nusantara
yang agraris dan bahari, sebagai tanah surga dan kolam susu. 'ita tidak tahu persis, apakah itu kebanggaan atau sindiran, karena
lagu tersebut populer ketika negara agraris ter+inta ini sedang menderita kurang pangan akut.
. &e.leksi diri atau muhasabat an-nafs model 'oes #lus ini boleh jadi ada man.aatnya untuk kita lakukan ketika kenyataan
dewasa ini menunjukkan bahwa sektor pertanian semakin +arut-marut, se+ara struktural termarjinalkan dan tidak jelas kiblatnya
dalam kerangka pembangunan nasional 1ndonesia. 'epentingan muhasabah tersebut menjadi semakin nyata ketika kita semua
menyadari bahwa sedari dini, beberapa tahun setelah proklamasi kemerdekaan, #residen %oekarno (192!" menegaskan komitmen
politiknya dalam kesempatan peletakan batu pertama $edung 3akultas #ertanian di Bogor dengan menyatakan bahwa urusan
pangan dan pertanian adalah soal hidup atau mati. &iuh-rendah sambutan publik atas komitmen politik Bung 'arno selepas
pidato.
2. Tekad %oekarno membangun pertanian dan pedesaan tidak hanya kali itu ditegaskan. ,auh hari sebelumnya, dalam mengejar
ketertinggalan pembangunan masyarakat, %oekarno membentuk 'ementerian #embangunan Masyarakat pada masa 'abinet
4alim, 1925. 1ktikad tersebut juga senantiasa diperbaharui dalam kurun waktu pemerintahan dan kon.igurasi politik yang sangat
beragam sesudah Bung 'arno sampai dengan sekarang, meski dengan terapi kelembagaan yang berbeda-beda. Tanpa bermaksud
1 %ta. pengajar ,urusan Teknologi industri #ertanian, 3akultas Teknologi #ertanian (ni)ersitas $adjah Mada6 dan #eneliti pada #usat %tudi #edesaan dan 'awasan (#%#'."
($M.
!
mena.ikan +apaian pembangunan pedesaan selama ini, sangat disayangkan bahwa model-model pembangunan yang
diimplementasikan dalam berbagai kon.igurasi politik tersebut, menurut 4aryati (!550", telah se+ara struktural mewariskan
monumen kerusakan social capital tak terlupakan dalam bentuk7 semakin menguatnya ketergantungan dan ketidak-berdayaan
kaum tani dan masyarakat pedesaan.
8. Amanat yang sebenarnya sudah sangat dini dikumandangkan bagi kebangkitan sektor pertanian tidak juga pernah bersambut
dengan sebenar-benarnya ke+uali sekedar pengabadiannya dalam segala dokumen pembangunan, seperti $B4/-$B4/ itu,
&epelita, #ropenas, #ropeda, sampai &##'. Dalam semua dokumen yang mengamanatkan positioning sektor pertanian sebagai
leading sector, +ukup dijawab dengan penempatan sektor pertanian menjadi semakin marjinal, terkubur makin dalam sebagai
tumbal pembangunan, untuk menghasilkan bahan baku dan pangan murah, dalam rangka mendukung pembangunan sektor
perekonomian yang lain 9demi pembangunan9.
:. Tidak jelas alasan di balik penghianatan dari janji-diri sebuah negara dalam pemihakan terhadap sektor pertanian sebagai
prioritas. Tidak juga jelas, apakah semakin jijik dan antinya /egara terhadap sektor pertanian itu disebabkan oleh keblinger dan
salah kiblatnya para peren+ana pembangunan nasional ketika itu yang didominasi oleh mainstream economists yang taukhid
akademiknya meyakini bahwa dominannya pertanian adalah indikasi kemunduran sebuah negara. Boleh jadi para peren+ana
pembangunan yang liberalistik kala itu menelan mentah-mentah sinyalemen ,.4. Boeke (1920" dengan teori dualismenya7
perekonomian barat yang maju dan perkonomian timur yang stagnasi, dan 1ndonesia mengimani pilihan 'apitalisme Barat. Dan,
itupun masih diperkuat oleh trauma in)olusi pertanian yang )irusnya disebarkan oleh *li..ord $eert; (1980".
<. Besar pula kemungkinan pengingkaran komitmen /egara terhadap sektor pertanian tersebut sekedar berkisar seputar
persoalan bargaining power antar interest groups pada tingkat elite /egara yang dengan kekuatan uang dan kekuasaan
dimenangkan oleh kelompok pro-kapitalis dan sekaligus anti-pertanian. Atau barangkali karena maraknya ilusi dan pola pikir
kemajon dan kuwalat, mele+ehkan #an+asila yang diproyeksikan menjadi ideologi pinggiran jauh hari sebelum usainya perang
dingin, karena mengikuti ramalan spektakulernya Daniel Bell (1985" dan mendahului erosi ideologinya 3ukuyama (19<9, 199!",
%te)en Blank (199<", dan ,e..rey$old.arb (199<".
Akselerasi Erosi Ideologis
9. Berakhirnya perang dingin ditangkap oleh banyak pihak sebagai inflection point yang menandai berakhirnya, atau lebih
bombastis kiamatnya, peradaban lama yang diwarnai oleh pertikaian diametral antara kekuatan adidaya liberal democracy
meiawan global communism menuju peradaban baru yang dalam hal ini dimenangkan oleh kekuatan liberalisme. Berbagai
tulisan berkenaan dengan the end of cold war, telah memi+u syahwat para penulis dunia beramai-ramai membuat karya tulis
dengan judul the end, dan beberapa di antaranya merupakan re.erensi masterpieces.
15. %alah satu karya masterpiece adalah tulisannya 3ukuyama (19<9" yang berjudul7 The =nd o. 4istory. Tesis yang berangkat
dari keruntuhan komunisme global ini banyak mengundang perhatian ilmuwan, karena kesederhaan pola pikir 3ukuyama yang
memandang keruntuhan tersebut sebagai kemenangan mutlak bagi kelompok liberal yang kemudian akan kesepian dan tidak
menantang karena tidak lagi memiliki musuh ideologis yang sepadan. %e+ara ekstrem, posisi tesis ini malah semakin diperkuat
lagi dengan terbitnya buku lain 3ukuyama (199!" yang menempatkan dan mengagung-agungkan Amerika %erikat sebagai the last
man, pemenang tunggal.
0
11. 3ukuyama melalui dua bukunya yang menggiring pikiran pemba+a ke penggumpalan ideologi dunia menjadi demokrasi
liberal dan common marketization ini tentu sangat penting untuk diperhatikan. /amun demikian, perhatian ini sudah barang
tentu tidak harus membekukan kita semua, Bangsa 1ndonesia, untuk sami 'na wa athona, menerima begitu saja dan semakin
mena.ikan nasionalisme dan ideologi bangsa yang kita miliki. ,elas sekali pola pikir 3ukuyama ini teramat 4egelian dan Mar>ian.
'eduanya berasumsi bahwa ideologi dunia suatu saat akan mengeru+ut menjadi ideologi tunggal. 4egel sangat optimis bahwa
pengeru+utan ini akan mengarah kepada dominasi liberal state. %ementara, optimisme Mar>, yang konon meminjam pemikiran
4egel, mengarah pada terbentuknya global communist society. #enyederhanaan tesis ini telah meremehkan keberadaan ideologi
dunia lain7 islamisme, kon.u+ianisme, the asian values, swadeshi, #an+asila, dan sebagainya, sebagai ideologi alternati)e.
1!. Mendahului inspirasi dan pemikiran 3ukuyama, telah lama beredar karya pemikiran Daniel Bell (1985" berjudul The =nd o.
1deology. 'arena spektakulemya, buku inipun di+etak berulangkali oleh Ama;on. 4ampir sepenuhnya dia melandasi ulasan
ideologis 3ukuyama. /amun demikian, Bell sejak dini memperingatkan banyak kemungkinan dan .akta mun+ulnya hambatan
liberalisme yang ada berdasarkan pengamatan jelinya terhadap realitas merebaknya radikalisme dan .undamentalisme dalam tata-
kehidupan di banyak negara. %e+ara sederhana diapun melakukan kritik diri7 ideologists are terrible simplifiers, dan oleh
karenanya dia menyarankan bahwa pemikiran the end of ideology tersebut bukanlah berarti berakhirnya utopia akibat
kemenangan salah satunya.
10. Banyak sekali .akta lapangan yang diungkap Daniel. Termasuk misalnya, bagaimana menjadi makin radikalnya anak-anak
muda di #eran+is, dan negara-negara maju lain karena persoalan ketidaknyamanan kehidupan, human life. Mereka sudah semakin
susah menerima pemikiran dan .aham kewahyuan. ?ebih konkrit lagi, dia bahkan menyitir anekdot kaum jalanan di 'uba yang
berslogankan7 the revolution is law today .... Berakhirnya perang dingin ternyata masih meninggalkan pertikaian tentang masa
depan dunia yang membingungkan dalam pergeseran panjang from uncertainty to confusion.
1. Menanggapi arus pikir Daniel dan 3ukuyama, banyak sekali kritik dilontarlan. %alah satunya adalah kesederhanaan klari.ikasi
ideologisnya tentang the left and the right yang tidak mampu menyentuh kompleksitas kehidupan politik, ekonomi dan sosial-
budaya. 'e+uali men+a+i maki tentang ketidakjelasan wujud keragaman makna tentang economic liberalism, yang salah satunya
karena persoalan per-kutulon+at-an dari komunisme ke liberalisme, $old.arb (199<" mengkritisi perihal tidak adanya korelasi
yang memadai antara ideologi demokrasi dan ekonomi liberal tersebut dalam mengatasi persoalan-persoalan sosial yang sangat
luas, seperti7 persoalan etnis dan multikultural, persoalan persenjataan, lingkungan hidup, persoalan kontrasepsi, pornogra.i, dan
sejenisnya.
12. Masih banyak persoalan-persoalan kehidupan kemasyarakat yang memang tidak memiliki prospek untuk tersentuh oleh
peradaban liberalisme. &uang kosong yang sangat lebar tersebut memun+ulkan pemikiran $old.arb untuk melihat potensi peran
yang bisa dimainkan !ivil "ociety, yang menurutnya adalah a new ideology. ?ebih jauh, ke+uali menggambarkan .akta semakin
berperannya !ivil "ociety atau masyarakat madani dalam mewarnai peradaban global, dia sangat optimis bahwa kekuatan
masyarakat madani jelas akan menjadi kekuatan penyeimbang terhadap kesemena-menaan dominasi liberalisme yang pasti
kolonialistik dalam urusan kemanusiaan dan lingkungan
!
.
18. 'egagalan bertubi-tubi persidangan tingkat menteri dalam jajaran @TA di %eatle- 1999, *an+un-!550, dan 4ongkong-!552,
! #eran masyarakat madani dalam penanggulangan urusan kemanusiaan dan pembangunan lingkungan ini telah nyata dibuktikan di 1ndonesia ?ebih ianjut bisa dilihat7 Maksum,
M dan Dyah 1smoyowati !55!. %ilahkan ba+a juga ,ung, 'u-4yun a?al. !550.
menunjukkan dengan senyatanya bahwa kekuatan kolonialisasi liberalisme bukanlah tidak terbatas (Maksum, !552+"
0
. 4obi @TA
gagal sidang tersebut membuktikan kebenaran kekhawatiran $old.arb akan kesederhanaan pola pikir 3ukuyama. Benar sekali, ada
kekuatan lain yang menghambat daya tekan gerakan neo-liberalisme global. 4al ini tentu sekaligus menjadi indikasi kuat bahwa
Amerika dengan segala jama9ahnya bukanlah the last man yang steril.
1:. Tidak usah jauh-jauh. Apa yang terjadi di sekitar kita di tanah air jelas sekali sudah menggambarkan betapa terlalu
simplistiknya nalar 3ukuyama tersebut. Maraknya kekerasan kolekti., eskalasi terorisme dan anarkisme