Anda di halaman 1dari 2

CARE OF THE MOTHER DURING THE PUERPERIUM

Hospital Care
Selama 1 jam pertama setelah melahirkan, tekanan darah dan denyut jantung harus selalu diperiksa setiap 15 menit
atau kurang. Banyaknya pendarahan pervaginam juga dimonitor dan fundus dipalpasi untuk memastikan bahwa ia
berkontraksi. Jika relaksasi, maka harus dipijat agar berkontraksi kembali. Darah mungkin saja tertampung di uterus
tanpa keluar melalui vagina. hal ini dapat dideteksi melalui pembesaran fundus. Karena sering terjadinya pendarahan
postpartum, maka uterus harus selalu dimonitor minimal selama 1 jam.
Early Ambulation
Ambulasi dini adalah mobilisasi segera setelah ibu melahirkan dengan membimbing ibu bangu dari tempat tidurnya.
Ibu dipersilahkan beranjak dari tempat tidur setelah 24-48 jam setelah melahirkan. Mobilisasi diulai dengan miring
kanan/kiri, duduk kemudian berjalan. Perawat harus hadir minimal pada awal ambulasi dini untuk mengatisipasi
kemungkinan terjadinya syncopal (hilang kesadaran). Ambulasi dini memiliki banyak manfaat seperti mengurangi
komplikasi bladder dan konstipasi. Ia juga mengurangi frekuensi puerperal venous thrombosis dan pulmonary
embolism.
Perineal Care
Ibu diinstruksikan untuk membersihkan vulva dari anterior ke posterior hingga ke anus. Kantong es dapat mengurangi
edema dan ketidaknyamanan selama beberapa jam jika ada laserasi atau episiotomy. Ketidaknyamanan yang berat
mungkin menandakan problem, seperti hematoma pada hari pertama dan selanjutnya dan infeksi pada hari ke 3/4.
Dimulai 24 setelah persalinan, sitz bath hangat dapat digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan.
Bladder Function
Oxytocin meskipun memiliki efek antidiuretik, namun sering kali digunakan postpartum. Kemampuan bladder untuk
menghasilkan sensasi berkemih dan kapabiilitasnya untuk berkemih biasanya diturunkan oleh obat analgesia,
episiotomy atau laserasi, ataupun persalinan terbantu. Sehingga retensi urine dan overdistensi bladder sering terjadi
pada awal puerperium. Faktor resiko yang meningkatkan kemungkinan retensi urin adalah primiparity, induksi
oxytocin atau partum lama, laserasi perineal, persalinan terbantu, kathetherisasi, dan persalinan lebih dari 10 jam.
Pembesaran bladder dapat di palpasi secara suprapubic, atau dapat diketahui karena ia mendesak fundus ke atas
umbilicus.
Management
Jika ibu tidak buang air kecil selama 4 jam setelah melahirkan, ada kemungkinan ia tidak bisa buang air kecil. Maka
harus dilakukan pemeriksaan perineal dan hematoma sistem reproduksi. Jika ibu tidak bisa buang air kecil setelah 4
jam, maka harus dipasang kateter dan diukur volume urinenya. Jika >200 mL, maka bladder tidak berfungsi dan
kateter harus dibiarkan hingga hari selanjutnya. Jika <200 mL, kateter dapat dicabut dan bladder dicek kembali.
Subsequent Discomfort
Selama hari-hari awal pasca persalinan, ibu mungkin akan merasa kurang nyaman disebabkan oleh afterpains,
episiotomy dan lacerasi, breast engorgement, dan postdural puncture headache.
Depression
Depresi sangatlah umum terjadi pada ibu selama beberapa hari setelah persalinan. Kejadian ini disebut potpartum
blue, yang biasanya disebabkan beberapa faktor seperti sangat antusias atau ketakutan ketika hamil dan melahirkan,
ketidaknyamanan saat awal puerperium, kelelahan karena kurang tidur, cemas akan bayi yang lahir, dan cemas akan
bentuk tubuh ibu nantinya. Penanganan terbaik adalah antisipasi, recognisi, dan reassuransi. Namun harus selalu
dimonitor untuk kemungkinan depresi berat.
Abdominal Wall Relaxation
Jika abdomen lunak dan menggantung, ikat pinggang biasanya dapat membantu, sedangkan pengukuran dapat
menggunakan abdominal binder. Penanganan untuk mengembalikan tonus abdomen biasanya langsung dilakukan
setelah persalinan.
Diet
Tidak ada pantangan makanan untuk ibu setelah melahirkan. Dua jam setelah persalinan, jika tidak ada komplikasi,
ibu sudah boleh makan. Biasanya ditambahkan suplemen zat besi jika dibutuhkan.
Thromboembolic Disease
Hampir setengah kasus thromboembolic yang berhubungan dengan kehamilan terjadi pada saat puerperium.
Neuromuscular and Joint Problems
Obstetrical Neuropathies
Tekanan pada saraf cabang lumbosacral ketika melahirkan dapat menyebabkan neuralgia atau seperti keram yang
menjalar pada kaki ketika kepala bayi masuk ke pelvis. Jika sarafnya cedera, sakitnya dapat berlanjut hingga setelah
melahirkan bahkan dapat menyebabkan kehilangan kemampuan saraf ataupun paralysis otot. Otot pelvis maupun
paha dapat meregang, robek bahkan terpisah ketika persalinan. Biasanya ditangani dengan obat ant-inflammasi dan
terapi fisik. Pemisahan symphysis pubis atau sacroiliac synchondroes dapat menyebabkan rasa sakit. Penanganan
yang dilakukan biasanya adalah tidur dengan posisi lateral decubitus dan menggunakan pelvic binder. Jika
symphysisnya terpisah lebih dari 4 cm, maka dapat dilakukan operasi.
Immunizations
Ibu yang memiliki golongan darah D-negatif yang tidak diberi isoimunisasi dan bayinya yang memiliki golongan D-
positif harus diberi 300 g anti-D immune globulin secepatnya setelah melahirkan. Dan ibu yang tidak diberi imunisasi
rubella atau rubeola sebaiknya diberi vaksinasi kombinasi campak-cacar-rubella sebelum keluar dari rumah sakit.
Time of Discharge
Lama perawatan di rumah sakit biasanya 48 jam untuk persalinan pervaginam yang tidak komplit dan 96 jam untuk
persalinan cesar yang tidak komplit.
Contraception
Selama berada di rumah sakit, langsung dapat ditentukan penggunaan kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan.
Jika ibu tidak menyusui, menstruasi akan kembali setelah 6 8 minggu. Ibu yang aktif kembali secara seksual setelah
melahirkan dan tidak ingin hamil harus menggunakan kontrasepsi.
Breast Feeding and Ovulation
Ibu yang menyusui, ovulasinya lebih sedikit dibandingkan ibu yang tidak menyusui. Ibu yang menyusui biasanya akan
kembali menstruasi setelah 2 18 bulan setelah hamil. Namun, ovulasi bisa saja terjadi tanpa diikuti pendarahan.
HOME CARE
Setelah 2 minggu, aktifitas seksual (koitus) dapat dilanjutkan kembali. American Academy of Pediatrics dan American
College of Obstetricians and Gynecologists (2007) merekomendasikan follow-up saat postparum antara minggu ke-4
dan 6 untuk mengidentifikasi adanya kelainan dan untuk menginisiasi penggunaan kontrasepsi.

Anda mungkin juga menyukai