1. Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas andalas,RSUP Dr. M.Djamil Padang 2. Bagian Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Univesitas Andalas
Alamat korespondensi : Dr. Yanofiandi. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK. Universitas Andalas/RS. Dr. M. Djamil Padang. Jln. Perintis Kemerdekaan Padang. E-mail: Rang_pasaman@yahoo.com.
ABSTRAK
Latar belakang: Asam lemak omega-3 dapat menekan proses inflamasi yang bertanggung jawab terhadap terjadinya asma. Intervensi diet dengan pemberian asam lemak Omega-3 diharapkan menurunkan proses inflamasi sehingga status kontrol penderita asma akan meningkat.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian asam lemak omega-3 terhadap kadar leukotriene dalam bentuk LTE4 diurin, perubahan nilai Childhood Asthma Control Test (C-ACT), dan padu-padan antara penilaian LTE 4 terhadap C-ACT dalam penilaian status kontrol asma pada anak.
Metode: Penelitian ini merupakan suatu penelitian pre-post group design. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara konsekutif random sampling. Penilaian C-ACT dan pengukuran LTE4 dilakukan sebelum dan setelah pemberian asam lemak omega-3. Perbedaan nilai C-ACT dan LTE4 sebelum dan sesudah pemberian asam lemak omega-3 diuji dengan paired T-test dengan batas kemaknaan p<0,05. Korelasi antara perubahan nilai C-ACT dan perubahan nilai LTE4 akibat pemberian asam lemak omega-3 dilakukandengan korelasi pearson..
Hasil: kebanyakan sampel penelitian ini merupakan asma terkontrol dengan nilai rata-rata C- ACT sebesar 20,00+ 1,82. Rata rata perubahan nilai LTE4 akibat pemberian asam lemak Omega-3 sebesar 17,11+ 98,87, p>0,05, sedangkan perubahan nilai C-ACT sebesar 1,18 + 2,15, p<0,05. Perubahan terhadap LTE4 maupun terhadap C-ACT lebih besar pada anak yang sebelumnya merupakan asma yang tidak terkontrol. Perubahan yang terjadi terhadap nilai LTE4 dan C-ACT tersebut berkorelasi nilai r 0,57,p<0,05.
Kesimpulan: Pemberian asam lemak omega-3 menurunkan kadar LTE4 dan meningkatkan nilai kontrol asma penderita terutama pada anak yang sebelumnya tidak terkontrol dengan baik. Peningkatan nilai C-ACT tersebut berkorelasi dengan Penurunan kadar LTE4.
Kata kunci: Asma, anak, omega-3, C-ACT, LTE4.
Pendahuluan Asam lemak omega-3 merupakan suatu asam lemak esensial pembentuk membran sel yang ikut mempengaruhi respon inflamasi tubuh. 1 Perubahan sosio ekonomi menyebabkan rasio konsumsi asam lemak omega-3/ Omega-6 berkurang, yang nantinya akan mempengaruhi komposisi asam lemak pada membrane sel. 2,3 Diketahui bahwa asam lemak Omega-6 tersebut merupakan prekursor pembentukan mediator inflamasi yang aktifitasnya dapat dihambat oleh asam lemak Omega-3 melalui kompetisi pengunaan enzim yang sama. 4
Leukotrien merupakan mediator inflamasi yang dihasilkan oleh metabolisme asam lemak Omega-6. Metabolit ini bertanggung jawab dalam terjadinya perubahan anatomis dan fisiologis saluran nafas pada penderita asma dan kadarnya berhubungan dengan tingkat keparahan asma yang diderita. 5,6 Pengukuran kadar leukotriene tersebut seringkali digunakan pengukuran metabolit akhirnya dalam bentuk LTE4 yang dapat ditemukan diurin. Beberapa penelitian menujukkan hasil yang beragam pengaruh pemberian Omega-3 terhadap perbaikan asma. Penelitian Al-Biltagi (2009) mendapatkan perbaikan control asma 7 , sedangkan penelitian Molleira (2007) tidak mendapatkan perbaikan control asma setelah pemberian asam lemak Omega-3. 8
Pada penderita asma, penilaian control status asma merupakan bagian yang penting untuk perencanaan dan tatalaksana asma yang komprehensif. 9 Akan tetapi, pemeriksaan kontrol asma memerlukan pemeriksaan spirometri yang sulit dikerjakan pada anak. Untuk mengatasi hal tersebut beberapa penelitian mengunakan metode kuisioner seperti C-ACT, akan tetapi sensitifitas dan spesifitasnya masih beragam. 10,11 Pengukuran Biomarker inflamasi leukotriene secara bersamaan dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai penguji kesesuaian penilaian C- ACT dalam menilai status control pada anak penderita asma.
Tujuan Untuk mengetahui pengaruh pemberian asam lemak omega-3 terhadap kadar LTE4 dan kontrol asma serta kesesuaian pemeriksaan LTE4 dan C-ACT dalam penilaian control asma tersebut. Metode Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Komite Etik Rumah Sakit. Sampel didapatkan dari semua penderita asma anak yang telah berobat ke RSUP Dr. M. DJamil Padang dan terdata dalam data internal sub-bag Respirologi Ilmu Kesehatan Anak (IKA) FK Unand, berdomisili di kota Padang, saat penelitian di mulai berusia 6 -11 tahun dan mendapat persetujuan dari orang tua. Penderita asma anak yang menggunakan kontroller (kortikosteroid; leukotrien antagonis/montelukast, zafirlukast, pranlukast) tidak dimasukkan kedalam penelitian ini. Data penelitian didapatkan melalui metode kuisioner, pengukuran dan pemeriksaan laboartorium. Sampel penelitian mendapatkan suplemen kapsul yang mengandung Omega 3 ( EPA 180 mg, DHA120 mg) setiap harinya selama 6 minggu. Pengawasan atas kepatuhan konsumsi Omega-3 tersebut dilakukan secara bersama dengan orang tua. Selama pemberian suplemantasi omega-3 tersebut tidak dilakukan pembatasan dan pengaturan konsumsi makanan harian anak. Pemeriksaan LTE urin Pemeriksaan LTE urin dilakukan sebanyak 2 kali yakni dilakukan sebelum dan setelah pemberian Omega-3. Urin diambil pada pagi hari dan disimpan pada suhu -80 o C sebelum dilakukan pemeriksaan. Pemeriksaan kadar LTE4 urin mengunakan LTE4 Enzyme Imuno-Assay (EIA) dari Cayman Chemical Company dan Spectrometer Bio- Rad pada panjang gelombang 405-420 nm dan hasil pengukuran dalam satuan picogram/ millimeter urin.
Penilaian C-ACT Penilaian C-ACT dilakukan melalui teknik wawancara langsung dengan membacakan item- item pertanyaan yang terdapat pada kuisoner. Penilaian tersebut dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum dan sesudah pemberian Omega-3. Data yang diperoleh baik melalui kuisioner maupun pengukuran disajikan dalam bentuk table dan grafik. Perbedaan dua data numeric diuji dengan Paired T test dengan kemaknaan p<0,05, sedangkan untuk korelasi digunakan uji korelasi pearson. Hasil penelitian Karakteristik penelitian Karakteristik sampel penelitian (n =38) dapat dilihat pada Table 1. Rata rata usia 8,83+1,85 tahun, berjenis kelamin perempuan (52,6%), status gizi kurang (57, 9%), mempunyai riwayat alergi padaorang tua (55,3%), episode asma jarang (55,3%) dan berstatus sebagai asma yang terkontrol (68,4%). Tabel 1. Karakteristik sampel penelitian Karakteristik Rata-rata+ SD n (%) Jenis kelamin Laki- laki Perempuan Umur ( bulan) Berat badan (kg) Tinggi badan (cm) IMT ( kg/ m2)
Status gizi Kurang Baik Lebih Obese
Riwayat alergi pada orang tua Episode asma Jarang
109,05+ 22,27 26+ 6,74 129,39+ 10,65 15,38+ 2,79
18(47,4) 20(52,6)
22(57,9) 12(31,6) 1(2,6) 3(7,9)
21(55,3)
29(76,3) Sering Kontrol asma Terkontrol Tidak terkontrol
9(23,7)
26(68,4) 12(31,6)
Pengukuran LTE4 dan C-ACT Nilai rata rata kadar LTE4 sebelum pemberian omega-3 sebesar 349,54 + 72,36 pg/ ml dan setelah pemberian omega-3 didapatkan nilai rata- rata kadar LTE4 sebesar 332,44 + 102,42 pg/ ml. Uji statsistik perbedaan nilai LTE4 sebelum dan sesudah pemberian omega-3 tidak bermakna dengan p>0,05 (Tabel 2). Nilai kontrol asma (C-ACT) sebelum pemberian omega-3 di dapatkan 20,00+ 1,80 sedangkan setelah pemberian omega-3 nilai C-ACT tersebut meningkat menjadi 21,18+ 1,87. Uji statsistik diketahui bahwa peningkatan nilai C-ACT akibat pemberian Omega-3 tersebut bermakna dengan p<0,05 (Tabel 2). Tabel 2. Nilai LTE4 dan C-ACT sebelum dan sesudah pemberian Omega-3 Mean (pg/ml) Standar deviasi Min Mak p-value LTE4 Pre-treatment Post treatment
Penelitian ini didapatkan rata- rata penurunan LTE4 akibat pemberian omega-3 tersebut sebesar 17,11 + 98,87, sedangkan untuk nilai C-ACT didapat rata rata peningkatan sebesar 1,18 +2,15. Korelasi perubahan nilai nilai LTE4 dengan perubahan nilai C-ACT secara statistik bermakna (p<0,05) dengan nilai korelasi r -0,57 (Tabel 3).
Perubahan Nilai LTE4 terhadap C-ACT Tabel 3. Hubungan perubahan LTE4 terhadap perubahan C-ACT Variabel Mean Standart deviasi R P Perubahan nilai LTE4 -17,11 98,87 0,57 0,00 Perubahan Nilai C-ACT 1,18 2,15
Penurunan kadar LTE4 tersebut terutama pada kasus asma yang sebelumnya dikategorikan sebagai asma yang tidak terkontrol dengan rata- rata penurunan pada kelompok ini sebesar 72.1632 + 123.44. Demikian juga untuk peningkatan nilai C-ACT, lebih besar terjadi pada kategori asma yang sebelumnya tidak terkontrol dengan rerata pada kelompok ini 3,3+ 2,19 (Tabel 4) Tabel 4. Perubahan LTE4 dan C-ACT berdasarkan status awal control asma Parameter pengukuran Kategori awal subjek Mean Standar deviasi Perubahan LTE4 Terkontrol 2,55 82,42 Tidak terkontrol -72,16 123,44 Perubahan C-ACT Terkontrol 0,39 1,59 Tidak terkontrol 3,3 2,19
Diskusi Pemberian asam lemak omega-3 yang dilakukan pada penelitian ini didapatkan penurunan kadar LTE4 dan peningkatan nilai C-ACT. Akan tetapi uji statistic memperlihatkan untuk penurunan kadar LTE4 tersebut tidaklah bermaka. Hasil tersebut berbeda dengan yang didapatkan oleh Penelitian Al-Biltagi dengan jumlah dan lama pemberian yang sama, dimana pada penelitian tersebut pemberian asam lemak omega-3 secara bermakna dapat menurunkan kadar LTE4. 7
Sebanyak 12 orang anak dengan karakteristik awal merupakan asma yang tidak terkontrol, perubahan LTE4 yang terjadi akibat pemberian asam lemak Omega-3 lebih besar dari rerata keseluruhan. Pada kelompok ini rerata + SD penurunan LTE4 yang didapatkan 72,16 + 123,44, sedangkan rerata + SD keseluruhan hanya 17,11+ 98,87. Karena sebagian besar sampel pada penelitian ini merupakan anak dengan asma yang terkontrol, maka penurunan kadar LTE4 yang didapatkan tidak bermakna secara statistic. Berbeda dengan sampel yang digunakan oleh penelitian yang dilakukan oleh Al-Biltagi yang kebanyakan merupakan sampel dengan anak asma yang tidak terkontrol. 7
Penelitian ini juga mendapatkan peningkatan nilai C-ACT akibat pemberian Omega-3 dan secara statistic peningkatan tersebut bermakna. Hasil serupa juga didapatkan pada penelitian yang dilakukan oleh Al-Biltagi. 7 Sama seperti pengaruhnya pada perubahan LTE4, perubahan nilai C- ACT tersebut juga lebih besar pada anak dengan kategori awal tidak terkontrol. Secara keseluruhan dari penelitian ini didapatkan penurunan nilai LTE4 tersebut berkorelasi (r -0,57) terhadap peningkatan nilai C-ACT (Gambar 1). Meskipun demikian, sebanyak 6 sampel tidak memperlihatkan kecenderungan tersebut. Sebagian dengan nilai LTE4 meningkat disertai dengan nilai C-ACT yang meningkat dan sebagian lainnya dengan nilai LTE4 menurun disertai dengan penurunan nilai C-ACTnya. Dengan asusmsi bahwa penilaian LTE4 lebih objektif dalam menilai respon inflamasi, hasil bias tersebut dapat terjadi akibat pengaruh subjektifitas dalam penilaian C-ACT yang tidak disingkirkan dalam penelitian ini.
Gambar 1. Perubahan NIlai C-ACT terhadap perubahan nilai LTE4. Perubahan nilai LTE4 dan C-ACT tersebut terjadi akibat perubahan komposisi membrane sel terutama pada sel imunitas. Penelitian Kitz, dkk (2010) diketahui bahwa pada anak penderita asma, rasio Omega-3/Omega-6 tersebut lebih rendah sehingga lebih cenderung menghasilkan mediator inflamasi. 12 . Kandungan asam lemak dalam makanan yang dikonsumsi dapat mempengaruhi rasio omega-3/Omega-6 pada membrane sel. 13 Meskipun tidak diuji dalam penelitian ini, diperkirakan perubahan kadar leukotriene pada sampel penelitian ini akibat perubahan komposisi lemak dalam membrane sel setelah pemberian asam lemak Omega-3. Terdapat beberapa kelemahan penelitian ini yang akan mempengaruhi hasil pengukuran. Kelemahan kelemahan tersebut berupa 1) tidak dilakukannya intervensi konsumsi yang ketat dengan memperhitungkan jumlah konsumsi harian asam lemak Omega-3 dan Omega-6 2) Tidak diperhitungkannya pengaruh internal kemampuan tubuh dalam mensekresikan LTE4 3) Tidak diperhitungkannya faktor- faktor pemicu serangan asma seperti polusi udara, aktifitas fisik, stress 200.00 0.00 -200.00 Perubahan LTE4 10.00 7.50 5.00 2.50 0.00 -2.50 P e r u b a h a n
C - A C T 29 6 R Sq Linear = 0.336 ataupun infeksi 4) tidak diperhitungkannya faktor subjektif orang tua dan anak saat memberikan jawaban pengisian kuisioner C-ACT. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini, 1) pemberian Omega-3 secara umum hanya sedikit menurunkan kadar LTE4, akan tetapi pada anak yang sebelumnya berkategori tidak terkontrol penurunan tersebut cukup besar, 2) Terhadap nilai C-ACT, pemberian Omega-3 tersebut dapat meningkatkan nilai C-ACT secara bermakan, dan peningkatan tersebut juga lebih besar pada anak yang terkategori sebagai asma yang tidak terkontrol, 3) Perubahan nilai C-ACT tersebut berkorelasi dengan baik dengan perubahan nilai LTE4 sehingga pengunan C-ACT untuk mendeteksi perubahan klinis anak asma masih dapat digunakan, meskipun penilaian tersebut tidak terlepas dari pengaruh subjektifitas. DAFTAR PUSTAKA 1. Karp G. The structure and function of the plasma membrane. In: Cell and molecular biology : concepts and experiments. 6 ed. New Jersey: John Wiley& Sons; 2010:117-26. 2. Simopoulos AP. Importance of the ratio of omega-6/omega-3 essential fatty acids: evolutionary aspects. World Rev Nutr Diet 2003;92:1-22. 3. Blasbalg TL, Hibbeln JR, Ramsden CE, Majchrzak SF, Rawlings RR. Changes in consumption of omega-3 and omega-6 fatty acids in the United States during the 20th century. Am J Clin Nutr 2011;93:950-62. 4. Kang JX, Weylandt KH. Modulation of inflammatory cytokines by omega-3 fatty acids. Subcell Biochem 2008;49:133-43. 5. Stephensen CB. Fish oil and inflammatory disease: is asthma the next target for n-3 fatty acid supplements? Nutr Rev 2004;62:486-9. 6. Green SA, Malice MP, Tanaka W, Tozzi CA, Reiss TF. Increase in urinary leukotriene LTE4 levels in acute asthma: correlation with airflow limitation. Thorax 2004;59:100-4. 7. Al-Biltagi M, Baset AA, Bassiouny M, Kasrawi MA, Attia M. Omega-3 fatty acids, vitamin C and Zn supplementation in asthmatic children: a randomized self-controlled study. Acta Paediatr 2009;98:737- 42. 8. Moreira A, Moreira P, Delgado L, et al. Pilot study of the effects of n-3 polyunsaturated fatty acids on exhaled nitric oxide in patients with stable asthma. J Investig Allergol Clin Immunol 2007;17:309- 13. 9. Bateman ED, Hurd SS, Barnes PJ, et al. Global strategy for asthma management and prevention: GINA executive summary. Eur Respir J 2008;31:143-78. 10. Erkocoglu M, Akan A, Civelek E, Kan R, Azkur D, Kocabas CN. Consistency of GINA criteria and childhood asthma control test on the determination of asthma control. Pediatr Allergy Immunol 2012;23:34-9. 11. Koolen BB, Pijnenburg MW, Brackel HJ, et al. Comparing Global Initiative for Asthma (GINA) criteria with the Childhood Asthma Control Test (C-ACT) and Asthma Control Test (ACT). Eur Respir J 2011;38:561-6. 12. Kitz R, Rose MA, Schubert R, et al. Omega-3 polyunsaturated fatty acids and bronchial inflammation in grass pollen allergy after allergen challenge. Respir Med 2010;104:1793-8. 13. Mickleborough TD, Murray RL, Ionescu AA, Lindley MR. Fish oil supplementation reduces severity of exercise-induced bronchoconstriction in elite athletes. Am J Respir Crit Care Med 2003;168:1181-9.