PASAR SRIMANGUNAN SAMPANG KABUPATEN SAMPANG KHOIRUL ANAM 10.03.3.1.1.00048 Latar belakang Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan dimanapun berada serta memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Salah satu tempat yang menjual makanan baik makanan jadi maupun setengah jadi dan makanan mentah yaitu pasar tradisonal. Makanan yang ada di pasar tradisional lebih rentan tercemar Bahan Tambahan Pangan (BTP) berbahaya daripada makanan yang dijual di pasar modern atau supermarket. Bahan tambahan pangan (food additives) adalah senyawa atau campuran senyawa kimia yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan (non bahan tambahan makanan) namun oleh masyarakat dijadikan bahan tambahan pangan. Badan POM menemukan banyak produk-produk bahan pangan yang mengandung boraks dan formalin. Produk bahan pangan yang mengandung formalin tersebut kemungkinan besar juga tersebar di Pasar Srimangunan Sampang yang notabenenya merupakan pasar terbesar di Kabupaten Sampang dengan permintaan konsumen yang cukup besar dan beragam. Oleh karena itu, diperlukan analisa dan identifikasi lebih lanjut mengenai keberadaan produk pangan yang mengandung bahan tambahan pangan berbahaya seperti formalin dan boraks terutama bahan pangan yang berada di pasar Srimangunan Sampang. Rumusan masalah Bagaimana identifikasi kualitatif dan kuantitatif boraks dan formalin pada bahan pangan pasar di Pasar Srimangunan Kabupaten Sampang?
Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk identifikasi kualititatif dan kuantitatif boraks dan formalin pada bahan pangan pasar di Pasar Srimangunan Kabupaten Sampang.
Batasan Masalah Pengambilan sampel dilakukan di pasar utama Kabupaten Sampang yaitu Pasar Srimangunan Sampang Sampel yang diteliti adalah Ikan teri, tahu, mie basah, sosis, daging ayam, dan kerupuk
Manfaat Penelitian Memberikan informasi bagi masyarakat khususnya di Kabupaten Sampang untuk lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi makanan yang dijual di pasaran. Memberikan sumbangan pemikiran bagi instansi pemerintah Sampang mengenai kondisi bahan pangan pasar di Pasar Srimangunan Kabupaten Sampang. Tinjauan pustaka UU No. 7 Tahun 1996 ini juga mendefinisikan "Keamanan Pangan" sebagai suatu kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari pencemaran agen mikroba patogen, bahan kimia-beracun dan benda asing lainnya yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia (Bahri dkk., 2006). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 722/Menkes/Per/IX/88, golongan BTP yang diizinkan diantaranya yaituAntioksidan, Antikempal, Pengatur keasaman, Pemanis buatan, Pemutih dan pematang telur, Pengemulsi, pemantap, dan pengental, Pengawet, Pengeras, Pewarna, Penyedap rasa dan aroma, penguat rasa, Sekuestran. Sedangkan bahan tambahan pangan yang dilarang digunakan dalam makanan yaitu Natrium Tetraborat, Formalin, Minyak nabati yang dibrominasi, Kloramfenikol , Kalium klorat, Dietilpilokarbonat, Nitrofurazon , P-Phenetilkarbamida, Asam salisilat beserta garamnya. Lanjutan Formalin dalam bentuk padat disebut formaldehida atau dalam istilah asingnya ditulis formaldehyde. Bila zat ini sudah bercampur dengan air barulah dia disebut formalin. Pengawet ini memiliki unsur aldehida yang bersifat mudah bereaksi dengan protein, karenanya ketika disiramkan ke makanan seperti tahu, formalin akan mengikat unsur protein mulai dari bagian permukaan tahu hingga terus meresap kebagian dalamnya. Dengan matinya protein setelah terikat unsur kimia dari formalin maka bila ditekan tahu terasa lebih kenyal . Selain itu protein yang telah mati tidak akan diserang bakteri pembusuk yang menghasilkan senyawa asam, Itulah sebabnya tahu atau makanan lainnya menjadi lebih awet (Anonim, 2006). Boraks bersifat antiseptik sehingga sering dimanfaatkan sebagai pengawet, sekaligus sebagai pengenyal makanan misalnya pada lontong, bakso, dan mie basah, namun dapat merusak sistem saraf pusat dan serebrospinal. Gejala keracunan boraks adalah pusing, badan malas, depresi, delirium, muntah, diare, kram, kejang, koma, kolaps dan sianosis. Pemeriksaan kualitatif boraks dilakukan dengan mendestruksi boraks dan turunannya di dalam makanan kemudian diidentifikasi dengan reaksi nyala menggunakan asam sulfat (Silalahi dkk., 2010). Metode penelitian Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Industri Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Bangkalan pada tanggal 1 Mei 30 Mei 2014. Alat dan Bahan Alat: Spatula, Mortal, Beaker Glass, Cawan Petridis, Lepek, Spektrofotometer Uv- vis Bahan: Kertas Kunyit, Boraks, Formalin, Ikan teri, Mie basah, Tahu, Sosis , Daging ayam, Kerupuk Tahapan Penelitian Tahapan Penelitian Awal Penelitian Pendahuluan Penelitian Pendahuluan merupakan tahap observasi langsung ke Pasar Srimangunan Kabupaten Sampang sehingga dapat menentukan masalah yang akan diangkat menjadi objek penelitian dan dapat dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah yang ada di Pasar Srimangunan Kabupaten Sampang tentang identifikasi kualitatif boraks dan formalin pada makanan pasar di pasar Srimangunan Kecamatan Sampang. Studi Pustaka Studi pustaka dilakukan dengan cara mencari referensi literatur melalui buku, jurnal-jurnal, skripsi, media internet dan dari sumber- sumber lainnya yang berhubungan dengan ikan teri, tahu, mi basah, sosis, daging ayam dan kerupuk serta formalin dan boraks. Pengumpulan data Pengumpulan data diawali dengan pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara purposive sampling. Sampel yang diambil yaitu: ikan teri,, tahu,, mi basah,, sosis,, daging ayam, dan kerupuk yang berasal dari pasar Srimangunan Kabupaten Sampang. Produk-produk dari pasar Srimangunan Sampang tersebut kemudian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif untuk mengidentifikasi kandungan formalin dan boraks. Prosedur analisisnya sebagai berikut:
Kualitatif Formalin (Cahyadi. 2008) Menghaluskan sampel. Sampel dimasukkan kedalam beaker glass, ditambahkan aquades. Sampel dikocok hingga homogen dengan aquades. Ditambahkan 5 tetes larutan Kalium Permanganat (PK) kedalam beaker glass yang berisi sampel. Adanya formalin diidentifikasi dengan adanya perubahan warna PK dari ungu kemudian menjadi memudar. Kualitatif Boraks (Sudjana. 2002) Menghaluskan sampel. Memasukkan sampel kedalam beaker glass, ditambahkan aquades. Sampel dikocok hingga homogen dengan aquades. Mencelupkan kertas kunyit ke dalam beaker glass yang berisi sampel. Adanya perubahan warna kertas kunyit dari kuning menjadi kemerah- merahan menunjukkan positif mengandung boraks. Kuantitatif Formalin (Hastuti,2010)
Membuat larutan standar, formalin 37% diambil sebanyak 0,027 ml, ditambahkan aquades 500 ml atau 20ppm, Membuat konsentrasi yang berbeda yaitu 0; 0,05; 0,1; 0,5; 0,75; 1,0; 1,5; dan 2,dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang sudah diberi label. Menambahkan asam kromatofat 5 ml pada tiap konsentrasi, panaskan tabung reaksi selama 30 menit pada suhu 100C, terbentuklah larutan standar. Membuat larutan uji sampel sebanyak 20 ml dengan aquades, panaskan sampel yang telah diuji sampai mendidih, disaring lalu didinginkan. Mengambil filtrat sebanyak 2 ml ke dalam tabung reaksi dengan 3 kali ulangan. Tambahkan asam kromatofat sebanyak 5. Panaskan selama 20 menit lalu dinginkan. Mengukur absorbansinya dengan panjang gelombang 520 nm. Perhitungan: Nilai absorbansi dari uji menggunakan spektrofotometer akan dibandingkan dengan larutan standar pada tiap konsentrasi yang berbeda pada masing-masing tabung reaksi dengan metode regresi linear. Kuantitatif Boraks (Triastuti.,dkk. 2013)
Pembuatan Larutan baku Timbang 50 mg boraks, masukkan ke dalam labu takar, tambahkan akuades sebanyak 100 ml, kocok hingga homogen (Konsentrasi 500 ppm). Pembuatan Larutan Sampel Sampel halus masing-masing ditimbang sebanyak 10 gram di dalam kurs porselen, dikeringkan di oven pada suhu 60C, lalu diabukan pada suhu 600C selama 8 jam. lalu ditambahkan 20 ml aquades panas, sambil diaduk. Kemudian disaring melalui kertas saring ke dalam labu ukur, bilas kertas saring dengan akuades panas, kemudian ditambahkan akuades hingga garis tanda, kocok larutan sampel tersebut. Pembuatan kurva kalibrasi Set spektro pada mode quantity dan tetapkan panjang gelombang. Lakukan pengukuran absorbansi untuk masing-masing konsentari larutan baku 10; 20; 40; 60; 80 ppm. Buat kurva standar antara konsentrasi (ppm) vs absorbansi (A), tentukan persamaan garis dengan metoda regresi linier.
Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dari uji kuantitatif dan kualitatif kandungan formalin dan boraks dianalisis secara deskriptif. Dianalisis bahan- bahan makanan yang mengandung formalin dan boraks berdasarkan perubahan warna yang terjadi serta jumah kandungan formalin dan boraks yang terkandung. Tahap Akhir (Kesimpulan dan Saran) Pada tahap ini dilakukan penarikan kesimpulan dari semua kegiatan yang dilakukan pada penelitian ini serta hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan. T a h a p a n