Anda di halaman 1dari 31

Musyfiqoh Tusholehah (1102009194)

APPENDICITIS
Anatomi Appendiks
Appendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari
yang berperan pada patogenesis apendisitis.
Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh
GALT (Gut Associated Lymphoid Tissue) yang
terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk
appendiks, ialah IgA, Imunoglobulin ini sangat
efektif sebagai pelindung terhadap infeksi.
Fisiologi appendiks
Appendisitis adalah proses peradangan
pada appendiks vermiformis dan
merupakan penyebab abdomen akut yang
paling sering
Definisi Appendisitis
Insidens appendisitis akut di negara maju
> negara berkembang.
ditemukan pada semua umur
Insidens tertinggi pada kelompok umur 20-
30 tahun
Insidens pada pria dan wanita umumnya
sebanding
Epidemiologi
Obstruksi 90% (fecalith, hipertrofi jar.
Limphoid, tumor, parasit)
Infeksi enterogen
Etiologi
Patofisiologi
nyeri mendadak di daerah umbilikus atau
periumbilikus Dalam 2-12 jam nyeri beralih ke
kuadran bawah kanan
anoreksia, malaise, dan demam yang tidak
terlalu tinggi.
Biasanya juga terdapat konstipasi tetapi
kadang-kadang terjadi diare, mual dan muntah.
Appendisitis infiltrat didahului oleh keluhan
appendisitis akut yang kemudian disertai
adanya massa periapendikular.
Manifestasi Klinis
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Diagnosis
Inspeksi : tidak ditemukan gambaran
spesifik, pada app infiltrat terdapat
penonjolan
Palpasi : nyeri tekan dan lepas pada titik
McBurney, defence muscular, rovsing
sign, Blumberg
Auskultasi : bising usus normal, hilang
pada ileus paralitik dan peritonitis
generalisata akibat app perforata
Perkusi : bunyi timpani. Pada peritonitis
umum, pekak hati menghilang.
Pemeriksaan fisik
Tes psoas
Tes obturator
Colok dubur : untuk menentukan letak
apendiks, apabila letaknya sulit diketahui.
Pada apendisitis pelvika tanda perut
sering meragukan maka kunci diagnosis
adalah nyeri terbatas sewaktu dilakukan
colok dubur.
Pemeriksaan Fisik
Darah lengkap
Leukositosis ringan
Pergeseran kekiri
>13.000u/l app perforasi
Urin
leukosit dan eritrosit lebih dari normal bila
appendiks yang meradang menempel pada
ureter atau vesika.

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Foto polos abdomen (BNO)
Patognomonik jika terdapat fecalith
Appendikogram
Dx app kronis
USG
App meradang, besar >6mm
CT-scan
Laparoskopi

Pemeriksaan Penunjang
Pencitraan
Tiga gejala, tiga tanda, dua temuan lab

Alvrado Scoring System
Gejala dan tanda: Skor
Symptom
Nyeri berpindah 1
Anoreksia 1
Mual-muntah 1
Sign
Nyeri fossa iliaka kanan 2
Nyeri lepas 1
Peningkatan suhu > 37,3
0
C 1
Lab findings
Jumlah leukosit > 10x10
3
/L 2
Jumlah neutrofil > 75% 1
Total skor: 10
Dinyatakan appendisitis akut bila > 7 point
Modified Alvarado score (Kalan et al)
1 4 dipertimbangkan appendisitis akut
5 6 kemungkinan besar appendisitis, tidak perlu operasi segera
7 9 appendisitis akut perlu pembedahan
Penanganan berdasarkan skor Alvarado :
1 4 : observasi
5 6 : antibiotic
7 10 : operasi dini

Alvrado scoring system
Interpretasi
Gastroenteritis.
Demam dengue (DHF).
Demam Thyfoid.
Limfadenitis mesenterika.
Kelainan ovulasi.
Infeksi panggul.
Kehamilan di luar kandungan
Kista ovarium terpuntir.
Endometriosis eksterna.
Urolitiasis pielum/ureter kanan.
Penyakit saluran cerna lainnya.
Diagnosis Banding
Bila diagnosis klinis sudah jelas, tindakan
yang paling tepat adalah appendektomy
dan merupakan satu-satunya pilihan yang
terbaik
Appendectomy
Cito : app akut, gangrene, perforasi
(apptomy per laparotomy)
Elective : app kronik
Tatalaksana
Insisi menurut Mc Burney (Grid
Incision or Muscle Splitting Incision)
paling sering dikerjakan karena
tidak terjadi benjolan, tidak terjadi
herniasi, trauma operasi minimum
dan penyembuhan lebih cepat
sehingga masa istirahat pasca
operasi singkat.
Kerugiannya adalah lapangan
operasi terbatas, sulit diperluas,
waktu operasi lebih lama.
Teknik appendectomy
Lokasi dan arah sayatan sama dengan Mc Burney,
hanya sayatan langsung menembus otot dinding perut
tanpa memperdulikan arah serabut otot sampai terlihat
peritoneum parietal.
Keuntungannya adalah lapangan operasi lebih luas,
mudah diperluas, sederhana dan mudah.
Kerugiannya adalah diagnosis harus tepat sehingga
lokasi dapat dipastikan, perdarahan lebih banyak (lebih
banyak memotong saraf dan pembuluh darah), adanya
benjolan, rasa nyeri dan hematom pasca operasi
sehingga masa istirahat pasca bedah lebih lama.

Teknik Appendectomy
Incisi menurut Roux (Muscle Cutting Incision)
Sayatan pada garis batas lateral M. rectus abdominis
dextra secara vertikal dari kranial ke kaudal sepanjang
10 cm.
Keuntungannya adalah dapat dipakai pada kasus
appendiks yang belum pasti dan sayatan dapat
diperpanjang dengan mudah.
Kerugiannya adalah sayatan tidak secara langsung
mengarah ke appendiks atau caecum, lebih besar
kemungkinannya memotong saraf dan pembuluh darah
dan memerlukan jahitan penunjang untuk menutup luka
operasi.

Teknik appendectomy
Incisi pararectal
Komplikasi yang paling sering
adalah perforasi, baik berupa
perforasi bebas maupun
perforasi yang telah
mengalami pendinginan
sehingga berupa massa yang
terdiri atas kumpulan
apendiks, sekum, dan lekuk
usus halus.
Komplikasi
Prognosis untuk appendisitis adalah bonam.
Hal-hal yang mempengaruhi tinggi rendahnya angka
kematian akibat appendisitis adalah umur pasien,
diagnosis dini dan penatalaksanaan yang baik, adanya
antibiotik yang baik, cairan intravena, tersedianya darah
dan terapi yang tepat sebelum terjadinya perforasi dan
Mortalitas pada appendisitis adalah karena
keterlambatan diagnosis dan umur pasien.
Prognosis
De Jong,.W., Sjamsuhidajat, R., 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. EGC. Jakarta.
Schwartz, Spencer, S., Fisher, D.G., 1999. Principles of Surgery sevent edition. Mc-Graw Hill a Division of The
McGraw-Hill Companies. Enigma an Enigma Electronic Publication.
Mescher AL. Junqueiras Basic Histology Text and Atlas, 12th Edition. USA. Mc-Graw-Hill. 2010. p. 383-385.
Jehan, E., 2003. Peran C Reaktif Protein Dalam Menentukan Diagnosa Appendisitis Akut. Bagian Ilmu bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara. http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-emir%20jehan.pdf.
Mansjoer,A., dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Kedua. Penerbit Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Itskowiz, M.S., Jones, S.M., 2004. Appendisitis. Emerg Med 36 (10): 10-15. www.emedmag.com
Hardin, M., 1999. Acute Appendisitis :Review and Update. The American Academy of Family Physicians. Texas
A&M University Health Science Center, Temple, Texas .http://www.aafg.org
Hugh, A.F.Dudley. 1992. Ilmu Bedah Gawat Darurat edisi kesebelas. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Reksoprodjo, S., dkk.1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Bagian Bedah Staf Pengajar Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Bina Rupa Aksara. Jakarta.
Anonim, 2004. Appendicitis. U.S. Department Of Health and Human Services. National Institute of Health. NIH
Publication No. 044547.June 2004. www.digestive.niddk.nih.gov

Reference
THANK YOU!

Anda mungkin juga menyukai