Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

CEREBRO VASCULER ACUTE THROMBOSIS









Oleh:
NILA ALMIRA
NIM. 1303065





PROGRAM PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
PEMERINTAH KABUPATEN MALANG
2014

CEREBRO VASCULAR ACCIDENT TROMBOSIS

A.Definisi
Stroke (CVA) atau penyakit serebrovaskular mengacu kepada setiap gangguan neurologi
mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinyaaliran darah melalui sistem suplai arteri otak
sehingga terjadi gangguan peredarandarah otak yang menyebabkan terjadinya kematian otak sehingga
mengakibatkan seorang menderita kelumpuhan atau kematian (Fransisca, 2008; Price &Wilson,
2006).
Stroke trombotik yaitu stroke yang disebabkan karena adanya penyumbatan lumen pembuluh darah otak
karena thrombus yang makin lama makin menebal, sehinggaaliran darah menjadi tidak lancar.
Penurunan aliran darah ini menyebabkan iskemik. Stroke thrombosis dapat mengenai pembuluh
darah besar termasuk system arteri carotis atau pembuluh darah kecil termasuk percabangan sirkulus
wilis dan sirkulasi posterior. Tempat yang umum terjadi thrombosis adalah titik percabangan arteri
serebral khususnya distribusi arteri carotis interna.

B.Klasifikasi CVA Secara Umum
Stroke dapat digolongkan sesuai dengan etiologi atau dasar perjalananpenyakit. Sesuai dengan pe
rjalanan penyakit ,stroke dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Serangan iskemik sepintas (TIA : Transient Ischemic Attact) :
merupakan gangguan neurologis fokal yang timbul mendadak dan menghilang dalam beberapa
menit sampai beberapa jam.
2. Progresif/inevolution (stroke yang sedang berkembang) : perjalanan stroke berlangsung perlahan
meskipun akut. Stroke dimana deficit neurologisnya terus bertambah berat.
3. Stroke lengkap/completed : gangguan neurologis maksimal sejak awalserangan dengan sedikit
perbaikan. Stroke dimana defisit neurologisnyapada saat onset lebih berat, bisa kemudian
membaik/menetap
Klasifikasi berdasarkan patologi:
1. Stroke hemoragi : stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otakpecah sehingga timbul
iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke hemoragi antara lain: hipertensi, pecahnya
aneurisma, malformasi arterivenosa.
2. Stroke non hemoragi : stroke yang disebabkan embolus dan thrombus.

C.Etiologi
Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur ataubangun tidur. Hal ini dapat terjadi kare
na penurunan aktivitas simpatis danpenurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi
serebral.Tanda dangejala neurologis seringkali memburuk pada 48 jam setetah thrombosis. Beberapa
keadaan yang menyebabkan trombosis otak:
1. Atherosklerosis
Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnyakelenturan atau elastisit
as dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan dapat
terjadi melalui mekanisme berikut :
Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah.
Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi thrombosis.
Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskankepingan thrombus (embolus)
Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek danterjadi perdarahan.
2. Hypercoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental , peningkatan viskositas /hematokrit meningkat dapatmelambatkan aliran
darah serebral.
3. Arteritis( radang pada arteri )




D.Faktor Resiko
Stroke dapat dicegah dengan memanipulasi faktor-faktor risikonya. Faktor risiko stroke ada
yang tidak dapat diubah, tetapi ada yang dapat dimodifikasi dengan perubahan gaya hidup atau
secara medic. Menurut Sacco 1997, Goldstein2001, faktor-faktor risiko pada stroke adalah :
1. Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor resiko mayor yang dapat diobati. Insidensi strokebertambah dengan
meningkatnya tekanan darah dan berkurang bila tekanandarah dapat dipertahankan di bawah 140/90
mmHg, baik pada stroke iskemik,perdarahan intrakranial maupun perdarahan subarachnoid.
2. Penyakit jantung
Meliputi penyakit jantung koroner, kongestif, hipertrofi ventrikel kiri, aritmia jantung dan atrium fibrilasi
merupakan faktor risiko stroke.
3. Diabetes mellitus
Diabetes mellitus adalah faktor risiko stroke iskemik. Resiko pada wanita lebih besar dari pada pria.
Bila disertai hipertensi, risiko menjadi lebih besar.
4. Viskositas darah
Meningkatnya viskositas darah baik karena meningkatnya hematokrit maupun fibrinogen akan
meningkatkan risiko stroke.
5. Pernah stroke sebelumnya atau TIA (Trancient Ischemic Attack)
50% stroke terjadi pada penderita yang sebelumnya pernah stroke atau TIA.Beberapa laporan
menyatakan bahwa 1/3 penderita TIA kemungkinan akan mengalami TIA ulang, 1/3 tanpa gejala
lanjutan dan 1/3 akan mengalamistroke.
6. Peningkatan kadar lemak darah
Ada hubungan positif antara meningkatnya kadar lipid plasma dan lipoprotein dengan aterosklerosis
serebrovaskular; ada hubungan positif antara kadar kolesterol total dan trigliserida dengan risiko
stroke; dan ada hubungan negatif antara menigkatnya HDL dengan risiko stroke.
7. Merokok
Risiko stroke meningkat sebanding dengan banyaknya jumlah rokok yang dihisap per hari.
8. Obesitas
Sering berhubungan dengan hipertensi dan gangguan toleransi glukosa. Obesitas tanpa hipertensi dan
DM bukan merupakan faktor risiko stroke yang bermakna.
9. Kurangnya aktivitas fisik/olahraga
Aktivitas fisik yang kurang memudahkan terjadinya penimbunan lemak.Timbunan lemak yang berlebiha
n akan menyebabkan resistensi insulinsehingga akan menjadi diabetes dan disfungsi endote.
10. Usia tua
Usia berpengaruh pada elastisitas pembuluh darah. Makin tua usia, pembuluhdarah makin tidak elastis.
Apabila pembuluh darah kehilangan elastisitasnya,akan lebih mudah mengalami aterosklerosis.
11. Jenis kelamin (pria > wanita)12.Ras (kulit hitam > kulit putih)

F.Manifestasi Klinis
Stroke iskemik merupakan penyakit yang progresif dengan berbagaimacam tampilan klinis, dari yang
ringan hingga yang berat. Gambaran klinis stroke iskemik dapat berupa kelemahan anggota tubuh
(jarang pada kedua sisi), hiperrefleksia anggota tubuh, kelemahan otot-otot wajah, dysarthria, dysfagia,
peningkatan reflex muntah, diplopia, nystagmus, kelemahan otot mata, dan penurunan kesadaran.

G.Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologis
a. CT-Scan
Pada kasus stroke, CT-Scan dapat menentukan dan memisahkan antara jaringan
otak yang infark dan daerah penumbra. Selain itu, alat ini bagus juga untuk menilai kalsifikasi
jaringan. Berdasarkan beberapa studi terakhir, CT-Scan dapat mendeteksi lebih dari 90% kasus
stroke iskemik,dan menjadi baku emas dalam diagnosis stroke.

b. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Secara umum lebih sensitif dibandingkan CT-Scan. MRI juga dapatdigunakan pada kompresi
spinal. Kelemahan alat ini adalah tidak dapat mendeteksi adanya emboli paru, udara bebas dalam
peritoneum dan fraktur. Kelemahan lainnya adalah prosedur pemeriksaan yang lebih rumit dan lebih
lama, hanya sedikit sekali rumah sakit yang mempunyai, harga pemeriksaan yang sangat mahal
serta tidak dapat dipakai pada pasien yang memakai alat pacemaker jantung dan alat bantu
pendengaran.
2. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada stroke akut meliputi beberapa parameter
yaitu hematologi lengkap, kadar gula darah, elektrolit, ureum,kreatinin, profil lipid, enzim jantung,
analisis gas darah, protrombin time (PT)dan activated thromboplastin time (aPTT), kadar
fibrinogen serta D-dimer .

H.Penatalaksanaan
1.Penatalaksanaan Medis
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai berikut:
a.Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan:
Mempertahankan saluran napas yang paten, yaitu
sering lakukanpenghisapan lendir, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi,membantu
pernapasan.
Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi klien, termasuk usahamemperbaiki hipertensi
dan hipotensi.
b.Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung
c.Merawat kandung kemih, serta sedapat mungkin jangan memakai kateter
d.Menempatkan klien pada posisi yang tepat, harus dilakukan secepatmungkin. Posisi klien harus diubah
setiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.

2.Pengobatan Konservatif
a.Vasodilator meningkatkan aliran darah serebri (ADS) secara percobaan,tetapi maknanya pada tubuh
manusia belum dapat dibuktikan
b.Dapat diberikan histamine, aminophilin, asetazolamid, papaverinintraarterial
c.Medikasi antitrombosit dapat diresepkan karena trombosit memainkanperan sangat penting dalam
pembentukan thrombus dan embolisasi.
d.Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya ataumemberatnya thrombosis atau
embolisasi dari tempat lain dalam sistemkardiovaskular.

3.Pengobatan Pembedahan
a.Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis yaitu dengan membuka arteri karotis di leher.
b.Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan danmanfaatnya paling dirasakan oleh pasien
TIA.
c.Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut.d.Ligasi arteri karotis komunis di leher
khusunya pada aneurisma.

I.Komplikasi
Setelah mengalami stroke klien mungkin akan mengalami komplikasi, komplikasiini dapat
dikelompokkan berdasarkan:
1.Dalam hal immobilisasi: infeksi pernapasan, nyeri tekan, konstipasi, dantromboflebitis
2.Dalam hal paralisis: nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi, deformitas,dan terjatuh
3.Dalam hal kerusakan otak: epilepsy dan sakit kepala
4.Hidrosefalus

J. Diagnosa keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan otak (serebral) berhubungan dengan perdarahan intracerebral, edema
serebral, gangguan oklusi (Marilynn E. Doenges, 2000: 293)
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan, parastesia, hemiparese/hemiplagia
(Donna D. Ignativicius, 1995, doengoes, 2000: 295)
3. Gangguan persepsi sensori : perabaan yang berhubungan dengan penekanan pada saraf sensori,
penurunan penglihatan (Marilynn E. Doenges, 2000)
4. Gangguan/kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah otak,
kerusakan neuromuskuler, kehilangan tonus otot fasial, kelemahan umum (Donna D. Ignativicius,
1995, Doengoes, 2000: 298)
5. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi, intake cairan yang tidak
adekuat (Donna D. Ignativicius, 1995)
6. Resiko gangguan nutrisi berhubungan dengan kelemahan otot mengunyah dan menelan ( Barbara
Engram, 1998)
7. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan resepsi sensori, transmisi, integrasi,
stres psikologis (Doengoes, 2000: 300)
8. Kurangnya pemenuhan perawatan diri yang berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi,
kerusakan neuromuskuler, kehilangan kontrol/koordinasi otot, penurunan kekuatan/ketahanan,
kerusakan perseptual, nyeri, depresi (Donna D. Ignativicius, 1995, Doengoes, 2000: 301)
9. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan tirah baring lama (Barbara Engram, 1998)
10. Resiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan penurunan refleks batuk
dan menelan.(Lynda Juall Carpenito, 1998)
11. Gangguan eliminasi uri (inkontinensia uri) yang berhubungan dengan penurunan sensasi,
disfungsi kognitif, ketidakmampuan untuk berkomunikasi (Donna D. Ignatavicius, 1995)
12. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan biofisik, psikososial, persepsi kognitif
(Doengoes, 2000: 303)
13.
K. Perencanaan
Rencana keperawatan dari diagnosa keperawatan diatas adalah:
Perubahan perfusi jaringan otak (serebral) berhubungan dengan perdarahan intracerebral, edema
serebral, gangguan oklusi dibuktikan oleh perubahan tingkat kesadaran, kehilangan memori,
perubahan respon motorik/sensori, gelisah, defisit sensori, bahasa, intelektual dan emosi,
perubahan VS
Tujuan: Perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal
Kriteria hasil:
Klien tidak gelisah, mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik, fungsi kognitif dan
motorik/sensori
Tidak ada tanda TIK meningkat
Menunjukkan tidak ada kelanjutan deteriorasi/kekambuhan defisit
Tanda-tanda vital stabil (nadi : 60-100 kali permenit, suhu: 36-36,7 C, pernafasan 16-20 kali permenit)
Rencana tindakan
Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab-sebab gangguan perfusi jaringan otak dan
akibatnya
Anjurkan kepada klien untuk bed rest total
Observasi dan catat tanda-tanda vital dan kelainan tekanan intrakranial tiap dua jam
Berikan posisi kepala lebih tinggi 15-30 dengan letak jantung (beri bantal tipis)
Anjurkan klien untuk menghindari batuk dan mengejan berlebihan
Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung
Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat neuroprotektor
Rasional
Keluarga lebih berpartisipasi dalam proses penyembuhan
Untuk mencegah perdarahan ulang
Mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada klien secara dini dan untuk penetapan tindakan yang tepat
Mengurangi tekanan arteri dengan meningkatkan draimage vena dan memperbaiki sirkulasi serebral
Batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan intra kranial dan potensial terjadi perdarahan ulang
Rangsangan aktivitas yang meningkat dapat meningkatkan kenaikan TIK. Istirahat total dan ketenangan
mungkin diperlukan untuk pencegahan terhadap perdarahan dalam kasus stroke hemoragik / perdarahan
lainnya
Memperbaiki sel yang masih viabel

Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan, parastesia, hemiparese/hemiplagia
Tujuan :
Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya
Kriteria hasil
Tidak terjadi kontraktur sendi (mempertahankan posisi optimal dan mempertahankan fungsi secara
optimal)
Bertambahnya kekuatan otot
Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
Mempertahankan integritas kulit
Rencana tindakan
Ubah posisi klien tiap 2 jam
Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstrimitas yang tidak sakit
Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas yang sakit
Berikan papan kaki pada ekstrimitas dalam posisi fungsionalnya
Tinggikan kepala dan tangan
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien
Rasional
Menurunkan resiko terjadinnya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada daerah yang
tertekan
Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan
pernapasan
Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih untuk digerakkan

Gangguan persepsi sensori: perabaan yang berhubungan dengan penekanan pada saraf sensori
Tujuan: Meningkatnya persepsi sensorik: perabaan secara optimal.
Kriteria hasil:
Klien dapat mempertahankan tingakat kesadaran dan fungsi persepsi
Klien mengakui perubahan dalam kemampuan untuk meraba dan merasa
Klien dapat menunjukkan perilaku untuk mengkompensasi terhadap perubahan sensori
Rencana tindakan
Tentukan kondisi patologis klien
Kaji kesadaran sensori, seperti membedakan panas/dingin, tajam/tumpul, posisi bagian tubuh/otot, rasa
persendian
Berikan stimulasi terhadap rasa sentuhan, seperti memberikan klien suatu benda untuk menyentuh,
meraba. Biarkan klien menyentuh dinding atau batas-batas lainnya.
Lindungi klien dari suhu yang berlebihan, kaji adanya lindungan yang berbahaya. Anjurkan pada klien
dan keluarga untuk melakukan pemeriksaan terhadap suhu air dengan tangan yang normal
Anjurkan klien untuk mengamati kaki dan tangannya bila perlu dan menyadari posisi bagian tubuh yang
sakit. Buatlah klien sadar akan semua bagian tubuh yang terabaikan seperti stimulasi sensorik pada daerah
yang sakit, latihan yang membawa area yang sakit melewati garis tengah, ingatkan individu untuk
merawata sisi yang sakit.
Hilangkan kebisingan/stimulasi eksternal yang berlebihan.
Lakukan validasi terhadap persepsi klien
Rasional
Untuk mengetahui tipe dan lokasi yang mengalami gangguan, sebagai penetapan rencana tindakan
Penurunan kesadaran terhadap sensorik dan perasaan kinetik berpengaruh terhadap keseimbangan/posisi
dan kesesuaian dari gerakan yang mengganggu ambulasi, meningkatkan resiko terjadinya trauma.
Melatih kembali jaras sensorik untuk mengintegrasikan persepsi dan intepretasi diri. Membantu klien
untuk mengorientasikan bagian dirinya dan kekuatan dari daerah yang terpengaruh.
Meningkatkan keamanan klien dan menurunkan resiko terjadinya trauma.
Penggunaan stimulasi penglihatan dan sentuhan membantu dalan mengintegrasikan sisi yang sakit.
Menurunkan ansietas dan respon emosi yang berlebihan/kebingungan yang berhubungan dengan sensori
berlebih.
Membantu klien untuk mengidentifikasi ketidakkonsistenan dari persepsi dan integrasi stimulus.

Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi
Tujuan: Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi
Kriteria hasil
Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan kemampuan klien
Klien dapat mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas untuk memberikan bantuan sesuai kebutuhan
Rencana tindakan
Tentukan kemampuan dan tingkat kekurangan dalam melakukan perawatan diri
Beri motivasi kepada klien untuk tetap melakukan aktivitas dan beri bantuan dengan sikap sungguh
Hindari melakukan sesuatu untuk klien yang dapat dilakukan klien sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai
kebutuhan
Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukannya atau keberhasilannya
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi/okupasi
Rasional
Membantu dalam mengantisipasi/merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual
Meningkatkan harga diri dan semangat untuk berusaha terus-menerus
Klien mungkin menjadi sangat ketakutan dan sangat tergantung dan meskipun bantuan yang diberikan
bermanfaat dalam mencegah frustasi, adalah penting bagi klien untuk melakukan sebanyak mungkin
untuk diri-sendiri untuk mempertahankan harga diri dan meningkatkan pemulihan
Meningkatkan perasaan makna diri dan kemandirian serta mendorong klien untuk berusaha secara
kontinyu
Memberikan bantuan yang mantap untuk mengembangkan rencana terapi dan mengidentifikasi kebutuhan
alat penyokong khusus

Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelemahan otot
mengunyah dan menelan
Tujuan: Tidak terjadi gangguan nutrisi
Kriteria hasil
Berat badan dapat dipertahankan/ditingkatkan
Hb dan albumin dalam batas normal
Rencana tindakan
Tentukan kemampuan klien dalam mengunyah, menelan dan reflek batuk
Letakkan posisi kepala lebih tinggi pada waktu, selama dan sesudah makan
Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka mulut secara manual dengan menekan ringan diatas
bibir/dibawah dagu jika dibutuhkan
Letakkan makanan pada daerah mulut yang tidak terganggu
Berikan makan dengan berlahan pada lingkungan yang tenang
Mulailah untuk memberikan makan peroral setengah cair, makan lunak ketika klien dapat menelan air
Anjurkan klien menggunakan sedotan meminum cairan
Anjurkan klien untuk berpartisipasidalam program latihan/kegiatan
Kolaborasi dengan tim dokter untuk memberikan ciran melalui iv atau makanan melalui selang
Rasional
Untuk menetapkan jenis makanan yang akan diberikan pada klien
Untuk klien lebih mudah untuk menelan karena gaya gravitasi
Membantu dalam melatih kembali sensori dan meningkatkan kontrol muskuler
Memberikan stimulasi sensori (termasuk rasa kecap) yang dapat mencetuskan usaha untuk menelan dan
meningkatkan masukan
Klien dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan tanpa adanya distraksi/gangguan dari luar
Makan lunak/cairan kental mudah untuk mengendalikannya didalam mulut, menurunkan terjadinya
aspirasi
Menguatkan otot fasial dan dan otot menelan dan menurunkan resiko terjadinya tersedak
Dapat meningkatkan pelepasan endorfin dalam otak yang meningkatkan nafsu makan
Mungkin diperlukan untuk memberikan cairan pengganti dan juga makanan jika klien tidak mampu untuk
memasukkan segala sesuatu melalui mulut

Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama
Tujuan: Klien mampu mempertahankan keutuhan kulit
Kriteria hasil
Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka
Klien mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka
Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka
Rencana tindakan
Anjurkan untuk melakukan latihan ROM (range of motion) dan mobilisasi jika mungkin
Rubah posisi tiap 2 jam
Gunakan bantal air atau pengganjal yang lunak di bawah daerah-daerah yang menonjol
Lakukan masase pada daerah yang menonjol yang baru mengalami tekanan pada waktu berubah posisi
Observasi terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi area sekitar terhadap kehangatan dan pelunakan
jaringan tiap merubah posisi
Jaga kebersihan kulit dan seminimal mungkin hindari trauma, panas terhadap kulit
Rasional
Meningkatkan aliran darah kesemua daerah
Menghindari tekanan dan meningkatkan aliran darah
Menghindari tekanan yang berlebih pada daerah yang menonjol
Menghindari kerusakan-kerusakan kapiler-kapiler
Hangat dan pelunakan adalah tanda kerusakan jaringan
Mempertahankan keutuhan kulit






DAFTAR PUSTAKA

Ali, Wendra, 1999, Petunjuk Praktis Rehabilitasi Penderita Stroke, Bagian Neurologi FKUI /RSCM, UCB
Pharma Indonesia, Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta.
Depkes RI, 1996, Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan, Diknakes,
Jakarta.
Doenges, M.E., Moorhouse M.F.,Geissler A.C., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC,
Jakarta.
Engram, Barbara, 1998, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3, EGC, Jakarta.
Harsono, 1996, Buku Ajar Neurologi Klinis, Edisi 1, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Harsono, 2000, Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Hudak C.M., Gallo B.M., 1996, Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, Edisi VI, Volume II, EGC,
Jakarta.
Ignatavicius D.D., Bayne M.V., 1991, Medical Surgical Nursing, A Nursing Process Approach, An HBJ
International Edition, W.B. Saunders Company, Philadelphia.
Ignatavicius D.D., Workman M.L., Mishler M.A., 1995, Medical Surgical Nursing, A Nursing Process
Approach, 2nd edition, W.B. Saunders Company, Philadelphia.
Islam, Mohammad Saiful, 1998, Stroke: Diagnosis Dan Penatalaksanaannya, Lab/SMF Ilmu Penyakit
Saraf, FK Unair/RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.
Juwono, T., 1993, Pemeriksaan Klinik Neurologik Dalam Praktek, EGC, Jakarta.
Lismidar, 1990, Proses Keperawatan, Universitas Indonesia, Jakarta.
Mardjono M., Sidharta P., 1981, Neurologi Klinis Dasar, PT Dian Rakyat, Jakarta.
Price S.A., Wilson L.M., 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 4, Buku II,
EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai