Anda di halaman 1dari 38

MORBUS HANSEN

OLEH :
Diah Eka Wiyani, S.Ked. (08700200)
I Gusti Agung Ngurah Rai JayaWiguna, S.Ked. (08700295)
PEMBIMBING :
Dr. Hari Widiono, Sp. KK
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Morbus Hansen(MH)/lepra/kusta merupakan penyakit
infeksi kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium
leprae yang menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan
tubuh lain kecuali SSP.

Indonesia menempati urutan ke tiga terbanyak di dunia
setelah India dan Brasil untuk penderita kusta. Jawa
Timur menempati peringkat pertama dengan
penyebaran daerahnya meliputi Sumenep lalu
Probolinggo, Jember, Pamekasan, Bangkalan dan
Lumajang.

LATAR BELAKANG
Anggapan cara penularannya melalui kontak langsung
antar kulit yang lama dan erat serta secara inhalasi
karena M.leprae masih dapat hidup beberapa hari
dalam droplet.



Gejala dan tanda utama dari kusta antara lain lesinya
dapat berbentuk bercak keputih-putihan
(hypopigmentasi) atau kemerahan (erithmatous) yang
mati rasa (anasethesi), penebalan saraf tepi disertai
gangguan fungsi saraf serta ditemukanya BTA dalam
kerokan jaringan kulit.

LATAR BELAKANG
Kusta dahulu dikenal dengan penyakit yang tidak dapat
sembuh dan diobati, namun sejak tahun 1980
diperkenalkan Multi Drug Treatment (MDT) sehingga
kusta dapat diterapi dengan prognose lebih baik.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara mendiagnosis pasien
tersebut ?
2. Apa saja diagnosis banding yang sesuai
dengan pasien tersebut ?
3. Mengapa setelah pasien berobat ke
puskesmas tetap tidak sembuh ?
4. Bagaimana cara penatalaksanaan dari
Morbus Hansen tipe Multibasiler ?

KASUS
IDENTITAS
Nama penderita : Ny. S.A.
No. RM : 175766
Umur : 30 tahun
Alamat : Wonolangan, Probolinggo
Pekerjaan : Petani jagung
Status : Sudah menikah
Tanggal pemeriksaan : 30-01-2014
ANAMNESA
Keluhan Utama
Muncul benjolan warna merah ditelinga kanan

Riwayat Penyakit Sekarang
Benjolan warna merah ditelinga kanan muncul sejak 1 bulan
yang lalu.
Benjolan tidak terasa gatal, tidak nyeri.
Kedua tungkai bawah bagian depan terlihat kering seperti
bersisik.

Riwayat Penyakit Dahulu:
Dahulu tidak pernah sakit seperti ini.
ANAMNESA
Riwayat keluarga
Keluarga tidak ada yang sakit seperti ini.

Riwayat sosial
Tetangga maupun teman dekat tidak ada yang sakit seperti ini.

Riwayat pengobatan
Sudah pernah diobatkan di puskesmas dua kali. Diberi obat
warna kuning, putih dan hijau tetapi tidak sembuh.
PEMERIKSAAN KLINIS
Status Dermatologi
Lokasi : telinga kanan bagian bawah
Distribusi : terlokalisir
Ruam : infiltrat eritematous, batas tegas, bentuk
anular, dengan diameter 5cm.

Lokasi : tungkai bawah bagian depan kaki kanan dan kiri
Distribusi : terlokalisir
Ruam : patch hipopigmentasi, batas tegas, bentuk
oval, ukuran 20x9 cm, dengan skuama dibagian
atasnya.
Pemeriksaan Saraf Tepi
1. N. auricularis magnus kanan : ada penebalan, diameter
sebesar 1 cm, panjangnya 4-5 cm, bentuk seperti
kabel, lunak, nyeri.
2. N. ulnaris : tidak dilakukan
3. N. peroneus lateralis : tidak dilakukan
4. N. tibialis posterior : tidak dilakukan

Tes sensorik
Rasa rasa, rasa tajam, suhu : tidak dilakukan



PEMERIKSAAN KLINIS
DIAGNOSIS BANDING
1. Morbus Hansen tipe Multibasilar
2. Psoriasis
3. Tinea Korporis

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Usulan pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan bakteriologik untuk mendapatkan sel
Virchow yang didalamnya terdapat Mycobacterium
leprae.



DIAGNOSA
Morbus Hansen tipe Multibasilar
TERAPI
Multi Drug Treatment (MTD) tipe Multibasilar :
Rifampisin 600 mg setiap bulan, dalam pengawasan
DDS 100 mg setiap hari
Klofazimin 300 mg setiap bulan, dalam pengawasan,
diteruskan 50 mg sehari atau 100 mg selama sehari
atau 3 kali 100 mg setiap minggu.
SARAN
Memberi petunjuk sederhana, misalnya :
Memakai sepatu untuk melindungi kaki yang telah terkena.
Memakai sarung tangan bila bekerja dengan benda yang tajam atau
panas
Memakai kacamata untuk melindungi mata

Diajarkan cara perawatan kulit sehari-hari, misalnya :
Memeriksa ada tidaknya memar, luka atau ulkus.
Tangan dan kaki direndam, disikat dan diminyaki agar tidak kering dan
pecah.

Pemeriksaan pada keluarga yang tinggal serumah
Obat diminum dengan teratur dalam pengawasa
PEMBAHASAN
Dari identitas pasien didapatkan data :
Usia 30 tahun dengan jenis kelamin perempuan :
Kelompok usia dengan frekuensi tertinggi menderita kusta yaitu 25-35
tahun dengan perbandingan berdasarkan jenis kelamin sama antara
laki-laki dan perempuan.
Alamat di Wonolangan Probolinggo :
Daerah endemik dari kusta di Indonesia dengan peringkat pertama
yaitu provinsi Jawa timur dengan penyebaran terbanyaknya di
Sumenep disusul dengan Probolinggo dan Jember.
Status sudah menikah :
Umumnya mempunyai hubungan kontak yang lebih banyak
dibandingkan dengan yang belum menikah.
Pekerjaan sebagai petani jagung :
Umumnya mempunyai hubungan kontak yang lebih banyak
dibandingkan dengan yang tidak bekerja.

Dari anamnesa didapatkan keluhan utama pasien yaitu :
Bejolan warna merah ditelinga kanan bawah yang muncul sejak 1
bulan yang lalu, tidak terasa gatal dan tidak nyeri disertai kedua
tungkai bawah bagian depan terlihat kering seperti ada sisik.
Dari anamnesa tersebut sesuai dengan lesi dari Morbus Hansen
tipe Borderline Tuberkuloid yaitu bentuk lesinya berupa makula
yang dibatasi infiltrat atau berupa infiltrat saja. Jumlah lesi bisa
beberapa atau hanya satu dengna distribusi asimetris disertai
dengan lesi permukaan kering bersisik.

Dari riwayat penyakit dahulu diapatkan data :
Dahulu tidak pernah sakit seperti ini.
Hal ini menandakan bahwa ini bukan merupakan kasus relaps,
sehingga terapi yang digunakan bukan terapi untuk relaps.

Dari riwayat keluarga dan sosial diadapatkan data :
Keluarga, tetangga dan orang yang sering berinteraksi dengan
pasien tidak ada yang menderita gejala seperti ini. Hal ini
menunjukkan kontak penularan dari kusta belum ditemukan, bisa
disebabkan karena pertanyaan yang diajukan kurang mendetail
atau pasien melupakan hal yang berhubungan dengan kontak
penularan.

Dari riwayat pengobatan didapatkan data :
Pasien mengaku sudah pernah diobatkan di puskesmas dua kali. Diberi
obat warna kuning, putih dan hijau tetapi tidak sembuh.
Dari pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa obat yang diberikan dari
puskesmas tidak manjur. Banyak faktor yang menyebabkannya antara
lain dari faktor orang yang memberikan obat, faktor obatnya sendiri
ataupun dari faktor pasien.
Dari faktor si pemberi obat, kemungkinan anamnesa, pemeriksaan fisik
serta penunjangnya kurang cermat sehingga diagnosa yang ditegakkan
tidak sesuai dengan penyakit yang sebenarnya diderita pasien sehingga
terapi yang diberikan tidak bisa bekerja secara optimal.
Dari faktor obat, proses penyimpanannya tidak memenuhi standart atau
tanggal kadaluarsa yang dilampaui dapat menyebabkan obat tersebut
tidak bisa bekerja secara optimal.
Dari segi pasien, faktor kepatuhan dalam meminum obat yang sering
diabaikan dapat menyebabkan resistensi sehingga obat tidak dapat
bekerja secara optimal.

Dari pemeriksaan fisik berupa status dermatologi didapatkan lesi
antara lain :
1. Lokasi : telinga kanan bagian bawah, distribusi : terlokalisir, ruam :
infiltrat eritematous, batas tegas, bentuk anular, dengan diameter
5cm.
2. Lokasi : tungkai bawah bagian depan kaki kanan dan kiri, distribusi
: terlokalisir, ruam: patch hipopigmentasi, batas tegas, bentuk oval,
ukuran 20 x 9 cm, dengan skuama dibagian atasnya.

Dari pemeriksaan tersebut sesuai dengan lesi Morbus Hansen tipe
Borderline Tuberkuloid yaitu :

Sifat Borderline Tuberkuloid
(BT)
Lesi :
- Bentuk
- Jumlah
- Distribusi
- Permukaan
- Batas
- Anestesia

- Makula dibatasi infiltrat
atau infiltrat saja.
- Beberapa atau satu
- Asimetris
- Kering bersisik
- Jelas
- Jelas
BTA :
- Lesi kulit

- Negatif atau hanya 1+
Tes Lepromin Positif lemah
Dari anamnesa dan status dermatologis, dapat di ambil
diagnosa banding antara lain :
1. Morbus Hansen tipe Multibasilar
2. Psoriasis
3. Tinea Korporis


Morbus Hansen

Tinea korporis

Psoriasis

Definisi

Merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan
penyebabnya ialah Mycobacterium leprae yang
bersifat intraselular obligat
Dermatofitosis pada kulit tubuh tidak
berambut

Penyakit kulit kronik residif, tidak infeksius yang
ditandai oleh adanya macula/plak eeritematosa
dengan skuama kasar, transparan dan berlapis

Etiologi

Mycobacterium leprae
Trichophyton rubrum, T. mmentagrophytes,
M. canis

Tidak diketahui, diduga autoimmune

Predileksi

Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan
mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian
dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat
Badan, leher, perut, dada, atas kaki, lengan.

Perbatasan kulit kepala dengan rambut,
ekstremitas ekstensor khususnya siku dan lutut,
daerah lumbo-sakral

Gejala

Bercak keputih-putihan (hypopigmentasi) atau
kemerahan (erithmatous) yang mati rasa
(anasethesi), penebalan saraf tepi disertai gangguan
fungsi saraf
Gatal-gatal

Gatal

Ruam

Patch hipopigmentasi/eritematus yang berlanjut
sesuai dengan klasifikasi

Bentuk lesi sirninar, anular, polisiklik,
psoriatrikform, macula/ plak eritematosa
ditutupi skuama, central healing, tepi
meninggi (aktif), lesi dapat konfluen
melebar membentuk plakat, single/multiple

zoophilic: bagian tengah tampak aktif
dengan pustule/vesikel

Macula/plak eeritematosa dengan skuama kasar,
transparan dan berlapis

khas: fenomena tetean lilin dan auspitz

Usulan pemeriksaan penunjang pada Morbus Hansen sehingga dapat
membantu dalam menegakkan diagnosa, antara lain :
1. Pemeriksaan bakteriologik
Untuk mendapatkan sel Virchow yang didalamnya terdapat
Mycobacterium leprae.
1. Pemeriksaan Histopatologik, dapat terlihat :
tuberkel dan kerusakan saraf yang nyata
tidak ada kuman atau sedikit kuman dan berbentuk non-solid
3. Pemeriksaan Serologis, menemukan antibodi spesifik
Mycobacterium leprae yaitu :
Anti bodi anti phebolic glycolipid-1 (PGL-1)
Antibodi antiprotein 16 kD & 35 kD
Dari anamnesa dan pemeriksaan fisik, dapat disimpulkan bahwa
diagnosis yang sesuai dengan gejala dan tanda dari pasien
tersebut adalah Morbus Hansen , karena terdapat lebih dari satu
Cardinal sign dari Morbus Hansen. Cardinal Sign MH antara lain :
1. Lesi (kelainan) kulit yang mati rasa
Lesi berupa patch hypopigmentasi atau erithematous yang mati
rasa (anasthesi).
2. Penebalan saraf tepi disertai gangguan fungsi saraf
Gangguan fungsi saraf berupa :
- fungsi sensoris : mati rasa
- fungsi motoris : kelemahan atau kelumpuhan
- fungsi otonom : kulit kering dan retak
3. Adanya BTA (Bakter Tahan Asam) dalam kerokan jaringan kulit

Dari anamnesa dan pemeriksaan fisik, dapat disimpulkan bahwa
diagnosis yang sesuai dengan gejala dan tanda dari pasien
tersebut adalah Morbus Hansen tipe Borderline Tuberkuloid (BT)
yang berada dalam golongan Pausibasilar (PB). Terapi yang
digunakan adalah MTD (Multi Drug Treatment) tipe Multibasilar
karena BT (Borderline Tuberkuloid) merupakan bentuk yang labil,
sehingga sangat mungkin terjadi perubahan tipe mendekati tipe
Lepromatosa atau Tuberkuloid. Yang dikhawatirkan bila terjadi
perubahan tipe mendekati Lepromatosa yang akan mengandung
kuman Mycobacterium lepra semakin banyak sehingga rentan
terjadi penularan. Berdasarkan alasan tersebut pasien digolongkan
dalam Morbus Hansen Tipe Multibasilar. Terapi yang digunakan
adalah MDT tipe Multibasilar.


Tujuan dilakukanya terapi pada MH antara lain :
1. Memutus mata rantai penularan
2. Menyembuhkan pasien
3. Mencegah terjadinya kecacatan atau
mencegah bertambahnya kecacatan.

MTD adalah kombinasi dua atau lebih obat anti kusta yang slah
satunya harus terdiri atas Rifampisin (bakteriasid kuat) dan obat
anti kusta lain yg bersifat bakteriostatik.

Indikasi pemberian MDT :
1. Penderita baru
2. Relaps
3. Masuk kembali setelah gagal terapi
4. Pindahan
(Harus dilengkapi dengan surat rujukan berisi catatan pengobatan
yg telah diterima. Hanya membutuhkan sisa pengobatan yg belum
lengkap).
5. Ganti tipe


Regimen terapi MTD tipe Multibasilar pasien dewasa adalah :
Pengobatan bulanan :
Diminum hari pertama didepan petugas
2 kapsul Rifampisin @300mg (600mg)
1 tablet Dapson 100mg
3 tablet Lamprene @100mg (300mg)
Pengobatan harian :
1 tablet Dapson 100 mg
1 tablet Lamprene 50 mg
Satu blister untuk 1 bulan
Lama pengobatan 12 blister diminum selama 12-18 bulan
Saran yang dapat diberikan pada pasien Morbus Hansen tipe Multibasilar
antara lain :

Memberi petunjuk sederhana, misalnya :
Memakai sepatu untuk melindungi kaki yang telah terkena.
Memakai sarung tangan bila bekerja dengan benda yang tajam atau panas
Memakai kacamata untuk melindungi mata.

Diajarkan cara perawatan kulit sehari-hari, misalnya :
Memeriksa ada tidaknya memar, luka atau ulkus.
Tangan dan kaki direndam, disikat dan diminyaki agar tidak kering dan
pecah.

Pemeriksaan pada keluarga yang tinggal serumah.
Obat diminum dengan teratur dalam pengawasan.
Rutin kontrol setiap bulan.
KESIMPULAN
Dari anamnesa dan pemeriksaan klinis kasus pasien di atas dapat
diambil kesimpulan bahwa diagnosanya adalah Morbus Hansen
tipe Multibasilar. Terapi yang digunakan adalah Multi Drug
Treatment tipe Multibasilar. Saran yang dapat diberikan pasien
tersebut antara lain : memberi petunjuk sederhana tentang
perlindungan tubuh serta perawatan kulit sehari-hari, pemeriksaan
pada keluarga yang tinggal serumah serta kepatuhan dalam
mengkonsumsi obat dan kontrol setiap bulan.


TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai