Lemah Dan Lelah Pada Sekujur Tubuh Sejak Satu Minggu Yang Lalu Pada Perempuan Usia 34 Tahun

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 10

1 | P a g e

Lemah dan Lelah pada Sekujur Tubuh Sejak Satu Minggu yang Lalu
pada Perempuan usia 34 tahun
Leni Herliani
102011394 / B5
Mahasiswi Fakultas Kedokteran
Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta
Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731
Herliani.leni@rocketmail.com

Pendahuluan
Manusia memiliki kemampuan untuk bergerak dan melakukan aktivitas, seperti berjalan,
berlari, menari dan lain-lain. Kemampuan melakukan gerakan tubuh pada manusia didukung
adanya sistem gerak, yang merupakan hasil kerja sama yang serasi antar organ sistem gerak,
seperti rangka (tulang), persendian, dan otot. Fungsi rangka (tulang) adalah sebagai alat gerak
pasif, yang hanya dapat bergerak bila dibantu oleh otot. Fungsi persendian adalah
menghubungkan antara tulang yang satu dengan tulang yang lainnya. Fungsi otot adalah sebagai
alat gerak aktif, yang dapat menggerakkan organ lain sehingga terjadi suatu gerakan. Otot
merupakan jaringan paling besar dalam tubuh. Secara umum otot yang membangun tubuh dibagi
atas 3 jenis yaitu, otot rangka, otot jantung, dan otot polos.
Sel-sel otot, seperti juga neuron, dapat dirangsang secara kimiawi, listrik dan mekanik
untuk membangkitkan potensial aksi yang dihantarkan sepanjang membran sel. Berbeda dengan
neuron, otot memiliki mekanisme kontraktil yang digiatkan oleh potensial aksi. Protein
kontraktil aktin dan miosin, yang menghasilkan kontraksi, terdapat dalam jumlah yang sangat
banyak di otot. Namun, protein kontraktil juga ditemukan hampir di semua sel tubuh.
Miosin adalah salah satu penggerak molekuler yang mengubah energi hasil hidrolisis ATP
menjadi gerakan suatu komponen seluler di sepanjang komponen lainnya.
1

2 | P a g e

Skenario 7

Seorang perempuan berusia 34 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan lemas dan
lelah pada sekujur tubuhnya sejak 1 minggu yang lalu. Perempuan tersebut adalah seorang
pedagang kue keliling. Dari anamnesa diketahui bahwa ia sudah beberapa kali mengalami
keadaan seperti ini.
Pembahasan
Struktur Makro (Anatomi) Tungkai Bawah
Tibia adalah tulang medial yang besar; tulang ini membagi berat tubuh dari femur ke
bagian kaki.
1. Bagian kepala tulang tibia melebar ke kondilus medial dan lateral, yang berbentuk
konkaf untuk berartikulasi dengan kondilus femoral.
2. Tonjolan interkondilar terletak diantara dua kondilus
3. Kondilus lateral menonjol untuk membentuk fase fibular, yang menerima bagian
kepala fibula
4. Tuberositas tibial, merupakan tempat perlekatan ligament patella, menonjol pada
permukaan anterior diantara dua kondilus
5. Krista tibial (anterior) lebih umum disebut tulang kering, adalah punggung batang
tulang dengan permukaan anterior yang tajam dan melengkung ke bawah
6. Ujung bawah tibia melebar untuk berartikulasi dengan tulang talus pergelangan
kaki. Malleolus medial adalah tonjolan yang membentuk benjolan (mata kaki) pada
sisi medial pergelangan kaki.
2

Fibula adalah tulang yang paling ramping dalam tubuh, panjangnya proporsional, dan
tidak turut menopang berat tubuh. Kegunaan tulang ini adalah untuk menambah area
yang tersedia sebagai perlekatan otot pada tungkai.
Pergelangan kaki dan kaki tersusun dari 26 tulang yang diatur dalam tiga rangkaian.
Tarsal, metatarsal dan dan falang pada jari kaki.
Ada tujuh tulang tarsal
1. Tulang talus berartikulasi dengan malleolus medial tibia dan malleolus lateral fibula
untuk membentuk persendian pergelangan kaki. Oleh karena itu, bagian ini
3 | P a g e

menopang seluruh berat tungkai, yang tersebar setengah ke bawah kearah tumit dan
setengah lagi ke depan pada tulang-tulang pembentuk lengkung kaki.
2. Tulang kalkaneus, terletak dibawah talus dan menonjol dibelakang talus menjadi
tulang tumit. Tulang ini menopang talus dan meredam goncangan saat tumit
menginjak tanah.
3. Tulang navikular memiliki permukaan posterior berbentuk konkaf untuk
berartikulasi dengan talus dan permukaan anterior berbentuk konveks untuk
berartikulasi dengan tiga tulang tarsal.
Telapak kaki dan arkus longitudinal terbentuk dari lima tulang metatarsal yang ramping.
Setiap metatarsal memiliki bagian dasar, batang dan bagian kepala.
Ke- 14 falang pada jari-jari kaki, seperti hal nya falang jari tangan.
2

Otot-Otot Tungkai Bawah
2
Otot-otot ventral/ Ekstensor Otot-otot dorsal/ fleksor
M. Tibialis anterior M. Gastrocnemius
M. extensor digitorum longus M. soleus
M. extensor hallucis longus M. plantaris
M. Peroneus tertius M. popliteus
M. flexor digitorum longus
M. flexor hallucis longus
M. tibialis posterior

Otot adalah alat gerak aktif, yang mengerakan anggota tubuh yang lain. Otot merupakan
kelompok jaringan terbesar dalam tubuh, membentuk sekitar separuh berat tubuh. Jaringan otot
mencapai 40% sampai 50% berat tubuh. Pada umumnya tersusun dari sel-sel kontraktil yang
disebut serabut otot. Melalui kontraksi sel-sel otot menghasilkan pergerakan dan melakukan
pekerjaan. Otot memendek jika sedang berkontraksi dan memanjang jika berelaksasi. Kontraksi
otot terjadi jika otot sedang melakukan kegiatan, sedangkan relaksasi otot terjadi jika otot sedang
beristirahat.
1
4 | P a g e

Struktur Mikroskopik Otot
Berdasarkan strukturnya maka, maka otot yang menyusun tubuh manusia dapat di
bedakan atas 3 macam, yaitu:
3
Otot polos
Pergerakan otot polos adalah involunter (tidak di pengaruhi kehendak), selain itu kerja otot
polos tidak mudah lelah dan reaksi terhadap rangsangan yang datang lambat. Otot polos
berbentuk seperti kumparan(gelendong) yang panjang dan langsing dengan memiliki satu inti
yang berada di tengah. Otot polos dapat di temukan pada organ dalam seperti : saluran
pencernaan, pembuluh darah, saluran pernapasan, saluran genital,dll.
Otot rangka/ otot lurik
Otot lurik adalah otot yang berhubungan dengan tulang dan berfungsi untuk mengerakannya.
Otot lurik merupakan jenis otot yang paling banyak dalam tubuh. Otot lurik tampak ada garis
melintang berupa garis gelap dan garis terang. Otot lurik ini terdiri dari serabut-serabut otot
yang di sebut miofibril dengan inti yang banyak. Miofibril-miofibril ini akan berkumpul
untuk membentuk otot. Bentuk dari serat otot lurik pada umumnya adalah silindris panjang
dengan ujung yang tumpul. Seperti pada umumnya otot yang lain, maka ujung otot lurik ini
pun mengecil dan keras yang di sebut tendon. Tendon ini ada yang melekat pada tulang yang
bergerak yang di sebut insersio serta ada pula yang melekat pada tulang yang tidak bergerak
yang di sebut origo. Oleh karena otot lurik ini melekat pada rangka tubuh maka tentu saja
kerja dari otot lurik ini di pengaruhi oleh pusat saraf sadar. Dengan demikian maka reaksinya
terhadap rangsang yang datang sangat cepat jika di bandingkan dengan otot yang lain serta
mudah lelah.
Otot jantung (Myocardium)
Secara struktural otot jantung mempunyai bentuk seperti otot lurik yaitu dengan adanya
garis melintang/corak. Meskipun otot jantung mempunyai bentuk corak yang sama seperti
otot lurik tetapi secara mikroskopik otot jantung memiliki serabut otot yang bercabang dan
saling bertautan yang di sebut sinsitium. Tetapi di sisi lain otot jantung jika di tinjau dari
cara kerjanya maka, otot jantung mempunyai cara kerja yang sama dengan otot polos.
Berkaitan dengan hal ini maka, otot jantung mempunyai kesamaan cara kerja denga otot
5 | P a g e

polos yaitu: kerjanya tidak dipengaruhi oleh kesadaran (involunter), reaksi terhadap
rangsangannnya lambat serta tidak mudah lelah.
3
Susunan Mikroskopis Muskulus/ Otot Skelet
Jaringan ikat yang memanjang melebihi badan otot akan bergabung menjadi tendon,
yang melekat pada katilago. Otot rangka terdiri dari banyak sel yang tersusun pararel,
memanjang, dan berinti banyak, yang disebut serabut otot atau miofibril, bergabung
membentuk fasikulus. Tiap miofibril diliputi endomisium, beberapa serabut otot menyusun
fasikulus. Tiap fasikulus diliputi perimisium, beberapa fasikulus menyusun muskulus, muskulus
diliputi epimisium.
1
Setiap miofibril dibagi lagi menjadi miofilamen tebal dan tipis. Filamen tebal dan tipis
ini memberikan gambaran garis-garis yang bersilangan. Filamen tipis terutama terdiri dari tiga
protein, aktin, troponin, tropomiosin. Filamen tebal terdiri dari miosin. Sitoplasma yang
mengelilingi miofilamen disebut sarkoplasma. Setiap miofibril terbagi menjadi sarkomer-
sarkomer, yang dipisahkan oleh Lempeng Z (pada penampang longitudinal, lempeng ini
merupakan garis Z). Sarkomer adalah jarak antara garis Z ke garis Z lainnya. Pada garis Z ini
melekat filamen tipis yang tersusun heksagonal. Pita I adalah pita yang memanjang dari kedua
sisi garis Z ke awal filamen tebal (miosin). Filamen-filamen miosin membentuk pita A.
Zona H terletak pada pusat sarkomer, dan garis M merupakan lempeng pada filamen-
filamen halus dibagian tengah zona H yang menahan filamen-filamen miosin tetap pada
tempatnya sedemikian rupa sehingga setiap filamen miosin dikelilingi oleh enam filamen aktin.
Filamen tipis terdiri dari dua pita aktin yang saling bertautan, dan diantaranya terdapat pita
tropomiosin dan troponin yang berukuran lebih kecil. Setiap pita aktin terdiri dari kurang lebih
200 unit aktin globular atau aktin-G. pada globulus inilah terdapat tempat pengikatan miosin
selama kontraksi.
4
Filamen tebal tersusun dari kurang lebih 100 molekul miosin; setiap molekul berbetuk
gada (menggelembung), dengan ekor yang tipis (menyerupai tangkai) yang membentuk dua
rantai peptida ringan yang saling melingkar dan satu kepala yang tersusun dari dua rantai peptida
berat dan empat rantai peptida ringan yang memiliki fungsi regulasi. Aktivitas ATPase molekul
miosin terkonsentrasi dibagian kepala.
6 | P a g e

Ekor molekul miosin yang tipis membentuk bagian besar filamen tebal, sedangkan kepala
miosin bergantung dan menonjol keluar membentuk jembatan silang (cross-bridge) antara
filamen tebal dengan filamen tipis yang bersebelahan. Setiap filamen tebal dikelilingi oleh enam
filamen tipis.
4
Molekul aktin dan miosin bergeser melewati satu sama lain, seperti jari-jari tangan saling
bergeser diatas yang lain. Kepala miosin akan terikat ke rantai aktin dan berdiri tegak. Terjadi
proses konstan yang meliputi pengikatan, pergerakan tegak, pelepasan ikatan dan pengikatan
kembali pada jembatan silang, demikian juga rotasi filamen miosin karena berinteraksi dengan
filamen aktin dan berikatan dengan miofibril yang berselang-seling dalam struktur heksagonal.
Hal ini menyebabkan kontraksi seluruh otot. Jembatan silang terbentuk secara asinkron sehingga
sejumlah otot aktif, sedangkan yang lain istirahat.
4
Pengaturan Kontraksi dan Relaksasi Otot
Interaksi aktin (filamen tipis) dan miosin (filamen tebal) menyebabkan kontraksi otot,
yang disebabkan oleh terbentuknya jembatan silang, suatu akibat dari interaksi troponin dan ion
Ca
2+
. Mekanisme ini disebut teori pergeseran filamen (sliding filament theory). Kontraksi otot
dipicu oleh pelepasan Ca
2+
dari retikulum sarkoplasma. Ca
2+
akan membanjir keluar dari sisterna,
dimana ion ini disimpan melalui pengikatan secara reversibel dengan suatu protein,
kalsequestrin. Hal ini akan meningkatkan konsentrasi kalsium dari 0,1 mmol/L menjadi lebih
dari 10 mmol/L, sehingga menjenuhkan lokasi pengikatan pada troponin. Hal ini menyebabkan
pergeseran tropomiosin,sehingga memungkinkan jembatan silang miosin terikat ke aktin dengan
lebih kuat dan memulai siklus kontraksi. Kepala miosin akan tegak setelah penempelan dengan
cara menghidrolisis simpanan energi adenosin trifosfat (ATP), melepaskan adenosin difosfat
(ADP) dan fosfat anorganik (P
i
), sehingga ikatan pada jembatan silang lebih kuat lagi. ADP dan
P
i
keluar dari kepala miosin, sehingga kepala miosin bisa menerima molekul ATP lain. Ikatan
pada kepala miosin akan terlepas, dan jika Ca
2+
masih ada, siklus akan berlanjut. Jika tidak ada
Ca
2+
, pengikatan kepala miosin akan diinhibisi. Kontraksi dipertahankan selama kadar Ca
2+
masih tinggi. Durasi kontraksi bergantung pada laju retikulum sarkoplasma memompa Ca
2+
kembali ke sisterna terminalis.
1
Bila Ca
2+
sarkoplasma menurun lagi, maka tidak terjadi interaksi antara aktin-miosin,
maka miosin dan aktin saling terlepas terjadilah relaksasi.
7 | P a g e

Persambungan Neuromuskular
Untuk kontraksi otot rangka, harus ada aktivasi dari pusat yang lebih tinggi di otak ke
serabut otot. Neuron yang mempersarafi otot rangka disebut neuron motorik alfa. Setiap saraf
motorik bercabang menjadi beberapa bagian untuk membuat kontak dengan permukaan masing-
masing serabut otot dalam bentuk ujung saraf membulat seperti bola. Ujung-ujung saraf ini
tersusun berkelompok dan berhubungan dengan struktur terspesialisasi pada permukaan serabut
otot,yang disebut lempeng akhir motorik (motor end-plate), dan secara bersama-sama
membentuk persambungan neuromuskular (neuromuscular junction, NMJ ). Peran NMJ
adalah mentransmisi impuls eksitasi satu ke satu dari neuron motorik alfa ke serabut otot yang
dipersarafinya. Hal ini membentuk transmisi impuls yang dapat dipercaya dari saraf otot ke otot
dan menghasilkan respn otot yang dapat diprediksi. Dengan kata lain, potensial aksi di neuron
motorik harus menghasilkan potensial aksi diserabut otot yang dipersarafinya. Yang pada
gilirannya harus menghasilkan kontraksi serabut otot tersebut.
5
Kontraksi Seluruh Otot
Begitu menjalar ke seluruh serabut otot, potensial aksi akan menginvasi tubulus T dan
melepaskan Ca
2+
dari retikulum sarkoplasma ke dalam sarkoplasma dan serabut yang
tereksitasi akan berkontraksi. Kontraksi ini akan dipertahankan selama kadar Ca
2+
tetap tinggi.
Serabut otot dibagi menjadi serabut denyut cepat dan serabut denyut lambat berdasarkan
seberapa cepat retikulum sarkoplasma dapat memompa Ca
2+
kembali ke sisterna terminalis.
Terminal akson mengandung mitokondria dan banyak vesikel sinaptik kecil. Jika impuls saraf
mencapai terminal akson, vesikel sinaptik melepas zat transmitter asetilkolin (Ach).
1,5
Ach berdifusi menyeberang celah sinaptik untuk berikatan dengan reseptor pada lipatan
sarkolema. Hal ini menyebabkan perubahan yang tiba-tiba pada permeabilitas membrane otot
terhadap ion natrium dan kalium dan mengakibatkan arus balik pada polarisasi (potensial
membran listrik). Aliran impuls listrik (depolarisasi) menyebar ke dalam serabut otot karena
kerja tubulus T ke retikulum sarkoplasma. Retikulum sarkoplasma kemudian melepas cadangan
ion kalsium ke sekitar filament tebal dan tipis yang bertumpang tindih. Hal ini mengakibatkan
interdigitasi aktin dan miosin serta pemendekan sarkomer. Rangkaian kejadian ini disebut
rangkaian eksitasi-kontraksi.
5
8 | P a g e

Jika impuls saraf terhenti, maka depolarisasi membran selesai, ion kalsium ditangkap
kembali oleh retikulum sarkoplasma, dan proses kontraksi berhenti.
Pada otot rangka terjadi kontraksi tetanik jika frekuensi stimulus meningkat
melebihi batas relaksasi otot, maka kontraksi akan bergabung menjadi kontraksi yang panjang
dan kuat. Kontraksi tetanik penting dan sering terjadi dalam gerakan otot yang biasa. Di
laboratorium, stimulus berlanjut yang diberikan pada otot dalm keadaan tetani akan
mengakibatkan keletihan otot dan ketidakmampuan untuk mempertahankan kontraksi.
5
Kontraksi isometrik terjadi jika dua ujung otot terfiksasi pada jarak yang tetap, dan
stimulasi otot menyebabkan pengembangan tegangan dalam otot tanpa disertai perubahan
panjang otot. Kontraksi isotonik terjadi jika salah satu ujung otot bebas bergerak dan otot
memendek ketika mengeluarkan gaya yang konstan.
1
Tipe serat otot rangka berdasarkan sifat kimia mekanisnya dibagi menjadi 2: otot merah
dan otot putih.
Otot merah. Mengandung banyak sitokrom dan mioglobin. Mioglobin banyak mengandung O
2
yang membantu untuk terjadinya proses fosforilasi oksidatif (merupakan sumber utama yang
menghasilkan ATP), merupakan otot skelet lambat, dan menggunakan asam lemak sebagai
sumber energy utama. Contohnya: otot kaki seperti gastrocnemius.
Otot putih. Mengandung sedikit sitokrom, termasuk otot skelet cepat, dan menggunakan
glikogen/glukosa sebagai sumber energi. Contohnya: otot yang menggerakkan tendo Achilles.
6

Sumber Energi untuk Kotraksi
Karena ATP yang tersimpan dalam otot biasanya akan habis setelah sepuluh kali
kontraksi, maka ATP harus dibentuk kembali untuk kelangsungan aktivitas otot melalui sumber
lain.
6
1. Kreatin Fosfat (CP). Senyawa berenergi tinggi lainnya. Merupakan sumber energi yang
langsung tersedia untuk memperbaharui ATP dari ADP (CP + ADP ATP + keratin).
2. Reaksi Anaerob (jalur glikolisis)
Otot dapat berkontraksi secara singkat tanpa memakai oksigen dengan
menggunakan ATP yang dihasilkan melalui glikolisis anaerob, langkah pertama
dalam dalam respirasi selular.
9 | P a g e

Glikolisis berlangsung dalam sarkoplasma, tidak memerlukan oksigen, dan
melibatkan pengubahan satu molekul glukosa menjadi dua molekul asam piruvat.
Glikolisis anaerob berlangsung cepat tetapi tidak efisien karena hanya
menghasilkan dua molekul ATP permolekul glukosa. Glikolisis dapat memenuhi
kebutuhan ATP untuk kontraksi otot dalam waktu singkat jika persediaan oksigen
tidak mencukupi.
Pembentukan dalam glikolisis anaerob
1. tanpa oksigen, asam piruvat diubah menjadi asam laktat
2. juka aktivitas yang dilakukan sedang dan singkat, persediaan oksigen yang
adekuat akan menghalangi akumulasi asam laktat.
3. Asam laktat berdifusi keluar dari otot dan dibawa ke hati untuk disintesis
ulang menjadi glukosa.

3. Reaksi Aerob (memakai oksigen)
Saat aktivitas berlangsung,asam piruvat yang terbentuk melalui glikolisis anaerob
mengalir ke mitokondria sarkoplasma untuk masuk dalam siklus asam sitrat
(trikarboksilat) untuk oksidasi.
Jika ada oksigen, glukosa terurai dengan sempurna menjadi karbondioksida, air dan
energi (ATP).
Reaksi aerob berlangsung lambat tetapi efisien, menghasilkan energi sampai 36 mol
ATP per mol glukosa.
6


Kesimpulan
Rasa lemas dan lelah pada sekujur tubuh perempuan usia 34 tahun diakibatkan karena
adanya gangguan pada mekanisme kontraksi dan relaksasi otot yang dipengaruhi oleh kendali
saraf pada kontraksi otot rangka. Melalui kontraksi, sel-sel otot menghasilkan pergerakan dan
melakukan pekerjaan apabila ada gangguan pada kontraksi nya maka dapat mengakibatkan rasa
lemas dan lelah pada sekujur tubuh.

10 | P a g e

Daftar Pustaka
1) Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2004.h.119-26.
2) Rohen, Johannes W. Atlas anatomi manusia. Edisi 7. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2011.h.458-65.
3) Johnson KE. Histologi dan biologi sel. Jakarta: Seri Kapita Selekta; 2004.h.119-37.
4) Guyton, John EH. Buku saku fisiologi kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta: EGC; 2009.h.44-
50.
5) 6. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: EGC;
2011.h.300-2.
6) Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper. Edisi ke-27. Jakarta:
EGC;2009.h.582-602.

Anda mungkin juga menyukai