Anda di halaman 1dari 21

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Kajian kritis terhadap bukti sangat penting dilakukan untuk mengetahui isi
setiap makalah atau jurnal. Dalam epidemiologi klinik, kemampuan mengkaji
suatu penelitian sangat diperlukan karena ketidakmampuan dalam hal tersebut
dapat menyebabkan salah persepsi terhadap hasil suatu penelitian. Telaah kritis
jurnal merupakan hal yang sangat diperlukan sebelum informasi yang kita peroleh
dari jurnal tersebut dapat kita terapkan karena tidak semua jurnal/makalah valid
dapat diterima sebagai tambahan ilmu pengetahuan. Dalam pendidikan
kedokteran, membaca jurnal ilmiah adalah suatu metode yang sangat efektif untuk
memperoleh pengetahuan yang baru. Tujuan akhir membaca jurnal ilmiah bagi
seorang dokter sebagai pemberi pelayanan kesehatan adalah untuk menerapkan
hasil penelitian kepada pasiennya. Hal ini merupakan suatu pendekatan yang
disebut evidence based medicine.
Agar dalam membaca jurnal ilmiah, dokter sebagai klinikus dapat
memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya, setiap dokter harus membekali diri
dengan pemahaman yang memadai tentang metodologi penelitian. Jika seorang
dokter membaca laporan ilmiah tanpa melakukan telaah kritis, berarti ia tidak
mengetahui kelemahan penelitian. Dengan konsekuensi, ia mengadopsi
kesimpulan penelitian yang salah tersebut. Dapat kita bayangkan bila dokter
kemudian menerapkan pengetahuan yang keliru.
Dalam rangka mengaplikasikan cara menelaah jurnal ilmiah, kami memilih
artikel jurnal dengan judul Is The Beck Anxiety Inventory a Good Tool to Assess
the Severity of Anxiety? Kami menelaah artikel tersebut dari sudut pandang
evidence based medicine sebelum diterima sebagai tambahan ilmu pengetahuan.




2

1.2.Rumusan Masalah
Apakah artikel jurnal berjudul Is The Beck Anxiety Inventory a Good Tool to
Assess the Severity of Anxiety? telah memenuhi kriteria sebagai sumber yang
valid, penting dan dapat diaplikasikan pada pasien menurut telaah klinis evidence
based medicine?

1.3. Tujuan
Menentukan apakah artikel jurnal berjudul Is The Beck Anxiety Inventory a
Good Tool to Assess the Severity of Anxiety? telah memenuhi kriteria sebagai
sumber yang valid, penting dan dapat diaplikasikan pada pasien menurut pedoman
telaah kritis evidence based medicine.

1.4. Manfaat
Dengan telaah kritis, untuk menentukan validitas artikel jurnal yang
berjudul Is The Beck Anxiety Inventory a Good Tool to Assess the Severity of
Anxiety?, maka dapat diputuskan layak atau tidaknya informasi yang terdapat
dalam jurnal tersebut untuk digunakan dalam kegiatan ilmiah atau untuk
kepentingan klinis

.











3

BAB II
RESUME JURNAL

2.1. Judul
Is The Beck Anxiety Inventory a Good Tool to Assess the Severity of
Anxiety? (Apakah Beck Anxiety Inventory merupakan Suatu Alat yang Baik untuk
Menilai Keparahan Kecemasan?)

2.2. Peneliti
1. Anna DT Muntingh, Netherlands Institute of Mental Health and Addiction
(Trimbos Institute), Utrecht, Belanda, EMGO Institute for Health and
Care Research (EMGO+), Amsterdam, Belanda, Department of General
Practice, VU University Medical Centre, Amsterdam, Belanda,
Department of Developmental, Clinical and Cross-cultural Psychology,
Tilburg University, Tilburg, Belanda.
2. Christina M van der Feltz-Cornelis, Netherlands Institute of Mental Health
and Addiction (Trimbos Institute), Utrecht, Belanda, The Netherlands,
Department of Developmental, Clinical and Cross-cultural Psychology,
Tilburg University, Tilburg, Belanda, Academic Psychiatry Department
GGZ Breburg, Tilburg, Belanda.
3. Harm WJ van Marwijk, EMGO Institute for Health and Care Research
(EMGO+), Amsterdam, Belanda, Department of General Practice, VU
University Medical Centre, Amsterdam, Belanda.
4. Philip Spinhoven, Institute of Psychology, Leiden University, Leiden,
Belanda, Department of Psychiatry, Leiden University Medical Centre,
Leiden, Belanda.
5. Brenda WJH Penninx, EMGO Institute for Health and Care Research
(EMGO+), Amsterdam, Belanda, Department of Psychiatry, Leiden
University Medical Centre, Leiden, Belanda, Department of Psychiatry,
4

VU University Medical Centre, Amsterdam, Belanda, Department of
Psychiatry, University Medical Centre Groningen, Groningen, Belanda.
6. Anton JLM van Balkom, EMGO Institute for Health and Care Research
(EMGO+), Amsterdam, Belanda, Department of Psychiatry, VU
University Medical Centre, Amsterdam, Belanda.

2.3. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat : Amsterdam, Groningen, dan Leiden, Belanda.
Waktu : September 2004 sampai Februari 2007.

2.4. Pendahuluan
Dalam pelayanan primer, banyak pasien datang dengan gejala-gejala
kecemasan, namun hal ini jarang dinilai secara sistematis. Untuk memperbaiki
manajemen kecemasan, penilaian keparahan kecemasan (dan pemantauan
selanjutnya) direkomendasikan oleh peneliti dan juga pedoman klinis. Berkenaan
dengan depresi, penggunaan indikator keparahan dalam pelayanan primer
didukung dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pasien menghargai
penggunaan kuesioner sebagai suatu pelengkap untuk penegakan diagnosis oleh
dokter umum mereka dan sebagai bukti bahwa permasalahan mereka ditangani
secara serius. Lagipula, saat kuesioner untuk menilai keparahan digunakan, nilai
keparahan yang lebih tinggi berkaitan dengan perawatan yang lebih baik
(pemberian resep antidepresan yang lebih banyak dan peningkatan rujukan ke
pelayanan sekunder). Selain itu, di beberapa negara insentif ditawarkan ketika
instrumen yang valid digunakan dari awal dan selama pengobatan pasien yang
didiagnosis depresi. Untuk alasan yang sama, penggunaan skala keparahan untuk
menilai gejala-gejala kecemasan di pelayanan primer mungkin dianjurkan. Namun
pertama-tama kita harus menentukan kuesioner mana yang bisa digunakan sebagai
indikator keparahan dalam perawatan primer dan apa karakteristiknya.
Seperti halnya pada gangguan kecemasan berbeda dalam jenis dan gejala-
gejalanya, menilai keparahan kecemasan secara umum mungkin lebih sulit
5

daripada menilai keparahan depresi. Skala penilaian umum mungkin tidak cukup
spesifik untuk menilai keparahan gangguan kecemasan tertentu (yaitu gangguan
panik atau gangguan kecemasan umum). Namun, pengujian ekstensif untuk
berbagai bentuk kecemasan juga tidak dapat dilaksanakan selama konsultasi
singkat dalam pelayanan primer. Mengingat singkatnya, kesederhanaan, dan
kemampuannya untuk mengukur kecemasan umum, Beck Anxiety Inventory (BAI)
mungkin menjadi kandidat yang baik untuk digunakan sebagai indikator
keparahan. Sejak perkembangannya, BAI telah banyak digunakan untuk
penelitian klinis mengenai perawatan kesehatan mental, terutama untuk mengukur
kecemasan menyeluruh.
Bagaimanapun BAI telah diperdebatkan mengenai fokusnya terhadap
gejala fisiologis terkait gangguan panik. Hasil dari beberapa penelitian ditemukan
bahwa nilai BAI pasien dengan gangguan panik lebih tinggi daripada pasien
dengan gangguan kecemasan menyeluruh. Di sisi lain, ditemukan bahwa pasien
dengan gangguan panik dan pasien dengan gangguan kecemasan lainnya memiliki
nilai signifikan yang lebih tinggi daripada pasien tanpa gangguan kecemasan.
Hebatnya, tidak ada penelitian yang secara khusus meneliti komorbiditas
gangguan kecemasan dan bagaimana hal ini mempengaruhi skor BAI, meskipun
komorbiditas sering terjadi. Selain itu, tidak ada penelitian BAI sebelumnya yang
difokuskan pada populasi layanan primer.
Diduga kualitas lain dari BAI adalah kemampuannya untuk membedakan
kecemasan dan depresi. Meskipun pada pelayanan primer hal tersebut mungkin
kurang penting dibandingkan pengaturan penelitian, penting untuk mengetahui
apakah BAI hanya mengukur kecemasan atau BAI juga sensitif untuk gejala-
gejala depresi. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan tumpang tindihnya
substansi dari BAI dengan gejala depresi, digambarkan dengan korelasi sedang
antara BAI dan skala depresi. Dalam hal perbedaan nilai BAI pada pasien cemas
dan depresi, perbedaan besar ditemukan dalam penelitian validasi asli, tetapi
dalam dua penelitian berikutnya tidak ada perbedaan yang ditemukan. Namun
dalam penelitian ini penulis mempertanyakan hasil karena keterbatasan dalam
metodologi.
6


Dalam penelitian ini, kami meneliti apakah BAI mencerminkan keparahan
kecemasan pada pasien layanan primer dengan gangguan kecemasan yang
berbeda. Nilai rerata dari beberapa kelompok pasien dibandingkan: kontrol sehat,
pasien dengan satu gangguan kecemasan, pasien dengan beberapa gangguan
kecemasan, pasien dengan satu gangguan depresi, dan pasien dengan
komorbiditas kecemasan-depresi. Kelompok-kelompok diagnostik dipisahkan
menjadi pasien tanpa komorbiditas dan pasien dengan komorbiditas, untuk
memastikan homogenitas kelompok. Dihipotesiskan bahwa nilai BAI pasien
dengan gangguan kecemasan akan lebih tinggi dibandingkan nilai BAI kontrol
sehat atau pasien depresi. Pasien dengan gangguan panik diharapkan memiliki
nilai BAI yang lebih tinggi daripada pasien dalam kelompok gangguan kecemasan
lainnya. Kami juga mengharapkan nilai BAI pasien dengan gangguan
komorbiditas lebih tinggi dibandingkan pasien tanpa komorbiditas.

2.5. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah BAI mencerminkan keparahan
kecemasan pada pasien layanan primer dengan gangguan kecemasan yang
berbeda.

2.6. Hipotesis Penelitian
1. Nilai BAI pada pasien dengan gangguan kecemasan akan lebih tinggi
dibandingkan nilai BAI pada pasien kontrol sehat atau pasien depresi.
2. Pasien dengan gangguan panik memiliki nilai BAI lebih tinggi daripada
pasien dalam kelompok gangguan kecemasan lainnya.
3. Pasien dengan gangguan komorbidas memiliki skor yang lebih tinggi
dibandingkan pasien tanpa komorbiditas.



7

2.7. Metode Penelitian
Peserta
Para peserta dalam penelitian ini direkrut untuk sebuah penelitian kohort
besar: Netherlands Study of Depression and Anxiety (NESDA) / Penelitian
Depresi dan Kecemasan Belanda. Dari basis sub-sampel sebanyak 1.601 pasien
layanan primer dalam kelompok penelitian kohort NESDA, kami memilih semua
pasien yang mengalami gangguan kecemasan atau gangguan depresi berdasarkan
Composite Interview Diagnostic Instrument (CIDI) WHO / Instrumen Diagnostik
Wawancara Gabungan WHO seumur hidup versi 2.1 dan pasien yang tidak
memiliki riwayat kecemasan atau depresi. Klasifikasi diagnosis DSM-IV dalam
bulan terakhir digunakan untuk memastikan gejala-gejala ini. Pasien dengan
riwayat kecemasan atau depresi, tetapi tidak ada diagnosis saat ini, dikeluarkan
dari analisis. Rerata nilai BAI pasien dengan gangguan kecemasan (N = 276) dan
pasien dengan gangguan depresi (N = 155), dibandingkan dengan rerata nilai BAI
dari kelompok kontrol pasien yang tidak memiliki riwayat gangguan kecemasan
atau depresi (N = 513). Protokol penelitian NESDA telah disetujui oleh Komite
Etika Medis VU University Medical Centre.

Prosedur
Sampel layanan primer dalam penelitian NESDA direkrut antara September
2004 dan Februari 2007 melalui 65 dokter umum yang berada di tempat yang
berbeda di Belanda (Amsterdam, Groningen, dan Leiden). Sebuah kuesioner
skrining dikirim ke 23.750 pasien antara 18 dan 65 tahun yang telah berkonsultasi
dengan dokter umum mereka dalam empat bulan terakhir. Kuesioner ini terdiri
dari Kessler - 10 ( K - 10 ), untuk menyaring gangguan afektif, dilengkapi dengan
lima pertanyaan tentang kecemasan (Extended EK - 10 K atau EK-10). EK - 10
menunjukkan sifat psikometrik yang adekuat, dengan sensitivitas .90 dan
spesifisitas .75 untuk mendeteksi gangguan kecemasan atau depresi. Peserta yang
mengembalikan EK-10 ( N = 10706 , 45,9 %) , menilai secara positif ( N = 4592 ,
43 %) , memberikan informed consent ( N = 3420 , 74 %) dan bisa dihubungi
8

(N = 2995 , 88 %) melakukan wawancara skrining via telepon berdasarkan bentuk
singkat bagian dari CIDI (depresi berat, dysthymia, fobia sosial , gangguan panik,
agoraphobia, dan gangguan kecemasan menyeluruh).
Pasien yang tidak bersedia untuk diwawancarai (N = 267, 9 %) , tidak fasih
berbahasa Belanda (N = 86, 3 %) atau sedang dirawat di sebuah organisasi
kesehatan mental (N = 155, 5 %) dikeluarkan. Semua pasien lain yang diskrining
positif pada skrining via telepon ( N = 1162 , 47 %) dan sampel acak dari pasien
yang diskrining negatif (N = 924) dihubungi untuk wawancara tatap muka.
Sebanyak 437 ( 24 % ) peserta tidak bersedia untuk berpartisipasi dan 39 (2 %)
tidak bisa dihubungi atau tidak fasih berbahasa Belanda, sebanyak 1.610 pasien
layanan primer akhirnya dimasukkan dalam penelitian NESDA dan
menyelesaikan penilaian awal. Rincian lebih lanjut tentang proses perekrutan
dijelaskan di bagian lain. Dari 1.610 peserta NESDA, 9 pasien yang tidak
menyelesaikan BAI dikeluarkan dari analisis. Oleh karena itu, sampel ini terdiri
dari 1.601 pasien, 617 diantaranya memiliki setidaknya satu diagnosis kecemasan
atau depresi, 471 memiliki riwayat kecemasan atau depresi, dan 513 adalah
kontrol yang tidak memiliki riwayat kecemasan atau depresi .

Penilaian
Composite I nterview Diagnostic I nstrument (CIDI)
Instrumen Diagnostik Wawancara Gabungan versi 2.1 adalah sebuah wawancara
yang mengklasifikasikan diagnosis psikiatri menurut DSM-IV. Instrumen
wawancara ini digunakan secara luas, yang memiliki reabilitas antar penilai yang
baik, test-retest reliabilitas yang tinggi, dan validitas yang tinggi untuk klasifikasi
gangguan depresi dan kecemasan. Wawancara CIDI dilakukan oleh asisten
penelitian yang dilatih khusus. CIDI mengklasifikasikan diagnosa yang ada di
beberapa titik kehidupan pasien (diagnosis seumur hidup), dalam setengah tahun
terakhir dan dalam satu bulan terakhir.



9

Beck Anxiety I nventory (BAI)
BAI adalah daftar singkat yang menjelaskan 21 gejala kecemasan seperti
"kegoyahan kaki", "takut" dan "takut kehilangan kontrol". Responden diminta
untuk menilai berapa sering masing-masing gejala ini mengganggu mereka dalam
sepekan terakhir, pada skala mulai dari 0 (tidak sama sekali) hingga 3 (parah, aku
nyaris tidak bisa mengatasinya). Total nilai minimal 0 dan maksimal 63. Skala ini
divalidasi dalam sampel dari 160 pasien rawat jalan psikiatri dengan berbagai
kecemasan dan gangguan depresi, didiagnosis dengan Structured Clinical
Interview (wawancara klinis terstruktur) untuk DSM-III. BAI memiliki
konsistensi internal yang tinggi (Cronbachs = .92) dan test-retest reliabilitas
lebih dari satu minggu sebesar .75.
Analisis Statistik
Semua analisis dilakukan di SPSS versi 15.0. Analisis regresi dilakukan untuk
menguji perbedaan antara nilai kelompok. Analisis ini dikoreksi untuk usia dan
jenis kelamin, karena usia didistribusikan secara berbeda atas kelompok
diagnostik dan karena pasien perempuan mimiliki nilai yang secara signifikan
lebih tinggi dibandingkan pasien laki-laki dalam total sampel. Semua variabel
dimasukkan secara bersamaan ke dalam analisis. Analisis ini diulang dengan
kelompok-kelompok yang berbeda sebagai kelompok referensi untuk dapat
membandingkan semua kelompok.

2.8. Hasil dan Pembahasan Penelitian
A. Hasil Penelitian
Statistik Deskriptif
Rata-rata usia peserta adalah 45,9 tahun dan sebagian besar pasien adalah
perempuan (68,8%). Hampir sepertiga peserta telah didiagnosis dengan gangguan
kecemasan pada bulan lalu (N = 493, 30,8%). Tabel 1 menunjukkan usia, jenis
kelamin dan diagnosis DSM-IV peserta.


10

Tabel 1. Usia, jenis kelamin dan diagnosis DSM-IV peserta (N = 1601)


Banyak pasien dengan diagnosis gangguan kecemasan memiliki
setidaknya satu komorbiditas gangguan kecemasan. Persentase pasien dengan
komorbiditas gangguan kecemasan bervariasi dalam kelompok diagnostik:
komorbiditas kecemasan tertinggi pada pasien dengan gangguan panik atau
gangguan kecemasan menyeluruh (54%) diikuti pasien dengan fobia sosial (51%)
dan pasien dengan agoraphobia sendiri (35%). Hampir setengah (41%) dari pasien
dengan gangguan kecemasan juga menderita gangguan depresi, sedangkan 62%
dari pasien dengan gangguan depresi juga didiagnosis dengan gangguan
kecemasan.
N %
Peserta 1601
Usia (rentang) 45.8 (1865)

Jenis Kelamin Perempuan 1102 68.8%
Gangguan Kecemasan 493

Usia (rentang) 45.7 (1865)

Jenis Kelamin Perempuan 346 70.2%
Fobia sosial* 68 13.8%
Gangguan panik dengan agoraphobia*
Gangguan panik tanpa agoraphobia*
Agoraphobia*
Gangguan kecemasan menyeluruh*
Gangguan kecemasan*
Komorbiditas kecemasan dan depresi*
Gangguan Depresi
Usia (rentang)
Jenis Kelamin Perempuan
Dysthymia*
Depresi mayor*
Gangguan depresi*
Komorbiditas depresi dan kecemasan*
Pasien dengan riwayat kecemasan dan
depresi
Kontrol (tanpa riwayat kecemasan
atau depresi)
42
28
42
34
76
203
327
46.2 (1864)
223
8
101
15
203
471

531
8.5%
5.7%
8.5%
6.9%
15.4%
41.2%


68.2%
2.4%
30.9%
4.6%
62.1%
29.4%

32.0%
11


Gangguan Kecemasan
Tabel 2 menunjukkan rerata nilai BAI dari kelompok kontrol (tidak ada
riwayat kecemasan dan depresi), pasien dengan satu gangguan kecemasan dan
pasien dengan beberapa gangguan kecemasan. Pasien dengan komorbiditas
depresi dikeluarkan dari analisis ini (n = 203).
Nilai pasien dengan gangguan kecemasan secara signifikan lebih tinggi daripada
kontrol (p <0,001) dan nilai pasien dengan beberapa gangguan kecemasan jauh
lebih tinggi dari semua kelompok lain (p <0.05). Rerata nilai BAI pasien dengan
gangguan panik dan agoraphobia secara signifikan lebih tinggi dari nilai rerata
pasien dengan fobia sosial (p = 0,03) atau agoraphobia saja (p <0,001).

Tabel 2. Rerata nilai BAI pasien dengan gangguan kecemasan yang berbeda
(tanpa komorbiditas depresi) dan kontrol
Diagnosis (bulan lalu) N M SD
Kontrol 513 4.09 5.06
Fobia sosial* 68 12.97 9.03
Gangguan panik dengan agoraphobia* 42 16.00 11.02
Gangguan panic tanpa agoraphobia* 28 13.04 6.61
Agoraphobia* 42 11.62 8.51
Gangguan kecemasan menyeluruh* 34 13.15 5.67
Gangguan kecemasan multipel 76 18.54 8.54
*Single anxiety disorder diagnosis
Muntingh et al. BMC Family Practice 2011 12:66 doi:10.1186/14712296-1266


12

Tabel 3. Rerata nilai BAI pasien dengan gangguan depresi, gangguan kecemasan,
dan komorbiditas kecemasan-depresi
Diagnosis (bulan lalu) N M SD
Gangguan depresi 109 13.34 8.72
Gangguan kecemasan 214 13.94 8.69
Komorbiditas kecemasan-depresi 203 21.89 10.95

B. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien layanan primer dengan
gangguan kecemasan yang berbeda memiliki nilai yang signifikan lebih tinggi
dibandingkan pasien tanpa kecemasan atau depresi . Hasil ini menunjukkan bahwa
BAI mencerminkan pasien layanan primer secara umum. Berkenaan dengan
kelompok diagnostik yang berbeda dari gangguan kecemasan, kami
mengkonfirmasi sebagian fokus yang kuat dari BAI pada gejala panik. Pasien
dengan gangguan panik dan agoraphobia dinilai secara signifikan lebih tinggi
dibandingkan pasien dengan agoraphobia sendiri atau fobia sosial. Namun, pasien
dengan gangguan panik tanpa agoraphobia secara signifikan tidak dinilai lebih
tinggi daripada kelompok lain. Nilai tinggi pasien dengan gangguan panik dan
agoraphobia mungkin dapat dijelaskan oleh tingkat keparahan gangguan tertentu.
Dalam penelitian lain di mana BAI digunakan, perbedaan yang lebih besar
ditemukan antara kelompok pasien dengan gangguan panik dan kelompok
diagnostik lainnya. Salah satu alasan untuk perbedaan dalam temuan ini mungkin
pengaturan dimana penelitian tersebut berlangsung. Sebagian besar penelitian
sebelumnya dilakukan di pusat-pusat pengobatan untuk gangguan kecemasan,
sedangkan peserta dalam penelitian ini secara aktif direkrut dalam layanan primer,
juga termasuk pasien yang terdiagnosis sebelumnya sebagai kecemasan atau
depresi . Ada kemungkinan bahwa lebih banyak pasien layanan primer dengan
bentuk yang lebih ringan dari gangguan panik. Memang nilai rerata pasien dengan
gangguan panik dalam penelitian ini tampaknya jauh lebih rendah daripada nilai
13

yang dilaporkan dalam penelitian pada pasien layanan sekunder semakin
mendekati nilai pasien dengan gangguan panik dalam sampel epidemiologi. Selain
itu pada analisis penelitian ini, kelompok pasien secara khusus dipilih atas dasar
adanya komorbiditas, sehingga menghasilkan kelompok diagnostik murni. Hal ini
mungkin telah memberikan perkiraan yang lebih akurat dari nilai rerata kelompok
pasien tertentu.
Beck dkk menyatakan bahwa BAI mengukur kecemasan dan
meminimalkan tumpang tindih dengan depresi, tetapi hal tersebut tidak tercermin
dalam hasil penelitian ini. Untuk tujuan praktis , ini merupakan temuan dua sisi.
BAI tampaknya kuat untuk depresi, tetapi tidak sepenuhnya spesifik untuk
kecemasan pada populasi layanan primer. Temuan ini konsisten dengan hasil
penelitian sebelumnya yang membandingkan total nilai BAI pasien depresi dan
cemas. Steer dkk menghubungkan penemuan mereka ke tingkat komorbiditas
yang rendah dalam sampel mereka, tetapi argumen tersebut tidak menghambat
penelitian ini. Mungkin ada beberapa penjelasan mengapa pasien depresi memiliki
nilai yang hampir sama tinggi dengan pasien gangguan kecemasan. Pertama-tama,
sub-ambang kecemasan yang dialami pasien dengan gangguan depresi mungkin
telah meningkatkan nilai kecemasan mereka. Sub-ambang kecemasan tidak dinilai
dalam penelitian ini, tetapi penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa
sejumlah besar pasien depresi juga mengalami beberapa bentuk sub-ambang
kecemasan. Kedua, gangguan somatoform tidak diklasifikasikan dengan
wawancara CIDI, sementara gangguan ini lazim pada pasien layanan primer
dengan gangguan depresi, dan juga dapat menyebabkan gejala-gejala fisiologis
yang dijelaskan dalam BAI. Penjelasan ketiga mungkin bahwa kecemasan dan
depresi berbagi faktor pokok umum, sering disebut sebagai 'afek negatif '.
Terdapat perdebatan panjang tentang pertanyaan ini, menjadi semakin kuat karena
tekanan dari publikasi mendatang DSM-V dan didorong oleh prevalensi
komorbiditas antara kecemasan dan depresi dan gejala tumpang tindih pada skala
kecemasan dan depresi. Berkenaan dengan hipotesis ketiga ini, kepekaan BAI
untuk symptomatologi akan lebih berkualitas daripada kekurangan. Keempat, nilai
total untuk kuesioner laporan diri, secara umum mungkin tidak cukup tepat untuk
14

mengukur konstruksi yang sulit seperti kecemasan dan depresi . Ada beberapa
bukti bahwa BAI mampu membedakan antara kecemasan dan depresi ketika item
nya berbobot, seperti yang terjadi dalam analisis faktor. Namun bobot item akan
menyulitkan penggunaan BAI sedemikian rupa sehingga penggunaannya tidak
akan layak dalam layanan primer.
Kekuatan penelitian ini adalah ukuran besar dari sampel layanan primer,
didiagnosis dengan wawancara valid yang mengidentifikasi lima gangguan
kecemasan yang berbeda dan dua gangguan depresi. Karena tingginya prevalensi
komorbiditas pada pasien dengan kecemasan dan depresi, seperti sampel besar
yang diperlukan untuk membandingkan subkelompok pasien dengan kecemasan
tertentu atau gangguan depresi. Namun bahkan dalam sampel yang besar ini,
pasien dengan satu gangguan kecemasan tertentu yang langka, membatasi
kekuatan analisis. Keterbatasan lain dari analisis ini adalah distribusi miring nilai.
Meskipun kami dianggap melakukan transformasi log, kami memutuskan untuk
menggunakan nilai mentah untuk memfasilitasi interpretasi dari nilai dalam
praktik klinis .

2.9. Kesimpulan dan Saran Penelitian
Kesimpulan dan Saran
Hasil penelitian menunjukkan bahwa BAI mencerminkan keparahan
kecemasan pada pasien layanan primer dengan gangguan kecemasan yang
berbeda. Penggunaan kuesioner seperti BAI dapat meningkatkan perawatan yang
disediakan dan diinginkan dari sudut pandang pasien layanan primer. Namun
karena penggunaan kuesioner dalam layanan primer tidak umum dilakukan, hal
tersebut harus distimulasi dengan pemberian pedoman, pelatihan dan pendidikan.
Penelitian lebih lanjut akan diperlukan untuk mengevaluasi kegunaan dari BAI
dalam memantau tingkat keparahan kecemasan selama pengobatan dan dari waktu
ke waktu. Selain itu, peneliti harus menetapkan kriteria untuk perbaikan dan
remisi sesuai dengan nilai BAI, pada pasien layanan primer. Ketika kuesioner
seperti BAI digunakan dalam kerangka perawatan, seperti manajemen kasus atau
15

perawatan kolaboratif, hal tersebut secara optimal akan membantu untuk
meningkatkan pengobatan pasien layanan primer dengan gangguan kecemasan.

2.10. Korelasi Isi Jurnal
A. Hasil Penelitian pada Jurnal
1. Hampir setengah (41%) dari pasien dengan gangguan kecemasan
juga menderita gangguan depresi, sedangkan 62% dari pasien
dengan gangguan depresi juga didiagnosis dengan gangguan
kecemasan.
2. Nilai pasien dengan gangguan kecemasan secara signifikan lebih
tinggi daripada kontrol (p <0,001) dan nilai pasien dengan
beberapa gangguan kecemasan jauh lebih tinggi dari semua
kelompok lain (p <0.05). Rerata nilai BAI pasien dengan gangguan
panik dan agoraphobia secara signifikan lebih tinggi dari nilai
rerata pasien dengan fobia sosial (p = 0,03) atau agoraphobia saja
(p <0,001).

B. Kondisi Riil Klinis atau Lapangan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien layanan primer dengan
gangguan kecemasan yang berbeda memiliki nilai yang signifikan lebih
tinggi dibandingkan pasien tanpa kecemasan atau depresi. Hasil ini
menunjukkan bahwa BAI mencerminkan pasien layanan primer secara
umum. Beck dkk menyatakan bahwa BAI mengukur kecemasan dan
meminimalkan tumpang tindih dengan depresi, tetapi hal tersebut tidak
tercermin dalam hasil penelitian ini. Untuk tujuan praktis, hal ini merupakan
temuan dua sisi. Namun BAI tampaknya kuat untuk depresi, tetapi tidak
sepenuhnya spesifik untuk kecemasan pada populasi layanan primer.
Penggunaan kuesioner seperti BAI dapat meningkatkan perawatan
yang disediakan dan diinginkan dari sudut pandang pasien layanan primer.
Namun karena penggunaan kuesioner dalam layanan primer tidak umum
16

dilakukan, hal tersebut harus distimulasi dengan pemberian pedoman,
pelatihan dan pendidikan.

2.11. Perbandingan Isi Jurnal
Terdapat pembahasan yang menjelaskan perbandingan antara isi jurnal
dengan teori atau hasil penelitian-penelitian yang sudah ada sebelumnya.

























17

BAB III
ANALISIS JURNAL (CRI TI CAL APPRAI SAL)

Berikut ini disajikan pembahasan tentang telaah kritis jurnal, ditinjau dari
struktur dan kelengkapan isi makalahnya, yang kami sajikan dalam bentuk tabel:
Critical
Apprasial
Point Critical Appraisal Ya Tdk Keterangan
Judul
Penelitian
Tidak terlalu panjang atau
terlalu pendek


Menggambarkan isi utama
penelitian


Cukup menarik

Tanpa singkatan selain yang
baku



Penulis
Apakah nama penulis
dicantumkan?

Apakah ada institusi penulis
dicantumkan?

Apakah asal institusi penulis
sesuai dengan topik
penelitian?


Bidang
Ilmu
Apakah bidang ilmu
tercantum dalam judul
penelitian?

Bidang ilmu yang terkait
adalah psikiatri, psikologi
perkembangan, klinis dan
cross-cultular.
Apakah latar belakang
penulis (institusi tempat
bekerja) sesuai dengan
bidang ilmu topik penulisan?

18








Metode
Penelitian









Apakah tujuan penelitian
disebutkan?

Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui apakah
BAI mencerminkan
keparahan kecemasan pada
pasien layanan primer
dengan gangguan
kecemasan yang berbeda.

Apakah desain penelitian
sesuai dengan tujuan
penelitian?

Bagaimana level of evidence
dari desain penelitian?
Level 2
Bagaimana sampel dalam
penelitian tersebut dipilih?

Sampel layanan primer
dalam penelitian NESDA
direkrut antara September
2004 dan Februari 2007
melalui 65 dokter umum
yang berada di tempat yang
berbeda di Belanda.
Dalam bentuk apa hasil
penelitian disajikan?
Tabel dan
narasi.
Data dianalisis dan
ditampilkan dalam bentuk
tabel serta dianalisis secara
deskriptif.
Apakah uji statistik yg
digunakan?
Analisis
regresi
dilakukan
untuk
Desain penelitiannya adalah
berupa deskriptif analitik.
19

menguji
perbedaan
antara nilai
kelompok.

Hasil
Penelitian
Apakah hasil penelitian
dapat diimplementasikan di
kedokteran?

Rekomendasinya berupa
upaya stimulasi dengan
pemberian pedoman,
pelatihan dan pendidikan
penggunaan kuesioner BAI
dalam layanan primer
Apakah ada rekomendasi
khusus terhadap hasil
penelitian?


Kesimpul
an dan
saran
Disertakan kesimpulan
utama penelitian


Kesimpulan didasarkan pada
data penelitian

Kesimpulan tersebut sahih
Disertakan saran penelitian
selanjutnya


Daftar
pustaka
Apakah daftar pustaka yg
digunakan up to date?




Sebagian sumber pustaka
tidak up to date.
Daftar pustaka yang
digunakan sesuai dengan
topik penelitian



Apakah daftar pustaka yang
digunakan sesuai topik
penelitian?


Apakah daftar pustaka yang
digunakan dari sumber yang
dapat dipercaya?


Daftar pustaka disusun
sesuai dengan aturan jurnal

20


Semua yang tertulis pada
daftar pustaka sesuai situasi
pada naskah dan sebaliknya







Keseluruhan makalah ditulis
dengan bahasa yang baik
dan benar, lancar, enak
dibaca, informatif, hemat
kata, dan efektif


Makalah ditulis dengan taat
azas



















21

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Jurnal dengan judul Is The Beck Anxiety Inventory a Good Tool to Assess
the Severity of Anxiety? telah memenuhi kriteria sebagai sumber yang valid,
penting dan dapat diaplikasikan pada pasien menurut telaah klinis evidence based
medicine.

4.2. Saran
Agar sebuah jurnal dapat dijadikan sumber referensi yang memenuhi
kriteria sebagai sumber yang valid, penting dan bisa diaplikasikan pada pasien
menurut pedoman telaah kritis evidence based medicine hendaknya para peneliti
lebih memperhatikan kelengkapan isi jurnal dan memperhatikan syarat-syarat
penulisan dalam jurnal tersebut.
Untuk jurnal ini disarankan agar daftar pustaka yg digunakan up to date.

Anda mungkin juga menyukai