Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah WaterBirth
Selama tahun 1960, peneliti Soviet Igor Charkovsky melakukan penelitian yang cukup
besar ke keselamatan dan manfaat yang mungkin lahir air di Uni Soviet Pada akhir 1960-an,
Perancis dokter kandungan Frederick Leboyer mengembangkan praktek membenamkan baru
lahir bayi dalam air hangat untuk membantu memudahkan transisi dari rahim ke dunia luar,
dan untuk mengurangi dampak dari setiap kelahiran yang mungkin trauma . Dokter
kandungan lain Perancis, Michel Odent , mengatakan bahwa dengan menggunakan air hangat
untuk kelahiran kolam penghilang rasa sakit untuk ibu, dan sebagai cara untuk menormalkan
proses kelahiran. Ketika beberapa wanita menolak untuk keluar dari air untuk menyelesaikan
melahirkan, Odent mulai meneliti kemungkinan keuntungan bagi bayi yang lahir di bawah
air, serta masalah potensial dalam kelahiran tersebut. Pada akhir 1990-an, ribuan wanita telah
melahirkan di Odent's klinik bersalin di Pithiviers, dan konsep melahirkan di air telah
menyebar ke banyak lainnya Barat negara.
Kelahiran Air pertama kali datang ke Amerika Serikat melalui pasangan melahirkan di
rumah, tapi segera diperkenalkan ke lingkungan medis rumah sakit dan berdiri bebas pusat
kelahiran oleh bidan dan dokter kandungan. In 1991, New Hampshire mulai untuk membuat
sebuah protokol untuk melahirkan di air. Lebih dari tiga-perempat dari semua Kesehatan
Nasional Pelayanan rumah sakit di Inggris menyediakan opsi ini untuk bekerja perempuan.

2.2 Pengertian WaterBirth
Persalinan di air adalah proses persalinan atau proses melahirkan yang dilakukan di dalam
air hangat. Melahirkan dalam air (water birth), adalah suatu metode melahirkan secara normal
melalui vagina di dalam air. Konsep mengenai metode ini ternyata telah timbul sejak lama,
sejak tahun 1960-an dari pemikiran seorang peneliti Rusia, Igor Charkovsky. Metode ini terus
dikembangkan dan akhirnya mulai dibuat protokol medisnya sejak tahun 1991 di Rumah
Sakit Monadnock Community, New Hampshire, Amerika Serikat. Kini, rumah sakit di
Amerika dan Inggris telah banyak menggunakan metode ini. Di Indonesia metode ini juga
telah digunakan, walaupun masih jarang.
Secara prinsip, persalinan dengan metode water birth tidaklah jauh berbeda dengan
metode persalinan normal di atas tempat tidur, hanya saja pada metode water birth persalinan
dilakukan di dalam air sedangkan pada persalinan biasa dilakukan di atas tempat tidur.
Perbedaan lainnya adalah pada persalinan di atas tempat tidur, calon ibu akan merasakan jauh
lebih sakit jika dibandingkan dengan persalinan menggunakan metode water birth. Ada yang
mengatakan persalinan dengan water birth dapat mengurangi rasa sakit hingga mencapai 40-
70%.

2.3 Metode waterbirth
Ada dua metode persalinan di air,yaitu :
1. Water birth murni, yaitu metode persalinan water birth dimana ibu masuk ke
kolam persalinan setelah mengalami pembukaan 6 sampai proses melahirkan
terjadi.
2. Water birth emulsion, yaitu metode persalinan water birth dimana ibu hanya
berada di dalam kolam hingga masa kontraksi akhir. Proses melahirkan tetap
dilakukan di tempat tidur.
2.4 Alat-alat yang digunakan untuk persalinan Water Birth
1. Termometer air
2. Termometer ibu
3. Doppler anti air
4. Sarung tangan
5. Pakaian kerja (apron)
6. Jaring untuk mengangkat kotoran
7. Alas lutut kaki bantal, instrumen partus set
8. Shower air hangat
9. Portable atau permanent pool




2.5 Hal-hal yang diperhatikan untuk persalinan Water Birth
1. Ibu mengambil sikap yang dirasakan aman dan nyaman untuknya. Keleluasaan
gerakan yang mengijinkan ibu mengambil posisi yang tepat untuk bersalin. Ibu masuk
berendam ke dalam air direkomendasikan saat pembukaan serviks 4-5 cm dengan
kontraksi uterus baik.
2. Observasi dan monitoring antaralain :
a. Fetal Heart Rate (FHR) dengan doppler atau fetoskop setiap 30 menit selama
persalinan kala I aktif, kemudian setiap 15 menit selama persalinan kala II.
Auskultasi dilakukan sebelum,selama,dan setelah kontraksi.
b. Penipisan dan Pembukaan serviks dan posisi janin. Pemeriksaan vagina (VT)
dapat dilakukan di dalam air atau pasien di minta sementara keluar dari air
untuk diperiksa.
c. Status Ketuban, jika terjadi ruptur ketuban, periksa FHR, dan periksa adanya
prolaps tali pusat. Jika cairan ketuban mekonium, pasien harus meninggalkan
kolam.
d. Tanda vital ibu diperiksa setiap jam, dengan suhu setiap 2 jam (atau jika
diperlukan). Jika ibu mengalami pusing, periksa vital sign, ajarkan ibu
mengatur napas selama kontraksi.
e. Hidrasi Ibu
Dehidrasi dibuktikan dengan adanya takikardi ibu dan janin dan peningkatan
suhu badan ibu. Jika tanda dan gejala dehidrasi terjadi, ibu diberi cairan. Jika
tidak berhasil pasang infus ringer laktat (RL).

2.6 Tahap persalinan WaterBirth
1. Mengedan seharusnya secara fisiologis. Ibu diperkenankan mengedan spontan,
risiko ketidakseimbangan oksigen dan karbondioksida dalam sirkulasi
maternal-fetal berkurang, dan juga akan dapat melelahkan ibu dan bayi.
2. Persalinan, bila mungkin metode hand off. Ini akan meminimalkan
stimulasi.
3. Lahirnya kepala bayi difasilitasi oleh adanya dorongan lembut kontraksi
uterus. Sarung tangan digunakan penolong untuk melahirkan bayi. Sokong
perineum, massage, dan tekan dengan lembut jika diperlukan. Ibu dapat
mengontrol dorongan kepala dengan tangannya.
4. Manipulasi kepala biasanya tidak diperlukan untuk melahirkan bayi karena air
memiliki kemampuan untuk mengapungkan. Walaupun demikian, pasien perlu
berdiri membantu mengurangi atau memotong dan mengklem lilitan tali pusat.
Meminimalkan rangsangan mengurangi risiko gangguan pernapasan.
5. Bayi seharusnya lahir lengkap di dalam air. Kemudian sesegera mungkin
dibawa ke permukaan secara gentle. Pada saat bayi telah lahir kepala bayi
berada diatas permukaan air dan badannya masih di dalam air untuk
menghindari hipotermia, mencegah transfusi ibu ke bayi. Sewaktu kepala bayi
telah berada di atas air, jangan merendamnya kembali.
6. Sewaktu bayi lahir, kepala bayi dikendalikan dengan gerakan yang lembut,
muka ke bawah, dan muncul dari dalam air tidak lebih dari 20 detik. Janin
dapat diistirahatkan di dada ibu sambil membersihkan hidung dan mulutnya,
jika diperlukan. Penanganan ini sebaiknya melihat juga panjang tali pusat agar
tidak sampai putus. Kemudian bayi diberi selimut, dan di monitor.
7. Idealnya, ibu dan bayi dibantu keluar dari air untuk melahirkan plasenta. Tali
pusat di klem dan dipotong, dan bayi dikeringkan dengan handuk dan
diselimuti dan kemudian diberikan kepada penolong lain, keluarga, atau
perawat. Ibu dibantu keluar dari kolam. Plasenta dapat dilahirkan di dalam air
atau di luar tergantung penolong (Kitzinger, 2000). Ibu dianjurkan menyusui
sesegera mungkin setelah bayi lahir untuk membantu kontraksi uterus dan
pengeluaran plasenta. Risiko secara teori yang dihubungkan dengan efek
relaksasi air hangat terhadap otot-otot uterus termasuk solusio plasenta, emboli
air dan peningkatan perdarahan.

2.7 Manfaat persalinan secara WaterBirth
Untuk ibu :
Ibu akan merasa lebih relaks karena semua otot yang berkaitan dengan proses
persalinan menjadi elastis.
Metode ini juga akan mempermudah proses mengejan. Sehingga rasa nyeri selama
persalinan tidak terlalu dirasakan.
Di dalam air proses pembukaan jalan lahir akan berjalan lebih cepat
Untuk bayi :
Menurunkan risiko cedera kepalabayi.Meskipun belum dilakukan penelitian
mendalam, namun pakar kesehatan meyakini bahwa lahir dengan metode ini
memungkinkan IQ bayi menjadi lebih tinggi dibandingkan bayi yang lahir dengan
metode lain.
Peredaran darah bayi akan lebih baik, sehingga tubuh bayi akan cepat memerah
setelah dilahirkan. Hal-hal yang harus dihindari dalam proses persalinan :
Adanya kontra indikasi seperti pada kehamilan normal, yaitu seperti bayi lahir
sungsang
Adanya penyakit menular seksual seperti herpes karena virus herpes tidak
dapat mati dalam air hangat.
Adanya perkiraan perdarahan berlebih, preeklampsia, atau infeksi kehamilan
Kehamilan kembar.
Adanya perkiraan bayi lahir prematur.
Adanya mekonium (feses bayi) yang berlebih.

8. Kelemahan persalinan secara Water Birth
Adapun risiko-risiko yang dapat timbul antara lain :
1. Risiko Maternal
Infeksi
Perdarahan postpartum
Trauma perineum
2. Risiko Neonatal
Terputusnya tali pusat
Takikardi
Infeksi
Hipoksia
Aspirasi air dan tenggelam



BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bagi kebanyakan melahirkan di air atau water birth merupakan masih belum
populer. Berbeda dengan di beberapa Negara Asia lain, metode ini justru menjadi pilihan
utama ibu untuk melahirkan. Metode water birth merupakan metode alternative bagi ibu
hamil yang akan melahirkan dan merupakan suatu metode melahirkan dengan keuntungan
lebih rileks dan dapat mengurangi rasa sakit secara signifikan sampai sekitar 80%.
Air hangat pada kolam juga akan memberikan rasa nyaman, tenang dan rileks, pada
keadaan rileks ini tubuh akan melepaskan endorphin ( semacam morfin yang dibentuk
oleh tubuh sendiri ) untuk mngurangi rasa sakit. Air hangat juga mampu untuk
menghambat impuls-impuls saraf yang menghantarkan rasa sakit, sehingga membuat
persalinan tidak begitu terasa berat.

Anda mungkin juga menyukai