Anda di halaman 1dari 11

Nama : Ahmad Asykhiyani

Nim : D1E011070
Kelas : A


Pengertian Pendidikan Orang Dewasa (POD)
Pendidikan orang dewasa adalah proses pendidikan dimana para
pembelajarnya adalah individu yang telah memiliki identitas dan mengetahui
standar serta harapan-harapan dan berkeinginan untuk memenuhinya, yang dapat
dilaksanakan dengan fasilitasi seorang instruktur yang berorientasi untuk
mempermudah pembelajar mempelajari subyek materi sesuai dengan
kebutuhannya (Effendy, 2011).
Pendidikan orang dewasa berfungsi untuk menuntun orang dewasa dalam
proses belajar mengajar dalam rangka pengembangan kemampuan dan
pengetahuan, meningkatkan kualifikasi teknis atau profesionalnya, yang
mengakibatkan perubahan sikap dan perilaku. Hal ini akan menjadikan
perkembangan sosial, ekonomi, dan budaya. Seluruah aspek tersebut saling
memiliki ikatan dan keterkaitan. Dan seluruh perilaku tersebut dipengaruhi oleh
kondisi terkini yang berkaitan dengan dorongan dari luar. Sifat dari pengadaan
pendidikan orang dewasa yang fleksibel juga berpengaruh pada proses belajarnya.
Pendidikan orang dewasa merupakan suatu jenis pendidikan yang memiliki
isi/pesan, metode, dan pelaksanaan yang dilakukan terhadap suatu sasaran di
suatu tempat. Dalam pendidikan orang dewasa (andragogi) terdapat hubungan
timbal balik, dimana hubungan pengajar dan pelajar adalah hubungan yang saling
membantu. Pengalaman guru dinilai sebagai sumber utama dalam belajar.
Menurut Yasinta (2012), perbedaan pendidikan oarang dewasa dengan anak
adalah, jika andragogi pelajar mengelompokkan diri berdasarkan minat,
sedangakan pedagogi pengelompokannya berdasarkan tingkatan. Pada andragogi
belajar berorientasi pada masalah, dimana pada persoalan sekarang untuk
dipergunakan srkarang juga. Sedangkan pada pedagogi orientasi belajarnya adalah
pada mata pelajaran yang dipelajari oleh murit sekarang untuk bekal hidup dimasa
mendatang.
Metode dengan hubungan masal digunakan oleh penyuluhan
pertanian/peternakan untuk menyampaikan pesan langsung atau tidak langsung
kepada banyak orang sekaligus pada waktu yang hampir bersamaan. Contohnya
adalah pidato dalam pertemuan besar, siaran pedesaan lewat radio dan televisi,
pertunjukan wayang atau dagelan, penyebaran bahan cetakan, penempelan poster,
pembentangan spanduk dan lain-lain. Metode ini digunakan untuk menarik minat
dan perhatian masyarakat akan sesuatu rekomendasi usaha tani-ternak (Uliya,
2010).
Tujuan Pendidikan Orang Dewasa (POD)
Untuk mencapai hasil proses pembelajaran orang dewasa yang baik agaknya
perlu ditemukenali beberapa faktor yang mempengaruhi kesungguhan orang
dewasa dalam belajar. Ibarat sebuah gelas, maka orang dewasa adalah sebuah
gelas yang telah berisi dengan berbagai macam isinya. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa pendidikan orang dewasa meliputi segala bentuk pengalaman
belajar yang diperlukan oleh orang dewasa dari intensitas keikutsertaannya dalam
proses belajar (Sujarwo, 2010).
Tujuan diadakannya pendidikan orang dewasa ialah adanya suatu perubahan
perilaku ke arah yang lebih baik dan pengaruhnya cukup besar, antara lain:
a. Pengetahuan/knowlage
b. Sikap/attitude
c. Keterampilan/skill
d. Material
Menurut Kartasumah (2006) tujuan dari pendidikan orang dewasa adalah
agar orang dewasa dapat mengembangkan pribadi secara optimal dan dapat
berpartisipasi secara seimbang dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya yang
terus berkembang. Sedangkan menurut Hustati (2007) menyatakan bahwa tujuan
pendidikan orang dewasa yaitu untuk mencapai perubahan pada pengetahuan,
sikap, nilai dan keterampilan.
Pendidikan orang dewasa berfungsi untuk menuntun orang dewasa dalam
proses belajar mengajar dalam rangka pengembangan kemampuan dan
pengetahuan, meningkatkan kualifikasi teknis atau profesionalnya, yang
mengakibatkan perubahan sikap dan perilaku. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Nuri (2012), bahwa metode dan penyampaian yang digunakan oleh
pendidik sebagai fasilitator haruslah interaktif dan tidak bersifat mengtutori,
sehingga hasil belajar dapat dicapai secara optimal. Pada pendidikan orang
dewasa seorang fasilitator juga harus mengetahui prinsip-prinsip belajar orang
dewasa, hal ini dikarenakan pola pendidikan orang dewasa didasari oleh prinsip-
prinsip belajar orang dewasa




Hambatan Pendidikan Orang Dewasa (POD)
Perubahan perilaku bagi orang dewasa terjadi melalui adanya proses
pendidikan yang berkaitan dengan perkembangan dirinya sebagai individu, dan
dalam hal ini, sangat memungkinkan adanya partisipasi dalam kehidupan sosial
untuk meningkatkan kesejahteraan diri sendiri, maupun kesejahteraan bagi orang
lain, disebabkan produktivitas yang lebih meningkat.
Memilih cara atau metode yang baik akan menentukan keberhasilan
didalam penyelengaraan program penyuluhan pertanian yang merupakan bagian
dari pembangunan pertanian sebagai akibat dari adanya hambatan fisiologis dan
psikologis yang semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia, memang
benar, dengan semakin bertambahnya usia, maka akan semakin sukar pula orang
belajar (Sujarwo,2010).
Hambatan yang munculpun cukup beragam, mulai dari faktor fisik, hingga
kondisi lingkungan sekitar.
a. Hambatan Fisiologis.
6 faktor fisiologis yang dapat merupakan hambatan bagi orang
dewasa dalam mengikuti suatu program pendidikan:
1. Dengan bertambahnya usia, titik dekat penglihatan (titik terdekat yang dapat
dilihat dengan jelas), mulai bergerak semakin jauh.
2. Dengan bertambahnya usia, titik jauh penglihatan (titik terjauh yang dapat
dilihat dengan jelas), mulai berkurang semakin pendek.
3. Dengan bertambahnya usia, jumlah penerangan yang dibutuhkan untuk belajar
semakin besar.
4. Dengan bertambahnya usia, persepsi kontras warna cenderung kearah merah
spektrum, sehingga semakin kurang dapat membedakan warna-warna lembut.
5. Dengan bertambahnya usia, kemampuan mendengar menjadi berkurang.
6. Dengan bertambahnya usia, kemampuan membedakan bunyi menjadi semakin
berkurang. Orang yang bicara terlalu cepat menjadi semakin sulit ditangkap.
Bunyi sampingan dan suara di latar belakang akan semakin terdengar bagai
menyatu dengan suara orang yang sedang berbicara.
Menurut Suprijatno (2007), solusi atau upaya yang dapat dilakukan untuk
mengatasi permasalahan tersebut antaralain:
a) Menciptakan suasana belajar yang santai dan terbuka. Hal tersebut
dilakukan dengan harapan adanya suasana yang sesuai dengan kebutuhan
sasaran, sehingga tujuan dapat dicapai seoptimal mungkin.
b) Menciptakan tingkat perhatian yang sesuai. Tingkat ketegangan harus
diatur untuk mencapai tingkat kepentingan tujuan. Jika materinya
mempunyai tingkat kepentingan yang tinggi, tingkat tensi yang lebih tinggi
harus diciptakan dalam kelas. Namun, orang belajar dengan baik bila
tensinya rendah sampai sedang; bila stresnya terlalu tinggi justru akan
menjadi penghalang dalam belajar.
c) Menciptakan tingkat kesulitan yang sesuai. Tingkat kesulitan harus
diciptakan cukup tinggi untuk memberikan tantangan, tetapi jangan terlalu
tinggi karena akhirnya hanya membuat frustasi peserta oleh informasi yang
terlalu banyak.
b. Hambatan Psikologi
Dalam suatu kegiatan belajar (pendidikan) orang dewasa, sangatlah mungkin
timbul berbagai hambatan, atau bahkan mungkin juga kegagalan, yang bersumber
dari situasi psikologis yang ada atau berkembang dalam diri orang dewasa yang
sedang belajar tersebut. Agar yang demikian ini dapat dihindarkan, kiranya perlu
dipertimbangkan karakteristik-karakteristik psikologis umum orang dewasa dalam
belajar seperti yang diuraikan dibawah ini :
1. Orang dewasa hanya akan dapat (mau) "diajar atau belajar" kalau memang ia
menghendakinya.
Dalam batas-batas tertentu, keinginan belajar yang semula lemah atau
tidak ada sama sekali, ada kemungkinan (harapan) untuk dapat dibangkitkan,
yaitu : dengan cara memotivasi ybs. sedemikian rupa agar tergerak untuk mencari
pengetahuan yang lebih mutakhir, menguasai keterampilan baru. Namun
demikian, haruslah sepenuhnya disadari, walaupun upaya memotivasi telah
dilakukan sebaik apapun, sepanjang motivasi belajar orang dewasa. tidak
terbangkitkan, maka sepanjang itu pula ia tidak akan pernah dapat (mau) "diajar
atau belajar".
2. Orang dewasa hanya akan dapat (mau) "diajar atau belajar" kalau terlihat
adanya : "arti" pribadi bagi dirinya dan/atau sesuatu yang berhubungan dengan
kebutuhannya.
3. Belajar bagi orang dewasa sering kali dirasakan sebagai sesuatu yang
menyakitkan.
Belajar yang berhasil, seyogyanya, haruslah bermuara pada perubahan
perilaku. Dalam hal tuntutan perubahan perilaku tersebut adalah : meninggalkan
kebiasaan, norma dan cara berfikir lama yang sudah begitu melekat, bagi orang
dewasa, merubah perilaku yang demikian ini, sering kali dirasakan berat dan
menyakitkan.
4. Hanya akan sedikit sekali "hasil" yang diperoleh dari menceramahi,
mengkhotbahi, menggurui orang dewasa.
Belajar bagi orang dewasa adalah hasil dari mengalami sesuatu. Ia harus
mengalaminya untuk dapat dan mau terus melakukannya. Orang dewasa tak bisa
disuruh bertanggungjawab tanpa ia diberikan tanggungjawab untuk dialaminya.
5. Bagi orang dewasa proses belajar adalah khas dan bersifat individual.
Setiap orang punya cara dan kecepatan sendiri dalam belajar dan
memecahkan masalah. Dengan tersedianya (disediakannya) kesempatan
mengamati cara-cara yang dipakai orang lain, maka ia akan lebih dapat
memperbaiki dan menyempurnakan caranya sendiri agar menjadi lebih efektif.
6. Sumber belajar terkaya bagi orang dewasa, sebenarnya, terdapat dalam diri
orang dewasa.
Setumpuk pengalaman masa lampau telah tersimpan dalam diri orang
dewasa . Yang perlu dilakukan adalah : mengupayakan agar orang dewasa tsb.
mampu menggali dan menata kembali pengalamannya tsb. dengan cara yang lebih
dapat memberikan hasil yang berarti
7. Belajar adalah suatu proses emosional dan intelektual sekaligus.
Hasil belajar akan dicapai maksimal apabila orang yang belajar dapat
berkesempatan memperluas perasaan maupun pikirannya.
8. Belajar adalah hasil kerjasama antar manusia.
"Pelajaran" akan menjadi lebih banyak dapat diperoleh, apabila dua atau
lebih banyak manusia dapat saling memberi dan menerima, dapat saling bertukar
pengalaman dan pengetahuan, serta dapat saling mengungkapkan reaksi dan
tanggapannya terhadap suatu masalah.
9. Belajar adalah suatu proses evolusi.
Untuk dapat mengerti, menerima, mempercayai, menilai, mendukung
sesuatu hal, orang dewasa, seringkali memerlukan suatu proses yang berkembang
secara perlahan, serta tidak dapat dipaksakan sekaligus. Perubahan perilaku
dalam diri orang dewasa sulit untuk dapat terjadi seketika, biasanya, perubahan
iniberlangsung perlahan dengan melalui serangkaian proses, percobaan (Rosita,
2010).
Perilaku yang Menghambat Pendidikan Orang Dewasa (POD)
Merujuk pada pandangan tentang belajar bagi orang dewasa, maka yang
perlu dilakukan adalah menjadikannya sebagai konsep hidup personal yang
implementatif berdasarkan situasi dan kondisi yang dihadapi. Konsep tersebut
harus diformulasikan ke dalam pemahaman khusus yang dirasakan bekerja
mengubah hidup dan situasi. Inilah makna esensial dari petuah yang sering dengar
bahwa mencari ilmu itu hukumnya wajib. Ilmu yang tidak memiliki relevansi
dengan situasi hidup anda oleh karena itu menjadi tidak wajib (Suprijatna, 2007).
Mengenal corak kepribadian seseorang merupakan faktor penentu keberhasilan
interaksi kegiatan pembelajaran pendidikan oarang dewasa interaksi antara pelajar
adalah inti dari kegiatan pembelajaran dalam pendidikan orang dewasa. Hal ini
dapat terjadi jika ada kontak diantara mereka.
Perilaku yang menghambat proses belajar orang dewasa antara lain sebagai
berikut:
1) Harapan seseorang untuk mendapatkan hal-hal baru, namun yang
didapatkan ternyata tidak sesuai dengan harapan sehingga yang
bersangkutan menjadi tidak respons atau tidak tertarik lagi terhadap apa
yang diberikan dalam proses belajar yang sedang berlangsung.
2) Teori yang muluk sehingga meragukan kemungkinan penerapannya dalam
praktik.
3) Harapan mendapatkan petunjuk baru, namun harus mencari pemecahan.
4) Pesan bersifat umum, tidak spesifik, sehingga tidak dapat menyelesaikan
permasalahan yang dihadapai peserta.
5) Sulit menerima perubahan (Setiana, 2006).
Masalah yang sering muncul adalah bagaimana kiat, dan strategi
membelajarkan orang dewasa yang notabene tidak menduduki bangku sekolah.
Kematangan psikologi orang dewasa sebagai pribadi yang mampu mengarahkan
diri sendiri ini mendorong timbulnya kebutuhan psikologi yang sangat dalam
yaitu keinginan dipandang dan diperlakukan orang lain sebagai pribadi yang
mengarahkan dirinya sendiri, bukan diarahkan, dipaksa dan dimanipulasi oleh
orang lain. Dengan begitu apabila orang dewasa menghadapi situasi yang tidak
memungkinkan dirinya menjadi dirinya sendiri maka dia akan merasa dirinya
tertekan dan merasa tidak senang. Karena orang dewasa bukan anak kecil, maka
pendidikan bagi orang dewasa tidak dapat disamakan dengan pendidikan anak
sekolah.
Permasalahan perilaku yang sering timbul dalam program pendidikan orang
dewasa antaralain:
1) Mendapat hal baru, timbul ketidak sesuaian (bosan);
2) Teori yang muluk (sulit di praktikan);
3) Resep/petunjuk baru (mandiri);
4) Tidak spesifik;
5) Sulit menerima perubaha (Yusnadi, 2004)



















DAFTAR PUSTAKA
Effendy, Lukman. 2011. Modul Pendidikan Orang Dewasa. Program Studi
Penyuluhan Pertanian Jurusan Penyuluhan Pertanian. STTP. Bogor.
Hustati, Ratna. 2007. Penerapan Konsep dan Metode Andragogi pada Diklat
Aparatur. Jurnal
Kartasumah, Berliana. 2006. Pemimpin Adihulung Genealogi Kepemimpinan
Kontemporer. PT Mizan Publika. Jakarta.
Nuri, T Dkk. 2012 . Hubungan Perilaku Dengan Motivasi para Peternak di
Paguyuban Kambing Perah Peranakan Ettawa Kecamatan Turi Kabupaten
Sleman.Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, P 839 844.

Rosita. 2010. Pemahaman Perilaku dan Strategi Pembelajaran Bagi Orang dewasa.
Jakarta
Setiana.2006. Teknologi Penyuluahan dan Pemberdayaan Masyarakat.Galia.
Indonesia.
Sujarwo. 2010. Strategi Pembelajaran Orang Dewasa ( Pendekatan andragogi).
Unversitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta
Suprijanto, H. 2007. Pendidikan orang dewasa; dari teori hingga aplikasi. Jakarta
: Bumi Aksara.
Uliya Fatimah. 2010. Karakteristik Perkembangan Belajar Orang Dewasa .
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Matematika Dan Komputasi.
Universitas Muhammadiyah Malang
Yasinta Ika. 2012. Hakekat Pendidikan Orang Dewasa. Jurnal Perencanaan
Pendidikan.
Yusnadi. 2002. Andragogi, pendidikan orang dewasa. Medan : Program
Pascasarjana Universitas Sumatera Negeri Medan.

Anda mungkin juga menyukai