LAPORAN KEMAJUAN INSENTIF PKPP KRT TAHAP 1 TAHUN 2012
RANCANG BANGUN PERALATAN KRISTALISASI PRODUKSI
LEMAK PADAT DARI MINYAK SAWIT
INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA F1. 28
PAKET INSENTIF PEMANFAATAN HASIL LITBANG: PROTOTYPE TEKNOLOGI
Fokus Bidang Prioritas : 1. Ketahanan Pangan Kode Produk Target : 1.05 Kode Kegiatan : 1.05.02
Peneliti Utama : Drs. Agus Tri Putranto, MM
PUSAT TEKNOLOGI AGROINDUSTRI DEPUTI BIDANG TEKNOLOGI AGROINDUSTRI DAN BIOTEKNOLOGI BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI Mei 2012 i Lembar Identitas dan Pengesahan
Rancang Bangun Peralatan Kristalisasi Produksi Lemak Padat dari Minyak Sawit Insentif PKPP (F1. 28)
Fokus Bidang Prioritas : 1. Ketahanan Pangan Kode Produk Target : 1.05 Kode Kegiatan : 1.05.02 Lokasi Penelitian : Labtiap Puspiptek, Serpong Koridor I : Sumatera
Koordinator/Peneliti Utama
Drs. Agus Tri Putranto NIP. 19690813 199303 1 004 ii Abstrak
Industri kelapa sawit Indonesia tumbuh dengan cepat khususnya dibagian hulu yang memproduksi minyak sawit mentah (crude palm Oil/CPO), bahkan Indonesia telah menjadi produsen CPO terbesar dunia sejak tahun 2006. Namun untuk produk turunannya Indonesia masih tertinggal dari negara lain seperti Malaysia dan China. Salah satu produk turunan atau produk hilir minyak sawit adalah lemak padat yang memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan dengan minyak goreng yang berupa liquid. Produk lemak padat dari minyak sawit masih diproduksi menggunakan teknologi dari penyedia teknologi (technology provider) asing yang jumlahnya hanya beberapa perusahaan saja. Dengan kondisi demikian maka ketergantungan terhadap penyedia teknologi ini menjadi sangat tinggi. Proses kristalisasi merupakan salah satu proses yang penting dalam pengolahan minyak kelapa sawit mentah menjadi produk turunan pertamanya. Proses ini juga dipakai dalam pembuatan lemak padat seperti margarine dan vanaspati. Pada prinsipnya proses kristalisasi minyak menjadi padatan merupakan proses yang merupakan fenomena proses fisika. Proses ini sangat memerlukan pemahaman mengenai transfer panas dan thermodinamik serta sifat-sifat minyak dan lemak. Proses kristalisasi ditentukan oleh termodinamika dan faktor kinetik, yang bisa membuat proses ini sangat bervariasi dan sulit dikontrol. Faktor-faktor seperti tingkat ketidakmurnian, metoda penyamburan, desain wadah, dan profil pendinginan bisa berpengaruh besar terhadap ukuran, jumlah dan bentuk kristal yang dihasilkan. Kegiatan Rancang Bangun Peralatan Kristalisasi Lemak Padat dari Minyak Sawit merupakan upaya mewujudkan kemandirian teknologi dengan penyediaan rancang bangun alat proses kristalisasi sebagai implementasi Sistem Inovasi nasional.
Kata kunci : Minyak sawit, Lemak padat, Kristalisasi, Rancang bangun, Kemandirian teknologi iii Kata Pengantar
Laporan ini merupakan Laporan Kemajuan Insentif PKPP KRT Tahap 1 Tahun 2012 dari kegiatan Rancang Bangun Peralatan Kristalisasi Produksi Lemak Padat dari Minyak Sawit (F1. 28), Fokus Bidang Prioritas: Ketahanan Pangan, Kode Produk Target: 1.05, Kode Kegiatan: 1.05.02, Lokasi Penelitian: Labtiap Puspiptek, Serpong, Koridor I Sumatera. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan rancang bangun peralatan kristalisasi produksi lemak padat dari minyak sawit dan peningkatan kapasitas iptek periset dan industri nasional dalam bidang teknologi proses, khususnya untuk bidang pangan. Dengan tersusunnya Laporan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik berupa data/informasi, pemikiran, moril dan materil sehingga kegiatan ini dapat terlaksana sesuai dengan tujuan, sasaran yang diharapkan dan waktu yang dijadwalkan. Kami hargai kritik dan saran yang diberikan guna perbaikan kegiatan pada tahun yang akan datang.
Jakarta, Mei 2012
Penyusun
iv Daftar Isi
Lembar Identitas dan Pengesahan ............................................................................................ i Abstrak ................................................................................................................................................. ii Kata Pengantar ................................................................................................................................. iii Daftar Isi .............................................................................................................................................. iv Daftar Tabel ....................................................................................................................................... vi Daftar Gambar ................................................................................................................................... vii BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ...................................................................................................... 1 1.2. Pokok Permasalahan .......................................................................................... 3 1.3. Metodologi Pelaksanaan ................................................................................... 4 1.3.1. Lokus Kegiatan ....................................................................................... 4 1.3.2. Fokus Kegiatan ....................................................................................... 4 1.3.3. Bentuk Kegiatan ..................................................................................... 4 1.4. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan ..................................................................... 5 BAB II. PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN ..................................................... 6 2.1. Pengelolaan Administrasi Manajerial .......................................................... 6 2.1.1. Perencanaan Anggaran ....................................................................... 6 2.1.2. Pengelolaan Anggaran ......................................................................... 6 2.1.3. Rancangan Pengelolaan Aset ............................................................ 6 2.2. Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja ............................................... 7 2.2.1. Kerangka Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja ............. 7 2.2.2. Indikator Keberhasilan Pencapaian Target Kinerja ................. 7 2.2.3. Perkembangan Pencapaian Target Kinerja ................................. 8 2.3. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program ............................................... 8 2.3.1. Kerangka Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program ............ 8 2.3.2. Indikator Keberhasilan Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program ......................................................................... 9 2.3.3. Perkembangan Sinergi Koordinasi Kelembagaan - Program ...................................................................... 9 v 2.4. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa ................................................. 9 2.4.1. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa .................................. 9 2.4.2. Strategi Pemanfaatan Hasil Litbangyasa ...................................... 9 2.4.3. Indikator Keberhasilan Pemanfaatan Hasiul Litbangyasa .... 10 2.4.4. Perkembangan Pemanfaatan Hasil Litbangyasa ....................... 10 BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT .............................................................................................. 11 3.1. Rencana Pelaksanaan Pencapaian Target Kinerja .................................. 11 3.2. Rencana Koordinasi Kelembagaan Program ......................................... 11 3.3. Rencana Pemanfaatan Hasil Litbangyasa ................................................... 11 3.4. Rencama Pengembangan ke Depan .............................................................. 11 BAB IV. PENUTUP ........................................................................................................................... 13
vi Daftar Tabel
Tabel 1. Tahapan Pelaksanaan kegiatan ................................................................................ 5
vii Daftar Gambar
Gambar-1. Produksi Minyak dan Lemak Dunia .................................................................. 2
1 BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Minyak/lemak sebagai produk pertanian secara konvensional merupakan bahan yang penggunaan utamanya untuk memenuhi kebutuhan bahan pangan, meskipun penggunaan dalam berbagai industri juga tumbuh dengan pesat. Terlebih dengan perkembangan teknologi, jenis dan aplikasinya untuk pemenuhan bahan pangan berkembang sesuai dengan tuntutan spesifik terhadap produk penggunanya. Modifikasi dan manipulasi fisik dan kimia, memungkinkan penggunaannya dalam spektrum yang lebar mulai dari penciptaan produk baru sampai sebagai substitusi bahan yang langka/mahal atau tidak sehat. Penggunaan minyak/lemak sebagai bahan pangan tetap tumbuh karena pertumbuhan penduduk dunia dan pertumbuhan tingkat kemakmurannya. Peningkatan kebutuhan tersebut pada saat ini terutama didorong oleh pertumbuhan ekonomi yang pesat di Asia Timur, Asia Tenggara dan Asia Selatan, terutama China dan India yang mewakili lebih dari sepertiga penduduk dunia. Konsumsi minyak/lemak sebagai bahan pangan tumbuh dari 91,8 juta ton pada tahun 2000 menjadi 123,0 juta ton pada tahun 2009. Yang meskipun proporsi penggunaan sebagai minyak makan turun dari 80% pada tahun 2000 menjadi 75% pada tahun 2009 tetapi pertumbuhan konsumsi minyak makan dunia tetap meningkat sebesar 3,3%/tahun dalam 9 tahun terakhir [Thomas Mielke,Oil World (2010)]. Jika diamati lebih lanjut pertumbuhan konsumsi yang pesat antara tahun 2000 -2007 dialami China yang memiliki jumlah penduduk (2008) 1,33 milyar (20% populasi dunia) mencapai 4,5%/tahun [diolah dari FAOSTAT, 2011]. Sementara India yang berpenduduk 1,14 milyar (17.3% populasi dunia) mengalami pertumbuhan yang rendah diawal dekade ini dengan pertumbuhan antara 2000-2004 dengan pertumbuhan konsumsi 1,4%/tahun [diolah dari FAOSTAT ,2011], dan tumbuh menguat setelahnya (2004/5 2007/8) menjadi 3,3% [Ministry of Agriculture and Food/Consumer Affair, India]. 2 Sementara untuk memenuhi kebutuhan minyak/lemak makan tersebut minyak sawit digunakan 20,8 juta ton pada tahun 2000 dan menjadi 35,6 juta ton pada tahun 2009. Jika dilihat dari proporsi penggunaannya 84% pada tahun 2000, dan 79% pada tahun 2009 dari produksi minyak sawit dunia dipergunakan untuk kebutuhan pangan. Dengan demikian minyak sawit menyediakan 46% peningkatan penggunaan minyak makan antara tahun 2000 sampai 2009, yaitu sebesar 14,6 juta ton dari total peningkatan penggunaan 31,2 juta ton. Ketergantungan dunia terhadap minyak sawit untuk memenuhi kebutuhan minyak/lemaknya semakin jelas terlihat dari jumlah minyak/lemak dunia yang diperdagangkan. Pada tahun 2009 keseluruhan minyak dari sawit (PKO dan CPO) memenuhi kebutuhan pengimpor minyak dunia sebesar 61% Indonesia dan dan khusus minyak sawit (CPO) 56% dari total yang diperdagangkan dengan Malaysia sebagai produsen utamanya yang produksinya mencapai 85,36% produksi dunia dan mengekspor sebagian besar produknya ke pasar international. Thomas Mielke, Oil World (2010), menunjukkan ketergantungan terhadap minyak sawit akan tetap meningkat dimasa mendatang dengan proyeksi produksi minyak sawit mencapai 62,98 juta ton pada tahun 2015, tumbuh 5,7%/pertahun dan 75,4 juta ton pada tahun 2020 dengan pertumbuhan 3,7%, sementara pertumbuhan 3 jenis minyak (kedelai, matahari dan rape) akan lebih rendah yaitu 3,7% sampai dengan 2015 dan hanya 2,5% sampai dengan 2020.
Sumber : Oil World Annual (2000-2009) & Oil World Weekly (11 December, 2009) MPOB for data on Malaysia palm oil and palm kernel oil
Gambar-1. Produksi Minyak dan Lemak Dunia Palm 27,5% Palm Kernel 3,2% Soyabean 21,8% Cottonseed 2,9% Groundnut 2,5% Sunflower 7,9% Rapeseed 13,0% Coconut 2,0% Butter 4,3% Tallow & grease 5,1% Lard 4,7% Others 5,0% 0 4 8 12 16 20 24 28 32 36 40 44 48 '00 '01 '02 '03 '04 '05 '06 '07 '08 '09 P r o d u k s i
( J u t a
T o n ) Tahun Perkembangan Produksi Minyak & Lemak Dunia 2000 - 2009 Palm Oil Palm Kernel oil Soyabean Oil Rapeseed Oil Sunflower oil Coconut Oil Others Vegetable Oil Animal Oils/Fats 3 Walaupun secara global permintaan minyak dan lemak akan meningkat dan Indonesia telah menjadi produsen terbesar minyak sawit yang merupakan salah pasokan utama minyak nabati dunia, namun produk yang dihasilkan dan dipasarkan oleh Indonesia sebagian besar masih berupa minyak sawit mentah. Sementara itu produk berupa hasil olahan seperti minyak padat masih didominasi usaha besar dengan mesin-mesin yang teknologinya masih merupakan merupakan milik penyedia teknologi (technology provider) asing. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mendapatkan rancang bangun peralatan kristalisasi produksi lemak padat dari minyak sawit dan peningkatan kapasitas iptek periset dan industri nasional dalam bidang teknologi proses, khususnya untuk bidang pangan. Sasaran yang hendak dicapai adalah diperolehnya 1 (satu) prototipe produk kristalisasi lemak padat dari minyak sawit dan 1 (satu) paket desain rancang bangun peralatan kristalisasi produksi lemak padat dari minyak sawit.
1.2. Pokok Permasalahan - Sebagai produsen minyak nabati khususnya minyak kelapa sawit terbesar di dunia namun industri pengolahan/industri hilir di Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara lain seperti Malaysia dan China. - Industri hilir kelapa sawit masih didominasi industri besar dengan produk oleokimia dasar dan industri pangan terutama berupa minyak goreng dan margarine. - Peralatan dan mesin untuk pengolahan minyak sawit masih merupakan teknologi proses yang kepemilikannya masih dikuasai oleh penyedia teknologi (technology provider). - Kandungan lokal (local content) dari teknologi yang ada perlu ditingkatkan sehingga dapat lebih terjangkau sehingga industri yang sifatnya UKM akan mampu untuk melakukan investasi di industri hilir minyak sawit. - Minim ketersediaan desain/rancang bangun alat proses yang diperlukan dalam rangka penguatan kandungan lokal teknologi di bidang pengolahan minyak sawit.
4 1.3. Metodologi Pelaksanaan 1.3.1. Lokus Kegiatan LABTIAP Puspiptek, Serpong.
1.3.2. Fokus Kegiatan Pembuatan 1 (satu) prototipe produk kristalisasi lemak padat dari minyak sawit dan 1 (satu) paket desain rancang bangun peralatan kristalisasi produksi lemak padat dari minyak sawit.
1.3.3. Bentuk Kegiatan Metodologi yang digunakan untuk pencapaian tujuan dan sasaran adalah sebagai berikut: - Melakukan pengujian terhadap hasil dari pemilihan teknologi proses yang akan dikembangkan. Pada saat ini telah terdapat beberapa jenis proses dalam pengolahan minyak kelapa sawit menjadi lemak padat. Agar kegiatan menghasilkan toutput yang dapat mengikuti perkembangan teknologi yang ada maka perlu dilakukan pemilihan terhadap teknologi proses yang akan dikembangkan atau dilakukan pembuatan rancang bangunnya. - Melakukan analisa terhadap sample produk yang dihasilkan. Dalam melakukan kajian terhadap proses tersebut, perlu dilakukan analia terhadap produk yang dihasilkan dari proses yang dikaji. Hal ini untuk mengetahui proses yang dapat menghasilkan produk dengan spesifikasi yang terbaik atau bias dicapai secara maksimal. - Membuat rancang bangun peralatan kristalisasi lemak. Dari hasil kajian dan analisa yang dilakukan selanjutnya dibuat rancang bangun dari alat kristalisasi minyak sawit yang secara teknis dapat menjadi acuan dalam manufaktur peralatan kristalisasi.
5 1.4. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Tahapan pelaksanaan kegiatan Rancang Bangun Peralatan Kristalisasi Produksi Lemak Padat dari Minyak Sawit ini dilakukan selama 8 (delapan) bulan dengan jadwal sebagai berikut: Tabel 1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan No. Kegiatan Bulan Ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 1. Persiapan kegiatan
2. Koordinasi, studi literatur, penentuan proses
3. Persiapan peralatan proses
4. Pengadaan bahan ujicoba
5. Pembuatan produk lemak padat
6. Analisa dan uji produk lemak padat
7. Pembuatan rancang bangun peralatan kristalisasi produksi lemak padat
8. Monitoring dan evaluasi penelitian
9. Pelaporan
6 BAB II. PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN
2.1. Pengelolaan Administrasi Manajerial 2.1.1. Perencanaan Anggaran Penggunaan Dana Awal Tahap I dirancang untuk digunakan dalam kegiatan sebagai berikut: - Koordinasi internal kegiatan yang meliputi distribusi tugas dan tanggung jawab peneliti. - Studi literatur teknologi kristalisasi lemak padat. - Persiapan peralatan ujicoba proses produksi lemak padat menggunakan peralatan laboratorium yang sudah ada. - Pengadaan alat tulis kantor untuk keperluan administratif dan pencatatan hasil observasi di laboratorium. - Pengadaan bahan konstruksi untuk dibuat sebagai prototip dari desain rancang bangun peralatan kristalisasi lemak padat berbahan baku minyak sawit. - Membayarkan gaji/upah tim peneliti/perekayasa untuk 2 bulan pertama.
2.1.2. Pengelolaan Anggaran Pengelolaan anggaran dilakukan sesuai dengan kebutuhan kegiatan. Keterlambatan pencairan anggaran menjadi penghambat kelancaran kegiatan ini, seperti pencairan pengadaan bahan konstruksi yang telah kami lakukan pada tahap 1 ternyata diproses untuk dibayarkan pada tahap 2. Tentu saja hal ini akan berdampak pada keluaran yang menjadi output kegiatan kami terlambat, yaitu desain rancang bangun peralatan kristalisasi lemak padat dari minyak sawit.
2.1.3. Rancangan Pengelolaan Aset Pengelolaan asset setelah proyek selesai direncanakan akan dilakukan oleh Bidang Teknologi Agroindustri Perkebunan dan Kehutanan di Pusat Teknologi Agroindustri BPPT. Selama proses pelaksanaan proyek, asset peralatan akan dikelola 7 oleh Tim pelaksana PKPP F1.28 yang seluruhnya merupakan peneliti / perekayasa di PTA-BPPT.
2.2. Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja 2.2.1. Kerangka Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja Meskipun Indonesia sebagai produsen minyak nabati khususnya minyak kelapa sawit terbesar di dunia namun industri pengolahan/industri hilirnya masih tertinggal dibandingkan negara lain seperti Malaysia dan China. Industri hilir kelapa sawit masih didominasi oleh industri besar dengan produk oleokimia dasar dan industri pangan terutama berupa minyak goreng dan margarine. Teknologi industri hilir minyak sawit masih merupakan teknologi proses yang kepemilikannya dikuasai oleh penyedia teknologi (technology provider) dari luar. Minimnya ketersediaan desain/rancang bangun alat proses yang diperlukan dalam rangka penguatan teknologi lokal di bidang pengolahan minyak sawit. Metode yang digunakan untuk pencapaian target kinerja adalah dengan menerapkan PCM (Progress Control and Monitoring) System, yaitu mengevaluasi sejauh mana target fisik dan target keuangan dapat dicapai sesuai dengan tahapan pelaksanaan kegiatan sebagaimana tertera pada Tabel 1.
2.2.2. Indikator Keberhasilan Pencapaian Target Kinerja Indikator keberhasilan pencapaian target kinerja : - Realisasi keuangan mencapai 100% dan Realisasi Fisik Pekerjaan mencapai 100%. - Telah dihasilkan 1 (satu) prototipe produk kristalisasi lemak padat dari minyak sawit - Telah dihasilkan 1 (satu) paket desain rancang bangun peralatan kristalisasi produksi lemak padat dari minyak sawit.
8 2.2.3. Perkembangan Pencapaian Target Kinerja Sesuai yang telah direncanakan maka sampai bulan Mei 2012 pencapaian target bobot kerja 5,00% meliputi : a. Persiapan kegiatan 5% (bobot 5%), output: kesiapan kegiatan (realisasi pencapaian 100%) b. Koordinasi, studi literatur, penentuan proses 10% (bobot 10%), output: Kajian Kristalisasi Produksi Lemak Padat dari Minyak Sawit (realisasi pencapaian 100%) c. Persiapan peralatan proses 10% (bobot 10%), output: rangkaian peralatan proses (realisasi pencapaian 100%) d. Pengadaan bahan ujicoba 10% (bobot 10%), output: bahan ujicoba (realisasi pencapaian 100%) e. Pembuatan produk lemak padat 7,5% (bobot 15%), output: Produk lemak padat (realisasi pencapaian 50%) f. Analisa dan uji produk lemak padat 7,5% (bobot 15%), output: Produk lemak padat (realisasi pencapaian 50%)
Secara substantif perkembangan pencapaian target kinerja adalah: - Telah dilakukan kajian teknologi proses kristalisasi lemak padat dari minyak sawit. - Telah dibuat rancang desain proses kristalisasi lemak padat dari minyak sawit menggunakan - peralatan laboratorium sederhana. - Sedang dilakukan klarifikasi data proses dengan melakukan percobaan.
2.3. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program 2.3.1. Kerangka Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program Koordinasi dengan kelembagaan program terkait dilaksanakan terhadap PT. Gedmeta Tri Jasa sebagai mitra industri yang merupakan perusahaan yang bergerak dibidang hasil/produk minyak sawit. Selain itu koordinasi dilakukan pula dengan mitra PTPN4 sebagai mitra potensial yang akan menggunakan teknologi dan desain rancang bangun produksi lemak padat dari minyak sawit ini.
9 2.3.2. Indikator Keberhasilan Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program Indikator keberhasilan sinergitas koordinasi kelembagaan-program adalah dapat menjalin kerjasama dengan semua stakeholder terkait yang mendukung pengembangan industri hilir kelapa sawit. Stakeholder terkait antara lain dengan (i) mitra pengguna teknologi (industri/swasta: PT. Gedmeta Tri Jasa), (ii) stakeholder industri sawit (PTPN4) tentang pengembangan industri hilir sawit yang terkait dengan industri pangan (oleofood), dan (iii) masyarakat yang ikut merasakan pengembangan industri hilir sawit.
2.3.3. Perkembangan Sinergi Koordinasi Kelembagaan - Program Perkembangan sinergi koordinasi Kelembagaan dengan PT. Gedmeta Tri Jasa baru dalam tahap penjajagan. Sementara itu koordinasi dengan pihak pengguna teknologi, dalam hal ini BUMN (PTPN4) ditandai dengan telah dilakukannya beberapa kerjasama pra studi kelayakan pengembangan industri hilir sawit.
2.4. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa 2.4.1. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Kerangka pemanfaatan hasil litbangyasa pada dasarnya dapat dikelompokkan pada dua kelompok pengguna yaitu: 1. Pembuat kebijakan (pemerintah), seperti departemen pertanian, departemen perindustrian dan kementerian negara riset dan teknologi, dalam menyusun rumusan kebijakan peningkatan kemampuan industri hilir kelapa sawit. 2. Industri manufaktur, penggunaan desain rancang bangun produksi kristalisasi lemak padat dari minyak sawit. 3. Industri hilir kelapa sawit, untuk mengetahui peta posisi serta upaya peningkatan daya saing dan kemampuan teknologi.
2.4.2. Strategi Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Untuk menerapkan hasil litbangyasa, maka akan dilakukan strategi pensosialisasian baik melalui media presentasi dan pendekatan secara lembaga kepada para pengguna. Disamping itu dapat juga dilakukan dengan membuat suatu forum diskusi (workshop/seminar) hasil-hasil riset yang dicapai. Maupun menjalin 10 komunikasi dengan stakeholder industri sawit yang memiliki prospek (ketertarikan) dalam penggunaan teknologi hasil riset.
2.4.3. Indikator Keberhasilan Pemanfaatan Hasiul Litbangyasa Indikator keberhasilan pemenfaatan hasil litbangyasa adalah digunakannya desain rancang bangun peralatan kristalisasi produksi lemak padat dari minyak sawit oleh stakeholder (PT. Gedmeta Tri Jasa, PTPN 4).
2.4.4. Perkembangan Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Perkembangan pemanfaatan Desain Rancang Bangun Peralatan Kristalisasi Produksi Lemak Padat dari Minyak Sawit, belum dapat dilihat karena selama ini teknologi kristalisasi minyak menjadi lemak padat umumnya masih merupakan teknologi yang dikuasai oleh penyedia teknologi (technology provider) asing dan jumlahnya hanya sedikit saja. Perkembangan teknologi ini relative lambat jika tidak stagnan. Perlu kesiapan teknologi untuk dimanfaatkan (diaplikasikan) oleh stakeholder industri sawit.
11 BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT
3.1. Rencana Pelaksanaan Pencapaian Target Kinerja Rencana tindak lanjut pencapaian kinerja adalah melanjutkan optimalisasi produk lemak pada dan hasil analisa serta uji produk hingga mencapai standar produk yang diinginkan (pasar), selanjutnya dibuat Desain Rancang Bangun Peralatan Kristalisasi produksi Lemak Padat dari Minyak Sawit.
3.2. Rencana Koordinasi Kelembagaan Program Rencana koodinasi kelembagaan yang akan dilakukan adalah mengadakan kontak secara intensif dengan industri pengguna desain rancang bangun agar prototype peralatan produksi kristalisasi lemak padat yang dibuat sesuai dengan disain yang disiapkan.
3.3. Rencana Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Tindak lanjut pemanfaatan hasil litbangyasa yang akan dilakukan adalah dengan mengadakan pertemuan dan sosialisai dengan mitra untuk membicarakan rencana pemanfaatan litbangyasa. Rancang bangun yang dihasilkan dari kegiatan ini akan berperan mengurangi ketergantungan industri nasional terhadap ketersediaan teknologi asing. Industri manufaktur alat proses di dalam negeri akan dapat menggunakan desain hasil karya bangsa sendiri. Pemanfatan hasil kegiatan akan dilakukan oleh mitra ataupun pihak lain (stakeholder industri sawit). Hal ini akan sangat mendukung industri hilir kelapa sawit.
3.4. Rencana Pengembangan ke Depan Industri pengolahan/industri hilir sawit di Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara lain seperti Malaysia dan China. Industri hilir kelapa sawit masih didominasi oleh industri besar dengan produk oleokimia dasar dan industri pangan terutama berupa minyak goreng dan margarine. Peralatan dan mesin untuk pengolahan minyak sawit masih merupakan teknologi proses yang kepemilikannya 12 masih dikuasai oleh penyedia teknologi (technology provider) dari luar negeri terbukti dari minimnya ketersediaan desain/rancang bangun alat proses yang diperlukan dalam rangka penguatan teknologi lokal di bidang pengolahan minyak sawit. Rencana pengembangan Desain Rancang Bangun Peralatan Kristalisasi produksi Lemak Padat dari Minyak Sawit akan dilanjutkan dengan Prototip Peralatan Kristalisasi produksi Lemak Padat dari Minyak Sawit bila tahun 2013 kegiatan ini mendapat pembiayaan.
13 BAB IV. PENUTUP
Teknologi kristalisasi minyak menjadi lemak padat umumnya masih merupakan teknologi yang dikuasai oleh penyedia teknologi (technology provider) asing dan jumlahnya hanya sedikit saja. Perkembangan teknologi ini relative lambat jika tidak stagnan. Keadaan tersebut memungkinkan industri nasional untuk melakukan inovasi agar dapat mendapatkan HKI dalam teknologi ini sehingga mampu mengembangkan teknologi dan industri secara mandiri atau mengurangi ketergantungan terhadap teknologi asing. Kegiatan rancang bangun peralatan kristalisasi produksi lemak padat dari minyak sawit diharapkan dapat mengurangi ketergantungan akan menjadi diusulkan ini akan dilaksanakan di Laboratorium Agroindustri BPPT Puspiptek Serpong.