Anda di halaman 1dari 34

Bronkiolus respiratorius yang berfungsi

sebagai daerah peralihan antara bagian


konduksi dan bagian respirasi dari sistem
pernapasan. Dindingnya di selingi oleh banyak
alveolus sakular tempat terjadi pertukaran
gas.

.

Sakus alveolaris adalah multikular yaitu
sekelompok alveoli yang bermuara kedalam suatu
ruangan pusat sedikit lebih besar.
Septum intra alveolaris sesungguhnya harus
menahan tekanan dalam alveoli, suatu tekanan
yang berbeda-beda, sesuai dngan tahap-tahap
pernapasan. Sel utamanya :
Sel alveolar gepeng (tipe 1) atau sel epitel
permukaan.
Sel alveolar besar (tipe 2) atau sel septa
Sel endotel

Kelainan Anatomi
Saluran Nafas
Parenkim

Emfisema sentriasinar
Emfisema yang menyerang bronkiolus respiratorius
adalah emfisema jenis emfisema sentriasinar, dimulai
dari bronkiolus respiratorius dan meluas ke perifer
terutama mengenai bagian atas paru. Sering akibat
kebiasaan merokok.
Sekuestrasi Bronkopulmoner
Adanya jaringan paru (lobus atau segmen) tanpa
hubungan normal dengan sistem saluran udara, dan dengan
aliran vaskuler yang berasal dari aorta atau cabang-
cabangnya dan bukan dari arteri pulmonalis.
Emfisema asinar distal (paraseptal)
Proses terlokalisir di septa atau dekat pleura.
Mengenai terutama alveolus distal yang proksimal
tidak terkena. Terdapat didekat pleura dan
disamping fibrosis atau jaringan parut. Sering
merupakan lesi penyebab pneumotoraks spontan.
Karsinoma Bronkioalveolar
Suatu bentuk adenokarsinoma yang khusus yang berasal
dari daerah bronkioalveolar terminal, hampir selalu
bagian perifer paru. Bentuk makroskopik meliputi nodul
tunggal atau multipel atau konsolidasi paru difus dengan
tumor.

Defisiensi Surfaktan
Zat ini menurunkan tegangan permukaan pada
alveoli 2 sampai 10 kali lipat, yang memegang peranan
penting dalam mencegah kolapsnya alveolus. Tetapi
pada berbagai keadaan seperti penyakit membrane
hilalin (juga disebut sindrom gawat nafas), yang sering
terjadi pada bayi-bayi premature yang baru lahir,
jumlah jumlah surfaktan yang disekresikan oleh
alveoli sangat kurang. Akibantya, tegangan permukaan
cairan alveolus menjadi beberapa kali lipat lebih tinggi
dari normal sehingga menyebabkan paru bayi
cenderung kolaps, atau terisi cairan.

Emfisema panasinar (panlobular)
Melibatkan seluruh alveolus secara merata
dan terbanyak pada paru bagian bawah.
Ditandai oleh destruksi dan pelebaran asinus
yang merata (uniform), terutama di daerah
basal dan terkait erat dengan defisiensi
antitripsin-alfa
1


Pajanan gas beracun mengaktifkan makrofag alveolar dan sel
epitel jalan napas dalam membentuk faktor kemotaktik,
penglepasan faktor kemotaktik menginduksi mekanisme
infiltrasi sel-sel hematopoetik pada paru yang dapat
menimbulkan kerusakan struktur paru. Infiltrasi sel ini dapat
menjadi sumber faktor kemotaktik yang baru dan
memperpanjang reaksi inflamasi paru menjadi penyakit kronik
dan progresif. Makrofag alveolar penderita meningkatkan
penglepasan IL-8 dan TNF-. Ketidakseimbangan proteinase
dan antiproteinase serta ketidakseimbangan oksidan dan
antioksidan berperan dalam patologi. Proteinase menginduksi
inflamasi paru, destruksi parenkim dan perubahan struktur
paru.

Proses inflamasi akan berjalan sampai antigen dapat disingkirkan.
Bila penyebab inflamasi tidak dapat disingkirkan atau terjadi
pajanan berulang dengan antigen, akan terjadi inflamasi kronis
yang dapat merusak jaringan dan kehilangan fungsi sama sekali.
Pada individu yang sehat, patogen yang mencapai paru
dikeluarkan atau tertahan dalam pipi melalui mekanisme
pertahanan diri seperti refleks batuk, klirens mukosiliaris, dan
fagositosis oleh magrofag alveolar. Pada individu yang rentan,
patogen yang masuk kedalam tubuh memperbanyak diri,
melepaskan toksin yang bersifat merusak dan menstimulasi
respon inflamasi dan respon imun, yang keduanya mempunyai
efek samping merusak. Reaksi antigen-antibodi dan endotoksin
yang dilepaskan oleh beberapa mikroorganisme merusak
membran mukosa bronkial dan membran alveolokapilar.
Inflamasi dan edema menyebabkan sel-sel acini dan bronkhioles
terminalis terisi oleh debris infeksius dan eksudat, yang
menyebabkan abnormalitas ventilasi-perfusi.

Edema paru merupakan penimbunan cairan serosa atau
serosaguinosa yang berlebihan dalam ruang intertisial dan alveolus
paru. Edema paru dapat terjadi karena peningkatan tekanan
hidrostatik dalam kapiler paru, penurunan tekanan osmotik seperti
pada nefritis atau kerusakan dinding kapiler. Dinding kapiler yang
rusak dapat disebabkan oleh inhalasi gas-gas yang berbahaya,
peradangan seperti pada pneumonia, atau karena gangguan lokal
oksigenisasi.
Pembentukan edema paru terjadi dalam dua stadium :
Edema intertisial yang ditandai pelebaran ruang perivaskular dan ruang
peribronkial, serta peningkatan aliran getah bening

Terjadinya edema alveolar sewaktu cairan bergerak masuk kedalam
alveoli.
Mukus didefinisikan sebagai lendir kental, membulur dan lengket
yang disekresikan di saluran pernapasan, biasanya sebagai akibat
dari peradangan, iritasi atau infeksi pada saluran udara, dan
dibuang melalui mulut.
Mukus berfungsi melembabkan saluran napas dan menjerat
mikroorganisme atau kotoran untuk dikeluarkan lewat batuk.
Selama ekspirasi, pori-pori khon menutup, akibatnya tekanan di
dalam alveolus yang tersumbat meningkat sehingga membantu
pengeluaran sumbatan mukus. Sebaliknya pori-pori khon tetap
tertutup sewaktu inspirasi dangkal, sehingga tidak ada ventilasi
kolateral menuju alveolus yang tersumbat, dan tekanan yang
memadai untuk mengeluarkan sumbatan mukus tidak akan
tercapai.

Bronkokontriksi adalah penyempitan jalan nafas khususnya bronkioli.

Penyempitan saluran nafas terjadi pada emfisema paru. Yaitu
penyempitan saluran nafas ini disebabkan elastisitas paru yang
berkurang. Penyebab dari elastisitas yang berkurang yaitu defiensi Alfa
1-anti tripsin. Dimana AAT merupakan suatu protein yang menetralkan
enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan
merusak jaringan paru. Dengan demikian AAT dapat melindungi paru
dari kerusakan jaringan pada enzim proteolitik. Didalam paru terdapat
keseimbangan paru antara enzim proteolitik elastase dan anti
elastasesupaya tidak terjadi kerusakan. Perubahan
keseimbangan menimbulkan kerusakan jaringan elastic paru. Arsitektur
paru akan berubah dan timbul emfisema.

Sumber elastase yang penting adalah
pankreas. Asap rokok, polusi, dan infeksi ini
menyebabkan elastase bertambah banyak.
Sedang aktifitas system anti elastase menurun
yaitu system alfa- 1 protease inhibator terutama
enzim alfa -1 anti tripsin (alfa -1 globulin).
Akibatnya tidak ada lagi keseimbangan antara
elastase dan anti elastase dan akan terjadi
kerusakan jaringan elastin paru
danmenimbulkan emfisema.


Membantu klien dengan teknik-teknik nafas dalam, batuk
dan pernafasan
Melakukan Fisioterapi dada
Meningkatkan pertukaran gas

Patologi forensik berasal dari bahasa Latin, adalah cabang
patologi berkaitan dengan penentuan penyebab kematian
berdasarkan pemeriksaan atas mayat (autopsi). Autopsi
mayat dilakukan oleh patolog atas permintaan pejabat
berwenang dalam kerangka investigasi terhadap kasus
kejahatan atau kasus perdata pada beberapa wilayah hukum.
Melalui patolog forensik identitas mayat umumnya dapat
dikonfirmasikan.
Pemeriksaan makroskopik paru.
Pemeriksaan Mikroskopik paru-paru.

Tenggelam adalah suatu bentuk sufokasi berupa
korban terbenam dalam cairan dan cairan
tersebut terhisap masuk ke jalan napas sampai
alveoli paru-paru.
Pemeriksaan diatom
Pemeriksaan Getah Paru
Pemeriksaan Kimia Darah


Asma merupakan penyakit inflamasi kronik
saluran napas yang disebabkan oleh reaksi
hiperresponsif sel imun tubuh seperti sel
mast, eosinofil, dan limfosit-T terhadap
stimulus tertentu dan menimbulkan gejala
dyspnea, wheezing, dan batuk akibat obstruksi
jalan napas yang bersifat reversibel dan
terjadi secara episodik berulang (Brunner &
Suddarth, 2001).

Tanda dan Gejala Asma
Gejala asma sering timbul pada waktu malam dan pagi hari. Gejala
yang di timbulkan berupa batuk-batuk pada pagi, siang, dan malam
hari, sesak napas, bunyi saat bernapas (wheezing atau ngik..ngik..),
rasa tertekan di dada, dan gangguan tidur karena batuk atau sesak
napas. Gejala ini terjadi secara reversibel dan episodik berulang
(Yayasan Asma Indonesia, 2008, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,
2006, Lewis et al., 2000).
Gejala asma dapat diperburuk oleh keadaan lingkungan, seperti
terpapar oleh bulu binatang, uap kimia, perubahan temperatur,
debu, obat (aspirin, beta-blocker), olahraga berat, serbuk, infeksi
sistem respirasi, asap rokok dan stres (GINA, 2004). Gejala asma
dapat menjadi lebih buruk dengan terjadinya komplikasi terhadap
asma tersebut sehingga bertambahnya gejala terhadap distress
pernapasan yang di biasa dikenal dengan Status Asmatikus
(Brunner & Suddarth, 2001).
Pathway Asma

Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang
tidak sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian
paru yang terserang tidak mengandung udara dan kolaps
Pada atelektasis absorbsi, obstruksi saluran napas/
menghambat masuknya udara ke dalam alveolus yang terletak
distal terhadap sumbatan. Udara yang sudah terdapat dalam
alveolus tersebut diabsorbsi sedikit demi sedikit ke dalam
aliran darah dan alveolus kolaps.
Atelektasis tekanan diakibatkan oleh tekanan ekstrinsik pada
semua bagian paru atau bagian dari paru, sehingga mendorong
udara keluar dan mengakibatkan kolaps. Atelektasis tekanan lebih
jarang terjadi dibandingkan dengan atelektasis absorbsi.
Pathway
Atelektasis

Pneumonia adalah suatu proses inflamasi dimana
kompartemen alveolar terisi oleh eksudat. Pneumonia
juga merupakan proses inflamatori parenkim paru yang
umumnya disebabkan oleh agens infeksius.
Gambaran klinis pneumonia bersifat mendadak
disertai menggigil, demam, nyeri pleuritik, batuk
dan sputum yang berwarna seperti karat. Ronki
basah dan gesekan pleura dapat terdengar diatas
jaringan yang terserang oleh karena ekshudat dan
fibrin dalam alveolus dan dapat pula pada
permukaan pleura.
Pathway
Pneumonia
Pathway
Obstruksi Saluran
Nafas

Fibrosis Paru
Silikosis
Abses Paru
Tumor paru

Anda mungkin juga menyukai