Anda di halaman 1dari 62

Kelompok 5 Nurhasanah Fikri Aulia Dita Prilia Nurdiana Rista Yuli Yovie Ranto Fri Aswandi Angga Kurniawan

Steffi Shelvie

POKOK BAHASAN
pengertian jenis Prosedur pemasangan Sindrom gips Pencegahan komplikasi askep pengertian

jenis
Prinsip traksi efektif Pencegahan komplikasi askep

GIPS

TRAKSI
2

Latar belakang
Saat ini, penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia Salah satu masalah yang sering terjadi ialah fraktur. Ada beberapa cara yang digunakan dalam penanganan pertama pada kasus fraktur diantaranya adalah dengan traksi dan gips Jadi Indikasi di pasangnya gips dan traksi adalah klien dengan fraktur dan dislokasi sendi

GIPS

Gips???????
imobilisasi eksternal yang kaku yang dicetak sesuai kontur tubuh tempat gips dipasang (Brunner dan Suddart, 2000). digunakan untuk mengimobilisasi fraktur yang telah direduksi, mengoreksi deformitas, memberikan tekanan yang merata pada jaringan lunak di bawahnya, memberikan dukungan dan stabilitas bagi sendi yang mengalami kelemahan.

Tujuan => immobilisasi tubuh dalam posisi tertentu dan memberikan tekanan yang merata pada jaringan lunak yang terletak di dalamnya. posisi faal. Gerakan aktif merupakan syarat mutlak

Jenis-jenis gips
#) berdasarkan lokasi dimana gips dipasang Gips lengan Gips lengan pendek Gips lengan panjang

Gips tungkai
Gips tungkai pendek. Gips tungkai panjang Gips berjalan.

Gips tubuh atau spika


Gips spika Gips spika bahu Gips spika pinggul
7

#) berdasarkan bahan Gips plester Gips nonplester Gips nonplester berpori

Prosedur pemasangan
#) Persiapan Alat
Bahan gips dengan ukuran sesuai ekstremitas tubuh yang akan di gips Baskom berisi air biasa (untuk merendam gips) Baskom berisi air hangat Gunting perban Bengkok Perlak dan alasnya Washlap

Pemotong gips Kasa dalam tempatnya Alat cukur Sabun dalam tempatnya Handuk Krim kulit Spons rubs ( terbuat dari bahan yang menyerap keringat) Padding (pembalut terbuat dari bahan kapas sintetis)

10

#) Teknik pemasangan
Siapkan pasien dan jelaskan pada prosedur yang akan dikerjakan. Siapkan alat-alat yang akan digunakan untuk pemasangan gips. Daerah yang akan di pasang gips dicukur, dibersihkan,dan di cuci dengan sabun, kemudian dikeringkan dengan handuk dan di beri krim kulit Sokong ekstremitas atau bagian tubuh yang akan di gips.

11

Posisikan dan pertahankan bagian yang akan di gips dalam posisi yang di tentukan dokter selama prosedur. Pasang spongs rubs (bahan yang menyerap keringat) pada bagian tubuh yang akan di pasang gips, pasang dengan cara yang halus dan tidak mengikat. Masukkan gips dalam baskom berisi air, rendam beberapa saat sampai gelembung-gelembung udara dari gips habis keluar. Selanjutnya, diperas untuk mengurangi air dalam gips.

12

Pasang gips secara merata pada bagian tubuh. Setelah pemasangan, haluskan tepinya, potong, serta bentuk dengan pemotong gips Bersihkan Partikel bahan gips dari kulit yang terpasang gips. Sokong gips selama pergeseran dan pengeringan dengan telapak tangan.

13

Prosedur pelepasan
#) persiapan alat
Gergaji listrik/pemotong gips Gergaji kecil manual Gunting besar Baskom berisi air hangat Gunting perban Bengkok dan plastic untuk tempat gips yang di buka Sabun dalam tempatnya Handuk Perlak dan alasnya Waslap Krim atau minyak

14

#) tekhnik pelepasan
Yakinkan pasien bahwa gergaji listrik atau pemotong gips tidak akan mengenai kulit. Gips akan di belah dengan menggunakan gergaji listrik Gunakan pelindung mata pada pasien dan petugas pemotong gips Potong bantalan gips dengan gunting Sokong bagian tubuh ketika gips di lepas

15

Cuci dan keringkan bagian yang habis di gips dengan lembut oleskan krim atau minyak Ajarkan pasien secara bertahap melakukan aktifitas tubuhsesuai program terapi Ajarkan pasien agar meninggikan ekstremitas atau mengunakan elastic perban jika perlu untuk mengontrol pembengkakan.

16

Sindrom gips
Immobilisasi => intoleransi aktivitas Respon psikologis ansietas =>perubahan tingkah laku Respon fisiologis penimbunan udara khusus peningkatan penekanan ileus distensi mual dan muntah

17

Pencegahan komplikasi
# Sindrome kompartemen adanya peningkatan tekanan jaringan dalam rongga yang terbatas nyeri yang tidak dapat diobati, pembengkakan yang berlebihan, respon pengisian kapiler yang buruk, tidak mampu menggerakkan jari tangan dan kaki

18

lakukan bivalve

meninggikan ekstremitas yang terpasang gips


fasiotomi untuk menurunkan tekanan didalam

kompartemen. memantau secara ketat respon klien, respon neurovaskuler harus dicatat, setiap adanya perubahan harus segera dilaporkan kepada tim medis.

19

#) Dekubitus Tekanan gips pada jaringan lunak dapat mengakibatkan anoksia jaringan dan ulkus Tempat paling rentan pada ekstremitas bawah adalah tumit, malleolus, punggung kaki, kaput fibula, dan permukaan anterior patella. mengeluh nyeri dan rasa kencang

20

Pelepasan gips untuk melihat landsung daerah yang

dicurigai Bivalving =>


Dibuat potongan memanjang pada gips dan kapisan

bantalan Gips dilonggarkan Bagian anterior dan posterior gips kemudian diikat bersama dengan pembalut elastis ekstremitas ditinggikan

21

askep
Pengkajian Pengkajian fisik bagian tubuh yang akan di gips Data obyektif: apakah ada luka di bagian yang akan digips.
1.

22

Diagnosa dan intervensi keperawatan

23

4. Implementasi implementasikan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat

24

5. Evaluasi Dx. Kurang pengetahuan mengenai program pengobatan. Kriteria evaluasi : klien secara aktif berpartisipasi dalam program terapi : Meninggikan ekstremitas yang terkena Berlatih sesuai instruksi

25

Dx. Nyeri b.d. gangguan muskuloskeletal. Kriteria evaluasi : Klien melaporkan berkurangnya nyeri : Meninggikan ekstremitas yang di gips Merubah posisi
Dx. Kerusakan mobilitas fisik b.d. penggunaan gips. Kriteria evaluasi : Klien dapat mobilisasi fisik : Melakukan latihan sendi dan jari-jari kaki Partisipasi aktif dengan perawatan Menggunakan alat bantu dengan aman
26

Dx.Kurang perawatan diri: makan, mandi/hyegene, berpakaian/berdandan, atau toileting b.d. keterbatasan mobilitas. Kriteria evaluasi : Klien berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri : Melakuka aktivitas hygiene dan kerapihan secara mandiri atau dengan bantuan minimal Makan sendiri secara mandiri atau dengan bantuan minimal

27

Dx. Kerusakan integritas kulit b.d. laserasi dan abrasi. Kriteria evaluasi : Klien memperlihatkan penyembuhan abrassi dan laserasi : Tidak memperlihatkan tanda dan gejala infeksi sistemik Tidak memperlihatkan tanda infeksi lokal misalnya cairan, bau, dan ketidaknyamanan lokal

28

TRAKSI

29

Traksi???????
Traksi adalah pemasangan gaya tarikan ke bagian

tubuh. Traksi digunakan utuk menahan kerangka pada posisi sebenarnya, penyembuhan, mengurangi nyeri, mengurangi kelainan bentuk atau perubahan bentuk.

30

Tujuan Traksi........
1.
2. 3. 4. 5.

Mobilisasi tulang belakang servikal. Reduksi dislokasi/subluksasi, Distraksi interforamina vertebrae, Mengurangi rasa nyeri, Mengurangi deformitas.

31

Jenis-jenis traksi
Traksi lurus/langsung Memberikan gaya tarikan dalam satu garis lurus dengan bagian tubuh berbaring di tempat tidur. Contoh traksi lurus yaitu traksi ekstensi Buck dan traksi pelvis.
Traksi suspense seimbang
Memberi dukungan pada ekstremitas yang sakit di atas tempat tidur sehingga memungkinkan mobilisasi pasien sampai batas tertentu tanpa terputusnya garis tarikan.

32

Lanjutan ........
Traksi dapat dilakukan pada kulit (traksi kulit) atau langsung ke skelet tubuh (traksi skelet) dan traksi manual. a) Traksi kulit Traksi kulit digunakan untuk mengontrol spasme kulit dan memberikan imobilisasi. Traksi kulit terjadi akibat beban menarik tali, spon karet atau bahan kanvas yang diletakkan dikulit.

33

Traksi kulit apendikular (hanya pada ekstremitas) digunakan pada orang dewasa, termasuk traksi ekstensi Buck, traksi Russel, dan traksi Dunlop.
a. Traksi Buck
Merupakan bentuk traksi kulit dimana tarikan

diberikan pada satu bidang bila hanya imobilisasi parsial atau temporer yang diinginkan Digunakan untuk memberikan rasa nyaman setelah cedera pinggul sebelum dilakukan fiksasi bedah.
34

b. Traksi Russell
menyokong lutut yang fleksi pada penggantung dan

memberikan gaya tarikan horizontal melalui pita traksi dan balutan elastis ke tungkai bawah.

Dapat digunakan untuk fraktur pada plato tibia

35

c. Traksi Dunlop
Merupakan traksi pada ekstremitas atas, Traksi horizontal diberikan pada humerus dalam

posisi abduksi, dan traksi vertical diberikan pada lengan bawah dalam posisi fleksi.

36

Traksi kulit aksial (melibatkan kepala dan batang tubuh), serviks dan pelvis digunakan untuk menangani nyeri punggung.

37

b. Traksi skelet
Metode ini sering digunakan untuk menangani fraktur

femur, tibia, humerus, dan tulang leher. Traksi dipasang langsung ketulang dengan menggunakan pin metal atau kawat (misalnya Steinmans pin, Kircher wire) yang dimasukan ke dalam tulang di sebelah distal garis fraktur, menghindari saraf, pembuluh darah, otot, sendi, dan tendon Fraktur skelet biasanya menggunakan beban 7-12 kg untuk mencapai efek terapi.
38

c. Traksi manual

Dipasang dengan tangan yang merupakan traksi yang sangat sementara yang biasa digunakan pada saat pemasangan gips, memberi perawatan kulit dibawah boot busa ekstensi Buck, atau saat menyesuaikan dan mengatur alat traksi.

39

Prinsip-prinsip traksi efektif


Setiap pemasangan traksi harus dipikirkan adanya

kontraksi yaitu gaya yang bekerja dengan arah berlawanan Traksi harus berkesinambungan agar reduksi dan imobilisasi fraktur efektif. Traksi kulit pelvis dan servikssering digyunakan untuk mengurangi spasme otot dan biasanya diberikan sebagai traksi intermiten.

40

Prinsip traksi efektif:

Kontraksi harus dipertahankan agar traksi tetap efektif, 2. Traksi skelet tidak boleh putus 3. Tubuh pasien harus dalam keadaan sejajar dengan pusat tempat tidur ketika traksi dipasang 4. Pemberat harus tergantung bebas dan tidak boleh terletak pada tempat tidur atau lantai.
1.

41

Rumus pemasangan traksi kulit

: 1/7 x BB

42

Pencegahan komplikasi
A. Dekubitus 1. Periksa kulit dari adanya tanda tekanan dan lecet, kemudian berikan intervensi awal untuk mengurangi tekanan. 2. Perubahan posisi dengan sering dan memakai alat pelindung kulit (misalnya pelindung siku) sangat membantu perubahan posisi 3. Konsultasikan penggunaan tempat tidur khusus untuk mencegah kerusakan kulit 4. Bila sudah ada ulkus akibat tekanan, perawat harus konsultasi dengan dokter atau ahli terapi enterostomal mengenai penanganannya.

43

B. Kongesti paru dan pneumonia

Auskultasi paru untuk mengetahui status pernapasan klien 2. Ajarkan klien untuk napas dalam dan batuk efektif 3. Konsultasikan dengan dokter mengenai penggunaan terapi khusus, 4. Bila telah terjadi masalah pernapasan, perlu diberikan terapi sesuai order
1.

44

C. Konstipasi dan anoreksia


Diet tinggi serat dan tinggi cairan dapat membantu merangsang motilitas gaster. 2. Bila telah terjadi konstipasi, konsultasikan dengan dokter mengenai penggunaan pelunak tinja, laksatif, suposituria, dan enema. 3. Kaji dan catat makanan yang disukai klien dan masukan dalam program diet sesuai kebutuhan
1.

45

D. Stasis dan saluran kemih

Pantau masukan dan keluaran berkemih. 2. Anjurkan dan ajarkan klien untuk minum dalam jumlah yang cukup, dan berkemih tiap 2-3 jam sekali. 3. Bila tampak tanda dan gejala terjadi infeksi saluran kemih, konsultasikan dengan dokter untuk menanganinya
1.

46

E. Trombosis vena profunda

Ajarkan klien untuk latihan tumit dan kaki dalam batas traksi. 2. Dorong untuk minum yang banyak untuk mencegah dehidrasi dan homokonsentrasi yang menyertainya, yang akan menyebabkan stasis. 3. Pantau klien dari adanya tanda-tanda thrombosis vena dalam dan melaporkannya ke dokter untuk menentukan evaluasi dan terapi.
1.
47

askep
Pengkajian Pengkajian fungsi sistem tubuh perlu dilakukan terus menerus karena imobilisasi dapat menyebabkan terjadinya masalah pada kulit, respirasi, gastrointestinal, perkemihan, dan kardiovaskular. Pengkajian psikologis perlu dilakukan karena pasien takut melihat peralatannya dan cara pemasangannya.
1.

48

Pengkajian psikologis perlu dilakukan karena pasien

takut melihat peralatannya dan cara pemasangannya.


Pasien sering menunjukkan kebingungan,

disorientasi, dan depresi karena pasien terimobilisasi dalam bagian waktu yang cukup lama.

49

Pengkajian dilakukan pada bagian tubuh yang ditraksi

meliputi status neurovaskular neurovaskular (mis., warna, suhu, pengisian kapiler, edema, denyut nadi, rabaan, kemampuan bergerak) yang dievaluasi dan dibandingkan dengan ekstremitas yang sehat. Selain itu, kaji adanya nyeri tekan betis, hangat, kemerahan, pembengkakan, atau tanda Homan positif ( ketidaknyamanan pada betis ketika didorso fleksi dengan kuat) karena merupakan tanda trombosis vena profunda.
50

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan pada klien yang menggunakan

traksi menurut Altman (1999), adalah kerusakan mobilitas fisik, nyeri, dan risiko kerusakan integritas kulit Sedangkan menurut Smeltzer (2002), diagnosis keperawatan utama yang dapat ditemukan pada klien yang dipasang traksi adalah kurang pengetahuan mengenai program terapi, ansietas berhubungan dengan traksi, imobilisasi, kurang perawatan diri
51

Berdasarkan dua pendapat di atas dapt disimpulkan diagnosis keperawatan yang dapat ditemukan pada klien dengan traksi adalah sebagai berikut :
1.
2. 3. 4. 5.

Kurang pengetahuan mengenai program terapi.


Ansietas yang berhubungan dengan status kesehatan dan alat traksi. Nyeri yang berhubungan dengan traksi dan imobilisasi. Kurang perawatan diri : makan, higiene, atau toileting yang berhubungan dengan traksi. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan proses penyakit dan traksi.

52

53

4. Implementasi
Tindakan dilakukan sesuai dengan intervensi keperawatan.

54

5. Evaluasi
Dx. Kurang pengetahuan mengenai program terapi.

Kriteria evaluasi : Klien menunjukkan pemahaman terhadap program terapi 1. Menjelaskan tujuan traksi. 2. Berpartisipasi dalam rencana keperawatan

55

Dx. Ansietas yang berhubungan dengan status

kesehatan dan alat traksi. Kriteria evaluasi : Klien menunjukkan penurunan ansietas
Berpartisipasi aktif dalam perawatan 2. Mengekspresikan perasaan dengan aktif
1. Dx. Nyeri yang berhubungan dengan traksi dan

imobilisasi. Krieteria evaluasi : Klien menyebutkanpeningkatan kenyamanan


56

Mengubah posisi sendiri sesering mungkin 2. Kadang kadang meminta analgesik oral
1.
Dx. Kurang perawatan diri : makan, higiene, atau toileting

yang berhubungan dengan traksi. Kriteria evaluasi : Klien mampu melakukan perawatan diri 1. Memerlukan sedikit bantuan pada saat makan, mandi, berpakaian, dan toileting

57

Dx. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan

dengan proses penyakit dan traksi. Kriteria evaluasi : Klien menunjukkan mobilitas yang meningkat
Melakukan latihan yang dianjurkan 2. Menggunakan alat bantu yang aman.
1.

58

Klien dengan gips

59

Klien dengan traksi

60

Daftar pustaka
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien

Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : EGC. Bruner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC. Tucker, Susan Martin dkk. 1998. Proses Keperawatan, Diagnosis, Dan Evaluasi Vol. 3. Jakarta: EGC. Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. Jakarta: EGC. Ningsih, Nurna dan Lukman. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika Berman, Audrey Dkk. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Ed. 5. Jakarta: EGC.
61

62

Anda mungkin juga menyukai