Anda di halaman 1dari 16

BAB III

INFEKSI SILANG

Pada saat ini perhatian tertuju kepada potensial terjadinya infeksi silang
(cross-infection) dalam tindakan atau perawatan gigi, penyakit infeksi
tersebut seperti HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang menyebabkan
AIDS, hepatitis B dan penyakit-penyakit menular lainnya. Infeksi silang
(cross-infection)dapat terjadi melalui jalur-jalur sebagai berikut pasien, dokter
gigi beserta staf, dan peralatan/instrumen.(gambar.1) (Miller,2005; Samaranayake,
2002)

Gambar 1. Rute/ jalur-jalur infeksi silang (cross-infection)
(Samaranayake, 2002)

Transmisi dari infeksi ini dapat terjadi dengan kontak langsung
dengan pasien atau kontak tidak langsung melalui instrumen
terkontaminasi. Berberapa jenis alat kedokteran gigi terutuma Handpiece High
Speed dan Ultra Sonic Scaler menghasilkan aerosol yang masif selama
penggunaan. Beberapa mikroba patogen (termasuk didalam saluran
pernapasan) ditransmisikan melalui penyebaran droplet, aerosol, ini
merupakan cara potensial yang penting dari penyebaran infeksi di
bi dang kedokteran gi gi. Steri l i sasi yang efekti f dari i nstrument
Universitas Sumatera Utara
merupakan aturan utama untuk semua kontrol infeksi, akan mencegah
rute/jalur transmisi infeksi silang.(Samaranayake, 2002)
ADA mengemukakan hal-hal yang harus dilakukan secara rutin
untuk melindungi orang-orang yang bekerja di praktik dokter gigi
dan mencegah penularan penyakit dari seorang pasien ke pasien lainnya, yaitu
(Baum, 1995) :
1. Sarung tangan harus dipakai sewaktu merawat pasien.
2. Masker harus dipakai untuk melindungi mukosa mulut dan
hidung dari percikan darah dan air ludah.
3. Mata harus dilindungi dengan semacam kacamata dari percikan
darah dan air ludah.
4. Metode sterilisasi untuk membunuh mikroba harus digunakan
pada alat-alat kedokteran gigi, seperti autoklaf, oven pemanasan
kering, sterilisasi uap kimia dan sterilisasi kimia.
5. Harus diperhatikan untuk membersihkan instrumen dan tempat-
tempat keria. Dalam hal ini termasuk termasuk menggosok dengan
cairan deterjen dan mengelap dengan cairan disinfektan seperti iodine
atau chlorine.
6. Bahan-bahan disposibel yang telah digunakan harus dipegang
dengan hati-hati dan dikumpulkan dalam suatu kantung plastik,
untuk mengurangi berkontak dengan manusia. Alat-alat tajam
seperti jarum atau skalpel harus dimasukkan ke kaleng atau
wadah yang tidak mudah berlubang sebelum dibuang ke dalam
kantung plastik.








Universitas Sumatera Utara
BAB IV
KONTROL INFEKSI

Pada beberapa transimisi infeksi, ada prinsip-prinsip yang
merupakan pondasi prosedur kontrol infeksi modern di bidang kedokteran
gigi, yaitu (Abu, 2008; Miller,2005; Charlton,2002; Samaranayake, 2002;
Baum, 1995) :
1. Riwayat medis
Kumpulan riwayat medis yang akurat merupakan bagian dari
praktek klinik yang baik dan membantu dalam mengidentifikasi
pasien-pasien yang menderita penyakit infeksi. Riwayat medis pasien
dapat menyediakan informasi yang berguna untuk mengetahui penyakit infeksi
sebelumnya yang diderita pasien. Riwayat medis ini juga berguna agar dokter
gigi mengatahui mana pasien yang berisiko tinggi atau yang berisiko rendah
yang dapat menyebarkan penyakit-penyakit infeksi ke staf atau pasien
lainnya. Walaupun riwayat medis sangat berharga untuk identifikasi
pasien yang mempunyai resiko menularkan penyakit, informasi dari riwayat
medis pasien juga berguna untuk menentukan klasifikasi resiko umum dari pasien,
yang bisa digunakan untuk memastikan apakah perlu dilakukan modifikasi
perawatan. Paling tidak riwayat kesehatan harus meliputi kesehatan
umum, rasa sakit yang ada, obat-obatan dan pengobatan, alergi dan
tekanan darah. Pertanyaan yang berkenaan dengan perawatan terakhir dan
dokter yang merawat merupakan informasi tambahan yang bermanfaat.
Data-data yang ada di dalam formulir atau daftar pertanyaan secara
pribadi didiskusikan, di cocokkan dan di kembangkan seperl unya
ol eh dokter gi gi . Apabi l a dikombinasikan dengan evaluasi pasien dan
pemeriksaan rongga mulut yang teliti, maka terlewatnya pasien resiko tinggi
dapat diperkecil.
2. Pcmbersihan alat
Pembersihan alat merupakan suatu langkah yang mutlak
Universitas Sumatera Utara
diperlukan sebelum proses sterilisasi dan disinfeksi. Pembersihan alat
akan mengurangi jumlah mikroba yang melekat, menghilangkan darah,
saliva, atau bahan lain yang yang dijadikan tempat persembunyian
mikroba terhadap sterilisasi. Alat yang hanya kotor dapat menjadi steril
dengan hanya proses tersebut, namun dalam hal ini tidak ada jaminan yang
pasti. Lagipula pasien tidak akan yakin bahwa suatu alat yang kotor dapat
digunakan dengan baik, walaupun steril. Pembersihan alat ini dapat
dilakukan dengan cara mengunakan alat ultrasonik, secara manual, dan
metode pembersihan alat yang lainnya.
a. Pembersihan dengan alat Ultrasonik.
Pembersihan alat dengan ultrasonik akan mengurangi kontak
langsung terhadap alat terkontaminasi dan bahaya terluka atau tertusuk,
dibandingkan pembersihan alat dengan tangan. Selain itu mekanisme
pembersihannya sangat baik dan selama pembersihan petugas dapat
melakukan pekerjaan lainnya. Pembersihan ultrasonik menggunakan
energi ultrasonik untuk mengoptimalkan pembersihan alat sebelum proses
sterilisasi (gambar.2). Energi ultrasonik dihasilkan dari energi elektrik
yang mempunyai gelombang frekuensi antara 20 dan 120 kHz. Energi
ultrasonik menghasilkan berjuta-juta gelembang yang sangat kecil dalam
larutan perendam, sehingga mampu melepaskan kotoran yang melekat
pada permukaan alat. Kotoran yang lepas akan tersuspensikan atau
larut dalam perendamnya. Kebanyakan alat-alat dapat dibersihkan dengan
ultrasonik, kecuali beberapa high-speed handpiece. Untuk
membersihkan alat ini harus diikuti petunjuk pabrik dan harus dalam
keadaan tertutup.

Gambar 2. Alat Pembersih Ultrasonik (Miller.2005; Charlton,
2002)
Universitas Sumatera Utara
b. Pembersihan alat secara manual
Pembersihan alat terkontaminasi dengan tangan merupakan metode
yang sangat efektif untuk menghilangkan kotoran bila dilakukan secara
cermat. Semua permukaan alat disikat dengan hati-hati sambil direndam
dalam larutan pembersih untuk menghindarkan percikan. Setelah itu
dilanjutkan pembilasan dengan percikan minimal. Pembersihan alat
secara manual tidak rutin dilakukan, karena kontak langsung dengan alat
terkontaminasi yang maksimal, menambah peluang tertusuk atau terluka
melalui sarung tangan. Membersihkan alat-alat harus menggunakan
sarong tangan karet yang tebal (gambar.3). Bi l a pembersi h ultrasonik
bekerja dengan baik, maka penyikatan dengan tangan ticlak diperlukan,
kecuali untuk beberapa alat, misalnya untuk membersihkan semen yang
melekat keras pada alat.

Gambar 3. Digunakan sarung tangan
karet yang tebal sewaktu membersihkan
alat-alat (Baum,1995).

3. Metode Pembersihan alat yang lainnya
Rumah sakit atau klinik gigi yang besar umumnya menggunakan alat
pencuci dan dekontaminator yang bertekanan tinggi. Alat pencuci piring
yang biasa digunakan didapur seringkali tidak memiliki tekanan air yang
cukup untuk pencucian alat kedokteran gigi yang efektif (gambar.4).
Universitas Sumatera Utara

Gambar 4. Alat Pencuci (Miller,2005)

4. Sterilisasi dan disinfeksi alat
Dalam mempertimbangkan metoda sterilisasi yang dipakai,
sangatlah penting untuk membedakan seterilisasi dan desinfeksi.
Sterilisasi adalah proses yang dapat membunuh semua mikroba hidup,
termasuk bakteri dan sporanya, sebagai bentuk mikroorganisme yang
paling sulit dibunuh, begitu pula virus ataupun j amur. Desi nfeksi
merupakan suatu proses untuk membunuh mikroorganisme patogen
sebagai penyebab timbulnya penyakit, walaupun tidak semua
mikroorganisme hadir. Pada umumnya disinfeksi ditujukan untuk benda
mati, sedangkan terhadap benda atau jaringan hidup digunakan istilah antisepsis.
Metode Sterilisasi yang biasa digunakan dalam kedokteran gigi
adalah melalui salah satu dari metode yang umum, yaitu :
a. Sterilisasi Dengan Pemanasan Uap ( Steam Sterilization )
Sterilisasi dengan pemanasan uap (otoklafisasi) meliputi pemanasan air
sampai menghasilkan uap dalam ruang autoklaf yang tertutup, dan uap lembab
yang panas ini membunuh mikroorganisme dengan cepat. Karena sistem tertutup,
uap yang terbentuk akan menjadi uap jenuh dan memenuhi ruangan sterilisator
menggantikan udara yang lebih dingin, dan menghasilkan tekanan. Yang
membunuh mikroorganisme adalah uap panasnya, bukan tekanannya. Karena
daiam sistem tertutup hampa udara, uap ini akan lebih meningkatkan
temperatur dibandingkan uap yang terbentuk dari air mendidih dalam panci
terbuka pada 212F atau 100C, yang memberi peluang kepada uap
Universitas Sumatera Utara
bercampur dengan udara yang lebih dingin diatas panci. Pabrik telah
mengatur sterilisator itu untuk mencapai temperatur uap maksimum,
yaitu sekitar 250F (121.5C) atau 273F (134C) dengan tekanan masing-
masing 103 atau 206 kilopaskal (kPa), yang sama dengan 15 atau 30 pounds per
inci kuadrat (gambar.5).
Alat-alat jangan dibungkus terlalu rapat, karena uap harus bebas
tersirkulasi dan berkontak dengan semua permukaan alat didalam autoklaf. Bila
volume yang disterilkan berjumlah banyak, maka dibutuhkan waktu pemaparan
yang lebih lama untuk mencapai bagian sentral / pusat benda yang disterilkan,
misalnya untuk sterilisasi sejumlah 5 liter cairan memerlukan waktu selama 70
menit.

Gambar 5. Alat sterilisasi dengan
pemanasan uap (Huup ,2003)
b. Sterifisasi Dengan Uap Kimia Tak Jenuh (Unsatured Chemical
Vapor Sterilization)
Sterilisasi dengan uap kimia tak jenuh melibatkan permanasan, suatu
larutan kimia khusus dalam ruang tertutup, sehingga menghasilkan uap
kimia panas yang dapat membunuh mikroorganisme (gambar.6). Larutan kimia
berisi 0.23% formaldehid, 72.38 % etanol +aseton, keton, air dan alkohol lainnya.
Lindungi kulit, dan mata dari kontak langsung dengan larutan dan jangan
mengisap uap kimianya. Alat-alat yang, akan disterilkan harus dibersihkan
dahulu, dikeringkan, dibungkus longgar untuk memberi kesempatan kepada uap
meresap masuk dan berkondensasi kedalam bungkusan. Bungkusan yang
terlalu tebal dan rapat membutuhkan waktu pemaparan lebih panjang karena uap
Universitas Sumatera Utara
kimia yang tidak jenuh tidak dapat berpenetrasi kedalamnya.
Sterilisasi dengan uap kimia tak jenuh dinamakan juga Harvey sterilizer atau
Chemiciave, yang dioperasikan melalui 4 siklus: pemanasan/
pembentukan uap, siklus sterilisasi, depresurisasi, dan siklus pilihan untuk
pembuangan uap. Setelah larutan khusus dimasukkan, ruang sterilisator diisi,
pintunya ditutup dan tombol unit dipasang on. Pemanasan ini Akan menyebabkan
larutan kimia menguap, menghasilkan tekanan sekitar 172 kPa (25 psi) dan
ketika temperatur mencapai kira-kira 270 F (132C) siklus sterilisasi
dimulai. Temperatur dijaga selama 20 menit, kemudian ruangan ini di
depresurisasi, dengan penurunan temperatur.
Keuntungan pemakaian sterilisasi dengan uap kimia ini adalah
mencegah terjadinya karat pada alat yang terbuat dari karbon baja atau
pembentukan karatnya sangat dikurangi. Karena itu penting sekali untuk
mengeringkan alat-alat sebelum sterilisasi. Air yang tersisa pada alat basah
dapat mengganggu proses bebas karat. Karena larutan kimia yang digunakan
segera menguap dengan pemanasan, maka alat-alat yang disterilkan dengan cara
ini akan tetap kering pada akhir proses depresurisasi.
Seperti pada sterilisasi pernanasan dengan uap, sangat penting
diperhatikan bahan setiap bungkusan jangan disusun terlalu rapat, untuk
memberi kesempatan kepada uap kimia berkontak langsung dengan benda
yang disterilkan. Begitu pula wadah tertutup jangan dipakai namun untuk
pembungkus dalam proses sterilisasi dengan chemiclave digunakan biofilm,
kantung, atau pembungkus sterilisasi yang diindikasikan. Demikian pula
untuk pembungkus jangan digunakan linen, bahan tenun / absorben lainnya
seperti handuk kertas, karena dapat menyerap bahan kimia dan mengurangi
penguapan. Sterilisator ini dioperasikan dalam ruangan yang minimal
mempunyai ventilasi normal. Sebagai pelengkap digunakan pengisap udara yang
mampu mengumpulkan bahan kimia dari uap dalam ruang sterilisator setelah
proses sterilisasi berakhir, sehingga sangat mengurangi bau bahan kimia yang
berasal dari ruangan ketika pintunya dibuka.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 6. Alat Sterilisasi Ocean Uap
Kimia Tak J enuh (Miller,2005)


c. Sterilisasi Dengan Pemanasan Kering (Dry Heat Sterilization)
Sterilisasi dengan pemanasan kering meliputi pemanasan udara dan
transfer energi panas dari udara ke alat. Untuk mencapai hal ini dibutuhkan
temperatur yang lebih tinggi dari pada sterilisasi dengan pemanasan uap air atau
uap kimia. Pemanasan kering dilakukan pada temperatur sekitar 320-375"F
(160-190C), tergantung dari tipe sterilisatornya. Keuntungan pemakaian
sterilisasi pemanasan kering ialah alat-alat yang terbuat dan baja karbon tidak
berkarat seperti pada sterilisasi dengan pemanasan uap.

5. Pcnggunaan alat-alat sekali pakai
Sterilitas alat bisa dengan mudah dipastikan apabila menggunakan
alat-alat sekali pakai (disposibel) seperti gelas kumur plastik, saliva ejektor
tip, sendok cetak dan jarum suntik (gambar.7). Yang paling penting adalah
jarum suntik yang digunakan untuk anestesi lokal atau bahan yang lain. J arum
tersebut terbungkus sendiri-sendiri dan disterilkan, sehingga dijamin
ketajaman dan sterilitasnya. Benang dan jarum jahit juga tersedia dalam
bentuk siap pakai, yang disebut dengan armed suture yaitu jarum yang
disatukan dengan benang jahitnya. Skalpel atau kombinasi skalpel dengan
tangkai juga tersedia dalam bentuk steril untuk sekali pemakaian. Sarung tangan
steril baik yang panjang maupun yang pendek menjamin adanya asepsis dan
dibungkus rangkap dua untuk menjamin bahwa pada waktu pemakaian tidak
terkontaminasi. Sebagian besar peralatan dibungkus dengan sistem peel
down, dibungkus rangkap dua sehingga memungkinkan orang yang tidak
Universitas Sumatera Utara
menggunakan sarung tangan membuka dan menyerahkan isinya kepada
orang lain yang sudah memakai sarung tangan atau menaruh isinya
ditempat yang steril. Apabila bungkusannya sobek peralatan tersebut
sebaiknya jangan digunakan. Label pada kemasan sering berisi peringatan
agar tidak digunakan ulang, dan peringatan ini mempunyai kekuatan hukum.
Gambar 7. Penggunaan Alat-alat sekali pakai, A. Air/water syringe
tip, B. High volume evacuator tip, C. Fluoride gel tray, D.

Impression tray, E. Prophylactic cup on nondisposable prophylactic
angle, F. Prophylactic angle and cup, G. Saliva ejector tip.
(Miller,2005)

6. Dekont
Kebersihan saja tidaklah cukup untuk mengurangi kemungkinan
rjadinya kontaminasi silang. Dekontaminasi permukaan-permukaan yang
, Instrumen atau tangan operator biasanya
bisa di
foil atau plastik
yang j
aminasi permukaan
te
tersentuh sekresi mulut pasien
atasi dengan bahan kimia anti mikroba. Semua permukaan kerja yang
terkontaminasi, pertama-tama dilap dengan handuk penghisap untuk
menghilangkan bahan-bahan organik, kemudi an didesinfeksi dengan
l arutan pemuti h (clorox di encerkan dalam perbandingan 1:10 sampai
dengan 1:100). Hal tersebut dilakukan setiap hari. Pemutih adalah salah
satu bahan anti mikroba yang murah dan efektif, namun perlu
diperhatikan bahwa bahan ini bersifat korosif terhadap logam.
Permukaan yang akan menjadi atau akan terkontaminasi setelah
perawatan diproteksi dengan pembungkus disposable sebelum terkontaminasi
(gambar.8). Kertas dengan lapisan kedap, air, alumunium
ernih bisa dipergunakan sebagai penutup permukaan yang mudah
terkontaminasi dengan darah atau saliva, yang sulit didisinfeksi secara
Universitas Sumatera Utara
efektif misalnya pegangan lampu dan kepal unit sinar-X. Penutup ini
dibuka oleh personil yang menggunakan sarung tangan pada akhir suatu
ti ndakan pembedahan, kemudi an di ganti dengan yang bersi h (sesudah
melepas sarung tangan atau mengganti sarung tangan).









7. Pakaian kerja ya
Semua dokter gi gi dan staf harus mengunakan pakai an yang
da t melindungi tubuh dan pakaiannya dari kontaminasi seperti, jas lab
ical jacket ). Untuk membatasi kontaminasi
silang










Gambar 8. Peralatan yang permukaannya
ditutup (Miller,2005)
ng melindungi
pa
berlengan panjang ( long sleeved clin
pada dokter gigi, staf dan pasiennya maka digunakan triad barrier yaitu
masker, sarung tangan, dan kacamata pelindung (gambar.9). Sarung
tangan operasi harus secara rutin digunakan oleh semua personil yang
berhubungan langsung dengan pasien dan yang menangani cairan tubuh,
jaringan atau objek yang terkontaminasi dengan pasien. Penggunaan sarung
tangan untuk setiap pasien harus yang baru.
Universitas Sumatera Utara
Masker operasi dan kacamata pelindung harus dipakai oleh dokter
gigi dan staf pendukung yang dekat dengan pasien. Masker harus
dipakai bila dokter gigi atau pasien menderita infeksi pernapasan. Masker
harus d
percikan
darah

ibuang kalau basah atau setidaknya setelah 1 jam digunakan.
Rambut harus dijauhkan dari daerah kerja. Tutup kepala berguna
untuk mencegah rambut terkena percikan dan aerosol. Pelindung wajah
(surgical face mask
-
) gunanya untuk melindungi terhadap
atau cairan tubuh lainnya.

Gambar 9. Pakaian kerja ya

8. enghindaran terhadap lu m dan
b
Diketahui bahwa penyebaran infeksi virus seperti Hepatitis B,
leh karena itu perlu untuk pencegahan dan
penang
ng dapat melindungi (Miller,2005)
ka yang diakibatkan oleh jaru P
enda tajam lainnya
Hepatitis C dan HIV diperoleh dari kecelakaan dari jarum suntik dan
benda tajam lainnya. O
anan yang baik ketika dokter gigi dan staf menggunakan jarum
suntik dan alat-alat tajam lainnya (gambar.10). J arum yang telah
digunakan harus selalu disarungkan kembali, supaya tidak melukai dokter
gigi dan staf yang lain atau orang lain. J arum dan alat-alat tajam
Universitas Sumatera Utara
lainnya setelah digunakan harus disimpan kedalam tempat pembuangan
sampah

medis yang khusus.




Gamb r 10. A. Self-resheathing needle. B. Tempat sampah alat yang tajam
(Hupp, 2003)

Imunisasi
gi dan stafnya 10 kali lebih mudah terkena infeksi virus
dibanding dengan populasi umum. Vaksinasi atau imunisasi terhadap
Hepat
entilasi yang efektif
Penggantian udara di dalam daerah operasi harus adekuat untuk
tetikum atau bahan-bahan aerosol
selam


a
9.
Dokter gi
itis B, tuberculosis, tetanus dan yang lainnya sangat diperlukan oleh
dokter gigi dan stafnya. Kegunaan dari vaksin ini adalah untuk mencegah
penularan infeksi.
10. Aspirasi dan v
mencegah polusi oleh gas-gas anes
a persiapan ruangan. Dimana AC yang dipergunakan untuk penggantian
sirkulasi harus di cek untuk memastikan penggantian yang adekuat dari gas
yang tidak diinginkan, uap air dan aerosol.
Universitas Sumatera Utara
Penggunaan volume tekanan udara yang tinggi akan menimbulkan
erbagai resiko infeksi silang dari a b erosol. Resiko lebih lanjut ini
dihilan
ri
pelum
b. Ope
.
h staf yang berpengalaman.
fektan yang
amanan terhadap limbah medis.
Sampah terkontarninasi dan bahan sekali pakai harus ditempatkan
i dan diberi seal terlebih dahulu
sebelum
kotak dimana akan
menghi
gkan dengan ventilasi yang baik. Aspirator tube dan saliva
ejectors harus disiram dengan air dan dengan desinfektan (sodium
hypochlorite 0,1%) menurut instruksi pabrik diantara pergantian pasien
Handpiece, ultrasonic scaler dan syringe air dan udara dimana bisa
dilepaskan harus disiram selama 30 detik, dibongkar, dibersihkan dibe
as dan diautoklaf diantara pasien. handpiece yang tidak di
autoklaf didisinfeksi dengan agen bakterisidal yang cocok.
Tindakan pencegahan tambahan yang diambil ketika pasien terkena HIV:
a. J ika mungkin daftar pasien diakhirkan.
rator harus memakai dua pasang sarung tangan, jubah plastic, topeng
dan pelindungi mata harus dipakai.
c. Team harus dibatasi pada anggota inti dari staf dan prosedur harus
dilakukan oleh yang berpengalaman
d. Hindari penggunaan instrumen dimana bila mudah terjadi kontaminasi,
instrumen dan alat-alat dibersihkan ole
e. Setelah operasi semua permukaan dalam ruangan bedah dan alat-alat
harus dibersihkan dan dibebaskan dari kuman-kuman dengan desin
cocok
11. Peng
dalam kotak kedap air yang sekali paka
dibuang. Sampah yang non infeksi harus dibuang dengan
memakai plastik warna hitam dalam keadaan tertutup.
J arum, suntik dan pisau sekali pakai harus di hancurkan dipotong
atau dibuat tidak bisa dipakai dan dibuang ke dalam
ndari luka selama dibuang. Bahan-bahan tajam meliputi jarum
dan pisau dan jarum suntik harus ditempatkan pada kotak tahan tusukan
dimana harus diberi seal.
Semua ini bersama-sama dengan sampah medis harus dibuang
Universitas Sumatera Utara
memakai kantong merah, dan terkunci. Kantong plastik merah harus
diambil
i harus kita buang untuk
mence
oleh pelayanan khusus klinik dan rumah sakit.
Anestesi local, cairan intra vena obat yang ada dalam suntikan yang
tidak terpakai dan beberapa porsi obat yang tidk terpaka
gah penggunaan yang tidak hati-hati pada pasien lain. Sampah cair
harus dituangkan secara hati-hati ke pembuangan dan disiram dengan air,
percikan dan cemplungan harus dihindari.













Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN

Tujuan utama dari tindakan pencegahan penyebaran penyakit infeksi
adalah untuk mengurangi resiko kontak dengan mikroorganisme patogen dan
mencip
i, dimana individu yang
kelihat
encemaran mikroba patogen kepada pasien, tenaga
keseha
i wayat medi s, pembersi han
alat,


takan lingkungan kerja yang aman, baik untuk pasien maupun untuk
orang-orang yang bekerja dalam bidang kedokteran gigi.
Riwayat kesehatan pasien atau pemeriksaan fisik saja tidak dapat
mengidentifikasi pasien yang menderita penyakit infeks
an sehat bahkan hasil pemeriksaan laboratoriumnya menunjukkan hasil
negatif. Oleh karena itu semua pasien yang datang harus dianggap memiliki
mikroorganisme patogen dan semua tindakan pencegahan penyebaran penyakit
infeksi harus dilakukan.
Tujuan pengelolaan alat kedokteran gigi adalah untuk menghilangkan atau
meminimalkan resiko p
tan gigi dalam lingkungan perawatan gigi.
Prinsip-prinsip yang merupakan pondasi prosedur kontrol infeksi
modern di bi dang kedokteran gi gi, yai tu r
steril isasi dan di si nfeksi al at,penggunaan al at-al at sekal i
pakai ,dekontami nasi permukaan, pakai an kerj a yang mel i ndungi ,
penghi ndaran terhadap luka yang diakibatkan oleh jarum dan benda
tajam lainnya, immunisasi, aspirasi dan fentilasi yang efektif,
pengamanan terhadap limbah medis.




Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai