Anda di halaman 1dari 20

CA CERVIX

NAMA KELOMPOK :
ADE ROSALIANI
DONY EKA WIJAYA
NIDA MASITOH
TYAS MAGDALENA
Definisi
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas
pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya
pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan
merusak jaringan normal disekitarnya (FKUI, 1990;
FKKP, 1997).
Kanker serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal
pada serviks. Kanker serviks merupakan kanker yang
primer berasal dari serviks (kanalis serviksalis dan
porsio). Serviks adalah bagian ujung depan rahim
yang menjulur ke
vagina. (http://infokesehatan2009.html)
etiologi
Penyebab langsung kanker serviks belum diketahui.
Faktor ekstrinsik yang diduga berhubungan dengan
insiden karsinoma serviks, antara lain infeksi Human
Papilloma Virus (HPV) dan spermatozoa. Karsinoma
serviks timbul di sambungan skuamokolumner
serviks. Faktor resiko yang berhubungan dengan
karsinoma serviks ialah perilaku seksual berupa mitra
seks multipel, multi paritas, nutrisi, rokok, dan lain-
lain. Karsinoma serviks dapat tumbuh eksofitik
maupun endofitik.

FAKTOR PREDISPOSISI
faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker
serviks, antara lain adalah :
1. Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan
pada usia muda
Faktor ini merupakan faktor risiko utama. Semakin
muda seorang perempuan melakukan hubungan seks,
semakin besar risikonya untuk terkena kanker serviks.
Berdasarkan penelitian para ahli, perempuan yang
melakukan hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun
mempunyai resiko 3 kali lebih besar daripada yang
menikah pada usia lebih dari 20 tahun.

2. Berganti-ganti pasangan seksual
Perilaku seksual berupa gonta - ganti pasangan seks akan
meningkatkan penularan penyakit kelamin. Penyakit yang
ditularkan, salah satunya adalah infeksi Human Papilloma
Virus (HPV) telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya
kanker serviks, penis dan vulva. Resiko terkena kanker serviks
menjadi 10 kali lipat pada wanita yang mempunyai partner
seksual 6 orang atau lebih. Di samping itu, virus herpes
simpleks tipe 2 dapat menjadi faktor pendamping.

3. Faktor genetik
Terjadinya mutasi sel pada sel epitel skuamosa serviks yang
menyebabkan terjadinya kanker serviks pada wanita dapat
diturunkan melalui kombinasi genetik dari orang tua ke
anaknya.



4. Kebiasaan merokok
Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks
dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Penelitian
menunjukkan, lendir serviks pada wanita perokok mengandung nikotin
yang dapat menurunkan daya tahan serviks di samping merupakan ko-
karsinogen infeksi virus. Selain itu, rokok mengandung zat benza @
piren yang dapat memicu terbentuknya radikal bebas dalam tubuh yang
dapat menjadi mediator terbentuknya displasia sel epitel pada serviks.

5. Defisiensi zat gizi (vitamin A dan C)
Ada beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa defisiensi vitamin C
dapat meningkatkan risiko terjadinya displasia ringan dan sedang, serta
mungkin juga meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks pada wanita
yang makanannya rendah beta karoten dan retinol (vitamin A).

6. Multiparitas
Trauma mekanis yang terjadi pada waktu paritas dapat mempengaruhi
timbulnya infeksi, perubahan struktur sel, dan iritasi menahun

7. Gangguan sistem kekebalan
Bisa disebabkan oleh nikotin yang dikandung dalam rokok,
dan penyakit yang sifatnya immunosupresan, contohnya : HIV
/ AIDS

8. Status sosial ekonomi lemah
Umumnya, golongan wanita dengan latar belakang ekonomi
lemah tidak mempunyai biaya untuk melakukan pemeriksaan
sitologi Pap Smear secara rutin, sehingga upaya deteksi dini
tidak dapat dilakukan.
(sumber : Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2 dan Ilmu Kandungan, Hanifa
Wiknjosastro)
KLASIFIKASI

a. 0 : Karsinoma In Situ ( KIS), membran basalis utuh
b. I : Proses terbatas pada servks walaupun ada
perluasan ke korpus uteri
c. I a : Karsinoma mikro invasif, bila membran basalis
sudah rusak dan sel tumor sudah stroma tidak > 3 mm, dan sel
tumor tidak tedapat didalam pembuluh limfe atau pembuluh
darah.
d. I b : Secara klinis tumor belum tampak sebagai
karsinoma, tetapi pada pemeriksaan histologi ternyata sel tumor
telah mengadakan invasi stroma melebihi Ia
e. II : Proses keganasan telah keluar dari serviks dan
menjalar 2/3 bagian atas vagina dan parametrium, tetapi tidak
sampai dinding panggul
f. III a : Penyebaran sampai bagian distal vagina,
sedang parametrium tidak dipersoalkan asal tidak sampai
dinding panggul.
g. III b : Penyebaran sudah sampai dinding panggul,
tidak ditemukan daerah infiltrat antara tumor dengan
dinding panggul.
h. IV : Proses keganasan telah keluar dari panggul
kecil dan melibatkan mokusa rektum dan atau vesika
urinaria atau telah bermetastasi keluar panggul ketempat
yang jauh
i. IV a : Proses sudah sampai mukosa rektum dan atau
vesika urinaria atau sudah keluar dari pangul kecil,
metastasi jauh belum terjadi
j. IV b : Telah terjadi metastasi jauh.

Patofisiologi

1. Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka
regresi yang tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia
menjadi karsinoma insitu (KIS) berkisar antara 1 7 tahun,
sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu
menjadi invasif adalah 3 20 tahun (TIM FKUI, 1992).

2. Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat,
diawali adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan
menjadi progresif. Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas
regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma
mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan
keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7 10 tahun
perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif berkembang
menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya proses
keganasan.




Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka,
pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke
kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan
pada serviks, parametria dan akhirnya dapat menginvasi
ke rektum dan atau vesika urinaria. Virus DNA ini
menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal zona
transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain
mengakibatkan perubahan gen pada molekul vital yang
tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat serta
kontrol pertumbuhan sel normal sehingga terjadi
keganasan (Suryohudoyo, 1998; Debbie, 1998).
MANIFESTASI KLINIK

Pada fase prakanker (tahap displasia), sering tidak ada gejala atau
tanda-tanda yang khas. Namun, kadang bisa ditemukan gejala-
gejala sebagai berikut :
1. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang
keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi
dan nekrosis jaringan
2. Perdarahan setelah senggama (post coital bleeding) yang
kemudian berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal
3. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-
kuningan dan berbau busuk.
4. Bisa terjadi hematuria karena infiltrasi kanker pada traktus
urinarius


5. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan
kronis.
6. Kelemahan pada ekstremitas bawah
7. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian
bawah bila ada radang panggul. Bila nyeri terjadi di
daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi infiltrasi
kanker pada serabut saraf lumbosakral.
8. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering
karena kurang gizi, edema kaki, timbul iritasi kandung
kencing dan poros usus besar bagian bawah (rektum),
terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau
timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.
Pemeriksaan diagnostik
1. Sitologi/Pap Smear
Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat.
Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.

2. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak
mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang
normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak
berwarna.

3. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu
dan dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan ; dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga
mudah untuk melakukan biopsy.
Kelemahan ; hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio,
sedang kelianan pada skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak
terlihat

4. Kolpomikroskopi
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai
200 kali

5. Biopsi
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis
karsinomanya.

6. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks
dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil
sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan
yang jelas.
Tingkat Penatalaksanaan
0 Biopsi kerucut, Histerektomi transvaginal.
I a Biopsi kerucut, Histerektomi transvaginal.
I b,II a Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul
dan evaluasi kelenjar limfe paraaorta (bila terdapat
metastasis dilakukan radioterapi pasca pembedahan).
II b, III,
IV
Histerektomi transvaginal.
IV a, IV
b
Radioterapi, radiasi paliatif, kemoterapi.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien (Nama, umur, jenis kelamin, alamat)
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan
disertai keputihan menyerupai air.
b. Riwayat kesehatan sekarang
pada stadium awal klien tidak merasakan keluhan yang
mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4
timbul keluhan seperti : perdarahan, keputihan dan rasa nyeri
intra servikal
c. Riwayat kesehatan dahulu
Data yang perlu dikaji adalah : Riwayat abortus, infeksi pasca
abortus, infeksi masa nifas, riwayat ooperasi kandungan, serta
adanya tumor
d. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien
3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
- Rambut : bersih, tidak ada ketombe, dan tidak rontok
- Wajah : tidak ada oedema
- Mata : konjunctiva tidak anemis
- Hidung : simetris, tidak ada sputum
- Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
- Mulut : bibir tidak kering, tidak sianosis, mukosa bibir
lembab, tidak terdapat lesi
- Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan tidak ada
pembesaran kelenjer getah bening
b. Dada
- Inspeksi : simetris
- Perkusi : sonor seluruh lap paru
- Palpasi : vocal fremitus simetri kana dan kiri
- Auskultasi : vesikuler
c. Cardiac
- Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : ictus cordis teraba
- Perkusi : pekak
- Auskultasi : tidak ada bising
d. Abdomen
- Inspeksi : simetris, tidak ascites
- Palapasi : tidak ada nyeri tekan
- Perkusi : tympani
- Auskultasi : bising usus normal
e. Genetalia
Ada lesi, adanya pengeluaran pervaginam, berbau
f. Ekstremitas
Tidak oedema

Anda mungkin juga menyukai