PENGARUH POLA TUMPANGSARI TERHADAP EROSI TANAH PADA LAHAN KERING
BERBASIS JAMBU METE DI NTB
Ahmad Suriadi, Sudarto dan M. Nazam Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB ABSTRAK Sebagian besar jambu mete di NTB di tanam di lahan kering yang dicirikan dengan kesuburan yang rendah dimana kandungan bahan organik tanah rendah, agregat tanah kurang mantap, peka terhadap erosi dan kandungan hara utama (N,P, dan K) relatif rendah, tekstur tanah pasiran sehingga kurang mampu menahan air dan lapisan tanah (solum) pada umumnya dangkal Pengkajian pengaruh pola tumpangsari terhadap erosi tanah di lahan kering berbasis jambu mete telah dilakukan pada lahan mete petani dengan jarak tanam ! " ! m melalui on farm research di #mor$#mor Kecamatan Kayangan %ombok Barat Pola tumpangsari yang diaplikasikan pada lahan pertanaman jambu mete adalah padi&jagung&ubi kayu dan kacang tanah&jagung&ubi kayu 'rum telah dipasang untuk menampung tanah yang terba(a erosi pada masing$masing petak sampai a(al musim kemarau untuk menampung tanah yang terba(a air dan selanjutnya dihitung laju erosi pertahun Pola tumpangsari tersebut juga diaplikasikan pada lahan petani tanpa tanaman jambu mete 'ata hasil percobaan dianalisis dengan menggunakan analisis of variance )asil pengkajian menunjukkan bah(a kedua pola tumpangsari tersebut tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah tanah yang tererosi pada lahan kering berbasis jambu mete, meskipun jumlah tanah yang tererosi cenderung lebih banyak pada pola tumpangsari padi&jagung&ubi kayu dibandingkan dengan pola tumpangsari kacang tanah&jagung&ubi kayu Sebaliknya jumlah tanah yang tererosi pada lahan tanpa jambu mete lebih banyak dibandingkan dengan tanah yang tererosi pada lahan jambu mete 'emikian juga jumlah tanah yang tererosi pada pola tumpangsari padi&jagung&ubi kayu lebih tinggi dibandingkan dengan pola kacang tanah&jagung&ubi kayu pada lahan tanpa tanaman jambu mete )asil analisis usahatani menunjukkan bah(a produksi dan keuntungan bersih petani kooperator lebih tinggi daripada non kooperator dengan B*+ ratio berturut$ turut ,,-./ 0,1/ ,,2. dan ,,33 untuk padi&jagung&ubi kayu (kooperator), kacang tanah&jagung&ubi kayu (koooperator), padi&jagung&ubi kayu (nonkooperator) dan kacang tanah&jagung&ubi kayu (nonkooperator) B*+ ratio sistem tumpangsari kacang tanah&jagung&ubi kayu kooperator lebih tinggi dibandingkan dengan sistem yang lain, sedangkan B*+ ratio yang paling rendah adalah tumpangsari jagung&padi nonkooperator 4mplikasi dari kegiatan ini adalah bah(a petani sebaiknya memanfaatkan lahan pertanaman jambu mete dengan pola tumpangsari kacang tanah&jagung&ubi kayu untuk menekan jumlah tanah yang tererosi dan meningkatkan keuntungan usahatani Kata kunci5 erosi, lahan kering, tumpangsari, lahan jambu mete. PENDAHULUAN 6egetasi mempunyai peranan yang sangat besar dalam penekanan erosi tanah Pada hutan rimba, hampir tidak terjadi erosi tanah dan kalaupun ada kehilangan tanah tidak jauh berbeda dengan kecepatan pembentukan tanah Sebaliknya tanah yang tanpa 7egetasi hampir selalu terjadi erosi dan kehilangan tanah jauh lebih besar daripada tanah yang terbentuk Salah satu masalah yang perlu diatasi dalam pemanfaatan lahan kering dan lahan marginal seperti pada tanaman jambu mete adalah penurunan produkti7itas tanah (degradasi) akibat penurunan kandungan bahan organik, solum tanah yang dangkal, banyak singkapan batu dipermukaan tanah dan tingkat erosi telah lanjut (Notohadipra(iro, 08!!) Proses terjadinya degradasi dapat berlangsung dalam (aktu yang cukup lama dan dapat terjadi dalam (aktu yang cukup singkat (tahunan) terutama disebabkan oleh adanya musim kemarau dan musim penghujan 'egradasi yang terjadi dalam (aktu yang cukup pendek disebabkan oleh cara pengelolaan tanah yang tidak memperhatikan kaidah$kaidah konser7asi Keadaan tersebut secara langsung dapat menyebabkan penurunan kesuburan tanah (9auck, 08..) Thorne dan Thorne (08.!) mengemukakan bah(a ada 3 praktek pengelolaan lahan yang dapat mengurangi laju erosi yaitu (0) 7egetasi, (2) sisa tanaman, (1) pengelolaan tanah, (:) efek sisa rotasi tanaman dan (3) praktik pendukung mekanik 'isamping itu, kombinasi kanopi dan sisa tanaman mampu melindungi permukaan tanah dari daya perusak butir hujan dan dapat memperbaiki sifat fisik tanah, yang secara nyata dapat meningkatkan laju infiltrasi dan mengurangi laju erosi Pengolahan tanah dan pergiliran tanaman sangat menentukan dalam kesukesan konser7asi tanah di lahan kering Pengolahan tanah seperlunya (minimum tillage) dan menerapkan pergiliran tanaman dengan tanaman pupuk hijau maupun sistem tumpangsari merupakan beberapa contoh teknik konser7asi tanah dan air 4rianto et al 08!- mengemukakan bah(a pengolahan tanah sepertlunya disertai dengan pemberian mulsa mampu menahan laju erosi pada tanah ultisols berlereng Kemampuan menekan erosi dalam sistem usahatani tanaman pangan sangat ber7ariasi dan tergantung pola tanam yang diterapkan Pada pola tanam monokultur, kemampuan menekan erosi masih cukup rendah )al ini ditandai dengan masih tingginya nilai faktor tanaman (faktor +) dari persamaan umum erosi yaitu Universal Soil loss Equation (;S%<) Nilai + berkisar dari , sampai 0/ semakin tinggi nilai +,maka semakin kecil peranan tanaman dalam menekan erosi #bdurahman et al. (08!:) melaporkan nilai + untuk tanaman jagung, padi gogo, kacang tanah, kedelai dan kacang jogo berturut$turut adalah ,,-:/ ,,3-/ ,,:3/ ,,:, dan ,,0- Pola tanam tumpangsari bila ditinjau dari segi konser7asi tanah tampaknya mempunyai efekti7itas yang lebih tinggi daipada monokultur Sukmana dan <rfandi, (08!!) mengemukakan bah(a sistem tanam lorong (alley cropping) atau tumpangsari merupakan teknik yang dapat menahan laju aliran permukaan dan mengurasi erosi tanah Pada tanaman tumpangsari, penutupan tanah oleh 7egetasi lebih rapat dan (aktunya lebih lama sehingga erosi diharapkan akan lebih kecil =alaupun demikian, masih perlu diteliti sejauhmana kemampuan dan efekti7itas pola tanam tumpangsari dapat mengurangi erosi Tulisan ini mengungkapkan hasil pnelitian yang sedang dilakukan di %ombok Barat dengan tujuan untuk mengetahui dan menunjukkan sejauhmana pengaruh sistem tumpangsari terhadap erosi tanah pada lahan pertanaman jambu mete di lahan kering METODOLOGI Penelitian dilaksanakan di lahan petani (on farm research) seluas 3 ha di #mor$#mor, Kecamatan Kayangan, Kabupaten %ombok Barat, di ba(ah bimbingan peneliti dan penyuluh Pendekatan penelitian ini dilakukan dengan mengelompokkan petani sebagai petani peserta (petani kooperator) dan petani non peserta (nonkooperator) ;ntuk mengetahui keunggulan teknologi ini, maka hasil penelitan ini dibandingkan dengan hasil yang diperoleh petani nonkooperator >ancangan percobaan yang digunakan adalah racangan acak kelompok yang diulang sebanyak minimal 1 kali Perlakuan kombinasi antara lahan mete dan tanpa mete dengan beberapa pola tumpangsari telah diterapkan pada percobaan ini Beberapa petani yang mempunyai lahan dengan kemiringan sekitar 3? dipilih dan dibuat petak percobaan berukuran 0,m " 1m Panjang petak searah lereng dan lebarnya memotong lereng Perlakuan yang diterapkan pada lahan petani kooperator yang pada lahannya telah ada tanaman jambu mete dengan jarak tanam ! " ! m adalah tumpangsari kacang tanah&jagung&ubi kayu dan padi&jagung&ubi kayu %ahan petani tersebut di bagi 2 bagian yaitu sebagian lahan pertanaman jambu mete digunakan untuk perlakuan tumpangsari padi&jaung&ubi kayu dan sebagiannya lagi untuk tumpangsari kacang tanah&jagung&ubi kayu Tanam dilakukan dengan sistem tugal dengan arah sebisa mungkin barisannya membujur dari timur @ barat Tanaman jagung menggunakan jarak tanam 03, " 1, cm, ubi kayu 03, " 1, cm, padi 2, " 2, cm dan kacang tanah 2, " 2, cm 6arietas tanaman yang digunakan meliputi5 jagung bersari bebas 7arietas Lamuru, padi 7arietas Widas, kacang tanah 7arietas lokal dan ubi kayu 7arietas lokal Pada lahan petani nonkooperator yang tidak ada tanaman mete juga diperlakukan dengan perlakuan yang sama dengan petani kooperator Pada bagian ba(ah setiap petak ditempatkan bak penampung (drum) yang digunakan untuk menampung tanah yang tererosi dan air runoff Pengamatan dilakukan terhadap beberapa sifat tanah, curah hujan, prosentase aliran permukaan dan erosi, produksi tanaman dan analisis usahatani Sifat tanah a(al ditentukan dengan mengambil contoh tanah secara komposit pada dua kedalaman yaitu ,$2, cm dan 2,$:, cm Pemasangan penangkar hujan (Ambrometer tipe obser7atorium) di lokasi penelitian bertujuan untuk mengukur curah hujan setiap hari pada pukul ,.,, (ita apabila ada hujan pada hari sebelumnya Pengukuran aliran permukaan dan tanah tererosi yang tertampung dalam bak penampung dari masing$masing petak dilakukan setiap pukul ,.,, (ita apabila terjadi hujan pada hari sebelumnya #ir aliran permukaan diukur setelah tanah tererosi mengendap dan sampel tanah tererosi ditimbang +ontoh tanah basah yang tertampung pada bak yang dipasang pada setiap petak diambil untuk ditentukan bobot tanah keringnya <rosi dan aliran permukaan diukur dengan menggunakan metode pengukuran erosi sistem petak kecil (%embaga Penelitian Tanah, 08.3) Produksi tanaman ditentukan dengan mengambil sampel pada setiap petak #nalisis usahatani dilakukan dengan menggunakan analisis B*+ ratio (#nonim, 08!!) Pengamatan produksi ubi kayu pada setiap perlakuan tidak diamati karena ubi kayu masih belum bisa dipanen HASIL DAN PEMBAHASAN Beberapa sifat fisik dan kimia tanah di lokasi percobaan dapat dilihat pada Tabel 0 Pada tabel tersebut menunjukkan bah(a tekstur tanah lokasi percobaan tergolong lempung pada lapisan atas dan lempung berpasir pada lapisan ba(ahnya dengan kandungan pasir lebih besar dari 3,? sedangkan liatnya (clay) sangat rendah 4ni menunjukkan bah(a tanah tersebut cukup porus disamping aggregat yang cukup lemah dan agak lepas$lepas Kemasaman tanah (p)) tergolong netral, kandungan bahan organik tergolong rendah baik pada lapisan atas maupun lapisan ba(ah, kandungan N total sangat rendah dan kapasitas tukar kation tergolong rendah pada kedua lapisan sedangkan kejenuhan basa tergolong sedang Kandungan P2A3 dan K2A dengan ekstrak )+l 23? tergolong sangat tinggi pada kedua lapisan )al ini mungkin disebabkan bah(a dilokasi tersebut telah terjadi pemupukan yang cukup berat dan intensif terhadap posphat Tabel 0 Beberapa Sifat Tanah di %okasi Penelitian Kedalaman Tekstur (?) Kelas tekstur B' Kadar air (? 7ol) p) N total + Arg +*N (cm) pasir debu liat g*cc Klp Tlp #T )2A ? ? , $ 2, 1! 31 8 loam 003 1,: 80 201 -12 ,02 010 00 2, $ :, .1 22 3 Sandy %oam 000 23! !: 0.: --0 ,00 0,: 8 Kedalaman Nilai Tukar Kation B%) KTK Kejenuhan basa P2A3 K2A (cm) (me*0,, gram) +a Cg K Na me*0,, gram (?) )+l 23? (mg*0,,g) , $ 2, -! 22 0 ,1 0,1 0-8 -2 0-! 02. 2, @ :, .3 23 03 ,1 00! 08. -, 0.2 0:. Kemampuan tanah memegang air sangat ditentukan proporsi liat (clay) dan kandungan bahan organik tanah Kemampuan tanah memegang air pada lapisan atas lebih tinggi dibandingkan dengan lapisan ba(ah )al ini karena pada lokasi tersebut, proporsi liat pada lapisan atas lebih tinggi dibandingkan dengan lapisan ba(ah tanah 'emikian juga kandungan bahan organik tanah pada lapisan atas lebih tinggi dibandingkan dengan lapisan ba(ah, (alaupun perberdaannya tidak besar 'istribusi dan curah hujan bulanan di lokasi penelitian dapat di lihat pada Dambar 0 Cenurut Aldemen et al (08!,), bulan yang curah hujannya lebih dari 2,, mm*bulan digolongkan ke dalam bulan basah =alaupun data curah hujan yang diperoleh kurang dari 0 tahun (Nopember @ Cei), dari gambar tersebut dapat dilihat bah(a bulan basah ( +) E2,, mm*bulan) hanya terjadi selama 1 bulan yaitu pada bulan Banuari, 9ebruari dan Caret Sebagian besar petani dilokasi penelitian melaksanakan penanaman tanaman semusim pada akhir bulan 'esember )al ini dapat dipahami karena pada akhir bulan 'esember jumlah curah hujan sudah cukup untuk melakukan penugalan CirFa (0883) menyatakan curah hujan -, mm per dasarian itu diperlukan untuk menopang kebutuhan e7apotranspirasi pada periode pertumbuhan a(al tanaman semusim Dambar 0 'istribusi curah hujan bulanan dilokasi penelitian Pengaruh pola tanam terhaap ero!" an al"ran permu#aan$ Bumlah tanah yang tererosi dan prosentase aliran permukaan yang terjadi selama penelitian dapat dilihat pada Dambar 2 Pengaruh pola tumpangsari terhadap erosi tanah tidak menunjukan perbedaan yang nyata baik pada lahan pertanaman jambu mete maupun lahan tanpa jambu mete Namun demikian, pola tumpangsari kacang tanah&jagung&ubi kayu lebih mampu menekan erosi yang terjadi dibandingkan dengan pola tumpangsari padi&jagung&ubi kayu pada kedua lahan pertanaman )al ini terjadi karena berhubungan dengan tajuk tanaman Tajuk tanaman kacang tanah lebih luas dibandingkan dengan tajuk tanaman padi 'isamping itu, tanaman kacang tanah lebih pendek dibandingkan tanaman padi )al ini menyebabkan laju erosi lebih rendah pada tanaman kacang tanah dibandingkan pada padi )asil penelitian #bdurahman et al 0 100 200 300 400 500 Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Bulan (2005/2006) C u r a h
h u j a n
( m m ) (08!3) juga menunjukkan bah(a pola tanam tunggal maupun tumpang gilir dapat memperlambat laju erosi 'emikian juga hasil penelitian %angdale et al. (0882) menunjukkan bah(a akumulasi residu tanaman pangan selama 3 tahun sebanyak 2, ton*ha dapat menurunkan leju erosi dari 23,: ton*ha menjadi G,,0 ton*ha, bahkan erosi tidak menurun lagi (alaupun jumlah akumulasi residu tanaman bertambah 0 10 20 30 40 50 KcJ M PJM KcNM PJNM Erosi (ton/ha) Aliran per!"aan (#)$ a a b b a ab bc c 0 10 20 30 40 50 KcJ M PJM KcNM PJNM Erosi (ton/ha) Aliran per!"aan (#)$ a a b b a ab bc c Keterangan5 H #liran permukaan (?) yaitu jumlah air yang tertampung selama musim hujan dibagi total curah hujan dilokasi penelitian KcBC, PBC dan NC I Tumpangsari kacang tanah&jagung&ubi kayu, Padi&jagung&ubi kayu pada lahan jambu mete dan pada lahan tanpa tanaman mete Dambar 2 Bumlah tanah tererosi dan prosentase aliran permukaan pada berbagai pola tumpangsari di #mor$#mor Pengaruh tanaman mete terhadap erosi tanah dapat dilihat pada Dambar 2 Tanaman mete berpengaruh nyata terhadap jumlah erosi yang terjadi pada lahan tersebut =alaupun jumlah erosi yang terjadi masih lebih besar dari batas ambang toleransi yaitu 01:- ton*ha (Thompson, 08!.), namun jumlah tanah yang tererosi pada lahan mete untuk setiap perlakuan tumpangsari lebih kecil dibandingkan dengan jumlah erosi pada lahan tanpa tanaman jambu mete )al ini menunjukkan bah(a adanya tanaman jambu mete dilahan akan mampu menekan laju erosi yang terjadi Pola aliran permukaan tidak jauh berbeda dengan pola erosi (Dambar 2) Total curah hujan selama pengamatan erosi adalah 0:11,0 mm Prosentase aliaran permukaan yang paling tinggi diperoleh pada pola tumpangsari padi&jagung&ubi kayu pada lahan tanpa tanaman jambu mete, sedangkan prosentase aliran pemukaan yang terkecil terjadi pada pola tumpangsari kacang tanah&jagung&ubi kayu 'engan demikian, kombinasi antara tanaman jambu dan kacang tanah yang ditanam pada pertanaman jambu mete mampu menekan aliran permukaan dengan cukup signifikan Prou#!" Tanaman Produksi tanaman pada berbagai pola tumpangsari yang diaplikasikan pada lahan pertanaman jambu mete dan tanpa lahan jambu mete dapat dilihat pada Tabel 1 Tabel tersebut menunjukkan bah(a produksi jagung dan kacang tanah pada lahan pertanaman jambu mete lebih tinggi dibandingkan dengan produksi tanaman tersebut pada lahan tanpa jambu mete Namun produksi padi lebih tinggi pada petani nonkoperator dibandingkan dengan petani kooperator Secara umum, hal ini berhubungan dengan teknologi budidaya yang berbeda pada petani kooperator dan petani non koperator Petani kooperator menerapkan sistem usahatani yang dianjurkan (pemupukan) sedangkan petani nonkooperator menerapkan sistem usahatani sesuai dengan caranya sendiri Tabel 2 >ata$rata Produksi Tanaman Pada Berbagai Pola Tumpangsari Pada %ahan Pertanaman Bambu Cete dan Tanpa %ahan Bambu Cete Ura"an Pa" Jagung Ka%ang tanah Kg&ha Lahan mete '#ooperator( Padi&jagung&ubi kayu .38a 2!,:b KcTanah&jagung&ubi kayu 2.00b 3.2b Tanpa mete 'non#ooperator( Padi&jagung&ubi kayu !11b 03!1a KcTanah&jagung&ubi kayu 03,,a :3,a +6 (?) 02,3 20,2 00,2 Anal"!"! u!ahatan" Berdasarkan hasil (a(ancara dengan petani di lokasi penelitian mengenai paket teknologi sistem tumpangsari, maka tumpangsari kacang tanah&jagung&ubi kayu lebih mendapat respon positif dibandingkan dengan tumpangsari padi&jagung&ubi kayu )al ini dapat dipahami karena tumpangsari kacang tanah&jagung& ubi kayu memberikan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan paket yang lain )al ini juga didukung oleh hasil analisis usahatani yang disajikan pada Tabel 1 Tabel 1 #nalisis ;sahatani Kooperator dan Nonkooperator di #mor$#mor Kecamatan Kayangan Kabupaten %ombok Barat Ura"an Kooperator Non Kooperator Pa") Jagung K% tanah) Jagung Pa") Jagung K% tanah) Jagung Biaya sarana produksi 0033,,, 02,3,,, 813,,, 8-,,,, Biaya tenaga kerja 0,8-000 000...! 0011111 0,20--. Total *"a+a prou#!" ,$,-.$... ,$/,,$001 ,$231$/// .$41.$330 Prou#!" '#g&ha( % Bagung 2!,: 2.00 03!1 03,, % Padi .38 !11 % Kc Tanah $ 3.2 :3, N"la" Prou#!" 'Rp&ha( /$0-/$2-3 5$0./$114 ,$3,-$222 /$20-$222 % Bagung (>p 0,,,*kg) 2!,:::: 2.00000 03!1111 03,,,,, % Padi (>p 023,*kg) 8:!-00 0,:0--. % Kc Tanah (13,,*kg) 2,,2..! 03.3,,, Keuntungan *er!"h .$-2.$455 ,$/4.$... --3$330 .$24/$/// B*+ ratio ,,-. 0,,1 ,,2. ,,33 Tabel di atas menunjukkan analisis usahatani tanaman semusim yang ditanam pada lahan pertanaman jambu mete Secara umum, sistem tumpangsari kooperator lebih baik dibandingkan dengan sistem tumpangsari non kooperator Produksi dan keuntungan bersih petani kooperator lebih tinggi daripada non kooperator Keadaan tersebut diperkuat oleh nilai B*+ ratio petani kooperator lebih tinggi dibandingkan dengan petani nonkooperator Keuntungan bersih yang diperoleh petani kooperator pada pola tumpangsari kacang tanah&jagung&ubi kayu hampir 2 kali lebih tinggi dibandingkan dengan keuntungan petani nonkooperator pada sistem tumpangsari yang sama Sedangkan keuntungan bersih petani kooperator hampir 1 kali lebih tinggi dibandingkan dengan petani nonkooperator pada sistem tumpangsari kacang hijau&jagung )al ini ditunjukkan oleh tingginya nilai keuntungan bersih dan B*+ ratio tumpangsari yang lakukan oleh petani kooperator dibandingkan petani nonkooperator Keadaan ini mungkin disebabkan oleh sumberdaya agroklimat yang cukup baik untuk pertumbuhan tanaman padi dibandingkan dengan tanaman kacang tanah Kondisi iklim lokasi penelitian untuk tahun ini cukup baik dengan curah hujan yang cukup lebih tinggi dibandingkan dengan tahun$tahun sebelumnya, yang menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi baik Sistem tumpangsari nonkooperator memberikan hasil yang paling rendah dibandingkan dengan sistem monokulture maupun sistem tumpangsari kooperator )al ini disebabkan karena petani tidak memperhatikan kualitas benih (terutama benih jagung) yang digunakan Benih jagung yang dipakai adalah benih hibrida turunan yang dipanen tahun sebelumnya yang sudah jelas produktifitasnya rendah 'emikian juga dalam hal pemupukan, petani nonkooperator tidak melakukan pemupukan sesuai dengan takaran yang dianjurkan Takaran pupuk yang diberikan ke dalam tanah sangat ditentukan oleh tingkat kemampuan petani nonkoperator dalam membeli pupuk dan sarana produksi yang lain KESIMPULAN DAN SARAN Ke!"mpulan 0) Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan5 2) Ceskipun pola tumpangsari kacang tanah&jagung&ubi kayu lebih mampu menekan laju erosi yang terjadi dibandingkan dengan pola tumpangsari padi&jagung&ubi kayu pada kedua lahan pertanaman, namun pengaruhnya tidak menunjukan perbedaan yang nyata baik pada lahan pertanaman jambu mete maupun lahan tanpa jambu mete Tanaman mete berpengaruh nyata terhadap jumlah erosi yang terjadi pada tanah 1) kombinasi antara tanaman jambu dan tumpangsari kacang tanah&jagung&ubi kayu yang ditanam pada pertanaman jambu mete mampu menekan aliran permukaan dengan cukup signifikan :) Produksi dan keuntungan bersih petani kooperator lebih tinggi daripada non kooperator B*+ ratio sistem tumpangsari jagung&kacang tanah lebih tinggi dibandingkan dengan sistem yang lain Sedangkan B*+ ratio yang paling rendah adalah pada sistem tumpangsari jagung&padi nonkooperator Saran Berdasarkan hasil penelitian ini maka sebaiknya lahan pertanaman mete dapat dimanfaatkan untuk usahatani tumpangsari kacang tanah&jagung&ubi kayu )al ini disamping sistem tersebut mampu menekan laju erosi yang cukup signifikan, juga mampu memberikan keuntungan yang lebih tinggi sekaligus meningkatkan kualitas lingkungan dan meningkatkan pendapatan usahatani DA6TAR PUSTAKA #bdurahman, #, S #bujamin dan ; Kurnia 08!: Pengelolaan tanah dan tanaman untuk usahatani konser7asi Pemberitaan Penelitian Tanah dan Pupuk 15. @ 02 #nonim 08!! #nalisis ushatani pola tanam Codul Pelatihan pada Proyek P1NT Badan %itbang Pertanian 'epartemen Pertanian 9auck, > 08.. 4nfluences of #griculture Practice on Soil 'egradation 4n #sessing Soil 'egadation 9#A Soil Bulletin 1: 02$01p >oma Thorne, '= and C' Thorne 08.! Soil =ater and +rop Production #64 Publishing +ompany, 4nc =est Port +onnecticut 4rianto, D, Su(ardjo dan 4 Buarsah 08!- Peranan pengelolaan tanah dan sisa tanaman terhadap erosi dan hasil jagung pada ;ltisol %ampung alam Pertemuan Teknis Penelitian Tanah PPT Balitbang 'eptan Bogor %angdale, D=, =+ Cills and #= Thomas 0882 ;se of conser7ation tillage to retard erosi7e effects of large storm !. Soil and Water "ons 50523.$2-, %embaga Penelitian Tanah 08.3 Petunjuk Pelaksanaan Penelitian <ros Sistem Petak Kecil 'ok %PT 02*08.3 CirFa, C 0883 Kemungkinan penggunaan curah hujan untuk penetuan saat tanam padi di sa(ah tadah hujan (hal 2: $ 13) Prosiding dalam Seminar Sehari JPemamfaatan Sumberdaya 4klim 'alam Pengembangan Pertanian Kang <fisienL Perhimpunan Ceteorologi Pertanian 4ndonesia (P<>)4CP4) NTB dan 9akultas Pertanian ;ni7eresitas Cataram Notohadipra(iro, T 08!! Pembaharuan pandangan terhadap kedudukan lahan kering dalam pembangunan pertanian pangan yang terlanjutkan Seminar 9akultas Pertanian ;N4S>4, Surakarta Aldeman, >%, % 4rsal, and Culadi (08!,) The agro$climatic maps of Kalimantan, Caluku, Sukmana, S dan ' <rfandi 08!! Penelitian pengelolaan lahan berombak di Kuamang Kuning Bambi alam )asil Penelitian Pola ;sahatani Terpadu di 'aerah Transmigrasi Kuamang Kuning Bambi PPK$PB%N$Puslittan Bogor Thompson, %C 08!. Soil and Soil 9ertility Cc Dro($)ill Book +oy 4nc Ne( Kork