Anda di halaman 1dari 10

UTS

Geografi Pembangunan
Yuri Isey Agista, 1106015516
Departemen Geografi
Universitas Indonesia, Depok
I. Pendahuluan
Pembangunan merupakan proses dari perubahan. Perubahan tersebut, terbagi menjadi dua, yaitu perubahan
ke arah yang lebih baik dan perubahan ke arah yang lebih buruk. Perubahan ke arah yang lebih baik memerlukan
adanya perencanaan yang matang.
Pembangunan itu sendiri dapat diartikan sebagai suatu upaya yang terkoordinasi untuk menciptakan suatu
altrnatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang
paling manusiawi (Nugroho dan Rochmin Dahuri, 2004). Sehingga pembangunan dapat diartikan sebagai suatu
perubahan yang bertujuan untuk membangkitkan suatu tujuan dari masyarakat (seperti kesejahteraan, dan lain
sebagainya).
Awal mula dari pemikiran pembangunan adalah ketika Perang Dunia II selesai. Karena setelah Perang Dunia
II (berlangsung dari tahun 1939 1945), muncul negara-negara yang membentuk suatu kelompok besar, yaitu
Amerika Serikat (Barat) dan Uni Soviet (Timur). Amerika Serikat menganut aliran liberalism, sedangkan Uni Soviet
menganut aliran sosialis. Kedua negara ini disebut dengan negara maju. Sehingga negara lain yang tidak termasuk
sering disebut dengan negara sedang berkembang. Kerap kali konsep dari negara maju tersebut (Amerika Serikat dan
Uni Soviet) diterapkan pada negara yang sedang berkembang, akan tetapi, konsep tersebut tidak berakhir seperti yang
diharapkan. Seperti contohnya, pendapatan perkapita negara maju apabila diterapkan di negara yang sedang
berkembang akan timbul kesenjangan (gap) sosial, di mana yang kaya semakin kaya dan yang miskin tetap miskin.
Pertumbuhan yang terjadi lebih sering ke arah ekonomi. Dampak yang sering terjadi dari pertumbuhan
ekonomi adalah kesenjangan (gap) dan degredasi lingkungan dimana untuk mencapai suatu pencapaian besar dalam
hal ekonomi tidak melihat dari sudut pandang lingkungan. Seperti contohnya, perkembangan di suatu daerah dapat
dengan melihat perkembangan transportasinya, semakin maju suatu transportasi yang bkembang di suatu daerah maka
smakin maju pula pembangunan yang trjadi di daerah tersbut. Akan tetapi terkadang kemajuan di bidang transportasi
tidak melihat dari sudut pandang lingkungan. Sehingga semakin banyak kendaraan-kendaraan terutama kendaraan
pribadi, maka polusi yang ditimbulkan pun akan semakin tinggi pula.
Perkembangan identik dengan pertumbuhan. Sehingga perkembangan sering diartikan sebagai pertumbuhan.
Perkembangan ini sudah menjadi bahasan pada hampir semua bidang studi (seperti ekonomi, sosiologi, dan lain
sebagainya) termasuk geografi. Akan tetapi, geografi telat mengkaji studi pembangunan dikarenakan:
Ilmu geografi masih bersifat ideografik
1

Dalam hal ini geografi masih mengkaji tempat-tempat yang spesifik dan mendeskripsikannya
masing-masing.


1
Studi ideografik merupakan studi yang mempelajari hal-hal yang spesifik. Ilmu ideografik berkaitan dengan pemahaman terhadap suatu jenis kejadian atau
situasi tertentu. Lawan dari ilmu ideografik adalah ilmu nomotetik yaitu studi yang mepelajari dalil atau prinsip, tidak 1 jenis. Dengan kata lain ilmu
nomotetik merupakan studi yang berkaitan dengan hukum-hukum yang berlaku secara umum, seperti teori fisika, matematika, dan lain sebagainya (Allport,
1937).
Objek studi masih belum jelas
Objek studi di dalam ilmu geografi merupakan pendekatan keruangan
2
. Pendekatan ruang itu sendiri
masih dianggap terlalu luas atau belum terlalu jelas kajiannya.
Berdasarkan Potter et.al (1999), banyak ahli geografi yang menekankan kembali pentingnya tempat dalam
dimensi globalisasi pembangunan. McGee akan berpendapat bahwa kebanyakan geografer selalu menginterogasi
proyek pembangunan dari dalam proyek modernis dalam keyakinan liberal bahwa penelitian yang baik dapat
memberikan solusi yang terbaik. Apa yang merupakan jantung dari pendekatan ini adalah bahwa penyelidikan
geografis berakar pada empirisme yang berfokus pada interaksi masyarakat dan lingkungan, pada jaringan dan arus
orang dan barang, pada pembangunan yang tidak merata dan tidak merata dan, yang paling penting dalam semua
konteks ini, pada sifat lokal tempat. Semua faktor ini, menurut McGee, menempatkan pengembangan geografi tegas
dalam tradisi humanis.
Akibat dari keterlambatan geografi dalam mempelajari pembangunan, membuat geografi mengambil konsep-
konsep pembangunan studi ilmu lain, tetapi tetap dengan menggunakan pendekatan keruangan, antara lain:
Integrasi berbagai gejala atau fenomena dalam ruang (studi unit keruangan)
Distribusi atau asosiasi unsur dalam ruang (studi pola keruangan)
Organisasi gejala dalam ruang (studi proses keruangan)
Sehingga, hasil dari ilmu geografi dalam mempelajari bidang studi ilmu pembangunan akan berkaitan dengan tempat
dan ruang (site and situation
3
), yang kemudian permasalahan tersebut akan menggunakan pertanyaan seperti apa,
dimana, mengapa, dan bagaimana, serta yang lainnya. Hasil untuk menjawab pertanyaan tersebut memerlukan sebuah
saran berupa peta.
Berikut merupakan penelitian perkembangan pembangunan dalam ilmu geografi yang dibedakan atas
analisisnya, antara lain:
Analisis Ekologikal
Analisis ekologikal melihat hubungan manusia dengan lingkungannya.
Contohnya adalah kaitan antara erosi dan tanah longsor terhaap aktivitas usaha tani di Kabupaten
Wonosobo.

Analisis Korogikal
Analisis korogikal menganalisis hubungan dan diferensiasi keruangan di suatu wilayah.
Contohnya adalah: diferensiasi penggunaan tanah di Kabupaten Cianjur.

Analisis Organisasi Keruangan
Analisis organisasi keruangan menganalisis terjadinya pola-pola ternetu di suatu wilayah.
Contohnya adalah jaringan transportasi dengan topografi.



2
Pendekatan keruangan merupakan pendekatan yang digunakan dalam ilmu geografi. Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka
analisis yang menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksisitensi ruang dalam perspektif geografi dapat dipandang dari struktur, pola, dan proses
(Yunus, 1997)
3
Konsep site and situation adalah di mana mengkaji suatu hal diliat dari lokasi yang sebenarnya (site) atau absolut, sedangkan situation adalah kedudukan
suatu objek berdasarkan objek di sekitarnya.
II. Mengapa Harus Ada Pembangunan?
Tujuan dari pembangunan itu sendiri adalah ekonomi, dimana pendapatan perkapita meningkat dan disertai
dangan pemerataan kesejahteraan agar tidak terjadi ketimpangan atau kesenjangan (gap). Pada zaman orde baru,
tujuan pembanguan harus bersifat holistik, antara lain adalah pertumbuhaan, pemerataan, dan stabilitas.
Akan tetapi pada kenyataannya terdapatdua golongan negara, yaitu negara kaya di mana disebut juga dengan
negara maju dan negara miskin di mana disebut juga sebagai ngara sedang berkembang. Pada hakekatnya negara
sedang berkembang sedang melakukan tahapan pembangunan untuk menuju negara maju.
Pada dasarnya lokasi-lokasi dari suatu negara tidak menjamin keberhasilan pembangunan yang ada.
Pembangunan akan berbeda-beda tiap lokasinya. Seperti halnya ada perbedaan antara negara yang berada di sekitar
khatulistiwa dengan yang berada di selatan khatulistiwa. Adapula negara yang memiliki kondisi geografis dan sumber
daya sama akan tetapi kesejahtera berbeda, contohnya adalah Korea Utara dengan Korea Selatan. Pendapatan
perkapita Korea Utara pada tahun 2012 sebesar USD 1.200, sedangkan Pendapatan Korea Selatan pada tahun yang
sama sebesar USD 22.500 (Dalam artikel Sindonews, 2012 dan KBS World, 2012). Serta adapula suatu wilayah yang
luas, akan tetapi terdapat perbedaan antara wilayah tersebut. Contohnya adalah Indonesia. Pembangunan yang terjadi
di Pulau Jawa (Indonesia bagian barat) berbeda deengan pembangunan yang terjadi di Papua (Indonesia bagian timur).
Berdasarkan penggolongan negara tersebut, adappat dilihat ciri-ciri dari negara miskin antara lain:
1. Tingkat pendapatan perkapita rendah.
Akan tetapi tidak selalu negara yang memiliki pendapatan perkapita tinggi (dibandingkan dengan
negara maju, Amerika Serikat) dikelompokkan sebagai negara maju. Hal ini dikarenakan adanya
ketidakseimbangan antara produksi dan pemasukan.
Contohnya adalah: Qatar, pendapatan perkapita Qatar USD 93.400 akan tetapi, Qatar termasuk
negara berkembang.

2. Tingkat penduduk tinggi.
Suatu negara akan disebut sebagai negara maju apabila memiliki tingkat kelahiran penduduk kurang
dari 1%, sedangkan disebut dengan negara sedang berkembang (negara miskin) apabila tingkat
kelahiran penduduk lebih dari 2%.
Contohnya: negara yang tingkat kelahiran penduduknya < 1% adalah

3. Penduduk bekerja di sektor pertanian (primer).
Seperti contohnya adalah Indonesia, jumlah penduduk Indonesia yang bekerja sebagai petani
sebanyak 31,7 juta orang (Badan Pusat Statistik, 2013).

4. Terbelengu dalam lingkaran setan.
Banyak negara yang beranggapan bahwa peningkatan pendapatan menjadi sebuah solusi dalam
memutus siklus lingkaran setan.
Suatu negara dapat dikategorikan menjadi negara miskin dikarenakan sejarah dari negara tersebut. Sehingga
apabila suatu negara tersbut dahulunya merupakan negara jajahan, maka negara itu tidak mempunyai kesempatan
untuk meningkatkan sumber daya manusia. Contohnya adalah negara Indonesia. Indonesia telah dijajah oleh VOC
(Belanda) selama 350 tahun, sehingga tidak mempunyai kesempatan untuk meningkatkan sumber daya manusianya.
Selain karena sejarah, suatu negara menjadi miskin karena tidak mempunyai sumber daya alam, meskipun ada negara
maju yang tidak memiliki sumber daya alam tidak menjadi miskin. Hal ini dikarenakan penguasaan teknologi di
negara tersebut tinggi. Alasan selanjutnya adalah jumlah penduduk yang besar. Kemudian yang terakhir adalah
lingkaran setan kemiskinan. Pada awalnya pemerintahan di suatu daerah mencoba memutuskan kemiskinan dengan
melakukan pembangunan agar terjadi kesejahteraan rakyat, akan tetapi terdapat keterbatasan teknologi dan
pengelolaan sumber daya, serta keterbatasan peraturan perundang-undangan, kepemimpinan, dan kelembagaan,
sehingga pada akhirnya daerah atau negara tersebut tetap kembali miskin. Berikut merupakan skema dari beberapaa
contoh lingkaran setan kemiskinan.









Skema Lingkaran Kemiskinan 1

Skema lingkaran setan kemiskinan selanjutnya adalah










Skema Lingkaran Kemiskinan 2

III. Indikator Pembangunan
Indikator pembangunan dapat dilihat dari kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah tersebut. Kesejahteraan
ini sulit untuk diukur dan tidak sederhana. Tingkat kesejahteraan dapat diukur dengan menggunakan indikator
pembangunan. Indikator pembangunan dapat dilihat dari pendapatan perkapita, struktur ekonomi, urbanisasi, angka
tabungan, indeks kualitas hidup, dan indeks pembangunan manusia.
GNP (Gross National Product atau Produk Nasional Bruto) adalah hasil dari jumlah baang dan jasa yang
tekena dampak penyusutan yang dihasilkan oleh semua warga negara di suatu daerah. Dalam hal ini termasuk
Produktivitas Rendah
Kesehatan Rendah
Tingkat Pendapatan Rendah
Investasi Rendah
Buta Huruf Tinggi Permintaan Rendah
Kemajuan Teknologi Tinggi Eksploitasi Sumber Daya Rendah
Pendapatan Rendah Kesejahteraan Rendah Produktivitas Keluarga Besar
Pertumbuhan Penduduk Besar
Sumberdaya Perkapita Rendah
Modal Produksi Rendah
Teknologi Rendah
Produktivitas Rendah
Tingkat Produksi Rendah
pendapatan semua warga negara tersebut walaupun ia berada di luar negara tersebut. Apabila dirumuskan, cara
meenghitung GNP atau PNB adalah sebagai berikut
PNB = PDB + Pendapatan Neto dari luar negeri
GDP (Gross Domestic Product atau Produk Domestik Bruto) adalah hasil dari jumlah barang dan jasa yang
belum terkena penyusutan yang dihasilkan oleh semua warga penduduk yang berdomisili di suatu negara. Eko (2009),
ada beberapa pendekatan dalam menghitung GDP, yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan
pendekatan pengeluaran.
Akan tetapi, perhitungan dari GNP dan GDP masih belum memprhitungkan jumlah penduduk. Untuk itulah
ada perhitungan GNP dan GDP perkapita. GNP dan GDP perkapita dapat memperhitungan pertumbuhan penduduk,
akan tetapi GNP dan GDP perkapita masih belum dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan penduduk
di suatu negara.
Tingkat kesejahteraan suatu negara dapat dilihat berdasarkan tingkat pendapatannya. Tingkat pendapatan itu
sendiri dipengaruhi oleh adat istiadat, iklim, dan kebebasan berpendapat (dalam hal ini tergolong ke dalam negara
kapitalis dan negara sosialis). Distribusi pendapatan dipengaruhi oleh pengeluaran, pengaruh iklim, dan proporsi
belanja sektor pertahanan dan keamanan.
Lembaga UNRISD (United Nation Reasearh Institute for Social Development) menetapkan indeks taraf
pembangunan. Hal ini dikarenakan data indikator sosial susah untuk diperoleh di negara berkembang. Berikut
merupakan beberapa hal yang menjadi indeks, antara lain
1. Angka harapan hidup
2. Konsumsi protein hewani perkapita
3. Persentase anak yang sedang belajar di sekolah dasar dan sekolah menengah
4. Persentase anak yang sedang belajar di sekolah kejuruan
5. Jumlah surat kabar
6. Jumlah telepon
7. Jumlah radio
8. Jumlah penduduk di kota yang jalannya lebih dari dua puluh ribu (20.000)
9. Persentase laki-laki dewasa di sekitar pertanian
10. Persentase tenaga kerja yang bekerja pada sektor listrik, air, gas, kesehatan, dan komunikasi
11. Persentase tenaga kerja yang mempunyai gaji
12. Persentase produk domestik bruto dari industri pengolahan
13. Konsumsi energi perkapita
14. Konsumsi listrik perkapita
15. Konsumsi baja perkapita
16. Nilai perkapita perdagangan luar negeri
17. Produk pertanian rata-rata dari pekerja laki-laki di sektor pertanian
18. Pendapatan perkapita produk nasional brutto

IV. Indikator Sosial
Indikator sosial merupakan salah satu aspek yang digunakan untuk melihat kesuksesan jalannya
pembangunan yang ada di suatu tempat. Indeks sosial ada bermacam-macam, yaitu physical quality of life (PQLI) atau
indeks kuaitas hidup, human development index (HDI) atau indeks pembangunan manusia, basic minimum needs atau
kebutuhan dasar minimum, dan berdasarkan hasil sensus BPS (Badan Pusat Statistik).
Indeks kualitas hidup manusia atau ukuran Physical Quality of Life Index (PQLI) antara lain adalah
kesehatan, gizi, dan pendidikan. Kesehatan dan gizi dilihat dari tingkat kmatian bayi (yang berumur kurang dari 1
tahun) dan harapan hidup (dengan umur lebih dari 1 tahun), sedangkan untuk pendidikan dilihat dari melek huruf pada
orang dewasa (dengan umur lebih dari 15 tahun). Tingkat kematian bayi mnunjukkan:
Perbaikan gizi
Kesehatan masyarakat
Peningkatan kualitas lingkungan
Pendapatan
Selain itu, tingkat kematian bayi dapat memperlihatkan:
Ada atau tidak adanya air bersih
Kesejahteraan ibu dari bayi itu sendiri
Kualitas hidup
Melek huruf memperlihatkan pendidikan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk pembangunan.
Masing-masing dari indikator PQLI (angka tingkat kematian bayi, harapan hidup, melek huruf) diberi angka
1 100 dan dijumlah. Hasil dari perhitungan tersebut merupakan rata-rata kualitas hidup atau PQLI.
Akan tetapi, negara yang sumberdaya banyak atau peendapatan perkapita tinggi bukanlah suatu jaminan
bahwa negara tersebut PQLI-nya tinggi. Seperti contohnya adalah negara Taiwan dan Arab. Pada tahun yang sama,
Taiwan pendapatan perkapitanya USD 253 dan PQLI-nya lebih dari 87, sedangkan Arab pendapatan perkapitanya
USD 340 dan PQLI-nya kurang dari 87.
Selanjutnya untuk melihat indikator sosial lainnya dengan menggunakan Human Development Index (HDI).
HDI ini digunakan pada tahun 1990-an oleh UNDP (United Nations for Development Programs). Pada dasarnya, HDI
tidak jauh berbeda dengan PQLI, yang membedakan antara HDI dengan PQLI adalah indikatornya. Indikator yang
digunakan dalam HDI adalah:
Tingkat Harapan Hidup
Pendidikan (yang terdiri dari melek huruf dan rata-rata lamanya sekolah)
Penghasilan
Dari ketiga hal tersebut dilakukan penghitungan dalam satuan persen (%), untuk indikator pendidikan diberikan bobot
tersendiri. Melek huruf diberikan bobor
2
/
3
, sedangkan untuk rata-rata lamanya sekolah diberi bobot
1
/
3
. Dari ketiga
unsur tersebut, masing-masing diberi nilai 0 1 (nilai 0 untuk nilai buruk, sedangkan nilai 1 untuk nilai baik). Apabila
hasilnya:
0,5 low human development
0,6 0,79 medium human development
0,8 1,0 high human development
Pengukuran indikator sosial selanjutnya adalah Basic Minimum Needs atau Kebutuhan Dasar Minimum. Cara
ini diperkenalkan oleh Prof. Sajogyo (1992). Prof. Sajogyo menetapkan garis kemiskinan berdasarkan pengeluaran. Ia
membedakan antara, pedesaan dan perkotaan. Pedesaan disebut miskin apapbila pengeluaran 320 kg nilai tukar beras
perkapita per tahun, sedangkan perkotaan disebut miskin apabila pengeluaran 480 kg nilai tukar beras perkapita
pertahun. Selain itu ia juga menetapkan ambang kecukupan pangan antara pedesaan dan perkotaan, di mana
pedeesaan 240 320 kg nilai tukar beras perkapita pertahun, sedangkan perkotaan 360 480 kg nilai tukar beras
perkapita pertahun.
Pengukuran selanjutnya dengan menggunakan hasil dari BPS (Badan Pusat Statistik) yang disebut dengan
Susemas Inti (Sensus Sosial Ekonomi Nasional Inti), antara lain adalah
Pendidikan, diukur dari tingkat pendidikan, melek huruf, partisipasi pendidikan.
Kesehatan, diukur dari rata-rata hari sakit, fasilitas kesehatan.
KB & fertilitas, diukur dari penggunaan ASI, tingkat imunisasi, kehadiran tenaga kesehatan saat
kelahiran, penggunaan alat kontrasepsi.
Angkatan kerja, diukur dari jumlah jam kerja, sumber penghasilan utama, status pekerjaan,
partisipasi tenaga kerja.
Ekonomi, diukur dari tingkat konsumsi perkapita.
Kriminalitas, diukur dari jumlah pencurian pertahun, jumlah pembunuhan pertahun, jumlah
perkosaan pertahun.
Perjalanan wisata, diukur dari frekuensi perjalanan wisata pertahun.
Akses ke media masa, diukur dari jumlah surat kabar, jumlah radio, jumlah televisi.
Perumahan, diukur dari sumber air bersih, listrik, kualitas rumah, sanitasi.
Apabila suatu negara memiliki PQLI-nya tinggi sedangkan GNP-nya rendah artinya negara tersebut lebih
mementingkan pembangunan sosial dibandingkan pembangunan ekonomi. Karena pada awalnya pembangunan
ekonomi lebih sering didahulukan

V. Pertumbuhan dan Pembangunan
Teori pertumbuhan atau pembangunan ada berberapa macam menurut para ahli, ada teori pertumbuhan Adam
Smith, Teori Pembangunan Karl Marx, Teori Tahap Pertumbuhan Rostow, dan lain sebagainya. Pada kali ini teori
pembangunan yang dibahas hanya tiga teori, antara lain:
Teori Pertumbuhan Adam Smith
Teori pertumbuhan ini merupakan teori yang menjelaskan dari awal kehidupan dimana masih
bersifat tradisional hingga ke modern dengan menggunakan teknologi yang canggih. Teori
pertumbuhan ini terbagi menjadi lima (5), antara lain:
1. Masa Perburuan
2. Masa Beternak
3. Masa Bercocok Tanam
4. Masa Perdagangan
5. Masa Industri
Pada tiap-tiap tahap ini, ada spesialisasi dalam pekerjaannya.




Teori Pembangunan Karl Marx
Dalam teori ini, Kar; Marx membagi tahapan ke dalam
1. Masyarakat primitif
tahap dimana masyarakatnya masih menggunakan alat-alat bekerja yang masih sederhana
dan milik komunal (bersama).
2. Masyarakat perbudakan
Hubungan produksi antara orang-orang yang memiliki alat-alat produksi dengan orang-
orang yang hanya mau bekerja. Sehingga diperlukan budak-budak untuk mencari
keuntungan oleh pemilik alat produksi.
3. Masyarakat Feodal
Pada tahapan ini masih bersifat tradisional, tuan tanah merupakan tingkatan tertinggi.
4. Masyarakat Kapitalis
Kapitalisme mencerminkan dimana penguasa yang paling tertinggi adalah pengusaha
(pemilik modal) sedangkan posisi paling rendah adalah buruh. Sehingga pada tahap ini
sering terjadi penindasa terhadap buruh oleh pengusaha. Dalam tahap ini juga lebih
ditekankan pada sistem pada modal.
5. Masyarakat Sosial
Terjadi akibat adanya penggantian tenaga kerja menjadi tenaga mesin, sehingga terjadi
revolusi sosial oleh buruh. Revolusi ini merubah tatanan masyarakat dari kapitalisme
menjadi sosialisme. Dalam tahap ini juga terjadi pemerataan kepemilikan sumber daya.
Karl Marx, berasumsi bahwa terdapat 2 golongan masyarakat, yaitu masyarakat pemilik tanah atau
modal dan masyarakat bukan pemilik tanah atau modal. Akibatnya sering terjadi konflik antar
golongan.

Teori Tahap Pertumbuhan Rostow
Rostow membagi ke dalam beberapa tahapan masyarakat, yaitu
1. Masyarakat Tradisional
Dalam tahap ini masih menggunakan cara produksi yang relatif primitif dan masih
dipengaruhi pemikiran yang tidak rasional berdasarkan atas kebiasaan yang berlaku turun
temurun.
Ciri-ciri dari masyarakat tradisional adalah
Produksi perkapita dan produktivitas tenaga kerja masih sangat rendah
Sebagian SDA digunakan untuk sektor pertanian
Hubungan keluarga dan kesukuaan sangat berpengaruh terhadap kedudukan
seseorang
Dalam kegiatan pemerintah terdapat sistem sentralisasi, kekuatan di daerah berada
di tangan tuan tanah dan ini mempengaruhi kebijakan pemerintah pusat.

2. Masyarakat Prasyarat Lepas Landas
Pada tahap ini, masyarakat mempersiapkan diri atau dipersiapkan untuk meencapai
pertumbuhan yang mempunyai kekuatan untuk terus berkembang.
Masyarakat dibedakan atas dua golongan, yaitu
Masyarakat di negara Eropa, Asia Timur, Timur Tengah, dan Afrika dirombak
dari masyarakat tradisional yang sudah lama ada.
Masyarakat di Amerika Serikat, Kanada, Finlandia Baru, Australia, meencapai
tahap prasyarat lepas landas tanpa merombak masyarakat tardisional.
Pada tahap ini, sektor pertanian sangat penting, karena:
Persediaan bahan pangan untuk penduduk yang bertambah akan tetap teerjamin.
Persediaan bahan pangan yang cukup untuk masyarakat kota yang bertambah
dengan cepat karena industrialisasi.
Pertanian meunjang perkembangan sektor industri.
Memperluas pasar untuk berbagai kegiatan industri.
Pertanian menjadi sumbeer biaya pengeluaran pemerintah melalui pajak.
Menciptakan tabungan yang dapat digunakan seektor lain terutama industri.

3. Masyarakat Lepas Landas
Tahap ini ditandai dengan pembaharuan dan peningkatan penanaman modal. Penanaman
modal yang semakin tinggi akan mengakibatkan bertambahnya tingkat pendapatan nasional
dan akan melebihi pertambahan penduduk.
Ciri-ciri dari masyarakat lepas landas:
Terciptanya kerangka dasar untuk perluasan sektor modern. Pertumbuhan akan
terus maju.
Perkembangan beberapa sektor industri dengan tingkat petumbuhan yang tinggi.
Meningkatnya penanaman modal yang produktif.

4. Masyarakat Menuju Kematangan
Tahap ini memperlihatkan kemampuan untuk melampaui industri-industri awal yang
menggerakkan untuk meninggalkan tinggal landas dan menyerap teknologi yang paling
maju serta menerapkannya dengan efisien.
Pada tahap ini terjadi perluasan pemakaian teknologi modern. Akibatnya timbul industri-
industri baru denga cepat dan tertinggalnya industri-industri lama.
Hal ini memungkinkan bertambahnya output yang jumlahnya lebih besar dari pertambahan
penduduk.
Baranng-barang yang awalnya diimpor pada tahap ini sudah bisa diproduksi dalam negeri.

5. Masyarakat Konsumsi Tinggi
Pada tahap ini pendapatan riil perkapita meingkat sampai pada suatu titik dimana sebagian
besar orang dapat membeli barang konsumsi melebihi kebutuhan utamanya.
Ada tiga (3) macam tujuan masyarakat yang saling bersaing untuk mendapatkan sumber daya yang tersedia,
antara lain:
Memperbesar kekuasaan dan pengaruh negara tersebut keluar dan ada kecenderungan yang berakhir
dengan penaklukan atau invasi atas negara lain.
Menciptakan kemakmuran yang lebih merata. Dengan ara mengusahakan pembagian pendapatan
yang lebih merata melalui sistem pajak progresif.
Mempertinggi tingkat konsumsi masyarakat dari konsumsi sederhana (makanan, pakaian, rumah) ke
tingkat konsumsi yang lebih tinggi (barang konsumsi yang tahan lama dan barang konsumsi
mewah).


VI. Daftar Pustaka:
__________. 2012. Pendapatan Perkapita Korea Selatan Mengalami Penurunan Dibanding Perkiraan Semulai. KBS
World. http://rki.kbs.co.kr yang diakses tanggal 31 Maret 2014 pukul 00:48
__________. 2012. Pendapatan Perkapita Korut Hanya USD 1.200. Sindonews. http://ekbis.sindonews.com yang
diakses tanggal 31 Maret 2014 pukul 00:50
Allport, Gordon Willard. 1937. Personality: A Psychological Interpretation. New York: H. Holt Company.
Badan Pusat Statistik. 2013. Rumah Tangga Petani Gurem 2013 Turun 25,07 Persen Dibandingkan 2003.
http://www.bps.go.id
Eko, Yuli. 2009. Ekonomi 1 : Untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional
Nugroho, Iwan dan Rokhmin Dahuri. 2004. Pembangunan Wilayah: Perspektif Ekonomi, Sosial dan Lingkungan.
Jakarta: LP3ES.
Potter, R., Binns, T., Elliott, J. and Smith, D. 1999. Geographies of Development. Harlow: Longman
Yunus, 1997. Beberapa Pandangan Tentang Konsepsi Wilayah. Fakultas Geografi. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai