Anda di halaman 1dari 15

A.

Skenario Kasus

Skenario biostatistik dan epidemiologi blok 25
Di puskesmas maju dengan penduduk 30.000 jiwa, dr. bagus bersama tim nya tidak melakukakn
survey epidemiologi secara rutin, sehingga mereka tidak memahami riwayat alamiah penyakit
dan tahap perjalanan penyakit yang berpotensi KLB. Pada bulan januari sampai dengan maret
2013, terjadi peningkatan kasus DBD yang baru disadari setelah terjadi peningkatan jumlah
pasien yang dikirim ke RSU daerah, karena perawatan darurat yang disiapkan dipuskesmas tidak
bisa lagi menampung pasien yang indikasi dirawat. Puskesmas maju sebenernya belum memiliki
fasilitas untuk pasien rawat inap. Setelah mengalami peristiwa tersebut, dr.Bagus melakukan
evaluasi dan menyadari bahwa staf nya belum memiliki pemahaman dan keterampilan mengenai
surveilans. Dr. bagus mulai menyusun perencanaan supaya kegiatan survailens bisa dilakukan
secara rutin, dan melatih tenaga perawat dan bidannya memahami keterampilan penyelidikan
wabah, studi epidemiologi, dan kegiatan statistika yang terkait dengan survailens dan
penyelidikan wabah.
















Klarifikasi Istilah
1. Surveilan : suatu kegiatan yang dilaksanakan secara terus menerus dan
sistematis dalam bentuk pengumpulan data , analisis data, interpretasi data dan
diseminasi informasi bagi yang membutuhkan.

2. Epidemiologi : ilmu yang mempelajari dstribusi(yang bersifat dinamis), dan
determinan dari masalah kesehatan dan penyakit2 dalam populasi manusia atau suatu
komunitas.


3. KLB : salah satu status untuk menyatakan peristiwa merebahnya suatu
penyakit

4. DBD : demam berdarah akibat virus Dengue

5. Puskesmas : UPTD kabupaten kota


6. Evaluasi : penilaian Hasil

7. Wabah : kejadian yang melebihi keadaan biasa pada suatu kelompok
masyarakat tertentu atau lebih sederhana nya peningkatan frekuensi penderita penyakt
pada populasi tertentu pada tempat dan musim pada tahun yang sama

8. Investigasi : upaya penelitian, pengusutan, pencarian dan pemeriksaan serta
pengumpulan data, informasi dan temuan lainnya untuk mengetahui dan
membuktikan kebenaran atau bahkan kesalahan sebuah fakta yang kemudian
menyajikan kesimpulan atas rangkaian temuan dan susunan kejadian.


9. Indikasi : tanda2 yang menarik perhatian atau petunjuk

10. Bidan : seorang perempuan yang lulus pendidikan bidan yang diakui
pemerintah dan organisasi profesi di wilayah NKRI serta memiliki kompetensi dan
secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktek kebidanan.

11. Statitiska : kumpulan data numeris, disiplin ilmu yang berkaitan dengan
pengumpulan, analisis dan interpretasi data numeric menggunakan numeric
probabilitas


Identifikasi Masalah
1. Di puskesmas maju dengan penduduk 30.000 jiwa, dr. bagus bersama tim nya tidak
melakukakn survey epidemiologi secara rutin, sehingga mereka tidak memahami riwayat
alamiah penyakit dan tahap perjalanan penyakit yang berpotensi KLB.
2. Pada bulan januari sampai dengan maret 2013, terjadi peningkatan kasus DBD yang baru
disadari setelah terjadi peningkatan jumlah pasien yang dikirim ke RSU daerah, karena
perawatan darurat yang disiapkan dipuskesmas tidak bisa lagi menampung pasien yang
indikasi dirawat.
3. Puskesmas maju sebenernya belum memiliki fasilitas untuk pasien rawat inap. Setelah
mengalami peristiwa tersebut, dr.Bagus melakukan evaluasi dan menyadari bahwa staf
nya belum memiliki pemahaman dan keterampilan mengenai surveilans.
4. Dr. bagus mulai menyusun perencanaan supaya kegiatan survailens bisa dilakukan secara
rutin, dan melatih tenaga perawat dan bidannya memahami keterampilan penyelidikan
wabah, studi epidemiologi, dan kegiatan statistika yang terkait dengan survailens dan
penyelidikan wabah.


























Analisis Masalah

1. Di puskesmas maju dengan penduduk 30.000 jiwa, dr. bagus bersama tim nya tidak
melakukakn survey epidemiologi secara rutin, sehingga mereka tidak memahami
riwayat alamiah penyakit dan tahap perjalanan penyakit yang berpotensi KLB.
a. Bagaimana cara melakukan survailens epidemiologi yang baik? 1

b. apa pengertian, fungsi dan ciri dari surveilans epidemiologi? 2
Surveilans (WHO) adalah : Pengumpulan, pengolahan, analisis data
kesehatan secara sistematis dan terus menerus, serta desiminasi informasi
tepat waktu kepada pihak pihak yang perlu mengetahui sehingga dapat
diambil tindakan yang tepat.
Surveilans epidemiologi adalah pengumpulan dan pengamatan secara
sistematik berkesinambungan, analisa dan interprestasi data kesehatan
dalam proses menjelaskan dan memonitoring kesehatan dengan kata lain
surveilans epidemiologi merupakan kegiatan pengamatan secara teratur
dan terus menerus terhadap semua aspek kejadian penyakit dan kematian
akibat penyakit tertentu, baik keadaan maupun penyebarannya dalam
suatu masyarakat tertentu untuk kepentingan pencegahan dan
penanggulangan
MANFAAT UMUM:
perencanaan,
implementasi,
evaluasi kegiatan kesehatan masyarakat.
MANFAAT KHUSUS:
Memperkirakan kuantitas masalah
Menggambarkan riwayat alamiah penyakit
Mendeteksi wabah/KLB
Menggambarkan distribusi masalah kesehatan
Memfasilitasi penelitian dan epidemiologis dan laboratoris
Membuktikan hipotesis
Menilai kegiatan pencegahan dan penanggulangan
Memonitor perubahan agen infeksius
Memonitor upaya isolasi
Mendeteksi perubahan kegiatan
Merencanakan kegiatan

tujuan dari surveilan ?
Untuk memantau kecenderungan penyakit
Untuk deteksi dan prediksi terjadinya KLB (Kejadian Luar Biasa) dari
sebuah penyakit
Memantau kemajuan suatu program pemberantasan
Menyediakan informasi untuk perencanaan pembangunan pelayanan
kesehatan
Memperkirakan besarnya suatu kesakitan atau kematian yang
berhubungan dengan masalah yang sedang diamati.
Bisa digunakan sebagai dasar penelitian untuk menentukan suatu tindakan
penanggulangan atau pencegahan penyakit
Mengidentifikasikan faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian
suatu penyakit
Memungkinkan seseorang untuk melakukan penilaian terhadap tindakan
penanggulangan
Mengawali upaya untuk meningkatkan tindakan-tindakan praktek klinis
oleh petugas kesehatan yang terlibat dalam sistim surveilans.
Pembuatan policy dan kebijakan pemberantasan penyakit

c. Bagaimana aturan kegiatan surveilans? 3
Kegiatan Pokok Surveilans Epidemiologi
Ada 5 komponen utama dari kegiatan Surveilans Epidemiologi
1. Pengumpulan/pencatatan kejadian (data) yang dapat dipercaya.
2. Pengelola data untuk dapat memberikan keterangan yang berarti.
3. Analisis dan interpretasi data untuk keperluan kegiatan.
4. Perencanaan penanggulangan khusus dan program
pelaksanaannya.
5. Evaluasi/penilaian hasil kegiatan.

d. Apa saja penyakit yang masuk kedalam KLB dan pada kondisi apa dinyatakan
KLB? 4

e. Apa pengertian riwayat alamiah dan apa fungsi nya terhadap survei epidemiologi?
5

f. Bagaimana tahap perjalanan penyakit terhadap kejadian KLB (randi)? 6
Tahapan Riwayat alamiah perjalanan penyakit :
a. Tahap Pre-Patogenesa

Pada tahap ini telah terjadi interaksi antara pejamu dengan bibit penyakit.
Tetapi interaksi ini masih diluar tubuh manusia, dalam arti bibit penyakit
berada di luar tubuh manusia dan belum masuk kedalam tubuh pejamu.
Pada keadaan ini belum ditemukan adanya tanda tanda penyakit dan
daya tahan tubuh pejamu masih kuat dan dapat menolak penyakit.
Keadaan ini disebut sehat.

b. Tahap Patogenesa

1) Tahap Inkubasi

Tahap inkubasi adalah masuknya bibit penyakit kedalam tubuh pejamu,
tetapi gejala- gejala penyakit belum nampak. Tiap-tiap penyakit
mempunyai masa inkubasi yang berbeda, ada yang bersifat seperti
influenza, penyakit kolera masa inkubasinya hanya 1- 2 hari, penyakit
Polio mempunyai masa inkubasi 7 14 hari, tetapi ada juga yang bersifat
menahun misalnya kanker paru-paru, AIDS dan sebagainya.
Jika daya tahan tubuh tidak kuat, tentu penyakit akan berjalan terus yang
mengakibatkan terjadinya gangguan pada bentuk dan fungsi tubuh. Pada
suatu saat penyakit makin bertambah hebat, sehingga timbul gejalanya.
Garis yang membatasi antara tampak dan tidak tampaknya gejala penyakit
disebut dengan horison klinik.
2) Tahap Penyakit Dini

Tahap penyakit dini dihitung mulai dari munculnya gejala-gejala penyakit,
pada tahap ini pejamu sudah jatuh sakit tetapi sifatnya masih ringan.
Umumnya penderita masih dapat melakukan pekerjaan sehari-hari dan
karena itu sering tidak berobat. Selanjutnya, bagi yang datang berobat
umumnya tidak memerlukan perawatan, karena penyakit masih dapat
diatasi dengan berobat jalan.
Tahap penyakit dini ini sering menjadi masalah besar dalam kesehatan
masyarakat, terutama jika tingkat pendidikan penduduk rendah, karena
tubuh masih kuat mereka tidak datang berobat, yang akan mendatangkan
masalah lanjutan, yaitu telah parahnya penyakit yang di derita, sehingga
saat datang berobat sering talah terlambat.
3) Tahap Penyakit Lanjut

Apabila penyakit makin bertambah hebat, penyakit masuk dalam tahap
penyakit lanjut. Pada tahap ini penderita telah tidak dapat lagi melakukan
pekerjaan dan jika datang berobat, umumnya telah memerlukan
perawatan.
4) Tahap Akhir Penyakit

Perjalanan penyakit pada suatu saat akan berakhir. Berakhirnya perjalanan
penyakit tersebut dapat berada dalam lima keadaan, yaitu :
1. Sembuh sempurna : penyakit berakhir karena pejamu sembuh secara
sempurna, artinya bentuk dan fungsi tubuh kembali kepada keadaan
sebelum menderita penyakit.
2. Sembuh tetapi cacat : penyakit yang diderita berakhir dan penderita
sembuh. Sayangnya kesembuhan tersebut tidak sempurna, karena
ditemukan cacat pada pejamu. Adapun yang dimaksudkan dengan cacat,
tidak hanya berupa cacat fisik yang dapat dilihat oleh mata, tetapi juga
cacat mikroskopik, cacat fungsional, cacat mental dan cacat sosial.
3. Karier : pada karier, perjalanan penyakit seolah-olah terhenti, karena
gejala penyakit memang tidak tampak lagi. Padahal dalam diri pejamu
masih ditemukan bibit penyakit yang pada suatu saat, misalnya jika daya
tahan tubuh berkurang, penyakit akan timbul kembali. Keadaan karier ini
tidak hanya membahayakan diri pejamu sendiri, tetapi juga masyarakat
sekitarnya, karena dapat menjadi sumber penularan
4. Kronis : perjalanan penyakit tampak terhenti karena gejala penyakit
tidak berubah, dalam arti tidak bertambah berat dan ataupun tidak
bertambah ringan. Keadaan yang seperti tentu saja tidak menggembirakan,
karena pada dasarnya pejamu tetap berada dalam keadaan sakit.
5. Meninggal dunia : terhentinya perjalanan penyakit disini, bukan karena
sembuh, tetapi karena pejamu meninggal dunia. Keadaan seperti ini
bukanlah tujuan dari setiap tindakan kedokteran dan keperawatan.
2. Pada bulan januari sampai dengan maret 2013, terjadi peningkatan kasus DBD yang
baru disadari setelah terjadi peningkatan jumlah pasien yang dikirim ke RSU daerah,
karena perawatan darurat yang disiapkan dipuskesmas tidak bisa lagi menampung
pasien yang indikasi dirawat.
a. Apa Definisi KLB? 7
KLB adalah : suatu episode penyakit dan timbulnya penyakit pada dua atau
lebih penderita yang berhubungan satu sama lain. Hubungan ini mungkin
pada faktor saat timbulnya gejala (onset of illness), faktor tempat (tempat
tinggal, tempat makan bersama, sumber makanan), faktor orang (umur, jenis
kelamin, pekerjaan dan lainnya).
Uraian tentang batasan Wabah atau KLB tersebut di atas terkandung arti
adanya kesamaan pada ciri-ciri orang yang terkena, tempat dan waktunya.
Untuk itu dalam mendefinisikan KLB selalu dikaitkan dengan waktu, tempat
dan orang. Selain itu terlihat bahwa definisi KLB ini sangat tergantung pada
kejadian (insidensi) penyakit tersebut sebelumnya (Barker, 1979; Kelsey, et
al., 1986

Kejadian Luar Biasa (KLB) : adalah timbulnya suatu kejadian
kesakitan/kematian dan atau meningkatnya suatu kejadian
kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu
kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu (Undang-undang Wabah,
1984).
b. Apa fungsi dan tujuan dari KLB? 8
Agar KLB penyakit tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat
Tujuan khusus :
Menurunnya frekuensi KLB
Menurunnya jumlah kasus pada setiap KLB
Menurunnya jumlah kematian pada setiapKLB
Memendeknya periode KLB
Menyempitnya penyebarluasan wilayah KLB

c. Apa ciri-ciri dari KLB? 9
7 (tujuh) Kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB) Menurut Permenkes 1501 Tahun 2010 adalah :

Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau tidak
dikenal pada suatu daerah
Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam
jam, hari atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya
Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari, atau minggu menurut jenis penyakitnya
Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan
dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata jumlah per bulan dalam
tahun sebelumnya
Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian
kesakitan per bulan pada tahun sebelumnya
Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun
waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih
dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya
dalam kurun waktu yang sama
Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya
dalam kurun waktu yang sama
d. Langkah-langkah penyelidikan KLB? 10
Metodologi atau langkah-langkah yang harus dilalui pada pada penyelidikan KLB,
seperti berikut :

Tabel 1 : langkah-langkah Penyelidikan KLB

NO Langkah-langkah Penyelidikan KLB
1 Persiapan penelitian lapangan
2 Menetapkan apakah kejadian tersebut suatu KLB
3 Memastikan Diagnose Etiologis
4 Mengidentifikasikan dan menghitung kasus atau paparan
5 Mendeskripsikan kasus berdasarkan orang, waktu, dan tempat
6 Membuat cara penanggulangan sementara dengan segera (jika diperlukan)
7 Mengidentifikasi sumber dan cara penyebaran
8 Mengidentikasi keadaan penyebab KLB
9 Merencanakan penelitian lain yang sistematis
10 Menetapkan saran cara pencegahan atau penanggulangan
11 Menetapkan sistim penemuan kasus baru atau kasus dengan komplikasi
12 Melaporkan hasil penyelidikan kepada Instansi kesehatan setempat dan kepada sistim
pelayanan kesehatan yang lebih tinggi
Sumber : CDC, 1979; Barker, 1979; Greg, 1985; Mausner and Kramer, 1985; Kelsey et al.,
1986; Goodman et al., 1990.

Pada pelaksanaan penyelidikan KLB, langkah-langkah tersebut tidak harus dikerjakan
secara berurutan, kadang-kadang beberapa langkah dapat dikerjakan secara serentak.
Pemastian diagnose dan penetapan KLB merupakan langkah awal yang harus dikerjakan
(Mausner and Kramer, 1985; Vaughan and Marrow, 1989).
Sebelum penyelidikan KLB dilaksanakan perlu adanya persiapan dan rencana kerja.
Persiapan lapangan sebaiknya dikerjakan secepat mungkin, dalam 24 jam pertama sesudah
adanya informasi (Kelsey., 1986), Greg (1985) dan Bres (1986) mengatakan bahwa
persiapan penelitian lapangan meliputi :

1. Pemantapan (konfirmasi) informasi.
Informasi awal yang didapat kadang-kadang tidak lengkap, sehingga diperlukan
pemantapan informasi untuk melengkapi informasi awal, yang dilakukan dengan kontak
dengan daerah setempat. Informasi awal yang digunakan sebagai arahan untuk membuat
rencana kerja (plan of action), yang meliputi informasi sebagai berikut :
a. Asal informasi adanya KLB. Di Indonesia informasi adanya KLB dapat berasal dari
fasilitas kesehatan primer (laporan W1), analisis sistem kewaspadaan dini di daerah
tersebut (laporan W2), hasil laboratorium, laporan Rumah sakit (Laporan KD-RS) atau
masyarakat (Laporan S-0).
b. Gambaran tentang penyakit yang sedang berjangkit, meliputi gejala klinis, pemeriksaan
yang telah dilakukan untuk menegakan diagnosis dan hasil pemeriksaannya, komplikasi
yang terjadi (misal kematian, kecacatan. Kelumpuhan dan lainnya).
c. Keadaan geografi dan transportasi yang dapat digunakan di daerah/lokasi KLB.

2. Pembuatan rencana kerja
Berdasar informasi tersebut disusun rencana penyelidikan (proposal), yang minimal berisi :
a. Tujuan penyelidikan KLB
b. Definisi kasus awal
c. Hipotesis awal mengenai agent penyebab (penyakit), cara dan sumber penularan
d. Macam dan sumber data yang diperlukan
e. Strategi penemuan kasus
f. Sarana dan tenaga yang diperlukan.

Definisi kasus : definisi kasus sangat berguna untuk arahan pada pencarian kasus nantinya.
Mengingat informasi yang didapat mungkin hanya merupakan persangkaan penyakit
tertentu atau gejala klinis yang ditemui, maka definisi kasus sebaiknya dibuat longgar,
dengan kemungkinan kasus-kasus lain akan masuk. Perbaikan definisi kasus akan
dilakukan setelah pemastian diagnose, pada langkah identifikasi kasus dan paparan.


Hipotesis awal, hendaknya meliputi penyakit penyebab KLB, sumber dan cara penularan.
Untuk membuat hipotesis awal ini dapat dengan mempelajari gejala klinis, ciri dan pola
epidemiologis penyakit tersangka. Hipotesis awal ini dapat berubah atau lebih spesifik dan
dibuktikan pada waktu penyelidikan (Bres, 1986).
Tujuan penyelidikan KLB selalu dimulai dengan tujuan utama mengadakan
penanggulangan dan pengendalian KLB, dengan beberapa tujuan khusus, di antaranya :
a. Memastikan diagnosis penyakit
b. Menetapkan KLB
c. Menentukan sumber dan cara penularan
d. Mengetahui keadaan penyebab KLB

Pada penyelidikan KLB diperlukan beberapa tujuan tambahan yang berhubungan dengan
penggunaan hasil penyelidikan. Misalnya untuk mengetahui pelaksanaan program
imunisasi, mengetahui kemampuan sistem surveilans, atau mengetahui pertanda
mikrobiologik yang dapat digunakan (Goodman et al., 1990).
Strategi penemuan kasus, strategi penemuan kasus ini sangat penting kaitannya dengan
pelaksanaan penyelidikan nantinya. Pada penyelidikan KLB pertimbangan penetapan
strategi yang tepat tidak hanya didasarkan pada bagaimana memperoleh informasi yang
akurat, tetapi juga harus dipertimbangkan beberapa hal yaitu :
a. Sumber daya yang ada (dana, sarana, tenaga)
b. Luas wilayah KLB
c. Asal KLB diketahui
d. Sifat penyakitnya.

Beberapa strategi penemuan kasus yang dapat digunakan pada penyelidikan KLB dengan
beberapa keuntungan dan kelemahannya (Bres, 1986) :

Tabel 2. Strategi pencarian kasus

No Strategi Keuntungan Kerugian
1 Penggunaan data fasilitas kesehatan Cepat Terjadi bias seleksi kasus
2 Kunjungan ke RS atau fasilitas kesehatan Lebih mudah untuk mengetahui kasus dan
kontak Hanya kasus-kasus yang berat
3 Penyebaran kuesioner pada daerah yang terkena Cepat, tidak ada bias menaksir populasi
Kesalahan interpretasi pertanyaan
4 Kunjungan ke tempat yang diduga sebagai sumber penularan Mudah untuk menge-tahui
hubungan kasus dan kontak Terjadi bias seleksi dan keadaan sudah spesifik
5 Survai masyarakat (survai rumah tanggal, total survai) Dapat dilihat keadaan yang
sebenarnya Memerlukan waktu lama, memerlukan organisasi tim dengan baik
6 Survai pada penderita Jika diketahui kasus dengan pasti Memerlukan waktu lama, hasil
hanya terbatas pada kasus yang diketahui
7 Survai agent dengan isolasi atau serologi Kepastian tinggi, di-gunakan pada penya-kit
dengan carrier Mahal, hanya dilakukan jika pemerik saan lab dapat dikerjakan
Sumber : Bres, 1986.

3. Pertemuan dengan pejabat setempat.
Pertemuan dimaksudkan untuk membicarakan rencana dan pelaksanaan penyelidikan KLB,
kelengkapan sarana dan tenaga di daerah, memperoleh izin dan pengamanan.

Pemastian Diagnosis Penyakit Dan Penetapan KLB
A. Pemastian diagnosis penyakit

Cara diagnosis penyakit pada KLB dapat dilakukan dengan mencocokan gejala/tanda
penyakit yang terjadi pada individu, kemudian disusun distribusi frekuensi gejala klinisnya.
Cara menghitung distribusi frekuensi dari tanda-tanda dan gejala-gejala yang ada pada
kasus adalah sebagai berikut :
1. Buat daftar gejala yang ada pada kasus
2. Hitung persen kasus yang mempunyai gejala tersebut
3. Susun ke bawah menurut urutan frekuensinya


e. Kriteria kerja untuk penetapan KLB? 11
Kriteria kerja untuk penetapan KLB yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Angka kesakitan/kematian suatu penyakit menular di suatu kecamatan
menunjukkan kenaikan 3 kali atau lebih selama tiga minggu berturut-turut
atau lebih.
2. Jumlah penderita baru dalam satu bulan dari suatu penyakit menular di
suatu Kecamatan, menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih, bila
dibandingkan dengan angka rata-rata sebulan dalam setahun sebelumnya
dari penyakit menular yang sama di kecamatan tersebut itu.
3. Angka rata-rata bulanan selama satu tahun dari penderita-penderita baru
dari suatu penyakit menular di suatu kecamatan, menjukkan kenaikan dua
kali atau lebih, bila dibandingkan dengan angka rata-rata bulanan dalam
tahun sebelumnya dari penyakit yang sama di kecamatan yang sama pula.
4. Case Fatality Rate (CFR) suatu penyakit menular tertentu dalam satu bulan
di suatu kecamatan, menunjukkan kenaikan 50% atau lebih, bila
dibandingkan CFR penyakit yang sama dalam bulan yang lalu di kecamatan
tersebut.
5. Proportional rate penderita baru dari suatu penyakit menular dalam waktu
satu bulan, dibandingkan dengan proportional rate penderita baru dari
penyakit menular yang sama selama periode waktu yang sama dari tahun
yang lalu menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih.
6. Khusus untuk penyakit-penyakit Kholera, Cacar, Pes, DHF/DSS :
Setiap peningkatan jumlah penderita-penderita penyakit tersebut di atas, di
suatu daerah endemis yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan di atas.
Terdapatnya satu atau lebih penderita/kematian karena penyakit tersebut di
atas. Di suatu kecamatan yang telah bebas dari penyakit-penyakit tersebut,
paling sedikit bebas selama 4 minggu berturut-turut.

7. Apabila kesakitan/kematian oleh keracunan yang timbul di suatu kelompok
masyarakat.
8. Apabila di daerah tersebut terdapat penyakit menular yang sebelumnya
tidak ada/dikenal.

f. Bagaimana cara pelaporan dari KLB? 12

g. Bagaimana cara pencegahan KLB? 13

h. Bagaimana cara penanggulangan KLB? 14
Penanggulangan KLB adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk menangani
penderita, mencegah perluasan KLB, mencegah timbulnya penderita atau
kematian baru pada suatu KLB yang sedang terjadi.
Penanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem Kewaspadaan Dini (SKD-
KLB), yang dapat diartikan sebagai suatu upaya pencegahan dan
penanggulangan KLB secara dini dengan melakukan kegiatan untuk
mengantisipasi KLB. Kegiatan yang dilakukan berupa pengamatan yang
sistematis dan terus-menerus yang mendukung sikap tanggap/waspada yang
cepat dan tepat terhadap adanya suatu perubahan status kesehatan masyarakat.


i. Apa perbedaan wabah dan KLB? 15

j. Apa saja macam-macam design study untuk wabah pada kasus? 16

k. Bagaimana usaha dari puskesmas untuk menambah baik fasilitas dibagian gawat
darurat? 17


3. Puskesmas maju sebenernya belum memiliki fasilitas untuk pasien rawat inap.
Setelah mengalami peristiwa tersebut, dr.Bagus melakukan evaluasi dan menyadari
bahwa staf nya belum memiliki pemahaman dan keterampilan mengenai surveilans.
Dr. bagus mulai menyusun perencanaan supaya kegiatan survailens bisa dilakukan
secara rutin, dan melatih tenaga perawat dan bidannya memahami keterampilan
penyelidikan wabah, studi epidemiologi, dan kegiatan statistika yang terkait dengan
survailens dan penyelidikan wabah.

a. Apa fungsi dari surveilans? 18

b. Apa saja yang diperlukan tentang pemahaman dan keterampilan mengenai
surveilans? 19

c. Bagaimana perencanaan survailens yang baik? 20

d. Bagaimana cara pelatihan keterampilan untuk penyelidikan wabah? 21



Hipotesis :
Dipuskesmas maju terjadi KLB kasus DBD karena Dr.bagus dan tim nya belum memiliki
pemahaman dan keteramplan mengenai surveilans epidemiologi yang baik dan benar.































PEMBAGIAN ANALISIS MASALAH :

Randi : 1 12 2 13 3
Renal :2 13 3 14 4
Lia :3 14 4 15 5
Alif :4 15 5 16 6
Yuda :5 16 6 17 7
Hafizh :6 17 7 18 8
Reyhan :7 18 8 19 9
Ririn :8 19 9 20 10
Aulia :9 20 10 21 11
Aiman :10 21 11 1 12
Faris :11 1 12 2 13

Times new roman ukuran 12, spasi 1,5, kirim ke email
lantaklah_ha3@yahoo.com

JANGAN LUPA MASUKKAN DAFTAR PUSTAKA

Kalau ada yang mahu nambah soal baru silahkan

Anda mungkin juga menyukai