Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Allah Swt. karena atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya lah penulis dapat menyusun karya ilmiah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Karya ilmiah ini berisikan tentang materi mengenai manfaat Manfaat Shalat Bagi Kesehatan. Di sini kami membahas apa saja manfaat dan bagaimana manfaat shalat bagi kesehatan. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada Allah Swt., orang tua, dan dosen pembimbing yang telah mendukung baik moril maupun materil dalam pembuatan karya ilmiah ini. Penulis mengakui dalam penulisan karya ilmiah ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf dan mengharapkan kritik serta saran dari pembaca demi kesempurnaan karya ilmiah penulis dikesempatan mendatang. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Palembang, April 2014

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar Daftar Isi BAB I : Pendahuluan 1.1 1.2 1.3 BAB II Latar Belakang Tujuan dan Manfaat Metode Penulisan 3 4 4 1 2

: Tinjauan Pustaka 2.1 Tata Cara Penulisan 5 10 11

BAB III : Permasalahan BAB IV : Pembahasan BAB V : Penutup 5.1 5.2 Latar Belakang Saran

27 27 28

DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Shalat merupakan ibadah wajib hukumnya fardhu ain yang harus dilakukan oleh setiap muslim. Pengertian Shalat dalam bahasa Indonesia adalah doa. Menurut istilah syara Shalat ialah ibadah kepada Allah dalam bentuk beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam yang dilakukan menurut syarat-syarat yang telah ditentukan syara. Shalat memiliki posisi yang sangat penting dalam syariat agama Islam. Shalat bisa merupakan indikasi kesempurnaan amal seseorang, baik buruknya perbuatan seseorang, dan merupakan pembeda antara orang beriman dan orang kafir. Maka, seorang muslim yang tidak melaksanakan Shalat adalah kafir. Sebagaimana kewajiban pelaksanaan Shalat yang telah ditetapkan didalam Al-Quran dan hadist : 1. Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 43

Artinya: Dan dirikanlah Shalat, dan keluarkanlah zakat, dan tunduklah rukuk bersama-sama orang-orang yang rukuk 2. Al-Quran surat Al-Ankabut ayat 45

Artinya: Kerjakanlah Shalat, sesungguhnya Shalat itu mencegah perbuatan yang keji dan mungkar

3.

Hadist Nabi Saw Dari Abu Abdirrahman Abdullah bin Umat bin Khattab, semoga Allah meridhai mereka berdua, ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah Saw. Bersabda: Islam didirikan atas 5 dasar, yaitu: memberi kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad utusan Allah, mendirikan Shalat, menunaikan zakat, melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, dan berpuasa di bulan Ramadhan (HR. Imam Bukhari dan Muslim)

Selain sebagai kewajiban yang harus dilaksanakan bagi setiap muslim, Shalat memiliki banyak manfaat, salah satunya manfaat kesehatan untuk tubuh seseorang. Maka dari itu, penulis membuat suatu pembahasan dengan judul: MANFAAT SHALAT BAGI KESEHATAN 1.2 Tujuan dan Manfaat 1.2.1. Tujuan Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui dampak positif dari pelaksanaan Shalat bagi kesehatan. 1.2.2. Manfaat Pembaca diharapkan dapat mengetahui dampak positif pelaksanaan

Shalat, sehingga dapat melaksanakan Shalat dengan baik dan benar. 1.3 Metode Penulisan Metode yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini adalah Metode Pustaka yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang baik berupa buku maupun informasi di internet.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Tata cara Penulisan

1. Kertas a. Kertas yang digunakan untuk menulis karya ilmiah adalah kertas HVS 80 gram berukuran A4 (21,0 cm x 29,7 cm). b. Sampul (kulit luar) berupa soft cover dari bahan buffalo atau linen. 2. Jenis Huruf a. Naskah karya akhir menggunakan jenis huruf yang sama, dari awal sampai akhir, yaitu Times New Roman, ukuran font 12, kecuali judul bab digunakan ukuran font 14 dan footnote dengan ukuran font 9. b. Huruf tebal digunakan untuk judul bab, sub bab, tabel, gambar dan lampiran. c. Huruf miring dapat digunakan untuk tujuan tertentu, misalnya istilah/kata dalam bahasa asing, atau kata yang ingin ditekankan. 3. Margin Batas pengetikan dari tepi kertas untuk naskah karya ilmiah adalah sebagai berikut a. Tepi atas 4 cm. b. Tepi bawah 3 cm. c. Tepi kiri 4 cm. d. Tepi kanan 3 cm. 4. Format a. Setiap judul bab dan judul lembaran dimulai halaman baru diketik dengan huruf kapital diletakkan di tengah (centering) bagian atas halaman.

b. Sub bab diketik di pinggir sisi kiri halaman dengan menggunakan huruf kecil tebal kecuali huruf pertama pada setiap kata diketik dengan huruf kapital. c. Setiap alinea baru, kata pertama diketik masuk ke kanan setelah ketukan ketujuh atau mulai pada ketukan delapan. d. Tabel dalam teks disertai nomor tabel dan judul tabel diketik dengan huruf T kapital seperti Tabel II.1, berarti tabel Bab II yang pertama dan seterusnya serta penempatannya di atas tabel. e. Gambar dalam teks disertai nomor gambar dan judul gambar diketik dengan huruf G kapital seperti Gambar III.1, berarti gambar Bab III yang pertama dan seterusnya serta ditempatkan di bawah gambar. f. Penulisan lambang atau simbol menggunakan fasilitas program perangkat lunak komputer. Sedangkan satuan dan singkatan yang digunakan hanya yang lazim dipakai dalam disiplin ilmu masing-

masing seperti: 100 C; kg; 12 ppm; ml; dan sebagainya. g. Istilah asing yang dalam teks dicetak miring (Italic) misalnya: et al.; ibid; supply; centring; dan sebagainya. h. Setelah tanda koma, titik koma, dan titik dua diberi jarak satu ketukan dan sebelumnya tidak perlu diberi spasi. i. Pemutusan kata harus mengikuti kaidah bahasa Indonesia yang baku dan benar. 5. Spasi a. Jarak antara baris dalam teks adalah dua spasi, kecuali kalimat judul, sub judul, sub bab, judul tabel, dan judul gambar serta judul lampiran adalah satu setengah spasi. b. Jarak antara judul bab dengan teks pertama isi naskah atau antara judul bab dengan sub bab adalah empat spasi. Abstrak/ abstract diketik dengan jarak satu spasi; judul abstract dan seluruh teksnya diketik dengan huruf miring (Italic).

c. Jarak spasi sumber referensi dalam Daftar Pustaka satu spasi kecuali jarak spasi antara sumber pustaka. d. Jarak baris pada kata pengantar, daftar isi, dan daftar tabel maupun gambar 2 (dua) spasi 6. Penomoran Halaman a. Halaman Bagian awal : Bagian awal karya ilmiah diberi nomor halaman dengan menggunakan angka Romawi kecil (i, ii, iii, dan seterusnya).

b. Halaman Utama : Penomoran mulai dari Bab Pendahuluan sampai dengan Bab Kesimpulan dan Saran menggunakan angka Arab (1, 2, 3 dst.) dan setiap judul bab nomor diletakkan pada bagian tengah bawah dan

halaman berikutnya diletakkan sudut kanan atas dengan jarak tiga spasi. Penomoran bukan bab dan sub bab menggunakan angka Arab dengan tanda kurung misalnya: 1), 2) atau (1), (2), dst.

c. Halaman Bagian Akhir : Penomoran pada bagian akhir karya ilmiah mulai dari Daftar Pustaka sampai dengan Riwayat Hidup menggunakan angka Arab yang diketik pada marjin bawah persis di tengah-tengah dengan jarak tiga spasi dari marjin bawah teks, dan halaman selanjutnya diketik sebelah kanan atas dengan jarak tiga spasi dari pinggir atas (baris pertama teks) lurus dengan marjin kanan teks. 7. KUTIPAN Kutipan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. Kutipan langsung adalah peneliti mengambil kutipan sesuai dengan sumber aslinya. Kutipan yang tidak lebih dari tiga baris diketik dua spasi dengan cara memberikan tanda petik diantara teks

yang dikutip dan diberi nomor kutipan. kutipan yang menggunakan istilah atau bahasa asing dicetak miring dan diberi nomor kutipan. 8. CATATAN KAKI Pencantuman catatan kaki diperlukan dalam penulisan karya ilmiah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sumber referensi yang menjadi kajian peneliti. Adapun usur pokok dalam catatan kaki adalah nama penulis, judul tulisan, data publikasi (kota tempat terbit, nama penerbit, dan tahun penerbitan), serta nomor halaman. Semua sumber kutipan yang baru muncul pertama kali harus ditulis secara lengkap, sedangkan untuk pemunculan berikutnya digunakan singkatan ibid, op. cit, atau loc. cit. Dalam menulis catatan kaki, baris pertama harus kedalam sebanyak 7 (tujuh) ketukan. Ibid adalah singkatan dari ibidem, digunakan apabila sumber kutipan pertama diikuti dengan kutipan berikutnya dimana sumbernya sama, tanpa diselingi dengan sumber kutipan lain. Loc. cit. adalah singkatan dari loco citato, artinya yaitu tempat yang pernah dikutip. Kutipan berasal dari sumber yang sama dengan sumber yang pernah dikutip (halamannya sama), tetapi telah diselingi dengan sumber kutipan lain. Op. cit. adalah singkatan dari opere citato, artinya karya yang telah dikutip (dikutip terlebih dahulu). Kutipan berasal dari sumber yang sama dengan sumber yang pernah dikutip (halamannya berbeda), tetapi telah diselingi dengan sumber kutipan lain. 9. DAFTAR PUSTAKA Ketentuan dalam penulisan daftar pustaka adalah sebagai berikut : a. Tuliskan nama pengarang, judul karangan dan data tentang

penerbitannya (tempat, penerbit dan tahun) b. Daftar pustaka disusun secara alfabetis tidak hanya huruf terdepannya tetapi juga huruf kedua dan seterusnya. c. Daftar pustaka diketik satu spasi dan jarak antara masing-masing pustaka adalah dua spasi.

d. Huruf pertama dari baris pertama masing-masing pustaka diketik tepat pada garis tepi kiri tanpa ketukan (indensi) dan baris berikutnya digunakan indensi 7 karakter. e. Apabila nama pengarang sama dan judul berbeda, maka baris pertama harus diberi garis terputus-putus sebanyak 14 (empat belas) ketukan f. Penulisan nama pengarang diawali dengan nama keluarga, kemudian namanya. Untuk dua atau tiga pengarang, nama pengarang kedua dan ketiga tidak perlu dibalik. g. Penulisan nama pengarang yang bermarga cina atau mandarin, ditulis apa adanya (tidak diindeks). h. Jika nama pengarang sama dalam dua tahun penerbitan berbeda, maka daftar pustaka disusun menurut urutan waktu (tahun) i. Nama pengarang sama, judul berbeda perlu diberikan garis sebanyak 14 ketukan j. Sama sekali tidak boleh mencantumkan sumber referensi yang tidak pernah dibaca dan tidak boleh mencantumkan gelar . k. Dalam daftar pustaka/catatan kaki, tulisan yang bersumber dari majalah/ koran/makalah yang diberi garis bawah atau ditebalkan adalah nama majalah/korannya yang menerbitkan

BAB III PERMASALAHAN 1. Apa manfaat Shalat bagi kesehatan? 2. Bagaimana hubungan antara Shalat dengan kesehatan?

10

BAB IV PEMBAHASAN
Shalat adalah ibadah yang wajib dilaksanakan umat Islam karena merupakan perintah langsung dari Allah SWT sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran yaitu

1. Al-Baqarah (2) ayat 43

Artinya: Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orangorang yang ruku'

2.

Al-'An`am (6) ayat 72

Artinya: Dan agar mendirikan sembahyang serta bertakwa kepada-Nya". Dan Dialah Tuhan yang kepada-Nya-lah kamu akan dihimpunkan

3.

Ar-Rum (30) ayat 31

Artinya: Dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, Dari ketiga ayat di atas sangatlah jelas tentang perintah melaksanakan Shalat. Perintah pelaksanaan Shalat tentunya tidak secara sembarangan diturunkan oleh Allah SWT. Hal ini tentunya terdapat banyak manfaat dari pelaksanaan Shalat itu sendiri, terutama bagi kesehatan. Sebagaimana dikemukakan (yang dikutip oleh Prof. Dr. Muhammad Nizar ad-Daqqar, 2013:5) berikut ini yaitu

11

diriwayatkan oleh Abi Hurairah ra: Nabi Muhammad bersabda: Allah tidak menurunkan sebuah penyakit kecuali Allah menurunkan obat penawarnya1. Dalam hadist lain diriwayatkan oleh Asamah Ibn Sarik berkata: Saya ketika itu bersama Nabi Muhammad saw, datang kepada beliau sekelompok orang Arab, mereka berkata: Wahai Rasulullah apakah kami bisa berobat? Beliau menjawab: Ya, kalian berobatlah, karena sesungguhnya Allah tidak menjadikan atau meletakkan sebuah penyakit kecuali Allah meletakkan obat dan tidak ada obatnya kecuali satu, mereka berkata: Apa itu? Nabi berkata: Pikun2. Dalam redaksi lainnya disebutkan: Sesungguhnya Allah tidak menurunkan penyakit kecuali Allah menurunkan baginya obat. Ibnu Qoim telah mengomentari tentang hadist diatas dengan perkataan: Dan sungguh-sungguh beberapa hadist ini menguatkan adanya hokum sebab dan musabab dan menyangkal orang yang mengingkari adanya hokum sebab akibat sebagaimana hadist Nabi menyebutkan bahwa: Setiap ada penyakit disitu ada obatnya, dan ini bersifat sangat umum segala penyakit walaupun penyakit tersebut penyakt mematikan dan dokter sendiri tidak mampu mengobatinya, akan tetapi Allah sudah menyediakan obatnya, akan tetapi Allah merahasiakan dan menyembunyikan dari manusia dan manusia belum sampai mengungkapkan obat tersebut, karena mahkluk hidup ini tidak memiliki ilmu pengetahuan, kecuali Allah mengajarkan kepada mahkluknya, maka ini Nabi Muhammad menyebutkan setiap ada kesembuhan diiringi dengan sebuah penyakit dan tidak ada sesuatu dalam mahkluk hidupini kecuali Allah telah menciptakan segi negatif dan positif dan setiap penyakit itu memiliki penangkal agar bisa terobati3(yang dikutip oleh Prof. Dr. Muhammad Nizar ad-Daqqar, 2013:6). Nabi Muhammad mengingatkan kepada umat manusia agar menjaga hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan anggota badannya dan peringatan-peringatan ini terbentuk dalam sebuah hadist-hadist kenabian adalah untuk menjaga kesehatan manusia, beliau bersabda:

12

Tidak anak Adam menjadikan wadah yang penuh keburukan dari perutnya, cukuplah anak Adam menjadikan makanan-makanan pantas untuk tulang punggungnya, maka senantiasa menjadikan sepertiga untuk makanan, sepertiga minuman dan sepertiga lagi untuk dirinya.4(yang dikutip dari Prof. Dr. Muhammad Nizar ad-Daqqar, 2013:6). Prof. Dr. Muhammad Nizar ad-Daqqar (2013:5) elain hal-hal tersebut diatas, Nabi Muhammad saw juga mengajarkan untuk berhenti makan sebelum kenyang, melarang minum sambil berdiri, kencing berdiri, tidur tengkurap, dan mengajarkan untuk tidak tidur miring ke kanan, ternyata nasehat-nasehat setelah dinilai dari segi medis sangat bermanfaat bagi kesehatan. Adapun manfaat dari Shalat bagi kesehatan adalah sebagai terapi jiwa dan raga, menjaga kebugaran badan, menjaga kesehatan jasmani, menumbuhkan sifat optimis, memacu kecerdasan, memperindah postur, memudahkan persalinan,

memperbaiki kesuburan, menjadikan awet muda, mengatur irama tubuh, mencegah varises, penguatan tulang, mengaktifkan sirkulasi darah, mencegah stroke, memperkuat otot, menyehatkan pencernaan, dan melatih konsentrasi. Subhanallah, begitu banyak manfaat Shalat yang kita laksanakan tanpa kita sadari setiap harinya. A. Shalat Sebagai Terapi Jiwa dan Raga Allah SWT. Berfirman: Jadikanlah sabar dan Shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu. (QS. Al-Baqarah (2) ayat 45). Sesungguhnya Shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (Shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Ankabut (29) ayat 45).

13

Sabda Nabi saw. yang diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Majah, dan Hakim dari Tsauban ra: Ketahuilah, sesungguhnya sebaik-baik amal perbuatan adalah Shalat.

Sabda Nabi saw. sebagaimana diriwayatkan Ahmad, bersabda: Perumpamaan Shalat lima waktu seperti sungai yang mengalir jernih di depan rumah salah seorang dari kalian. Ia pun mandi di sungai tersebut sebanyak lima kali sehari, sehingga tidak ada lagi kotoran yang tersisa.

Menurut (yang dikutip oleh Prof. Dr. Muhammad Nizar ad-Daqqar, 2013:73) Shalat mengandung keutamaan yang sangat besar dalam menghibur kesedihan jiwa, membahagiakan hati, dan menguatkannya, serta melapangkan dada karena di dalamnya terbentuk hubungan kalbu dengan Allah swt. Juga (yang dikutip oleh Prof. Dr. Muhammad Nizar ad-Daqqar, 2013:75) Shalat merupakan aktivitas biologis yang mengoptimalkan pelaksanaan fungsifungsi rohani dan jasmani manusia. Dengan demikian, Shalat benar-benar merupakan luminous prototype yang menegaskan keagungan quran agama ini. Berdasarkan ayat-ayat suci Al-Quran diatas dan beberapa hadist diatas, sudah tentu tidak ada lagi keraguan bahwa memberi manfaat bagi kesehatan sebagai terapi bagi jiwa dan raga manusia yang memberi ketenangan, ketentraman, dan kenyamanan bagi jiwa dan raga kita.

B. Shalat Menjaga Kebugaran Badan


Menurut Bisri Musthofa dalam Ad-Daqqar (2013: 76) bukunya yang berjudul Menjadi Sehat Karena Shalat menyatakan bahwa apabila seseorang mandi dalam sehari sebanyak lima kali persis dengan waktu Shalat, maka tubuh tersebut akan terasa segar dan bersih. Begitu pula halnya dengan Shalat, jika seseorang tersebut melakukan Shalat tepat pada waktunya, seperti yang ditetapkan oleh Allah SWT, maka Shalat tersebut akan menjadi penggugur dosa yang sangat efektif dan Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba tersebut yang telah taat padaNya.
1. 2. 3. 4.

HR Bukhori HR Abu Daud Juz 2, hal: 396. HR Ahmad, Juz 4 hal: 378 Jaadul Al-maadi, Ibnu Qoim, Juz 4 hal; 12 HR Imam Ahmad, Juz 4 hal: 132 dan Baihaki dalam Sabul iman, Juz 5 hal: 28

14

Telah diriwayatkan Abu Hurairah RA dalam Ad-Daqqar (2013: 77) bahwa Rasulullah pernah bersabda di hadapan para sahabatnya: Bagaimana pendapatmu bila dihadapan pintumu ada sungai yang mengalir, yang dengan kalian semua mandi lima kali dalam sehari? Adakah tersisa daki di badannya? Lantas sahabat pun menjawab, Tidak sedikitpun. Kemudian Rasulullah pun bersabda, Begitulah perumpamaan Shalat lima waktu yang dengannya Allah menghapus kesalahankesalahannya. (HR. Bukhari) Berdasarkan pernyataan dan hadist diatas, sudah sangat menunjukkan bahwa Shalat menjaga kebugaran badan kita yang sangat bermanfaat bagi kesehatan badan kita.

C. Shalat Menjaga Kesehatan Jasmani


Aisya RA dalam Ad-Daqqar (2013: 78) mengatkan bahwa Rasulullah ketika melakukan ruku, tidak terlalu tegap dan juga tidak terlalu bungkuk. Rasulullah ketika melakukan sujud kedua, beliau tidak akan melakukan sujud yang kedua sebelum melakukan gerakan duduk diantara dua sujud dengan benar. Dari sini kita tahu, Shalat merupakan latihan fisik sekaligus mental sengan cara yang seimbang sehingga tidak ada yang terlupakan atau terlalu ditekan. Latihan tersebut sangat penting untuk disadari bahwa bagian besar penyakit yang sekarang marak, disebabkan oleh kondisi mental yang tidak sehat. Fungsi yang harmonis dari pikiran itu pada tingkat yang benar dan pada cara yang sangat seimbang hanya dapat diperoleh dengan Shalat. (dikutip dari Ad-Daqqar 2013: 78)

D. Shalat Menumbuhkan Sifat Optimis


Orang yang Shalat dengan khusu, ikhlas dan kontinu akan menumbuhkan rasa percaya diri yang penuh dalam dirinya. Orang tersebut akan berpikiran positif dengan segala hal yang dihadapi. Jadi ketika ada masalah, maka akan dihadapi

15

dengan melihat sudut pandang positif. Sehingga akan terbiasa dengan sikap optimis yang lebih untuk menghadapi berbagai cobaan . (dikutip dari Ad-Daqqar 2013: 79) Shalat memang ibadah yang harus dilakukan dengan penuh rasa ikhlas karena ini merupakan perintah dari Allah SWT. Shalat dapat menumbuhkan sifat optimis karena dengan Shalat hati kita menjadi tenang dan hal tersebut merupakan sebagai obat hati bagi kita, sehingga kita berpikiran positif dan menghadapi masalah dengan rasa optimis.

E. Shalat Memacu Kecerdasan


Menurut Prof. Sholeh dalam Ad-Daqqar (2013: 84) dari sudur pandang ilmu psikoneuroimunologi (ilmu mengenai kekebalan tubuh dari sudut pandang pasikologis) gerakan ini mengantar manusia pada derajat setinggi-tingginya. Dengan melakukan sujud secara rutin, pembuluh darah di otak terlatih untuk menerima banyak pasokan darah. Pada saat sujud, posisi jantung berada di atas kepala yang memungkinkan darah mengalir maksimal ke otak. Itu artinya, otak mendapatkan pasokan darah kaya oksigen yang memacu kerja sel-selnya. Dengan kata lain, sujud tumakninah dan kontinyu dapat memacu kecerdasan. Risetnya telah mendapat pengakuan dari Harvard University, AS, bahkan seorang dokter berkebangsaan Amerika yang tak dikenalnya menyatakan masuk Islam setelah diam-diam melakukan riset pengembangan khusus mengenai gerakan sujud. Dari hasil penelitian tersebut yang sudah dibuktikan secara ilmiah, sujud dalam gerakan Shalat memiliki manfaat yaitu memacu kecerdasan kita yang tentu saja baik bagi kita semua, terutama bagi para akademisi yang dapat meningkatkan prestasi kita dibidang keilmuan.

F. Shalat Memperindah Postur


Gerakan-gerakan dalam Shalat mirip yoga atau peregangan. Intinya untuk melenturkan tubuh dan melancarkan peredaran darah. Keunggulan Shalat dibandingkan gerakan lainnya adalah Shalat menggerakkan anggota tubuh lebih
16

banyak, termasuk jari kaki dan tangan. Sujud adalah latihan kekuatan untuk otot tertentu, termasuk otot dada. Saat sujud, beban tubuh bagian atas ditumpukan pada lengan hingga telapak tangan. Saat inilah kontraksi terjadi pada otot dada, bagian tubuh yang menjadi kebanggaan wanita. Payudara tak hanya menjadi lebih indah bentuknya tetapi juga memperbaiki fungsi kelenjar air susu didalamnya. (dikutip dari Ad-Daqqar 2013: 84-85)

G. Shalat Memudahkan Persalinan


Pada saat sujud, ketika panggul terangkat keatas lebih tinggi dari kepala dan dada, otot-otot perut (rectus abdominis dan obliqus abdominus externus) berkontraksi secara penuh. Hal ini melatih organ disekitar perut untuk mengejan lebih dalam dan lama, otot tubuh semakin elastis, dan menguntungkan bagi kaum wanita, karena selain dibutuhkan pernapasan yang baik, juga dibutuhkan kemampuan mengejan pada saat persalinan. (dikutip dari Ad-Daqqar 2013: 85)

H. Shalat Memperbaiki Kesuburan


Setelah sujud adalah gerakan duduk. Dalam Shalat ada dua macam sikap duduk, yaitu duduk iftirosy (tahiyyat awal) dan duduk tawarruk (tahiyyat akhir). Yang terpenting adalah turut berkontraksinya otot-otot perineum. Saat duduk tawarruk, tumit kaki kiri harus menekan daerah perineum. Punggun kaki harus diletakkan di atas telapak kaki kiri dan tumit kaki kanan harus menekan pangkal paha kanan. Pada posisi ini tumit kaki kiri akan memijit dan menekan daerah perineum. Tekanan lembut inilah yang memperbaiki organ reproduksi di daerah perineum. (dikutip dari Ad-Daqqar 2013: 86)

I. Shalat Menjadikan Awet Muda


Pada dasarnya gerakan Shalat bertujuan meremajakan tubuh. Jika tubuh lentur, kerusakan sel dan kulit sedikit terjadi. Apalagi jika dilakuka secara rutin, maka sel-sel yang rusak dapat segera tergantikan. Regenerasi pun berlangsung lancer. Alhasil, tubuh senantiasa bugar. (dikutip dari Ad-Daqqar 2013: 87)

17

J. Shalat Mengatur Irama Tubuh


Adapun Shalat sebagai pengatur irama tubuh(dikutip dari Ad-Daqqar 2013: 122) yaitu: Pertama, pagi-pagi buta seorang muslim bangun tidur dan selanjutnya menunaikan Shalat subuh. Disini ia mengalami tiga perubahan transisional yang penting: a. Bersiap menyambut terang (siang) tepat pada waktunya, sehingga menurunkan aktivitas kelenjar pineal, mengurangi produksi melatonin, dan mengaktifkan sistem-sistem lain yang terkait dengan terang b. Berakhirnya dominasi sistem saraf parasimpatis yang tenang di malam hari, dan mulai bertolaknya gerbong aktivitas sistem saraf simpatis di siang hari. c. Bersiap menggunakan energy yang dipasok secara melimpah oleh ketinggian kadar cortisol di pagi hari. Kenaikan hormone ini terjadi dengan sendirinya, dan tidak disebabkan oleh faktor gerakan ataupun turun dari ranjang setelah berbaring. Kenaikan yang sama dialami oleh hormone serotonin di darah, juga adrophine. Kedua, tengah hari seorang muslim mengerjakan Shalat shuhur. Disini ia mengalami tiga reaksi penting: a. Menenangkan diri dengan Shalat paska kenaikan kumulatif pertama hormone adrenalinpada waktu pagi. b. Menenangkan diri dari gejolak seks, sebab hormone testosteron mencapai puncak kulminasinya pada waktu zhuhur. c. Jam biologis mendesak tubuh untuk menambah pasokan energi jika si penuai Shalat zhuhur tidak sarapan pagi. Dengan demikian, Shalat bisa menjadi faktor penenang stress yang terjadi karena lapar. Ketiga, memasuki waktu ashar, seorang muslim diwanti-wanti untuk menunaikan Shalat ashar, sebab ia terkait puncak kulminasi kedua adrenalin yang

18

dibarengi dengan aktivitas krusial sejumlah fungsi fisiologis, khususnya fungsi jantung. Sebagian besar kasus komplikasi pada penderita jantung terjadi langsung setelah fase ini. Sehingga mengindikasikan adanya kekritisan yang dialami organ vital pada fase ini. Karena pada fase ini kadar zar peptide khusus5 mengalami peningkatan dan lebih lanjut menyebabkan konsentrasi lemah dan kantuk, sehingga memancing kerawanan dan kecelakaan yang mengerikan. Disini Shalat ashar bekerja mengaitkan orang dengan pekerjaannya (memusatkan konsentrasi pada suatu pekerjaan) dan mencegahnya untuk menyibukkan diri dengan hal lain sebagai upaya pencegahan dari komplikasi-komplikasi yang tidak diinginkan6. Keempat, berkebalikan dengan Shalat shubuh, Shalat maghrib adalah masa transisi dari terang ke gelap. Disini produksi hormone melatonin meningkat akibat datangnya kegelapan (malam), sehingga merangsang rasa kantuk dan malas. Sementara hormone serotonin, kortisol, dan androsin menurun7. Kelima, Shalat isyaadalah masa peralihan dari aktif ke pasif (rehat). Ia menjadi halte permanen bagi proses peralihan tubuh dari dominasi sistem saraf simpatik ke dominasi sistem saraf parasimpatik. Barangkali inilah rahasia dibalik pensunahan mengakhiri pelaksanaan Shalat isya hingga beberapa waktu sebelum mapan untuk tidur untuk menutup segala kesibukan dan setelah itu langsung tidur. Pada waktu ini, suhu panas tubuh menurun, kecepatan detak jangtung juga menurun, sementara hormone-hormon darah meningkat. Dari kelima jadwal tersebut, kaitan dengan perubahan-perubahan biologis yaitu menjadikan Shalat lima kali sebagai conditional reflex yang berpengaruh seiring dengan perjalanan zaman.

K. Shalat Mencegah Varises


Dari penelitian Dr. Taufiq Ulwan dalam Ad-Daqqar (2013:130) yang diajukannya sebagai tesis pada Fakultas Kedokteran Universitas Alexandria (Mesir) pada tahun 1986 M untuk memperoleh gelar master8 berkesimpulan

5. 6. 7. 8. 9.

Adalah zat kimia anasthetik dan pemacu tidur yang dikeluarkan tujuh jam setelah bangun tidur. Majallah ath-Thibiyyah asSuudiyah, no. 92-1417 H., hlm. 20. Ibid. Dr. Zuhair Rabih Qirami, Al-Isytisya bi ash-shalat, hlm. 98-102. Kadar hydroxiprolin diukur dengan menggunakan takaran mikrogram per milligram berat kering urat.

19

bahwa Shalat melakukan peranan penting dalam mencegah penyakit varises pada betis. Rumusan kesimpulannya: 1. Dokter Ulwan meneliti prosentase pegiat Shalat dikalangan penderita varises pada betis, dan ternyata hanya 10 % diantara merekan yang rajin melakukan Shalat. Ia kemudian membandingkan dengan prosentase pegiat Shalat di kalangan orang-orang yang sehat (bebas varises) yang memiliki kesamaan jumlah, usia, dan jenis kelamin dengan kelompok pemderita. Ternyata, 35 % diantara mereka mengaku rajin melaksanakan Shalat. 2. Dr. Ulwan juga melakukan pengukuran kadar hydroxiprolyn (: zat yang bertanggung jawab atas kekuatan dinding urat) pada dinding saphena dengan melibatkan melibatkan kelompok sampel yang terdiri dari 20 orang kelompok penderita varices. Hasilnya, kadar zat penting pembentuk urat (hydrixiprolyn) pada penderita varises yang rajin Shalat mencapai 26,13, sementara pada penderita varices yang tidak melaksanakan Shalat kadarnya hanya mencapai 16,439. Kadar

hydroxiprolyn pada urat saphena kelompok sehat yang menunaikan Shalat mencapai 80,93, sementara pada kelompok sehat yang tidak mengerjakan Shalat hanya mencapai 63,40. 3. Dr. Ulwan juga melakukan pengukuran tekanan pada dinding urat saphena selama tahapan-tahapan pelaksanaan Shalat, dengan melibatkan 15 responden yang tidak terkena varices. Dan hasilnya adalah sebagai berikut: Selama berdiri, tekanan pada dinding urat saphena rata-rata setara dengan 93,03 cm/air. Setelah tempo waktu kira-kira setengah menit dalam posisi rukuk, tekanan venous pada permukaan tungkai kaki menurun drastis dari tekanan venous saat posisi berdiri, yaitu hanya 49,13 cm/air.

20

Ketika bangkit dari rukuk (itidal) dan berdiri sejenak selama 30 detik, tekanan venous langsung naik hingga 86,7 cm/air. Dari posisi berdiri lalu turun untuk bersujud, tekanan langsung menurun sangat drastis hingga nilai rata-rata sekitar 3 cm/air. Jadi selama sujud nyaris tidak ada tekanan pada dinding urat di kedua ujung tungkai bagian bawah.

Ketika berubah posisi dari sujud ke duduk tumakninah, tekanan venous kembali naik menjadi 16,73 cm/air. Meskipun ada kenaikan relative dari tekanan venous sewaktu sujud, namun nilainya tetap sangat rendah jika dibandingkan dengan sewaktu berdiri dan rukuk.

Ketika sujud yang kedua kalinya, persis sebagaimana yang mereka lakukan saat Shalat, tekanan venous turun lagi menjadi hanya 1,33 cm/air. Artinya, tekanan venous pada sujud kedua ini kira-kira hanya separo tekanan venous pada posisi sujud pertama.

Dr. Ulwan lebih lanjut menegaskan bahwa Shalat memiliki peran penting dalam mengembalikan darah ke jantung berkat gerakan-gerakan Shalat yang sangat fleksibel dan membantu kinerja pompa tersebut, sehingga ia mampu bekerja dengan sempurna. Kami juga melihat bahwa penurunan tekanan venous setelah tiap rakaat yang bukan saja hingga angka 30 cm/air, melainkan mendekati angka nol (1,33 cm/air) merupakan rahmat bagi manusia secara umum, terlebih bagi orang-orang yang berjuang melawan varices menyakitkan dalam tempo yang lama.

L. Shalat Sebagai Penguatan Tulang


Islam telah mendahului disiplin kedokteran modern dalam menangani dan menyembuhkan kerapuhan tulang, baik kerapuhan alami akibat ketuaan usia, maupun akibat kemalasan bergerak. Pelaksanaan 17 rakaat setelah Shalat wajib setiap hari ditambah 33 rakaat Shalat sunnah menjadikan manusia aktif dan konsisten melakukan gerakan-gerakan fisik yang berkekuatan sedang sepanjang

21

tiga jam. Dalam setiap rakaat terdapat 7 gerakan, dan jika ditotal keseluruhan, maka akan diperoleh angka 50 rakaat yang mengandung 350 gerakan. Jika ratarata tiap satu gerakan tumakninah menghabiskan waktu setengah menit, maka Shalat secara keseluruhan menghabiskan waktu kira-kira 180 menit atau 3 jam dengan energy sedang (atau setara dengan olahraga berat selama dua jam, misalnya berlari atau berenang). Jika seorang muslim konsisten menjalankan Shalat setiap hari dengan 50 rakaat (17 rakaat Shalat wajib dan 33 rakaar Shalat sunnah), maka aktivitas harian yang setara dengan olahraga sedang selama tiga jam ini akan membuat tulang sehat. Hal ini lebih diperjelas lagi dengan fenomena yang kami amati dalam masyarakat yang taat menjalankan Shalat. Disini kebungkukan yang biasanya menimpa orang tua akibat ketidak-aktifan tulang ruas punggung dan lumbar (tulang ekor) relatif kecil. (dikutip dari Ad-Daqqar 2013: 135)

M. Shalat Mengaktifkan dan Melancarkan Sirkulasi Darah


Pada posisi sujud, tatkala telapak tangan, lutut, dan dahi, dan hidung berdampingan serta menyentuh permukaan tanah, posisi ini sangat bermanfaat bagi saluran darah seluruh tubuh. Saat itu, pembuluh darah (arteri), pembuluh darah balik (vena), dan limfa (urat-urat getah bening) akan terpijit akan terurut, sehingga ketika bangun dari sujud, darah mengalir ke seluruh tubuh secara lancer dan limfa menjalankan tugasnya secara sempurna.10 Proses pemijatan pembuluh darah melalui sujud tak ubahnya proses pemijatan terhadap tubuh kita oleh tukang pijat atau tukang urut. Setelah dipijat, tubuh terasa nyaman karena otot-otot yang beku kembali normal serta urat-urat yang tidak pada tempatnya kembali ke tempatnya semula, sehingga tubuh terasa ringan dan nyaman. Begitu juga ketika posisi bersujud. Pembuluh darah akan terpijat dan terurut, sehingga memperlancar jantung yang mengalirkan darah melalui pembuluh darah ke seluruh tubuh. Pembuluh darah yang semula mengalami penyempitan atau pengerutan, sehingga darah tidak berjalan secara lancer, akan kembali normal semula.

10.

M. Sanusi, Bedah Lengkap Kedahsyatan Sholat bagi Kesehatan Manusia (Yogyakarta: DIVA Press 2010), hlm. 160 dan Sentot Haryanto, Psikologi Sholat (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2002), hlm. 70-71.

22

Tentu saja, semuanya itu akan dirasakan oleh orang-orang yang bersujud secara benar, baik sujud dalam Shalat, sujud sahwi, sujud tilawah, maupun sujud syukur. Sujud yang benar adalah sujud seperti sujudnya Rasulullah Saw. (dikutip dari Arif 2012: 117)

N. Shalat Mencegah Stroke


Otak tidak berfungsi jika aliran darah yang menuju otak tersendat, entah disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah di otak, pecahnya dinding pembuluh darah di otak, ataupun adanya plak/kerak yang menempel pada dinding pembuluh darah ke otak. Oleh karena itu, sujud yang bisa mengaktifkan sirkulasi darah ialah sujud yang dapat membantu suplai oksigen dan nutrisi yang dikirim jantung ke otak, serta sujud yang bisa menerapi atau melatih pembuluh-pembuluh darah supaya relatif lebih siap tatkala tensi darah semakin meningkat. Inilah yang membuat otak menjadi sehat, yang turur menjadikan tubuh antistroke. (dikutip dari Arif 2012: 129)

O. Shalat Memperkuat Otot


Posisi sujud ternyata juga bisa menguatkan dan membesarkan otot. Otot-otot yang diterapi agar kuat besar sewaktu sujud adalah otot dada dan perut. Sebab, saat sujud, otot-otot yang terletak di dada dan perut berkontraksi, sehingga melatih otot seupaya lebih elastis. Elastisitas otot sangat penting dalam menjaga kelenturan tubuh di area otot tersebut. Selain itu, posisi sujud juga sangat bermanfaat bagi otot di tangan dan paha. Posisi tangan atau telapak tangan dan paha yang menjadi tumpuan tubuh yang ada di atasnya ketika sujud membuat otot tangan dan paha mengeras, sehingga juga bisa melatih elastisitas otot tangan dan paha. Menurut Prof. Dr. H. A. Saboe dalam arif (2012:132) menjelaskan mengenai fungsi sujud bagi kekuatan otot dada. Ia menerangkan bahwa saat sujud, otot-otot menjadi lebih besar dan kuat, terlebih otot dada, seperti otot-otot yang ada
23

diantara tulang rusuk. Sewaktu menarik dan mengeluarkan napas ketika sujud, tulang-tulang rusak terasa tertarik ke atas dan maju ke depan, kemudian kembali ke asal. Ini menandakan bahwa otot dada berolahraga, yang tentunya bisa membuat otot dada lebih sehat, kuat, dan besar. 11 Tak hanya itu, Saboe dalam Arif (2012: 132) juga menjelaskan bahwa saat tulang-tulang rusuk terangkat ke atas dan maju ke depan, rongga dada bertambah besar. Rongga dada yang bertambah besar ini sangat bermanfaat bagi komponenkomponen tubuh yang ada di dalamnya, terutama paru-paru dan jantung. Paruparu akan berkembang dengan baik dan lebih mudah menghisap udara yang bersih kedalamnya. 12 Sementara itu, jantung akan terbantu oleh gravitasi bumi dalam mengalirkan darah ke bagian-bagian ujung tubuh paling atas, seperti kepala. Sehubungan dengan itu, otot dada yang kuat akan meminimalisir timbulnya penyakit tuberkulosis, misalnya batuk kering dan batuk darah, serta memperkuat tulangtulang rusuk. (dikutip dari Arif 2012: 131-132)

P. Shalat Menyehatkan Pencernaan


Setelah diteliti, diketahui juga bahwa sujud juga dapat menyehatkan sistem pencernaan. Gerakan sujud yang dimulai dengan membengkokkan badan ke depan, kemudian meletakkan lutut, tangan, dan dahi ke tanah merupakan gerakan yang sangat bermanfaat bagi perangkat pencernaan. Saat itu, perut akan terurut seiring dengan berkontraksinya otot-otot perut. Dan, secara bersamaan, perangkat pencernaan juga akan terurut, sehingga membantu lancarnya proses pencernaan13. Apabila sistem pencernaan lancar, maka sistem pencernaan juga bisa dikatakan sehat. Tatkala perangkat pencernaan menjadi lancar dan sehat, tentunya bisa menyerap banyak nutrisi dalam makanan yang dicerna, yang dapat menyehatkan seluruh perangkat dalam tubuh. Tubuh akan menjadi sehat ketika mendapat suplai nutrisi yang cukup dari bahan makanan yang dicerna dan diserap.

11. 12.

Ibid., hlm. 108. Ibid 13. Hilmi al-Khuli, Menyingkap Rahasia-Rahasia Gerkan Sholat; Keajaiban Gerakan-Gerakan Sholat terhadap Kesehatan Psikologis dan Fisik Manusia (Yogyakarta: DIVA Press, 2008), hlm. 106.

24

Tidak hanya itu, saat sujud, seseorang sebenarnya telah melatih perutnya untuk mengejan secara kuat. Sehingga, ini bisa melancarkan sistem pencernaan (usus besar) yang bertugas mengeluarkan sisa-sisa makanan sebagai kotoran. (dikutip dari Arif 2012: 135-136) Q. Shalat Melatih Konsentrasi. William Mertson dalam Arif (2012: 167) menyatakan bahwa agar dapat berkonsentrasi, seseorang perlu mendapatkan pelatihan konsentrasi. Atau, supaya bisa berkonsentrasi, ia harus selalu melatih dirinya berkonsentrasi. Nah, salah satu cara melatih diri agar dapat berkonsentrasi adalah melakukan sujud yang thumaninah. Dalam sujud, pikiran seseorang diharuskan fokus hanya kepada Allag Swt. Sebab, sewaktu sujud ia dekat dengan-Nya, bahkan sangat dekat ketimbang waktu lainnya, sebagimana sabda Rasulullah Saw. berikut: Kondisi paling dekat seorang hamba dengan Rabb-nya ialah ketika ia bersujud. Maka, perbanyaklah doa (saat sujud). (HR. Muslim). Allah Swt. pun memperhatikan perubahan gerak badan seseorang tatkala bersujud. Allah Swt. berfirman: Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sembahyang), dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud. (QS. asy-Syuaraa (26) ayat 218-219) Oleh karena itu, ibarat mengikuti rapat dengan presiden, jika seseorang tidak fokus terhadap pembicaraan presiden yang ada di dekatnya, maka mungkin saja ia akan dikeluarkan dari rapat karena dianggap menyepelekan kata-kata presiden. Begitu juga dalam sujud, bila ia tidak berkonsentrasi hanya kepada Allah Swt., maka bisa saja Dia akan meninggalkannya. Maka, sia-sialah sujud yang dilakukannya.

25

Oleh karena itu, agar sujud seseorang tidak sia-sia, hendaknya ia berkonsentrasi dalam sujud. Selain bermakna ibadah dan memperkaya batin orang yang berkonsentrasi dalam sujud, secara tidak langsung, ia telah melatih dirinya sendiri untuk berkonsentrasi dalam hal lain diluar sujud. Inilah manfaat sujud bagi pelatihan konsentrasi saat pikiran mudah pecah. (dikutip dari Arif 2012: 167169)

26

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Shalat memiliki manfaat bagi kesehatan seseorang baik untuk kesehatan jasmani maupun untuk kesehatan rohani. 5.2 Saran Setelah mengetahui banyak manfaat dari Shalat, pembaca disarankan dapat melaksanakan Shalat dengan baik, benar, ikhlas, dan khusyu agar manfaat dari Shalat dapat diperoleh secara maksimal.

27

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahim. Tuntuan Shalat Lengkap. Jakarta: Sandro Jaya. Ad-Daqqar, Muhammad. 2013. Keajaiban Ibadah Secara Medis. Jakarta: Oryza. Arif, Masykur. 2012. Sujud Sebagai Terapi Berbagai Gangguan Kesehatan. 2012. Yogyakarta: Najah.

28

Anda mungkin juga menyukai