Anda di halaman 1dari 2

1. Bolehkah kita berobat ke non muslim dan peralatannya juga dari non muslim?

Dalam satu hadits diriwayatkan : : -

" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan Abu Bakar menyewa seorang dari suku AdDil kemudian dari suku 'Abdi bin 'Adiy sebagai petunjuk jalan dan yang mahir menguasai seluk beluk perjalanan yang sebelumnya dia telah diambil sumpahnya pada keluarga Al 'Ash bin Wa'il dan masih memeluk agama kafir Quraisy. Maka keduanya mempercayakan kepadanya perjalanan keduanya lalu keduanya meminta kepadanya untuk singgah di gua Tsur setelah perjalanan tiga malam. Lalu orang itu meneruskan perjalanan keduanya waktu shubuh malam ketiga, maka keduanya melanjutkan perjalanan dan berangkat pula bersama keduanya 'Amir bin Fuhairah dan petunjuk jalan suku Ad-Diliy tersebut. Maka petunjuk jalan tersebut mengambil jalan dari belakang kota Makkah yaitu menyusuri jalan laut " ( Shohih Bukhori, No.2264 ). Hadits diatas terdapat pada kitab Shohih Bukhori dalam bab menyewa orang-orang musrik dalam keadaan dhororot (terpaksa) atau ketika tidak terdapat orang-orang islam (Babu isti'jaril musyrikin indadh-dhoruroti au adami ahlil islam). Dari hadits inilah ulama' menyimpulkan hukum kebolehannya berobat kepada non muslim. Syeh Ibnu Muflih dalam kitab "Al Adab Asy-Syar'iyyah" menjelaskan bahwa jika ada orang yahudi atau nasroni yang pandai dalam bidang pengobatan dan bisa dipercara oleh masyarakat, diperbolehkan mengeluarkan biaya untuk berobat pada orang tersebut begitu juga diperbolehkan mempercayai apa yang dikatakannya tentang halhal yang berkaitan dengan pengobatan jika memang tidak diragukan kebenarannya. Namun, tidak diperkenankanberobat pada non muslim selama masih ada orang islam yang mampu melakukan pengobatan tersebut. Syekh Ibnu Hajar Al Haitami saat ditanya tentang hukumnya berobat kepada orang kafir, beliau menjawab : " Diperbolehkan bagi seorang muslim untuk berobat kepada orang kafir, meskipun itu kafir harbi (orang kafir yang memerangi orang islam), seperti diperbolehkannya bersedekah kepada orang kafir, namun kebolehan berobat kepada non muslim tersebut jika memang tak ada orang islam yang yang mampu

menggantikan posisinya, bisa dipercaya dan tidak dikhawatirkan akan mendatangkan bahaya. Dari keterangan diatas bisa disimpulkan bahwa berobar pada non muslim itu diperbolehkan dengan syarat tidak adanya orang islam yang mampu menggantikan posisinya, yang bisa melakukan pengobatan seperti dokter non muslim tersebut.

2.Memakai peralatan-peralatan non muslim itu hukumnya makruh, berdasarkan hadits nabi : " : " . :

" Dari Abu Tsalabah Al Khusyani Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Aku pernah bertanya,Wahai, Rasulullah. Sesungguhnya kami berada di suatu negeri Ahli Kitab, apakah kami boleh makan dengan piring-piring mereka? Beliau menjawab,Janganlah kamu makan dengannya, kecuali bila kamu tidak mendapatkan yang selainnya, maka cucilah, lalu makanlah dengannya. (Muttafaqun Alaih). Hukum kemakruhan tersebut dikarenakan orang-orang non muslim itu tidak menjauhi najis. Karena itulah jika memang diyakini bahwa peralatan yang digunakannya suci maka tak ada masalah, dalam arti boleh mempergunakannya, dan peralatan tersebut juga boleh dipergunaka dalam mengobati pasien muslim. ( Oleh : Mazz Rofii dan Siroj Munir )

Anda mungkin juga menyukai