Anda di halaman 1dari 37

Assalamualaikum Warrohmatullohi Wabarokatu..

Wuihsetelah hampir satu bulan nggak bikin postingan karena sibuk mengurusi tugas
kantor yang numpuk dan draft-draft gambar yang terbengkalai, alhamdullillah sekarang
saya bisa kembali lagi untuk menyapa rekan-rekan semuanya dan tentu saja untuk
menyelesaikan hutang saya yang sempat tertunda yaitu pembahasan tahap ke empat atau
akhir dari pembahasan Perencanaan Ruko Dua Lantai Dengan Program Bantu
STAAD Pro 2004 ini
Baik! langsung kita mulai saja ya.
Mendefinisikan Beban Kombinasi
Setelah kita selesai menempatkan semua beban-beban ke struktur yaitu beban pelat lantai,
beban pelat atap, beban dinding & beban hidup, maka langkah selanjutnya adalah
mendefinisikan beban kombinasi yang merupakan kolaborasi dari beban-beban tersebut
diatas. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Dari menu page, klik tab General kemudian klik tab Load. Jika nanti keluar kotak
dialog Set Active Primary Load Case, klik cancel. Setelah itu pergilah kekotak
dialog Loads-Whole Structure yang ada disamping kiri layar tampilan anda, kemudian
klik New Load.


2. Setelah itu akan keluar kotak dialog Create New Load. Anda klik radio button New
Load Combination (Manual), kemudian isi pada kotak text box Title dengan
nama BEBAN KOMBINASI, jika sudah lanjutkan dengan mengklik OK!.

3. Akan keluar kotak dialog Define Combination. Isi factor beban dengan nilai 1.2,
kemudian lanjutkan dengan menyeleksi beban berat sendiri, beban mati pelat & beban
dinding dengan cara mengklik satu persatu beban tersebut sambil menahan tombol Ctrl di
keyboard anda. Lanjutkan dengan menekan tombol > , agar beban yang terseleksi
berpindah ke frame Load Combination


4. Jika sudah, maka dengan cara yang sama lakukan juga untuk beban hidup pelat, tapi
dengan catatan ubah dulu nilaifactor beban dengan 1.6. Sehingga secara keseluruhan
menjadi seperti dibawah ini. Lanjutkan dengan mengklik OK!

Ok!. sekarang semua beban berikut dengan kombinasinya telah kita definisikan semuanya.
Langkah berikutnya adalah menyiapkan parameter desain sebelum melakukan analisa
struktur.
Menyiapkan Parameter Desain
1. Dari menu page, klik tab Analysis/Print, maka otomatis akan keluar kotak
dialog Analysis/Print Commands. Pastikan pilihan No Print pada frame Print Option.
Tekan Add kemudian lanjutkan dengan meng klik Close.


2. Kembali lagi ke menu page. Sekarang klik tab Design kemudian klik tab Concrete.
Maka di menu pages disebelah kanan layar tampilan anda akan keluar kotak
dialog Concrete Design-Whole Structure. Pada kotak scrool boxCurrent Code, pilih
code desain ACI (catatan : kita pilih ACI karena code desain ini sudah sangat mirip dengan
SKSNI). Jika sudah, maka lanjutkan dengan meng klik Select Parameter.


3. Akan keluar kotak dialog Parameter Selection. Pindahkan semua parameter desain ke
Available Parameter yang ada di lajur sebelah kiri dengan cara meng klik tombol <<

4. Sekarang kita akan seleksi beberapa parameter desain yang kita perlukan saja. Caranya
klik Clb, Cls & Clt, kemudian pindahkan ke kanan (Selected Parameters) dengan meng
klik tombol >


5. Ulangi untuk Fc, Fymain, Fysec, Maxmain, Minmain, Minsec, Reinf dan Track.
Hasil akhirnya seperti gambar dibawah. Klik OK untuk menutup kotak dialog

Adapun penjelasan dari parameter yang kita pilih adalah sebagai berikut :
- Clb, Cls, Clt = Jarak decking (selimut beton) pada bagian samping, atas dan bawah (
diambil = 4 cm).
- Fcmain = Kuat tekan beton ( direncanakan K-250 = 250 Mpa = 254,929 Kg/cm2).
- Fymain = Kuat tarik baja untuk tulangan utama ( direncanakan menggunakan mutu baja
U-39 = 3900 kg/cm2).
- Fysec = Kuat tarik baja untuk tulangan sengkang ( menggunakan mutu baja U-24 =
2400 kg/cm2).
- Maxmain = ukuran maksimum besi tulangan utama yg digunakan (batasan dimensi
tulangan utama maksimum yang didesain oleh STAAD). untuk perencanaan ini kita
gunakan besi tulangan maksimum yang diperbolehkan adalah D16
- Minmain = ukuran minimum besi tulangan utama yg digunakan (batasan dimensi
tulangan utama minimum yang didesain oleh STAAD). untuk perencanaan ini kita gunakan
besi tulangan minimum yang diperbolehkan adalah D12
Nb : sebenarnya saya inginya pakai besi D13, tapi karena di STAAD hanya menyediakan
besi tulangan dengan ukuran 6, 8, 10, 12, 16, 20, 25, 32, 40, 50, & 60, maka saya ambil
saja yang mendekati yaitu ukuran 12. Nanti akan ada verivikasi lagi.
- Minsec = ukuran minimum besi tulangan sengkang yg digunakan (batasan dimensi
tulangan minimum sengkang yang didesain oleh STAAD). - untuk perencanaan ini kita
gunakan besi tulangan minimum sengkang yang diperbolehkan adalah 8
- Reinf = Paramer tulangan spiral atau sengkang untuk kolom
- Track = Mode Output
Mendefinisikan Parameter Desain
1. Sekarang klik Define Parameters.

2. Kita ubah dulu satuan input yang digunakan ke Kg.cm (caranya seperti yang sudah kita
bahas di posting sebelumnya)

2. Definisikan semua parameter dengan nilai-nilai yang sudah kita tentukan seperti diatas.
Caranya klik tab Clb. Isi nilaiClb yaitu 4 cm. Klik Add untuk melanjutkan.

3. Ulangi langkah ke 2 diatas untuk Cls & Clt (jangan lupa setelah anda menginputkan
nilai, klik Add lho ya.hehehe).
4. Selanjutnya secara berurutan masukan
nilai Fc, Fymain, Fysec, Maxmain, Minmain, Minsec sebagai berikut



5. Selanjutnya klik tab reinf. lalu klik 0 (Tied Column), lalu klik Add

6. Terakhir klik tab Track, lalu klik 1, lanjutkan dengan dengan menekan Add kemudian
klik Close

7. Nah sekarang apabila anda melihat pada kotak dialog Concrete Design-Whole
Structure, akan tampak list parameter yang telah ditentukan dengan diawali tanda tanya
yang berarti parameter tersebut belum didefinisikan ke batang.

8. Definisikan parameter concrete ke batang. Caranya dari kotak dialog Concrete
Design (lihat gambar diatas). Klik radio button Assign To View pada frame Assignment
Method kemudian parameter CLB 4. Klik Assign

9. Lakukan hal yang sama untuk parameter lainnya kecuali parameter Reinf.
10 Untuk parameter REINF, Pilih semua kolom. Caranya bebasanda boleh menyeleksinya
secara satu persatu atau bisa juga melalui fasilitas Select By Group Name. Jika anda
melalui fasilitas ini, maka caranya adalah sebagai berikut.
- Dari menu pulldown, klik Select > By Group Name. Maka di kotak dialog Select Group
akan keluar group-group batang yang sudah kita definisikan sebelumnya (kalau tidak salah
ada di postingan Part-2silahkan dilihat lagi).

- Klik G5: KOLOM, jika sudah maka secara otomatis elemen kolom akan terseleksi semua
(lihat gambar dibawah). Jangan di close dulu kotak dialog Select Groups nya. Kemudian
beralih dulu kekotak dialog Concrete Design. KlikAssign to Selected Beams >
klik REINF 0 > Klik Assign. Maka akan keluar kotak dialog informasi yang menanyakan
apakah perintah akan diproses lebih lanjut. Klik Yes.

11. Jika sudah, close kotak dialog Select Groups
12. Sampai saat ini anda telah mempunyai parameter desain untuk semua elemen dengan
material beton. selanjutnya berikan perintah desain struktur dengan cara klik
design Commands.
13 Akan keluar kotak dialog desain Commands. Klik tab Design Beams kemudian klik Add

14. Lakukan hal yang sama untuk tab Design Column dan tab Take Off.
Klik Close untuk menutup dialog
15. Maka pada kotak dialog Concrete Design perintah desain akan ditampilkan dengan
diawali simbol tanda tanya, yang artinya perintah tersebut belum didefinisikan ke batang.
16. Beri perintah desain batang dengan cara
Pilih semua beam. Caranya bebasanda boleh menyeleksinya secara satu persatu atau
bisa juga melalui fasilitasSelect By Group Name. Jika anda melalui fasilitas ini, maka
caranya adalah sebagai berikut.
- Dari menu pulldown, klik Select > By Group Name. Maka di kotak dialog Select
Group akan keluar group-group batang yang sudah kita definisikan sebelumnya. Pilih
semua elemen batang kecuali G5: KOLOM. Maka otomatis semua elemen batang akan
terseleksi kecuali elemen kolom

17. Klik Assign to Selected Beams > klik DESIGN BEAM > Klik Assign. Maka akan
keluar kotak dialog informasi yang menanyakan apakah perintah akan diproses lebih lanjut.
Klik Yes.

18. Sekarang kita akan melakukan juga langkah diatas untuk yang bagian kolomnya.
Pilih G5: KOLOM pada kotak dialogSelect Groups. sehingga semua kolom teseleksi
semua


19. Klik Assign to Selected Beams > klik DESIGN COLUMN > Klik Assign. Maka akan
keluar kotak dialog informasi yang menanyakan apakah perintah akan diproses lebih lanjut.
Klik Yes.

20. OK! Semua parameter sudah kita definisikan semua. sekarang kita tinggal melakukan
analisa strukturnya.(untuk itu mari kita berdoa dulu agar pada waktu proses analisa
struktur tidak ada yang error atau input kita tidak ada yang salah nantinya hehehe.)
21. Bismillahirrohmanirrohim!
22. Sekarang pada menu pulldown klik Analyze. atau boleh juga dengan menekan Ctrl +
F5. Jika sudah maka akan keluar kotak dialog Select Analyze Engine. Anda klik STAAD
Analyze kemudian klik Run

Alhamdullillah, ternyata doa kita terkabul. semua input tidak ada yang error, sehingga
runningnya berjalan sukses.Klikdone untuk menutup kotak dialog
Pengkajian Hasil Analisa (Modeling)
Untuk melihat Diagram Momen Lentur, Gaya Lintang (Shear Force) & Gaya Axial, bisa anda
akses pada menu toolbar Result

Dari kiri kekanan adalah :
Fx = Axial Force.
Fy = Shear Y Force.
Fz = Shear Z Force.
Mx = Torsion (Momen torsi).
My = Bending Y Moment.
Mz = Bending Z Moment.
Plate Stress, ( iconnya mati karena kita tidak mendefinisikan pelat pada geometri
struktur kita).
Solid Stress, ( iconnya mati karena kita tidak mendefinisikan solid pada geometri
struktur kita).
Deflection (Menampilkan defleksi struktur).
Mode Shape.
Animate (Untuk menampilkan struktur dalam modus animasi)
Result setup (Untuk mensetting dan menampilkan hasil analisa hitungan dari
pembebanan tertentu).
1. Menampilkan Diagram Moment (Mz)

2. Menampilkan Diagram Lintang (Shear Y Force)

3. Menampilkan Diagram Axial (Shear Y Force)
- Klik kanan pada area kosong di layar utama anda. Pilih Labels. Kemudian klik
tab Scales. Atur skala diagram gaya axial dengan nilai 1000 kg per cm (intinya adalah
biar digram grafiknya tidak terlalu besar). Hilangkan centang pada kotak Apply
Immediately. Klik OK.

- Jika sudah, klik tool Fx (Axial Force), maka hasilnya sebagai berikut :

4. Menampilkan Desain Tulangan
Untuk menampilkan desain tulangan, cukup dengan mengklik ganda salah satu
elemen/batang yang ingin ditampilkan hasil tulangannya.
Misalkan saja saya ingin menampikan hasil tulangan dari balok dan kolom seperti gambar
dibawah ini.

4.1. Hasil tulangan dari balok yang kita klik diatas ( disini akan tampak bahwa balok di
desain untuk tumpuan kiri (atas/bawah) 2D16, Lapangan 2D16 dan tumpuan kanan
(atas/bawah) 2D16. Sedangkan sengkangnya 8 buah besi 8dengan jarak 226 mm
Verivikasi : Kalau dengan
keadaan seperti, biasanya saya desain dengan tulangan menerus (langsung), yaitu
tumpuan dan lapangan saya samakan baik atas maupun bawahnya 2/2 D16. Sengkang
pakai 8-150 (tump), 8-200 (Lap) hehehe.tapi eitz tunggu dulu anda jangan bilang
kalau saya asal main tebak dan ndak ilmiahjustru kalau menurut saya ini adalah sebuah
justifikasi, dan justifikasi itu tergantung sama engineernya masing-masing (biasanya
tergantung sama pengalaman dan teori yang dimiliki). Alasan yang sedikit ilmiah tapi
sedikit maksa ( jowo, baca : mekso) adalah karena faktor reduksi yang dimiliki
oleh STAAD adalah ACI, jadi belum disesuaikan dengan SKSNI, misalkan saja kita ambil
contoh pada desain tulangan utamanya. ACI 318-99 memberikan reduction factor untuk
tulangan lentur (phi bending tension) adalah = 0.9 sedangkan SKSNI dengan nilai faktor
= 0.8. Jadi apabila desain dari STAAD dengan code desain ACI dikonversikan ke SKSNI
maka akan diperoleh 0.9/0.8 = 1.125. Nahdari faktor ini akan diperoleh faktor
kombinasi beban 1.125 x (1.2DL + 1.6LL) sehingga menjadi = 1.35DL + 1.8LL.
Nah browsekarang lihat dengan mengganti kombinasi beban 1.2DL +
1.6LL menjadi 1.35DL + 1.8LL (meningkatan faktor kombinasi beban) akan menjadikan
desain STAAD sesuai dengan SKSNI. Tapi ingat ini hanya untuk penyesuaian salah satu
parameter. yaitu faktor reduksi lentur balok, sedangkan parameter lain belum
dipertimbangkan dalam konversi ini. hehehe.jadi wajar aja kan kalau saya
mengasumsikan hasil yang sedikit berlebih dari hasil yang diberikan oleh STAAD Pro.
(Tapi ya itusekali lagi kita harus bisa membuktikan dengan hitungan biar lebih pasti
hehehe)

4.2. Hasil tulangan dari kolom yang kita klik diatas ( disini akan tampak bahwa kolom di
desain dengan bar size (diameter tulangan) = 12 dan Bar No (jumlah tulangan) = 8, atau
dengan kata lain 8D12. dengan As perlu = 900mm2

Verifikasi : mari sekarang kita cek. As perlu = 900mm2. sedangkan desain tulangan =
8D12 = 8 ( 1/4 x 3.14 x 12
2
) = 904.32 m2 > 900 m2 (OK!). Nahuntuk tulangan kolom
biasanya saya pilihkan diameter yang lebih besar daripada tulangan balok. Untuk kasus ini
saya ambil tulangan dengan diameter 16.
Luas penampang D16 = 1/4 x 3.14 x 16
2
= 200.96 m2.
As required = 900 m2
Sehingga jumlah tulangan D16 yang harus dipasang = 900/200.96 = 4.47 ------dibulatkan
menjadi 5 buah tulangan D16.-------tapi agar pembagiannya merata maka saya ambil 6D16
Untuk keperluan desain tulangan sengkang, anda bisa mengakses data tegangan geser
melalui menu tab Shear Bending.

4.3 Untuk mengetahui seberapa besar defleksi yang terjadi pada elemen struktur, bisa
anda akses melalui menu tab Deflection

4.4 Untuk mengetahi hasil desain secara lengkap, dapat anda akses melalui menu STAAD
Output. Klik icon yang saya lingkari pakai warna merah seperti tergambar dibawah ini.
Maka laporan hitungan secara lengkap akan keluar secara otomatis.


Pengkajian Hasil Analisa (Post Processing)
Sekarang kita akan melihat hasil analisa dlam bentuk Grafis.
1. Dari menu pulldown klik Mode > Post Processing

2. Kotak dialog Result akan muncul dengan tabs aktif Loads. Dimana pada
frame Selected terdapat list dari kasus pembebanan yang telah didefinisikan.
3. Untuk kajian analisa, anda dapat memilih sebagian kasus beban atau semuanya. Untuk
kasus ini kita akan konsentrasi ke beban kombinasinya saja. Untuk itu pilih beban 1 s/d 4,
kemudian klik tombol < . Klik OK

4. Maka tampilan STAAD akan menjadi seperti gambar dibawah ini, dengan
pagemenu Node dan Tab Displacementaktif. Dimana pada bagian data area ditampilkan
tabel Node Displacement. Dan pada Screen Area ditampilkan struktur terdeformasi
dengan skala tertentu

5. Sekarang kita akan cari tahu dimana letak balok atau kolom yang mengalami kegagalan
struktur (FAIL)
Untuk Balok
- Seleksi semua elemen struktur balok. Caranya terserah.bisa anda meng kliknya satu
persatu, atau bisa juga melalui fasilitas Select By Group Name yang semua langkah-
langkahnya sudah kita bahas diatas

- Pada menu pulldown, klik Report > Section Forces

- Klik tab Sorting, kemudian pilih Moment-Z, ceklist Absolute Values. Lanjutkan
dengan memilih List from High To Low dari kotak Frame Set Sorting Order. Kemudian
klik tab Loading, (jangan di klik ok dulu)

- Setelah itu akan muncul kotak dialog Section Forces. Atur sedemikian rupa sehingga
hanya BEBAN KOMBINASIsaja yang terseleksi di lajur sebelah kanan (selected).
Klik OK!

- Akan keluar kotak Section Forces, yang menampilkan elemen-elemen batang yang
mengalami momen lentur yang diurutkan dari yang terbesar sampai yang terkecil.
Sekarang anda lihat di kotak tersebut, ternyata element balok 56, 20, 14 & 57 menempati
urutan teratas balok yang mengalami lentur terbesar.

Nah sekarang pertanyaannya.hayo dimana letak balok itu???..Udah gak perlu pakai
hitungan yang njelimet dan ruwet untuk mengetahui letak 4 balok tersebut. silahkan jawab
di luar kepala..
Nich jawabannya :

Pasti posisinya pada balok yang saya kasih tanda X warna merah itu dech. kalau ndak
gitu paling-paling yang saya kasih tanda X warna biru. Cuman kalau melihat geometri
struktur dan pembebanan yang bekerja, saya condong ke balok yang saya kasih tanda X
warna merah. Lho.la kok bisa? apa alasannya?.
Alasannya :
Balok yang bertanda X merah, memiliki bentang yang cukup besar ( L = 6m), tanpa
ada kolom penyangga dibawahnya. Semakin panjang bentang, maka resiko defleksi
akan semakin besar pula. Selain itu tepat ditengah bentang (titik ekstrim), balok
tersebut mengalami beban terpusat dari beban balok anak(grid) yang menyangga
beban dinding setinggi 3.6 m atau sekitar 900 kg/m dan beban mati pelat lantai.
Balok bertanda X biru sebenarnya juga mengalami kondisi yang sama. tapi tetap
saja naluri saya mengatakan kalau balok yang bertanda X merah mengalami
kegagalan lentur yang paling parah daripada balok bertanda X biru (hehehekayak
dosen aja wkwkwwkwk.). OK! sekarang mari kita buktikan apakah balok dengan
nomor 56, 20, 14 & 57 berada pada posisi tersebut
6. Klik kanan pada layar tampilan anda. Pilih Labels. Maka otomatis akan keluar kotak
dialog Diagrams. Anda centangBeam Numbers pada frame Beams, klik OK


- Nahternyata benarkan prediksi saya kalau letak balok yang mengalami momen lentur
terbesar terletak pada posisi tersebut hehehe..
7. Sekarang klik ganda salah satu dari balok tersebut. Misalkan saja balok no 20. Klik tab
Concrete. Sekarang anda lihat disitu tulangan bawah balok tidak keluar (berarti ada
kemungkinan balok tersebut mengalami kegagalan struktur/FAIL)

8. Sekarang cari informasi lebih lanjut dari balok no 20 ini, melalui menu STAAD Output.
Anda bisa mengaksesnya dengan menekan tombol mirip calculator (yang saya lingkari
pakai warna merah)

Nah.sekarang baru ketahuan kalau balok no.20 Gagal/FAIL

- Cek juga balok dengan no 56, 14, 57, 28, 47, 48, 2, 8 & 53. Balok-balok yang saya
sebutkan ini adalah balok yang diawal tadi saya tandai dengan X merah dan X biru.
Kemungkinan gagal lentur dari balok-balok ini sangat tinggi sekali.
Nahsekarang yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara mengatasi agar balok
tersebut tidak FAIL.
Ada dua cara yang bisa kita lakukan :
1. Yang paling ideal dan paling baik adalah menambahkan kolom penyangga tepat
ditengah bentang dari balok tersebut (khususnya balok no 56, 20, 14 & 57 ), sehingga
kemungkinan dimensi baloknya bisa diperkecil karena disesuaikan dengan lebar
bentangnya.
2. Jika tidak memungkinkan dengan menggunakan cara diatas dikarenakan untuk alasan
kebutuhan ruang, sehingga dikhawatirkan dengan adanya kolom tersebut malah akan
mengganggu pemandangan dan ruang toko menjadi terkesan sempit. Maka mau tidak mau
kita harus memperbesar dimensi balok.
OK! sekarang anggap saja ownernya tidak mau ada kolom di ruang depan toko. maka
solusi diambil adalah memperbesar dimensi balok.
Sekarang kita ambil H balok adalah 1/10 dari lebar bentang, sehingga H = 1/10 x 600 = 60
cm, lebar balok diambil 1/2 H = 1/2 x 60 = 30 cm, jadi dimensi baloknya adalah 30/60.
9. Sekarang kita akan definisikan dimensi balok 30/60 ke STAAD. Caranya dari page menu
General, klik tab Property, kemudian pada menu page sebelah kanan, klik Define,
Lanjutkan dengan memasukan dimensi balok melalui kotak YD dan ZD. Klik Add.

10. Sekarang Assign balok yang sudah kita definisikan tadi ke elemen no 56, 14, 57, 28,
20, 47, 48, 2, 8 & 53. Untuk jelasnya lihat balok yang saya kasih tanda X (merah) dan X
(biru) pada gambar dibawah (bisa toh caranya..jadi saya gak perlu ngulang-ngulang lagi
hehehe..)

11. Lakukan analisa struktur ulang. Jika sudah cek kembali balok tersebut, apakah masih
FAIL atau tidak?. Jika masih FAIL, maka balok perlu didimensi ulang. Silahkan Anda
bereksplorasi sendiri.
Sekedar sebagai catatan :
Ternyata setelah saya inputkan balok dengan ukuran 30/60 masih tidak memenuhi (FAIL).
Dan baru ketika saya memasukan balok dengan dimensi 30/90 struktur baloknya stabil
(alias tidak FAIL). Tapi lha masak baloknya sebesar itu toh..lha kalau baloknya sebesar
itu berarti spase vertikal ruang tinggal 3.80 0.90 = 3.1 mhmmmm..jadi pendek ya
kalau untuk ukuran ruko. tapi tidak apalahcobalah tanya ke arsiteknyakira-kira elevasi
plafondnya berapa? masih memenuhi ndak kalau dengan balok setinggi itu.
Sebenarnya ada cara lain lagi agar baloknya tidak sebesar itu, yaitu dengan mengubah
ukuran kolom yang saya blok pakai warna hijau ini dengan ukuran 40/40, sehingga
baloknya bisa diperkecil menjadi 30/60. Coba deh kalau gak percaya. nih hasilnya
penulangan dari balok 30/60 tersebut (lihat gambar bawah).


Lho kok bisa???
Ok! disini saya tidak akan serta merta untuk menjawab..silahkan untuk dipecahkan sendiri.
Jika belum ketemu jawabannya jangan segan-segan untuk bertanya kepada
sayahehehehehe..Cuman pesan saya adalah :
Pemilihan model struktur yang tepat dan sesuai, adalah lebih
penting dari ketelitian perhitungan struktur itu sendiri

Materi Tambahan :
- Kalau anda ingin melihat struktur secara Full Section yang artinya ketebalan strukturnya
ditampilkan anda bisa klik kanan dilayar tampilan. Pilih Labels, kemudian klik
tab Structure. Pilih Full section > kemudian klik OK. Maka hasilnya akan seperti dibawah
ini :


Mencari Kolom Yang Mengalami Gaya Aksial Terbesar
- Seleksi semua elemen kolom. Caranya terserah.bisa anda meng kliknya satu persatu,
atau bisa juga melalui fasilitasSelect By Group Name yang semua langkah-langkahnya
sudah kita bahas diatas

- Pada menu pulldown, klik Report > Section Forces

- Klik tab Sorting, kemudian pilih Axial Force, ceklist Absolute Values. Lanjutkan
dengan memilih List from High To Low dari kotak Frame Set Sorting Order. Kemudian
klik tab Loading, (jangan di klik ok dulu)

- Setelah itu akan muncul kotak dialog Section Forces. Atur sedemikian rupa sehingga
hanya BEBAN KOMBINASIsaja yang terseleksi di lajur sebelah kanan (selected).
Klik OK!

- Akan keluar kotak Section Forces, yang menampilkan elemen-elemen batang yang
mengalami gaya Axial yang diurutkan dari yang terbesar sampai yang terkecil.

Oke! sampai disini dulu ya pembahasan kita. Hal-hal lain yang belum dibahas akan dibahas
pada posting berikutnya tapi dengan judul yang berbeda. Dikarenakan begitu banyaknya
fungsi dan fitur STAAD Pro yang tidak mungkin di kupas satu-satu dalam satu postingan.
Maka pembicaraan kita putus sampai disini dulu. Insya ALLOH saya akan kupas satu
persatu fungsi dari tool-tool STAAD Pro ini satu persatu di lain kesempatan tentunya
dengan nuansa dan judul yang berbeda pula.
Akhirul kalam,
Assalamualaikum Warrohmatullohi Wabarrokattu

Anda mungkin juga menyukai