0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
43 tayangan3 halaman
Dalam perencanaan Infrastruktur perlu dilakukan perhatian khusus dalam masalah kegempaan (Earthquake) dan disain-dengan-memperhatikan-Sesar (FAULT Resistant Design), hal ini diingatkan oleh Professor Muneo Hori dari Earthquake Research Institute (University of Tokyo, Jepang) dalam bukunya yang terbit tahun 2006. Demikianlah hal ini diperhatikan khususnya bagi konsultan-konsultan besar yang melakukan perencanaan (DED).
Judul Asli
Implementasi Metode Elemen Hingga di sebuah ‘Cross Section Geologi’ pada aplikasi Fault Resistant Design
Dalam perencanaan Infrastruktur perlu dilakukan perhatian khusus dalam masalah kegempaan (Earthquake) dan disain-dengan-memperhatikan-Sesar (FAULT Resistant Design), hal ini diingatkan oleh Professor Muneo Hori dari Earthquake Research Institute (University of Tokyo, Jepang) dalam bukunya yang terbit tahun 2006. Demikianlah hal ini diperhatikan khususnya bagi konsultan-konsultan besar yang melakukan perencanaan (DED).
Dalam perencanaan Infrastruktur perlu dilakukan perhatian khusus dalam masalah kegempaan (Earthquake) dan disain-dengan-memperhatikan-Sesar (FAULT Resistant Design), hal ini diingatkan oleh Professor Muneo Hori dari Earthquake Research Institute (University of Tokyo, Jepang) dalam bukunya yang terbit tahun 2006. Demikianlah hal ini diperhatikan khususnya bagi konsultan-konsultan besar yang melakukan perencanaan (DED).
Implementasi Metode Elemen Hingga di sebuah Cross Section
Geologi pada aplikasi Fault Resistant Design
Senin, 25 Mei 2009 Sari (Abstract) Dalam perencanaan Infrastruktur perlu dilakukan perhatian khusus dalam masalah kegempaan (Earthquake) dan disain-dengan-memperhatikan-Sesar (FAULT Resistant Design), hal ini diingatkan oleh Professor Muneo Hori 1 dari Earthquake Research Institute (University of Tokyo, Jepang) dalam bukunya yang terbit tahun 2006. Demikianlah hal ini diperhatikan khususnya bagi konsultan-konsultan besar yang melakukan perencanaan (DED).
a. Pendahuluan Kondisi fisik Maluku (dan NTT dan Maluku Utara) sangat berbeda dengan kawasan lainnya di Indonesia (Monk dkk. 1994). Kepulauan ini terdiri dari pulau-pulau vulkanis dan rangkaian terumbu karang yang tersebar di sepanjang lautan yang terdalam di dunia, dan tidak memiliki pulau-pulau besar seperti Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Untuk mengerti hal ini perlu di terangkan tentang bagian dalam bumi dan Lempeng (pelat) tektonik seperti dalam Gambar 1.
(Catatan: Gambar dapat dilihat di Laporan Asli, Terima kasih) Gambar 1 (a) Kerak Benua dan Kerak Samudera: Ketebalan Kerak Benua 35 km s/d 60 km, Kerak Samudera lebih tipis, hanya 5 km s/d 15 km. (b) Zona subduksi (subduction zone) dimana Pelat Australia menghunjam masuk kebawah kepulauan Banda, Cekungan Weber dsb. via Palung Laut Seram yang menerus sampai di utara Pulau Buru.
Bagian dalam bumi terdiri dari: inti bumi, mantel bumi dan kerak bumi. Inti bumi berupa cairan dan luarnya padat. Bagian tengah yang panas, rapat dan lengket disebut mantel. Mantel terdiri dari astenosfer (mantel bagian bawah), dan mantel bagian atas. Mantel bagian atas ini bersama kerak tipis yang berada diatasnya bersama-sama disebut litosfer, yang tebalnya kira-kira 100 km. Kerak bumi dibedakan menjadi dua macam: kerak benua dan kerak samudera (Gambar 1a). Kepulauan Maluku dimana Pulau Ambon berada, terletak diatas kerak samudera yang merupakan bagian dari Pelat Eurasia. Sebagian besar kerak benua terjadi selama Zaman PraCambria sementara kerak samudera masih terus dibentuk sampai sekarang dalam proses akresi (sedimentasi) pada lengkung vulkanis di atas zona-zona subduksi (Gambar 1.b). Umur Cekung Busur Banda belum diketahui (McCaffrey & Abers 1991). Namun menurut A.A. Polhapessy (2009) umurnya tua. Bagian timur Indonesia terletak di persimpangan empat lempeng utama: Lempeng Indo-Australia, Pasifik, Eurasia dan Lempeng Laut Filipina (Gambar 2.a). Interaksi keempat pinggiran inilah sumber dari kondisi geologi yang rumit dan kegiatan tektonis di Maluku. Jadi Lempeng Indo-Australia seperti tang yang sedang mencapit Lempeng Eurasia di Busur Banda.
1 Buku Karya Muneo Hori: Introduction to Computational Earthquake Engineering, Imperical College Press, 2006
(Catatan: Gambar dapat dilihat di Laporan Asli, Terima kasih) Gambar 2. (a) Lempeng-lempeng Tektonis serta perbatasannya di dunia. (b) Vektor-vektor GPS dengan Kerangka Acuan Pelat Australia Utara (Panah-panah Besar) dengan 95% konfiden didalam elips-elips disertai nama-nama site (lokasi). Segitiga hitam menunjukan lokasi gunung berapi aktif. Komponen vektor kecepatan relatif Pulau Ambon, hasil pengukuran Stevens dkk (2002) adalah 4.9 cm pertahun ke arah sekitar barat-daya [Lihat pada gambar Tabel dibawah. Catatan: AMBG = Pulau Ambon, BAPI = Banda Gn.Api].
. . . . .
Gempa terakhir di Buru Timur menghasilkan peristiwa Liquefaction (!). Dan kejadian ini baru terjadi beberapa tahun lalu (2006). ....
Penting untuk melakukan analisa Pemodelan Sesar (Hori 2006), sebagai bagian dari perencanaan gedung / bangunan anti sesar (Fault Resistant Design), seperti yang telah dilakukan Jepang pasca-gempa Kobe 1995. Jadi dalam mendisain jembatan besar dan struktur penting di Maluku tidak hanya perlu EARTHQUAKE RESISTANT DESIGN tetapi "Fault Resistant Design" juga perlu (Louhenapessy 2008).
b. Pemodelan Sederhana Pergerakan Patahan / sesar di permukaan bumi untuk mengetahui seberapa besar perpindahan jika terjadi sesar dipermukaan 2 , maka telah dilakukan pemodelan komputer sederhana formasi batuan (Potongan Bumi yang pas ada didekat rencana sebuah bangunan penting [misalnya]) dengan metode elemen hingga (hasilnya di Gambar 10 atau Photo 5 dst...). Pemodelan dilakukan dengan memakai kriteria runtuh Mohr-Coulomb.
Data input ada dalam Tabel 1 (Photo 3).
TABEL 1 - Pemodelan Sesar (Catatan: TABEL dapat dilihat di Laporan Asli, Terima kasih)
(Catatan: Gambar dapat dilihat di Laporan Asli, Terima kasih)
2 Referensi dari pembelajaran peristiwa: Gempa Kobe 1995, Taiwan 1999, Cocheli Turki, 1999 (Hori 2006) dan Jogjakarta 2006. Gambar 10 (Photo 5). Kiri Atas: Pemodelan komputasi numerik (Metode Elemen Hingga) dari batuan dibawah Potongan Peta Geologi sebuah area Yang di Selidiki. Kanan Atas dan Bawah: Keluaran Komputer: Perpindahan vertikal dan horizontal (lihat text). Kiri bawah: Kontur Tegangan Vertikal.
Dari komputasi numerik dengan Metode Elemen Hingga didapat perpindahan vertikal relatif sebesar .... cm dan perpindahan horizontal relatif sebesar .. cm s/d ... cm. Harga ini harus di validasi dengan statistik pengamatan yang terjadi dilapangan (sejarah observasi pasca gempa). Sebagai catatan ini adalah asumsi memakai implementasi rheologis (viscoplastic) berdasarkan data pergerakan pelat tektonis khususnya pulau Ambon (Gambar 5 b dan 7), yaitu sekitar 5 cm per tahun.
Kesimpulan dan Saran .......... ..........
Referensi
Monk, K. A. Monk and De Fretes, Y. (1996/97) The Ecology of Nusa Tenggara and Maluku. Publisher: Periplus. ISBN: 9625930760
Hori, Muneo. (2006). Introduction to Computational Earthquake Engineering. Imperial College Press. London UK.
Louhenapessy, Wilham G. (1995). Undrained Analysis of Rock Structures. M.Sc. thesis. Univ. Wales Swansea, UK.
Louhenapessy, W. and Pande, G.N. (2000). Newmo3962_2000: User's Instruction Manual, Rep No.CR/1022/00. Civil Eng. Dept., Univ.of Wales Swansea, Swansea.
Louhenapessy, Wilham G. (2003). Finite Element Method in Rock Tunnel Engineering. Konperensi Geoteknik Indonesia VI. Perkembangan Permasalahan Geoteknik dan Pemecahannya di Millenium Baru. Himpunan Ahli Teknik Tanah Indonesia (HATTI), p.289-298. Jakarta, Agustus 2003. ISBN 979- 96668-2-1.
Louhenapessy, Wilham G. (2008). Draft kajian Geologi dan Geoteknik Komunikasi pribadi / Konsultasi dengan institusi-institusi terkait.
Louhenapessy, W. and Pande, G.N. (1998). On a rational method of analysis and design of tunnel supports based on the finite element technique. J.of Rock Mech. & Tunneling Tech., 4 (2), 97--124.
Louhenapessy, W.G. and Pande, G. N. (1999). Finite element analysis for design of tunnel support. Proc. 7th Assoc. of Computational Mechanics in Engineering (ACME) Conf. 99. Durham Univ. 1999. England, UK.