Anda di halaman 1dari 37

Kelompok I

issue 3
Nama : Domingos Savio Ribeiro B
Nim : 10612099
Faktor- faktor yang mempengaruhi proses menua

Proses penuaan dipicu oleh laju peningkatan radikal bebas dan sistem
penawaran racun yang semakin berubah seiiring dengan berjalannya usia.ada
2 faktor yaitu:
a) Faktor yg mempercpat proses penuaan
1. Faktor genetik
perempuan berumur lebih panjang daripada laki laki.
2. Faktor endogenik
Perubahan stuktural dan fungsional
Kemampuan / skill menurun
Kapasitas kulit untuk mensintesis vitamin D
3. Faktor eksogenik (factor lingkungan dan gaya hidup)
Diet / asupan zat gizi
Merokok
Obat
Penyinaran Ultra violet
Polusi
b) Faktor yang menghambat proses penuaan
Antioksidan, merupakan zatkimia yang dapat memberikan sebuah
elektron pada radikal bebas sehingga memperlambat proses penuaan.


Pengaruh penuaan terhadap sendi TMJ
Pengaruh penuaan yang akan terjadi pada TMJ

1. Pengaruh pengurangan jumlah gigi akibat penuaan
terutama di gigi posterior telah diindikasikan sebagai
penyabab gangguan TMJ. Hal ini karena condilust
mandibula akan mencari posisi yang nyaman pada saat
menutup mulut. Inilah yang memicu perubahan letak
condilust pada fossa glenoid dan menyebabkan
kelainan pada TMJ

2. Akibat penuaan mengakibatkan kontraksi otot
bertambah panjang saat menutup mulut. Hal ini
menyebabkan kerja sendi lebih kompleks

3. Penuaan mengakibatkan remodeling (Lestari, 2003).
Proses penuaan jaringan lunak rongga mulut
menurut Wall (2006), yaitu:

1. Mukosa,
Terjadi perubahan pada struktur, fungsi dan elastisitas
jaringan mukosa mulut. Gambaran klinis jaringan
mukosa mulut lansia tidak berbeda jauh dengan
individu muda, tetapi riwayat adanya trauma, penyakit
mukosa, kebiasaan merokok, dan adanya gangguan
pada kelenjar ludah dapat mengubah gambran klinis.
Gambaran histologis jaringan mukosa mulut yaitu
terjadi penipisan epitel, penurunan proliferasi seluler,
hilangnya lemak dan elastisitas submukosa,
meningkatnya jaringan ikat fibrotik yang disertai
perubahan degenerati kolagen
Karakteristik penuaan mukosa mulut menurut Wall
(2006), yaitu :
Terlihat pucat dan kering
Hilangnya stippling
Terjadinya Oedema
Elastisitas jaringan berkurang
Jaringan mudah mengalami iritasi dan rapuh
Kemunduran lamina propria
Epitel mengalami penipisan
Keratinisasi berkurang
Vaskularisasi berkurang sehingga mudah atropi
Penebalan serabut kolagen pada lamina propia.

2. Lidah
Tonus lidah mengalami penurunan tapi ukurannya tidak
berubah kecuali pada orang yang kehilangan giginya.

Papilla lidah berkurang demikian juga ukurannya. Di
prediksi bahwa 65% taste bud hilang pada umur 80 tahun.

Tampak bercelah dan beralur atau ada pula yang tampak
berambut

Varikositas pada ventral lidah tampak jelas.
Manifestasi yang sering terlihat adalah atrofi papil lidah
dan terjadinya fisura-fisura.
lidah biasanya membesar dan akibat kehilangan sebagian
besar gigi, lidah besentuhan dengan pipi waktu
mengunyah, menelan dan berbicara (Wall, 2006).
3. Kelenjar Saliva
Kecepatan aliran saliva rendah
Biosintesis protein menurun karena sel-sel asinus mengalami atropi
sehingga jumlah protein saliva menurun.
Xerostomia, aliran saliva berkurang karena menurunya jumlah
jaringan asihan yang sebanding dengan ductus dan connective
tissue.
Fungsi kelenjar saliva yang mengalami penurunan merupakan suatu
keadaaan normal pada proses penuaan manusia.
Lansia mengeluarkan jumlah saliva yang lebih sedikit pada keadaan
istirahat, saat berbicara, maupun saat makan. Keluhan berupa
xerostomia atau mulut kering sering ditemukan pada orang tua
daripada orang muda yang disebabkan oleh perubahan karena usia
pada kelenjar itu sendiri.
Berdasarkan penelitian terjadinya degenerasi epitel saliva, atrofi,
hilangnya asini dan fibrosis terjadi dengan frekuensi dan keparahan
yang meningkat dengan meningkatnya usia. Secara umum dapat
dikatakan bahwa saliva nonstimulasi (istirahat)
4. Ligamen Periodontal
Perubahan pada ligamen periodontal yang berkaitan
dengan lanjut usia menurut Wall (2006) yaitu:
Berkurangnya fibroblas dan strukturnya lebih irregular,
Berkurangnya produksi matriks organik dan sisa sel epitel
serta
Meningkatnya jumlah serat elastis.
5. Gingiva
Terjadinya penambahan papilla jaringan ikat dan
menurunnya keratinisasi epitel.
Keratinisasi epitel gingiva yang menipis dan berkurang
terjadi berkaitan dengan usia. Keadaan ini berarti
permeabilitas terhadap antigen bakteri meningkat,
resistensi terhadap trauma fungsional berkurang, atau
keduanya. Karena itulah, perubahan tersebut dapat
mempengaruhi hasil perawatan periodontal jangka panjang
Proses penuaan jaringan keras rongga
mulut

1. Penuaan gigi
Berkaitan dengan proses fisiologis normal dan proses
patologis akibat tekanan fungsional dan lingkungan. Gigi
geligi mengalami diskolorasi menjadi lebih gelap dan
kehilangan email akibat abrasi, erosi, dan atrisi (Wall,
2006).
Gigi-gigi biasanya menunjukkan tanda-tanda perubahan
dengan bertambahnya usia perubahan ini bukanlah sebagai
akibat dari usia tetapi disebabkan oleh refleks, keausan,
penyakit, kebersihan mulut, dan kebiasaan. Email
mengalami perubahan pada yang nyata karena
pertanbahan usia, termasuk kenaikan konsetrasi nitrogen
dan fluoride sejalan usia (Wall, 2006).

a. Email:
Erosi:
melarutnya email gigi (kalsium) oleh asam. Erosi merupakan
kelinan yang disebabkan hilangnya jaringan keras gigi karena
proses kimiawi dan tidak melibatkan bakeri. Penyebab utama
larutnya email gigi adalah makanan atau minuman yang
mengandung asam, asam yang timbul akibat gangguan
pencernaan yaitu hasil metabolisme sisa makanan oleh
kuman, asm yang mempunyai pH kurang dari 5,5.
Abrasi
terkikisnya lapisan email gigi sehingga email menjadi
berkurang atau hilang hingga mencapai dentin. Penyebab
yaitu gaya friksi (gesekan) langsung antara gigi yang berkontak
dengan objek eksternal karena cara menyikat gigi yang tidak
tepat, kebiasaan buruk seperti menggigit pensil, mengunyah
tembakau, menggunakan tusuk gigi yang berlebihan diantara
gigi, serta pemakaian gigi tiruan lepasan yang menggunakan
cengkeraman.
Atrisi
hilangnya suatu substansi gigi secara bertahap
(keausan) pada permukaan oklusal, incisal,
dan proksimal gigi karena proses mekanis
yang terjadi secara fisiologis akibat
pengunyahan. Penyebabnya yaitu proses
pengunyahan didukung oleh kebiasaan buruk
seperti mrngunyah sirih, kontak premature
dan makanan yang bersifat abrasive, serta
proses fisiologis pengunyahan pada manula.

b. Dentin
Terjadinya proses pembentukan:
Dentin sekunder: kelanjutan dentinogenesis, reduksi jumlah
odontoblas
Dentin tersier: adanya respon ransangan, odontoblas berdesakan,
dan tubulus dentin bengkok
Dentin skelrotik: karies terhenti/berjalan sangat lambat, tubulus
dentin menghilang, dan merupakan system pertahanan tubuh
ketika ada karies
Dead tracks (saluran mati): tubulus dentin kosong
c. Pulpa
Peningkatan kalsifikasi jaringan pulpa
Penurunan komponen vaskuler dan seluler
Reduksi ukuran ruang pulpa
Pembentukan dentin yang berlanjut sejalan dengan usia
menyebabkan reduksi secara bertahap pada ukuran kamar pulpa.
Peningkatan jaringan kolagen pulpa

d. Penuaan sementum
Penebalan sementum disepanjang seluruh permukaan
akar meningkat seiring dengan bertambahnya usia, dan
penebalan ini lebih terlihat pada sepertiga apikal akar.
e. Penuaan tulang alveolar
Terjadinya resorpsi dari processus alveolaris terutama
setelah pencabutan gigi sehingga tinggi wajah
berkurang, pipi dan labium oris tidak terdukung, wajah
menjadi keriput. Terjadi resorpsi pada caput
mandibula, fossa glenoidales yang akan membatasi
ruang gerak membuka dan menutup mandibula.
Degenerasi tulang alveolar menyebabkan gigi geligi
tampak lebih panjang.
f. Sendi Temporomandibula
Perubahan akibat penuaan pada sendi
Temporo Madibula sering terjadi pada usia
sekitar 50 tahun. Perubahan ini terjadi akibat
dari proses degenerasi sehingga melemahnya
otot-otot mengunyah yang mengakibatkan
sukar membuka mulut secara lebar (Jubhari,
2002).

Pengertian Atrisi, Erosi, Abrasi
Atrisi
Atrisi adalah aus fisologis dari substansi gigi akibat
kontak gigi ke gigi seperti saat mastikasi.
Atrisi dibagi atas 3 kategori (Pindborg, 1970 dalam Koerniati,
2006:124) :
a. Atrisi Fisiologi merupakan keausan gigi yang dialami oleh
semua individu dan hal ini dianggap normal
b. Atrisi Intensif merupakan keausan gigi yang ekstrim atau
berlebihan, oleh karena itu beberapa sebab misalnya bruxism
(Jawa: kerot), kebiasaan makanan yang keras ataukasar
c. Atrisi Patologis merupakan keausan satu gigi atau sekelompok
gigi yang letaknya tidak normal

Erosi
Erosi adalah kehilangan substansi gigi secara
kimia terutama akibat asam. Asam tersebuat
bisa berasal dari luar tubuh yaitu melalui diet
seperti buah atau jus jeruk, melalui udara
yaitu pada beberapa tanaman kimia, atau dari
dalam tubuh yaitu melalui muntahan dari
asam lambung seperti pada penderita
anorexia nevrosa.

Abrasi
Abrasi dapat terjadi akibat menyikat gigi yang
terlalu kuat atau penggunaan dental floss,
tusuk gigi, pensil, atau benda asing lainnya
secara tidak tepat. Jika permukaan yang aus
tidak dapat dikontakkan dengan gigi
antagonisnya, maka keausan disebabkan oleh
kebiasaan menggunakan zat abrasive atau
oleh aksi kimia.

Gambaran Klinis Abrasi, Atrisi, Erosi
Gambaran klinis abrasi sebagai berikut :
a. Biasanya terdapat pada daerah servikal gigi.
b. Lesi cenderung melebar daripada dalam.
c. Gigi yang sering terkena P dan C.
Gambaran klinis atrisi, sebagai berikut :
a. Kerusakan yang terjadi sesuai dengan
permukaan gigi yang berkontak saat pemakaian.
b. Permukaan enamel yang rata dengan dentin.
c. Kemungkinan terjadinya fraktur pada tonjol gigi
atau restorasi

Gambaran klinis erosi, sebagai berikut :
a. Bentuk lesi cekung yang luas dan permukaan
enamel yang licin.
b. Permukaan oklusal yang melekuk (insisal yang
beralur) dengan permukaan dentin yang terbuka.
c. Meningkatnya translusensi pada insisal
d. Permukaan restorasi amalgam yang bersih dan
tidak terdapat tarnish
e. Rusaknya karakteristik enamel pada gigi anak-
anak.
f. Sering ditemui enamel cuff atau ceruk pada
permukaan servikal.
g. Terbukanya pulpa pada gigi desidui.
Faktor yg mempengaruhi abrasi,erosi, atrisi

1. Abrasi
Penyebab :
Menyikat gigi terlalu keras dan dengan cara yang
salah menyikat gigi terlalu keras dengan arah
horizontal (kedepan dan kebelakang) secara terus
menerus dapat menyebabkan abrasi gigi. Menyikat
gigi yang paling baik adalah dengan arah vertikal (ke
atas dan kebawah) (Kartika, 2005).
Cengkeram (kawat) pada gigi tiruan yang terlalu
menekan gigi cengkeram pada gigi tiruan yang terlalu
menekan gigi akan menimbulkan gesekan secara
terus menerus pada saat mengunyah makanan,
sehingga dapat menimbulkan abrasi gigi (Kartika,
2005).

Bruxism(teeth grinding)
Merupakan kebiasaan mengasah gigi atas dengan gigi
bawah, yang biasa disebut kerot. Biasanya bruxism
dilakukan secara tidak sadar saat tidur. Penyebab
bruxism belum diketahui secara pasti, namun beberapa
penelitian menyebutkan bahwa stres salah satu
penyebabnya.bruxism merupakan kebiasaan, sehingga
juga dapat menyebabkan abrasi gigi (Kartika, 2005).
Kebiasaan menggigit pipa rokok diantara gigi depan
atas dan bawah.
Mahkota jaket gigi dengan bahan porselen yang
terlalu tinggi dapat menyebabkan gigi lawannya
terabrasi pada permukaan insisal atau oklusal
(permukaan kunyah) (Kartika, 2005).

2. Erosi gigi
Faktor ekstemal adalah karena (Kartika, 2005):
Diet (jus buah, buah sitrun, karbonat yang berbahaya,
asam cuka)
Obat-obatan (asam klorida, asam askorbat,asam asetil
salisilat, preparat besi)
Pekerjaan (industri yang berhubungan dengan asam)
Olahraga (berenang pada air yang mengandung klorit)
Faktor Internal (Kartika, 2005):
Sendawa dari cairan lambung
Masalah psikologis
Efek samping dari obat sitostatika (obat untuk asma
kronis,overdosis atau kelebihan obat yang dapat
mengiritasi lambung).

Atrisi gigi
Faktor penyebab (Kartika, 2005):
Faktor pola makan
Kebiasaan
Kerasnya jaringan gigi
Jaringan periodontal
Kondisi tulang penyangga
Tonus otot pengunyahan
Jenis kelamin


Degenerasi pada Gigi (pulpa)

. Degenerasi pulpa pada umunya ditemui
padapenderita usia lanjut yang dapat disebabkan
oleh iritasi ringan yang persisten.Kadang-kadang
dapat juga ditemukan pada penderita muda
seperti pengapuran.Degenerasi pulpa ini tidak
perlu berhubungan dengan infeksi atau karies,
meskipunsuatu kavitas atau tumpatan mungkin
dijumpai pada gigi yang terpengaruh. Tingkatawal
degenerasi pulpa biasanya tidak menyebabkan
gejala klinis yang nyata. Gigitidak berubah warna,
dan pulpa bereaksi secara normal tehadap tes
listrik dan testermal.
Ada beberapa macam degenerasi pulpa yaitu
degenerasi kalsifik, degenerasi atrofik,
degenerasi fibrous (Walton, 1997).

Degenerasi kalsifik.
Pa da degenerasi kalsifik, sebagian jaingan pulpa digantikan
oleh bahan mengkapur yaitu terbentuk batu pulpa atau
dentikel. Kalsifikasi dapat terjadi baik didalam kamar pulpa
ataupun saluran akar, tapi umumnya dijumpai pada kamar
pulpa.Bahan mengapur mempunyai struktur berlamina
seperti kulit bawang, dan terletaktidak terikat di dalam badan
pulpa. Dentikel atau batu pulpa demikian dapat menjadicukup
besar untuk memberikan suatu bekas pada kavitas pulpa bila
masa mengapurtersebut dihilangkan.
Degenerasi Atrofik
Pada pasien degenerasi ini, yang diamati secara histologis
pada pulpa orang tua,dijumpai lebih sedikit sel-sel stelat,
dan cairan interseluler meningkat. Jaringan pulpa kurang
sensitif daripada normal. Yang disebut Atrofi retikular
adalah suatu artifak(artifact) dihasilkan oleh penundaan
bahan fiksatif dalam mencapai pulpa danhendaknya tidak
dikelirukan dengan degenerasi atrofik. Tidak terdapat
diagnosisklinis (Walton, 1997).
Degenerasi Fibrous
Bentuk degenerasi pulpa ini ditandai dengan pergantian
elemen seluler olehjaringan penghubung fibrous. Pada
pengambilan dari saluran akar, pulpa demikianpunya
penampila khusus serabut keras. Penyakit ini tidak
menyebabkan gejala khususuntuk membantu dalam
diagnosis klinis (Walton, 1997).

Pengaruh penuaan terhadap
stomatognati

System Stomatognatik
Kombinasi struktur cavum oris yang terlibat dalam proses
bicara, pengecapan, mastikasidan penelanan. Terdiri dari :
Gigi, rahang, otot pengunyahan persyarafan dan TMJ

Secara umum pada system stomatognatik:
- Penuaan mengakibatkan kehilangan kontak oklusal akan
mengganggu kestabilan lengkung gigi sehingga
mengacaukan fungsi kunyah
- Pada proses bicara, huruf konsonan dibentuk oleh
pemutusan aliran udara di atas larink. Pemutusan ini
dapat dilakukan oleh salhsatunya karena gigi sehingga jika
gigi sudah tanggal, pembentukan huruf konsonan
terganggu, dan menghambat proses bicara
- Produk bicara juga dipengaruhi oleh otot pengunyahan
(Lestari, 2003).

Atropi Organ
Atrofi yang terjadi pada suatu alat tubuh menyebabkan alat
tubuh mengecil. Mengecilnya alat tubuh tersebut terjadi
karena sel sel spesifik, yaitu sel sel parenchym yang
menjalankan fungsi alat tubuh tersebut mengecil. Jadi, bukan
mengenai sel-sel jaringan ikat atau stroma alat tubuh
tersebut. Stroma tampaknya bertambah; yang sebenarnya
hanya relatif, karena stroma tetap (Isbagio, 2000).
Kadang kadang dapat terjadi atrofi akibat jumlah sel
parenchym berkurang, yaitu atrofi numerik. Meskipun atrofi
biasanya merupakan proses patologik juga dikenal atrofi
fisiologik. Beberapa alat tubuh dapat mengecil atau
menghilang sama sekali selama masa perkembangan, dan jika
alat tubuh tersebut sesudah masa usia tertentu tidak
menghilang, malah dianggap patologik (Isbagio, 2000).

Macam- macam atropi
1. Atrofi senilis
Alat tubuh pada orang yang sudah berumur lanjut pada
umumnya mengecil. Sebab sebab atrofi pada masa tua
itu bermacam macam, diantaranya ialah pengaruh
endokrin, involusi akibat hilangnya rangsang rangsang
tumbuh, mengurangnya perbekalan darah akibat
sklerosis arteri. Pada atrofi senilis, atrofi terjadi pada
sema alat tubuh secara umum, karena atrofi sneilis
termasuk ke dalam atrofi umum. Atrofi umum juga
terjadi pada kelaparan. Starvation atrophy adalah atrofi
yang terjadi bila tubuh tidak mendapat makanan untuk
waktu yang lama
2. Atrofi setempat
Atrofi setempat dapat terjadi akibat keadaan keadaan
tertentu
3. Atrofi inaktivitas
Terjadi akibat inaktivitas alat tubuh atau jaringan misalnya
inaktivitas otot otot mengakibatkan otot otot tersebut
mengecil. Atrofi ini disebut juga atrofi neurotrofik.
4. Atrofi desakan
Atrofi ini terjadi akibat desakan yang terus menerus atau
desakan yang lama dan mengenai suatu alat tubuh atau
jaringan.
5. Atrofi endokrin
Atrofi endokrin terjadi pada alat tubuh yang aktivitasnya
bergantung kepada rangsang hormon tertentu. Atrofi ini
akan terjadi apabila hormon tersebut berkurang atau
terhenti sama sekali.


Dampak Penuaan Terhadap Rongga
Mulut
Secara umum :
1. Fungsi pengecapan berkurang : terjadi karena taste buds berkurang.
2. Penuaan mengakibatkan kehilangan kontak oklusal akan menganggu
kestabilan lengkung gigi sehingga menganggu fungsi kunyah.
3. Epitel mukosa mudah terkelupas dan jaringan ikat di bawahnya
sembuh lambat. Atropi jaringan ikat menyebabkan elastisitas menurun
sehingga menyulitkan pembuatan protesa yang baik.
4. Secara klinis, mukosa mulut memperlihatkan kondisi yang menjadi
lebih pucat, tipis kering, dengan proses penyembuhan yang melambat.
Hal ini menyebabkan mukosa mulut lebih mudah mengalami iritasi
terhadap tekanan ataupun gesekan, yang diperparah dengan
berkurangnya aliran saliva .

5. Perubahan Ukuran Lengkung Rahang.
Kebanyakan proses penuaan disertai dengan
perubahan-perubahan osteoporosis pada tulangnya.
Penelitian pada inklinasi aksial gigi pada tengkorak
manusia yang kemudian diikuti oleh hilangnya gigi,
merupakan salah satu pertimbangan dari awal
berkurangnya tinggi tulang alveolar.
Umumnya gigi-gigi rahang atas arahnya ke bawah dan
keluar, maka pengurangan tulangnya pada umumnya
juga terjadi ke arah atas dan dalam. Karena itu
lempeng kortikalis tulang bagian luar lebih tipis
daripada bagian dalam. Resorbsi bagian luar lempeng
kortikalis tulang berjalan lebih banyak dan lebih cepat.
Dengan demikian, lengkung maksila akan berkurang
menjadi lebih kecil dalam seluruh dimensi dan juga
permukaan landasan gigi menjadi berkurang.

6. Resorbsi Linggir Alveolar
Tulang akan mengalami resorbsi dimana atropi selalu berlebihan.
Resorbsi yang berlebihan dari tulang alveolar mandibula menyebabkan
foramen mentale mendekati puncak linggir alveolar. Puncak tulang
alveolar yang mengalami resorbsi berbentuk konkaf atau datar dengan
akhir seperti ujung pisau. Resorbsi berlebihan pada puncak tulang
alveolar mengakibatkan bentuk linggir yang datar akibat hilangnya
lapisan kortikalis tulang. Resorbsi linggir yang berlebihan dan
berkelanjutan akan menyebabkan fungsi gigi tiruan lengkap kurang
baik dan terjadinya ketidakseimbangan oklusi.

7. Berkurangnya fungsi pengecapan juga cenderung menambah masalah
pada pemakaian gigi tiruan (Barnes).
Pengurangan aliran saliva akan mengganggu retensi gigi tiruan, karena
mengurangi ikatan adhesi saliva diantara dasar gigi tiruan dan jaringan
lunak dan menyebabkan iritasi mukosa. Keadaan ini menyebabkan
kemampuan pemakaian gigi tiruan berkurang sehingga kemampuan
mengunyah berkurang, kecekatan gigi tiruan berkurang, kepekaan
pasien terhadap gesekan-gesekan dari gigi tiruan bertambah (Lestari,
2003).


Metode Penyikatan Gigi
Teknik Horizontal
Menyikat gigi dengan teknik horizontal merupakan gerakan
menyikat gigi ke depan ke belakang dari permukaan bukal dan
lingual (Ginanjar, 2006). Letak bulu sikat tegak lurus pada
permukaan labial, bukal, palatinal, lingual, dan oklusal dikenal
sebagai scrub brush. Caranya mudah dilakukan dan sesuai dengan
bentuk anatomi permukaan kunyah (Ginanjar, 2006).
Teknik vertical
Arah gerakan menyikat gigi ke atas ke bawah dalam keadaan rahang
atas dan bawah tertutup. Gerakan ini untuk permukaan gigi yang
menghadap ke bukal/labial, sedangkan untuk permukaan gigi yang
menghadap lingual/palatal, gerakan menyikat gigi ke atas ke bawah
dalam keadaan mulut terbuka

Teknik Charters
Teknik menyikat gigi ini dilakukan dengan meletakkan bulu sikat
menekan pada gigi dengan arah bulu sikat menghadap permukaan
kunyah/oklusal gigi. Arahkan 45 pada daerah leher gigi. Tekan pada
daerah leher gigi dan sela-sela gigi kemudian getarkan minimal 10 kali
pada tiap-tiap area dalam mulut. Gerak berputar dilakukan terlebih
dulu untuk membersihkan daerah mahkota gigi (Donna Pratiwi, 2009)

Teknik Roll
Menyikat gigi dengan teknik roll merupakan gerakan sederhana, paling
dianjurkan, efisien, dan menjangkau semua bagian mulut. Bulu sikat
ditempatkan pada permukaan gusi, jauh dari permukaan oklusal. Ujung
bulu sikat mengarah ke apex. Gerakan perlahan-lahan melalui
permukaan gigi sehingga permukaan bagian belakang kepala sikat
bergerak dalam lengkungan. Waktu bulu sikat melalui mahkota gigi,
kedudukannya hampir tegak terhadap permukaan email. Ulangi
gerakan ini sampai 12 kali sehingga tidak ada yang terlewat. Cara ini
dapat menghasilkan pemijatan gusi dan membersihkan sisa makanan
di daerah interproksimal (Ginanjar, 2006).

Teknik Bass
Teknik penyikatan ini ditujukan untuk membersihkan
daerah leher gingival dan untuk ini, ujung sikat dipegang
sedemikian rupa sehingga bulu sikat terletak 45 terhadap
sumbu gigi geligi. Ujung bulu sikat mengarah ke leher
gingival. Sikat kemudian ditekan kearah gingiva dan
digerakkan dengan gerakan memutar yang kecil sehingga
bulu sikat masuk ke daerah leher gingival dan juga
terdorong masuk diantara gigi geligi. Teknik ini dapat
menimbulkan rasa sakit bila jaringan terinflamasi dan
sensitive. Bila gingival dalam keadaan sehat, teknik bass
merupakan metode penyikatan yang baik, terbukti teknik
ini merupakan metode yang paling efektif untuk
membersihkan plak (Depkes, 1991).
Teknik Stillman
Teknik ini mengaplikasikan dengan menekan bulu sikat dari
arah gusi ke gigi secara berulang-ulang. Setelah sampai di
permukaan kunyah, bulu sikat digerakkan memutar. Bulu
sikat diletakkan pada area batas gusi dan gigi sambil
membentuk sudut 45 dengan sumbu tegak gigi seperti
pada metode bass (Donna Pratiwi, 2009).


Teknik Fones / Teknik Sirkuler
Metode gerakkan sikat secara horizontal sementara gigi ditahan
pada posisi menggigit atau oklusi. Gerakan dilakukan memutar dan
mengenai seluruh permukaan gigi atas dan bawah (Donna Pratiwi,
2009).
Teknik Fisiologis
Teknik ini digunakan sikat gigi dengan bulu-bulu sikat yang lunak.
Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa penyikatan gigi
menyerupai jalannya makanan, yaitu dari mahkota kearah gusi.
Letak bulu sikat tegak lurus pada permukaan gigi, sedangkan
tangkai sikat gigi dipegang horizontal (Be Kie Nio., 1987).
Teknik Kombinasi
Teknik ini menggabungkan teknik menyikat gigi horizontal (kiri-
kanan), vertical (atas-bawah) dan sirkular (memutar), (Rini, 2007).
Setelah itu dilakukan penyikatan pada lidah di seluruh
permukaannya, terutama bagian atas lidah. Gerakan pada lidah
tidak ditentukan, namun umumnya adalah dari pangkal
belakanglidah sampai ujung lidah (Donna Pratiwi, 2009).

Anda mungkin juga menyukai