Anda di halaman 1dari 43

BAHASA INDONESIA

YANG BAIK DAN BENAR


1 Pendahuluan
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang memiliki peranan penting di kawasan
Republik Indonesia. Pentingnya peranan bahasa itu antara lain bersumber pada landasan
historis bahasa Indonesia, yakni ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi !ami
poetra dan poetri Indonesia men"un"ung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Selain "uga
ter#antum dalam $$% 19&', Bab (), Pasal *+, yang berbunyi bahasa negara ialah
bahasa Indonesia.
2 Bahasa Indonesia yang Baik
,da beberapa pendapat ahli bahasa yang mengatakan tentang bahasa yang baik,
antara lain-
1. .ugroho .otosusanto /19081 yang mengatakan bahwa baik tidaknya suatu bahasa
diukur dari ter#apai tidaknya tu"uan di dalam menggunakan bahasa tersebut. 2leh
karena itu, bahasa tersebut haruslah bersi3at e3isien. ,pabila alat /bahasa1 itu
bersi3at e3isien, maka bahasa itu dianggap baik, begitu "uga sebaliknya.
2. 4os %aniel Parera dan ,ning Retnaningsih, mengatakan bahwa bahasa yang baik
dapat dilihat dari dua sisi. 5aksudnya adalah bahasa yang baik ialah bahasa yang
dapat mengungkapkan pikirann se#ara tepat dan benar, serta kalimat6kalimat yang
dibentuk itu sesuai dengan kaidah6kaidah tata bahasa yang baku.
*. ,nton 5oeliono, mengatakan bahwa bahasa yang baik adalah bahasa yang
meman3aatkan ragam bahasa yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan
"enis pemakaian bahasa. Selain itu "uga, ,nton 5oeliono menyatakan bahwa
orang yang mahir menggunakan bahasa sehingga apa yang dimaksudkan dapat
diterima dengan baik oleh lawan bi#ara, maka orang tersebut dianggap
menggunakan bahasa se#ara e3ekti3.
1
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa ada *
kriteria bahasa yang baik, yaitu-
1. Bersi3at e3isien7
2. 8epat dan benar7 dan
*. Peman3aatan ragam bahasa.
Ragam Bahasa Indonesia
1. 8empat - %ialek.
2. Penutur - Pela"ar, dan non pela"ar
*. Sarana - 9isan dan tulisan
&. Penggunaan - Sastra, surat kabar /kode etik "urnalistik1, Iptek, dll.
'. Suasana penggunaan - Ragam resmi /3ormal1, dan Santai /non 3ormal1
*. Bahasa Indonesia yang Benar
Bahasa bukan sekedar sebagai alat komunikasi, melainkan "uga bahasa itu harus
memiliki sistem. 2leh karena itu, berbahasa bukan sekedar berkomunikasi /asal
mengerti1, tetapi "uga berbahasa itu harus mentaati kaidah6kaidah bahasa yang berlaku.
!aidah bahasa ada dua yaitu- kaidah tersurat dan kaidah tersirat. !aidah tersirat
berdasarkan pembela"aran bahasa itu sendiri se#ara alamiah. Sedangkan kidah tersurat
merupakan kaidah yang berdasarkan aturan bahasa yang sudah berlaku se#ara baku.
seperti pada berbagai ma#am terbitan atau berupa kesepakatan umum.
Berdasarkan uraian di atas, maka ada & kriteria bahasa yang benar-
1. 8ata bunyi7
2. 8ata bahasa /kata dan !alimat17
*. !osa !ata /makna dan istilah17 dan
&. :"aan /tata tulis1.
& Bahasa Indonesia Standar atau Baku
Bahasa Indonesia bukanlah bahasa yang memilikiu sistem yang bersi3at tunggal.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang hidup memiliki ;ariasi6;ariasi yang masing6
2
masing memiliki 3ungsi tersendiri dalam suatu proses berkomunikasi. )ariasi ini bersi3at
se"a"ar, dalam artian bahwa tidak ada yang lebih baik atau yang lebih tinggi daripada
yang lain. Salah stu 3ungsi tersebut diangkat untuk mendukung 3ungsi63ungsi tertentu.
)ariasi inilah yang disebut dengan bahasa standar atau baku.
,dapun 3ungsi bahasa Indonesia standar atau baku ialah-
1. %ipergunakan dalam wa#ana teknis, misalnya karangan6karangan ilmiah, buku6
buku pela"aran, laporan6laporan resmi, dan sebagainya7
2. Sebagai alat komunikasi resmi, yakni dalam surat6menyurat resmi, pengumuman6
pengumuman yang dikeluarkan oleh instansi6instansi resmi, undang6undang,
surat6surat keputusan dan lain sebagainya7
*. %ipakai dalam pembi#araan dengan orang6orang yang dihormati, termasuk di
antaranya ialah pembi#araan dengan orang yang belum akrab atau orang yang
baru kita kenal.
Bahasa Indonesia standar atau baku tersebut mempunyai #iri6#iri sebagai berikut-
1. 5emakai u#apan baku /pada bahasa lisan17
2. 5emakai e"aan resmi /:<%17
*. 8erbatasnya unsur daerah, baik leksikal maupun gramatikal. $nsur leksikal ialah
unsur bahasa yang berupa kata, misalnya dalam bahasa 4awa, sedangkan unsur
gramatikal adalah unsur yang bersi3at ketatabahasan.
Selain ketiga #iri ragam bahasa baku di atas, ada lima #iri bahasa baku, yaitu-
1. =iri Si3at
a. adanya kemantapan yang dinamis dan ke#endikiaan, memiliki kaidah dan
aturan yang tetap, namun terbuka pada perubahan namun bersistem7
b. !e#endikiaan, kemampuan bahasa Indonesia sebagai wahana
pengungkapan proses pemikiran yang bersi3at rumit pada bidang IP8:!
dan S2SB$%.
2. =iri >ungsi
a. Pemersatu7
b. Penanda kepribadian7
#. Penambah wibawa7
d. !erangka a#uan.
*
*. =iri Sikap
5antapnya bahasa Indonesia maka berakibat logis, sehingga akan tumbuh #iri
sikap penutur yang positi3.
&. =iri !egunaan? >ungsi sosial
>ungsi sosial ?kegunaan bahasa Indonesia baku terbatas pada komunikasi
resmi, wa#ana teknis /laporan resmi dan karangan ilmiah1, pembi#araan di
depan umum dan pembi#araan dengan orang yang dihormati. >ungsi sosial
menuntut pemilihan ragam bahasa Indonesia yang sesuai.
'. Bentuk /gramatikal dan leksikal1
a. Pemakaian awalam me-ber se#ara konsisten7
b. Pemakaian partikel kah6 dan pun7
#. S,P,2,!, se#ara eksplisit dan konsisten7
d. !on"ungsi bahwa dan karena, se#ara eksplisit dan konsisten7
e. >rase ;erbal yang baku /,spek @ ,gen @ )erba17
3. !onstruksi sistesis yang baku7
g. 8utur sapa yang konsisiten7
h. $nsur bahasa daerah dan asing7
i. $nsur6unsur leksikal yang baku7
". Istilah dan e"aan resmi.
Situasi kebahasaan. %alam bahasa mana pun di dunia ini mengenal adanya 2 /dua1 situasi
kebahasaan yaitu-
1. Situasi resmi, yakni situasi kebahasaan yang berkaitan dengan masalah6masalah
kedinasaan atau keilmuan. 5emberi #eramah, menga"ar, surat menyurat resmi,
laporan resmi dan lain sebaginya.
2. Situasi tidak resmi atau situasi santai, yakni pemakaian bahasa dalam pergaulan
sehari6hari dengan masalah pokok yang bersi3at keseharian.
&
Ragam bahasa keilmuan, digunakan oleh-
1. !aum terdidik? #endikiawaan7
2. Ragam bahasa tulis, namun ada yang dilisankan7
*. Bersi3at 3ormal7
&. %ilihat dari segi dialek?daerah penggunaannya.
4adi, #iri ragam bahasa keilmuan
1. Ragam bahasa yang tidak termasuk dialek7
2. Ragam resmi7
*. !aum #endikiawan?terpela"ar.
'
KALIMAT EFEKTIF
!alimat e3ekti3 adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya
se#ara tepat dan dapat dipahami oleh pemba#a atau pendengar se#ara tepat pula. Sasaran
kalimat e3ekti3 adalah bahasa tulis yang berupa kata. Pilihlah kata se#ara tepat dan benar,
kemudian urutkan se#ara logis, sehingga membentuk kalimat yang bersi3at e3ekti3.
!aidah yang harus dipenuhi dalam kalimat e3ekti3 adalah-
1. 5emakai 3ungsi gramatikal /S,P,2,!1 se#ara eksplisit dan konsisten7
2. 5emperlihatkan kese"a"aran7
*. Bersi3at logis7
&. 8idak bersi3at ambigu.
,da enam kategori kalimat e3ekti3 antara lain-
1. !alimat e3ekti3 harus memiliki sub"ek yang "elas.
Di desa yang kami teliti ternyata masih memerlukan tambahan guru
Pada kalimat di atas hubungan antara sub"ek dan predikat tidak "elas karena kehadiran
kata depan di dan kata ker"a memerlukan. Seharusnya pada kalimat di atas berbentuk-
/a1 Desa yang kami teliti ternyata masih memerlukan tambahan guru. (kal aktif)
/b1 Di desa yang kami teliti ternyata masih diperlukan tambahan guru.(kal pasif)
2. !alimat e3ekti3 hendaknya memiliki predikat.
Semua peneliti diharapkan ke lapangan.
!alimat di atas tidak memiki predikat, seharusnya pada kalimat di atas ditambahkan
dengan kata yang memiliki 3ungsi sebagai predikat. Sehingga bentuk kalimat di atas bisa
men"adi-
Semua peneliti diharapkan terjun ke lapangan
*. !alimat e3ekti3 harus dapat diterima oleh akal sehat atau bersi3at logis.
Kuisioner ini dibagikan kepada dosen yang mengajar Perhotelan.
4ika dilihat sepintas kalimat di atas tidak ada yang salah. .amun, "ika dilihat se#ara
seksama ternyata kalimat di atas tidak masuk akal. Biasanya seorang dosen menga"ar
mahasiswa dan bukan Perhotelan. 4adi kalimat tersebut dapat berbentuk seperti ini.
+
Kuisioner ini dibagikan kepada dosen yang mengajar di Perhotelan.
&. !alimat yang disa"ikan harus se"a"ar /paralelisme1 dalam bentuk dan makna.
Keberhasilan panen ini sangat ditentukan oleh pembibitan, pemupukan, dan ara
memelihara yang baik.
Pada kalimat di atas terdapat tiga komponen kalimat yang terpenting, yaitu bibit, pupuk,
dan pemeliharaan. .amun pada kalimat tersebut tidak disa"ikan dalam bentuk kata yang
berbeda sehingga kalimat tersebut terlihat aneh dan tidak bersi3at logis serta e3ekti3, serta
tidak memperlihatkan adanya paralelisme.
Keberhasilan panen ini sangat ditentukan oleh pembibitan, pemupukan, dan ara
pemeliharan yang baik.
'. !alimat e3ekti3 hendaknya tidak menimbulkan pena3siran ganda /ambigu1
!ayat wanita yang ditemukan mengambang di sungai "adung itu, sebelumnya
terlihat mondar-mandir di sekitar pasar "adung.
!alimat tersebut di atas bersi3at ambigu, karena ada bagian kata yang dihilangkan.
!alimat tersebut tidak bersi3at ambigu "ika berbentuk seperti di bawah ini.
!ayat wanita yang ditemukan mengambang di sungai "adung itu ternyata
seorang wanita yang sebelumnya terlihat mondar-mandir di sekitar pasar "adung.
+. !alimat e3ekti3 hendaknya mengikuti pola 3rase yang tepat.
a. 4udul dari makalah ini adalah ABudi %aya Ikan 9ele /pola 3rasa bahasa
Inggris1
b. Berdasarkan pendapatnya Barimurti, ternyata itu tidak benar. /pola 3rase
bahasa daerah1.
#. Permasalahan ini penulis akan bahas kemudian.
5asing6masing kalimat di atas mengikuti pola 3rase yang tidak benar yaitu-
dimiliki@dari@pemilik dan agen@aspek@#erba. Seharusnya pola 3rase dimiliki@pemilik
dan aspek@agen@#erba.
a. 4udul makalah ini adalah ABudi %aya Ikan 9ele
b. Berdasarkan pendapat Barimurti, ternyata itu tidak benar.
#. Permasalahan ini akan penulis bahas kemudian.
0
EJAAN
A. Sejarah EYD d Ind!ne"a
1. :"aan )an 2phui"sen /19C1619&01 yang disebarkan melalui terbitan yang ber"udul
kitab logat 5ela"oe.
2. :"aan Soewandi /19 5aret 19&061+ ,gustus 19021 ber3ungsi untuk menyederhanakan
e"aan )an 2phui"sen.
*. :<% /e"aan yang disempurnakan1 mulai digunakan pada tanggal 1+ ,gustus 190266
sekarang. %alam penggunaan :<% ada dua aturan yang ditetapkan oleh pemerintah
yaitu-
/a1. Pedoman umum :<% berlaku *1 ,gustus 190' dengan adanya surat
keputusan dari !epmendiknas RI .o C19+?$?D90'.
/b1. Pedoman umum :<% /9 september 19801.
B. N!r#a$n!r#a EYD
1. Pe#a%an Huru&
a. ,b"ad dalam bahasa Indonesia ab"ad ada 2+ ab"ad yaitu- a66E7
b. Buru3 )okal- ada ' yaitu- a,i,u,e,o7
#. %i3tong- ai, au, oi7
d. !onsonan - ada 2' konsonan termasuk di dalamnya konsonan kh, ng, $, sy, %&
e. Pola persukuan, dalam bahasa Indonesia setiap suku kata ditandai oleh sebuah ;okal.
)okal itu dapat didahului maupun diikuti oleh sebuah konsonan.
1. Bahasa Indonesia mengenal empat ma#am pola umum suku kata, yaitu-
a. ) - I6nang
b. )! - In6duk
#. ! - 5a6"u
d. !)! - Ram6but
8
2. %isamping itu bahasa Indonesia masih memiliki beberapa pola suku kata sebagai
berikut:
a. !!) - sup6ra
b. !!)! - prak6tek
#. )!! - ang6sa
d.!)!! - lam6bang
e.!!)!! - ga6nyang
3. !!!) - stra6tegi
g. !!!)! - struk6tur.
!et-
! - !onsonan
) - )okal
*. =ara pemisahan suku kata pada kata dasar adalah sebagai berikut-
a. $ntuk kata yang ditengahnya ada dua ;okal yang berurutan, maka pemisahan
tesebut dilakukan di antara kedua ;okal itu.
=ontoh- bu6at
b. $ntuk kata yang ditengahnya ada konsonan di antara dua ;okal, maka pemisahan
tersebut dilakukan sebelum konsonan.
=ontoh- su6kar
#. $ntuk kata yang ditengahnya ada dua konsonan yang berurutan, maka
pemisahannya tersebut dilakukan di antara kedua konsonan itu.
=ontoh- ban6dar
#. $ntuk kata yang ditengahnya ada tiga konsonan atau lebih, maka
pemisahan tersebut dilakukan di antara konsonan yang pertama /termasuk
ng1 dengan kedua.
=ontoh- ben6trok
9
d. $ntuk kata yang mendapatkan imbuhan, termasuk awalan yang
mengalami perubahan bentuk sehingga biasanya ditulis serangkai dengan
kata dasarnya, maka pemisahan suku kata tersebut dilakukan untuk
dipisahkan sebagai satu kesatuan.
=ontoh- mi6num
3. .ama %iri
$ntuk penulisan nama gunung, laut, "alan, sungai /letak geogra3is1, tempat dan
sebagainya disesuaikan dengan :"aaan <ang %isempurnakan /:<%1. Begitu "uga
dengan penulisan nama orang, badan hukum, "uga nama diri lain yang sudah laEim
dipakai supaya disesuaikan dengan :<%, ke#uali ada pertimbangan yang bersi3at
khusus.
'. Penul"an Huru&
a. Buru3 Besar atau !apital digunakan sebagai huru3 pertama pada awal kalimat,
petikan langsung, ungkapan6ungkapan yang berhubungan dengan hal keagamaan,
kitab su#i, termasuk kata gantinya, sebagai gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti oleh nama orang, sebagai nama "abatan dan pangkat,
nama orang, nama bangsa, suku dan bahasa, nama hari, bulan, tahun, hari raya,
dan peristiwa se"arah, serta nama khas dalam geogra3i. Selain itu "uga digunakan
sebagai huru3 pertama pada instansi pemerintah dokumen resmi, ma"alah, surat
kabar, singkatan nama, gelar dan hubungan kekerabatan.
b. Buru3 miring digunakan pada penulisan nama buku, ma"alah, dan surat kabar
yang dikutip dalam karangan, nama6nama ilmiah atau ungkapan istilah asing.
(. Penul"an Ka)a
a. !ata %asar, kata yang berupa kata dasar, ditulis sebagai satu kesatuan
b. !ata 8urunan, kata yang berupa imbuhan /awalan, sisipan, dan akhiran1, bentuk
kata dasar yang berupa gabungan kata sekaligus mendapatkan awalan dan
akhiran, salah satu unsur gabungan kata yang dipakai dalam kombinasi, gabungan
1C
kata ditulis serangkai, dan awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata
langsung mengikuti atau mendahului bentuk dasar yang berupa gabungan kata.
#. !ata ulang, kata yang berbentuk kata ulang yang ditulis se#ara lengkap dengan
menggunakan tanda hubung.
d. Fabungan kata atau yang dikenal dengan kata ma"emuk, termasuk istilah6istilah
khusus, begian6bagian umumnya ditulis terpisah, termasuk istilah khusus yang
mungkin menimbulkan salah ba#a, dapat diberi tanda hubung untuk menegaskan
pertalian di antara unsur yang bersangkutan, gabungan kata yang dianggap
sebagai satu kata ditulis serangkai.
e. !ata %epan, di, ke, dan dari ditulis serangkai se#ara terpisah dari kata yang
mengikutinya, ke#uali gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata
seperti %e*ada dan dar*ada
3. ,ngka dan lambang bilangan, dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau
nomor. %i dalam tulisan tulisan laEim digunakan angka6angka arab dan angka
romawi.
+. Tanda Ba,a
a. 8anda titik /.1, digunakan pada akhir kalimat yang bukan kalimat seru, akhir
singkatan nama orang, akhir singkatan gelar, "abatan, pangkat, dan sapaan.
%ipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sangat umum, memisahkan
angka, "am, menit, detik, untuk menun"ukan waktu, serta memisahkan angka
ribuan.
b. 8anda !oma /,1, dipakai untuk memisahkan kalimat dari induk kalimat dan anak
kalimat, apabila anak kalimat mendahului induk kalimat, serta digunakan sebagai
penghubung antara kalimat yang terdapat pada awal kalimat, petikan langsung
dan lain sebagainya.
#. 8anda 8itik %ua /-1, dipakai sebagai akhir suatu pernyataan lengkap, digunakan
sesudah ungkapan atau yang memerlukan pemerian dan lain sebagainya.
d. 8anda Bubung /61, digunakan sebgai penghubung suku kata dasar, menyambung
kata ulang, serta untuk memper"elas hubungan bagian6bagian ungkapan.
e. 8anda 8anya /G1, digunakan pada akhir kalimat tanya.
11
3. 8anda Seru /D1, digunakan sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan
atau perintah.
g. 8anda !urung / 1, digunakan untuk mengapit tambahan keterangan atau
pen"elasan, mengapit angka atau huru3 yang merin#i saru seri keterangan.
h. 8anda Faris 5iring /?1, dipergunakan dalam penomeran kode surat, sebagai
pengganti kata, dan, atau, per, atau nomor alamat.

12
ALENIA- BENT.K KARANGAN-
TOPIK- DAN
POKOK PIKIRAN
A. ALENIA
1. Pen/er)an Alena
%i dalam suatu karya ilmiah atau karya tulis yang lainnya terdapat kesatuan6
kesatuan pikiran. !esatuan pikiran terkenal dalam suatu karya tulis disebut dengan
kalimat. !esatuan pikiran yang lebih tinggi atau luas dari kalimat adalah alenia. !esatuan
pikiran yang lebih luas dari alenia adalah bab. 2leh karena itu, suatu alenia seharusnya
terdiri atas beberapa kalimat yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. %i
dalam satu alenia hanya boleh terdapt satu ide pokok yang dituangkan dalam salah satu di
antara kalimat6kalimat yang ada di dalamnya.
4adi, yang dimaksud dengan alenia adalah kumpulan kalimat6kalimat yang
merupakan satu6kesatuan pikiran. ,da dua unsur yang harus dipenuhi dalam sebuah
alenia yaitu- /11 unsur bentuk, dan /21 unsur isi. $nsur bentuk adalah unsur yang berupa
kumpulan kalimat6kalimat yang terdiri atas dua kalimat atau lebih, sedangkan unsur inti
yaitu ide pokok yang harus dikembangkan.
'. S0ara) Pe#1en)u%an Alena 0an/ Ba%
1. Ke"a)uan, hal ini merupakan salah satu syarat untuk membentuk alenia yang
baik. ,lenia yang baik harus mengandung satu ide pokok dan ide pokok ini harus
diperlihatkan se#ara "elas dalam kalimat topik.
2. K!heren", adalah hubungan yang harmonis yang memperlihatkan kesatuan
dan kebersamaan antara satu kalimat dengan kalimat yang lainnya dalam sebuah alenia.
%engan adanya hubungan yang harmonis antar masing6masing kalimat, maka semakin
"elas arah alenianya, semakin "elas pula gagasan pokok yang hendak ditulis.
(. Pen/e#1an/an, "uga merupakan salah satu syarat pembentukan alenia. Ide
pokok yang telah dituangkan dalam kalimat topik yang perlu dikongkretkan lagi dengan
1*
beberapa kalimat pen"elas atau dengan #ontoh6#ontoh. !alau tidak dikembangkan, maka
alenia tersebut hanta terdiri dari satu kalimat.
,da beberapa urutan6urutan pengembangan alenia antara lain-
a. $rutan waktu yang logis7
b. $rutan ruang7
#. $rutan umum ke khusus7
d. $rutan khusus ke umum7
e. $rutan pertanyaan6"awaban7
3. $rutan sebab6akibat7
g. $rutan akibat6sebab7
h. $rutan paling dikenal6kurang dikenal7
i. urutan de3inisi.
(. Kal#a) T!*% dan Pene#*a)ann0a
%alam sebuah karangan harus terdapat beberapa kalimat sehingga membentuk
sebuah alenia yang bersi3at kesatuan dan koherensi. Pada penulisan karangan ada tiga
#ara penempatan kalimat topik yaitu-
1. !alimat topik di bagian permulaan alenia. %i dalam karya ilmiah biasanya
kalimat topik diletakkan pada awal kalimat /bisa pada kalimat pertama atau kalimat
kedua1. Bentuk karangan ini lebih dikenal dengan nama karangan dedukti3.
2. !alimat topik di bagian akhir alenia. ,da pula penulis yang menuangkan ide
atau kalimat inti pada akhir kalimat. Biasanya penulis memaparkan ide6ide pen"elas
terlebih dahulu, baru kemudian ide pokok dituangkan dalam tulisannya tersebut. Bentuk
karangan ini lebih dikenal dengan nama karangan indukti3.
*. !alimat topik di bagian awal dan akhir. Bentuk karangan ini lebih dikenal
dengan nama dedukti36indukti3.
&. !alimat %eskripti3 dan .arati3. Pada pola ini berbeda dengan pola alenia di
atas. !arena gagasan pokok atau ide pokok tidak terbatas hanya dalam satu kalimat sa"a.
Inti permasalahan akan didapati hampir pada semua kalimat dalam sebuah alenia. !ita
harus memba#a seluruh kalimat dalam sebuah alenia tersebut, baru kita dapat memahami
1&
gagasan yang hendak dituangkan oleh penulis. Pola kalimat ini banyak kita "umpai dalam
karangan yang bersi3at narasi atau deskripsi.
'. ,lenia Pembuka dan Penutup
,lenia pembuka dan penutup dalam sebuah karangan sangat berperan penting.
,lenia pembuka dapat diumpamakan sebagai pemikat yang dapat menimbulkan daya
tarik bagi pemba#a, sedangkan dalam alenia penutup merupakan suatu sarana atau alat
pengun#i untuk mengakhiri karangan sehingga mampu menimbulkan kesan bagi
pemba#a.
B. Rosihan ,nwar menyebutkan alenia pembuka itu dengan sepuluh kata
pertama. H=eritkanlah apa yang ingin anda tulis pada sepuluh kata pertama, baik yang
bersi3at lu#u atau mengandung sesuatu yang dianggap menarik, namun belum dapat
disingkapkan se#ara keseluruhanI.
,lenia penutup berisi hal6hal yang dianggap penting, seperti kesimpulan seluruh
uraian dari awal sampai akhir. !esimpulan tersebut dapat pula diramu dengan saran6saran
atau pendapat pribadi pengarangnya atau masalah yang dikemukakan.
B. BENT.K KARANGAN
1. Penggolongan !arangan
!arangan dapat dibeda6bedakan atas beberapa ma#am penggolongan /klasi3ikasi1
yaitu- /11 karangan prosa dan karangan puisi, /21 karangan ilmiah dan karangan
non ilmiah, /*1 karangan 3iksi dan karangan non 3iksi, dan lain sebagainya. Se#ara
garis besar bentuk karangan dibagi atas empat ma#am karangan, yaitu-
a. !arangan .arasi /=erita1.
!arangan narasi adalah karangan yang men#eritakan satu atau beberapa
ke"adian dan bagaimana berlangsungnya suatu peristiwa dan biasanya disusun
berdasarkan urutan waktu se#ara kronologis. Isi karangan narasi dapat berupa
3akta yang benar6benar ter"adi, atau "uga tentang 3iksi yang bersi3at hayalan.
2tobiogra3i dan biogra3i seorang tokoh dapat "uga dimasukkan ke dalam
kategori karangan narasi.
b. !arangan %eskripsi /9ukisan1.
1'
!arangan deskripsi selalu berusaha melukiskan dan menggambarkan si3at,
tingkah laku seseorang, suasana dan keadaan suatu tempat atau sesuatu yang
lainnya. 9ukisan dalam karangan deskripsi harus diusahakan sedemikian rupa,
agar pemba#a seolah6olah melihat sendiri apa yang kita lukiskan tersebut.
Sudah tentu karangan ini membutuhkan keterlibatan emosi pengarang.
#. !arangan :ksposisi /Pemaparan1
!arangan eksposisi adalah karangan yang berusaha menerangkan suatu hal
atau sesuatu gagasan. %alam memaparkan sesuatu, kita dapat men"elaskan dan
memerikan #erita itu sa"a, atau dapat pula mengembangkan sebuah gagasan
sehingga men"adi luas dan mudah dimengerti. Salah satu bentuk karangan
eksposisi ialah uraian tentang suatu proses. 4ika kita memaparkan tentang
proses, maka pemaparan tersebut dibuat sesuai dengan urutan waktu.
5isalnya, pemaparan tentang pembuatan surat kabar. Supaya pemaparan
bertambah "elas, seringkali dipergunakan #ontoh6#ontoh, ilustrasi, gambar6
gambar, table, diagram, dan lain6lain.
d. !arangan ,rgumentasi /Persuasi1
!arangan argumentasi adalah karangan yang paling sukar bila dibandingkan
dengan karangan6karangan yang telah diuraikan di atas. !arangan ini
dianggap lebih sukar oleh pengar, karena pengarang harus mengemukakan
argumentasi yang kuat, bukti6bukti atau #ontoh yang dapat menyakinkan,
sehingga pemba#a dapat terpengaruh dan membenarkan gagasan, pendapat,
sikap, dan keyakinan pengarang. Pengarang harus dituntut untuk ber3ikir
se#ara kritis dan logis, serta terbuka untuk menerima pendapat dan masukan
dari orang lain, kemudian menganalisis serta mempertimbangkan se#ara baik
dan rasional.
1+
2. TOPIK DAN POKOK PIKIRAN
1. S.MBER TOPIK
$ntuk membuat karangan, terlebih dahulu harus ditentukan apa topik dan apa
pula pokok pikiran yang hendak dikembangkan. 8opik dapat di#ari dari berbagai sumber,
tetapi topik harus dipilih dan dibatasi ruang lingkupnya.
8opik dapat disebut sebagai pokok pembi#araan atau masalah yang akan
dibahas. 8opik hatus ditentukan sebelum peker"aan mengarang dimulai. 8anpa topik,
tidak mungkin dihasilkan karangan yang baik. Sumber topik, bisa didapatkan
berdasarkan pengalaman pribadi, penyelidikan terhadap ob"ek, atau kreasi ima"inati3.
Selain pengalama indi;idu, pengamatan dan penyelidikan terhadap sesuatu
dapat berguna sebagai bahan karangan, baik yang dilakukan sendiri ataupun tidak
langsung. Penyelidikan dapat dilakukan se#ara langsung di lapangan. Sedangkan
pengamatan yang tidak langsung adalah melalui telaah buku6buku dan karangan6
karangan lainnya.
Selain itu, kreasi ima"inati3 dapat pula menghasilkan karangan. Banyak
karangan 3ikti3 yang #ukup memikat dan bernilai, ternyata bersumber pula dari
kemampuan daya ima"inati3 pengarangnya. 4adi, sumber karangan bukan hanya
bersumber dari pengalaman sa"a, tetapi "uga berdasarkan penelaah buku6buku atau yang
lebih dikenal dengan studi pustaka.
!arangan6karangan narasi, deskripsi, dan eksposisi biasanya bersumber dari
sumber6sumber di atas. 8etapi karangan argumentasi atau persuasi pada umumnya
bersumber pada pendapat dan sikap pengarang.
,gar terhindar dari kesulitan memperoleh topik, petun"uk di bawah ini
mungkin berguna antara lain-
11 Selalu berusaha menambah pengalaman dengan banyak melihat,
mendengar, memba#a, dan mengalami sendiri berbagai peristiwa7
21 Selalu ra"in mengamati sesuatu yang ter"adi di sekitar kita, atau
memba#a buku6buku yang merupakan hasil pengamatan dan penelitian
orang lain7
10
*1 Selalu mengembangkan ima"inasi /daya hayal1 dan kreati;itas7
&1 Sering mengadakan diskusi dan tukar6menukar pendapat untuk melatih
mengemukakan pendapat dan mempertahankannya dengan
argumentasi dan #ontoh yang baik dan tepat, serta memperluas
#akrawala berpikir.
'. PEMILIHAN TOPIK
Pan"ang pendeknya karangan bukanlah suatu ukuran baik6buruknya sebuah
karangan. !arangan pendek tetapi "elas, padat dan berguna bagi pembendaharaan
pebgetahuan dan bermakna bagi kehidupan, pasti lebih berharga dibandingkan dengan
karangan yang pan"ang dan bertele6tele, namun tidak "elas apa yang ingin disampaikan
oleh pengarangnya. 4elas, padat, berguna, adalah #irri6#iri karangan yang baik dan
menarik.
4ika pengarangnya telah menemukan topik yang dianggap menarik, kemudian
ia bertanya pada dirinya sendiri, apakah JsayaK mampu mengembangkan ide iniG. ,pakah
saya menguasai bahan yang akan saya tulisG, dan lain sebagainya. ,pabila "awaban
pengarang JiaK, maka barulah pengarang tersebut melan"utkan idenya men"adi sebuah
karangan yang diinginkannya.
(. PEMBATASAN TOPIK
8opik yang terlalun luas dan bersi3at umum, dan tidak sesuai dengan
kemampuan, dapat dibatasi atau dipersempit ruang lingkupnya. ,da beberapa
#ara mempersempit ruang lingkup topik antara lain-
a. 5enurut tempat. Indonesia lebih sempit dibandingkan dunia, Bali
lebih ke#il dibandingkan dengan .usa 8enggara, dan lain6lain7
pengkhususan berdasarkan tempat7
b. 5enurut waktu?periode?Eaman. HPerkembangan Islam, dapat dibatasi
men"adi Perkembangan Islam di 5asa .abi 5uhamad S,L, Jtopik-
seni lukis di Eaman kemerdekaan, lebih khusus daripada Jse"arah seni
lukis di Indonesia, dan lain sebagainya.
18
#. 5enurut hubungan kausal /sebab akibat1. JPerkembangan IslamK,
dapat dibatasi men"adi JSebabnya Islam #epat tersebar di IndonesiaK.
d. 5enurut pembagian bidang kehidupan manusia /politik, sosial,
budaya, ekonomi, agama, kebudayaan, iptek, dan kesenian1.
e. 5enurut aspek6aspek khusus.
3. 5enurut ob"ek material dan ob"ek 3ormal.
+. PERBEDAAN TOPIK DAN J.D.L
8opik dan "udul itu "elas beda. 8opik dikatakan sebagai pokok pembi#araan
atau masalah yang akan dibahas. Sedangkan "udul dapat dikatakan sebagai kepala
karangan. 8opik harus ditentukan sebelum memulai mengarang, sedangkan "udul tidak
selalu demikian.
,da kalanya "udul ditentukan setelah karangan selesai ditulis se#ara
keseluruhan. !alaupun di buat sebelum karangan di buat, tidak "arang pengarang
merubah kembali "udul karangan tersebut ketika telah usai ditulis. Ini dimaksudkan agar
"udul karangan sesuai dengan isi karangan. Sebagai kepala karangan, "udul memiliki
kedudukan yang sangat penting.
!adang6kadang topik langsung digunakan sebagai "udul. !arena dianggap
#ukup menarik dan #ukup artistik, selain sudah pasti dapat menggambarkan isi karangan
sekaligus sebagai kepala karangan.
=ara pembuatan "udul yang baik dan menarik-
1. Rele;ansi.
4udul harus mempunyai pertalian dengan topik, serta pokok pikiran,
atau setidaknya ada pertalian antara "udul dengan beberapa bagian
penting dari sebuah karangan.
2. :konomis.
4udul diharapkan dibuat tidak terlalu pan"ang, dukup singkat sa"a.
8etapi tetap harus diperhatikan agar tidak mengurangi arti, isi, atau
luas #akupan masalah yang akan dibahas.
19
*. 4elas.
5eskipun ekonomis, "udul harus tetap "elas maknanya. Bahasa,
kalimat ataupun kata6kata yang dipilih hendaknya gampang dan
mudah dimengerti. !ata6kata atau kalimat yang bersi3at ambigu
hendaknya "angan digunakan
&. Pro;okati3.
4udul harus mampu meman#ing rasa ingin tahu pemba#a, sehingga
tertarik untuk memba#anya. 4udul merupakan daya pikat pertama dan
utama. ,pabila pemba#a menaruh perhatian atau merasa tertarik
setelah memeba#a "udul, maka itu merupakan langkah pertama
karangan kita bakal diba#a orang.
'. 9ogis.
%ari sudut logika, makna yang terkandung dalam "udul seharusnya
dapat dipertanggung"awabkan. 5eskipun bersi3at pro;oakti3, tetapi
"udul tidak boleh mengabaikan segi makna se#ara logika. 8ata bahasa
dalam "udul tidak terhindar dari keharusan mengikuti aturan
gramatikal.
D. O.TLINE
1. PENTINGNYA O.TLINE
2utline sering "uga disebut sebagai kerangka karangan. Ia merupakan ren#ana
ker"a karangan se#ara keseluruhan. $ntuk menyusun kerangka karangan yang pan"ang,
seperti esai atau buku, terasa amat penting peranan outline tersebut. 2utline ber3ungsi
sebagai pembagian antara pasal6pasal dan bab6bab dalam sebuah tulisan. 8etapi dalam
menyusun karangan pendek seperti paper, makalah, atau artikel dalam surat kabar,
outline6nya mungkin =uma berbentuk susunan butir6butir sa"a, tidak bebrebtuk
pembagian bab dan pasal6pasal se#ara terperin#i.
2C
,dakalanya pengarang sebelum menulis sesuatu tidak menggunakan outline,
karena dianggap #ukup merepotkan. Bal ini sah6sah sa"a, karenaoutline yang diran#ang
oleh pengarang telah disusun dalam ingatannya. 2utline hanyalah sekedar teknik dan alat
batu belaka. 8eknik ini digunakan untuk memudahkan dan melan#arkan sebuah
karangan.
'. TIPE S.S.NAN O.TLINE
,da beberapa tipe susunan outline, antara lain-
1. Berdasarkan urutan kronologis.
Susunan outline ini dibuat berdasarkan urutan waktu ke"adian /kronologis1
peristiwa yang hendak diuraikan. !arangan narasi biasanya menggunkan tipe
outline ini.
2. Berdasarkan urutan lokal.
Susunan ini diatur menurut urutan ruang?tempat dari ob"ek yang hendak
diuraikan. Bab6bab atau pasal6pasal disusun berdasarkan ob"ek lokal.
*. Berdasarkan urutan klimaks.
Susunan ini dibuat berdasarkan "en"ang kepentingannya. %imulai dari
kepentingan yang paling rendah, kemudian diurutkan berdasarkan kepentingan
yang paling tinggi.
&. Berdasarkan urutan 3amiliaritas.
Susunan ini dibuat berdasarkan dikenal atau tidaknya bahan yang akan diuraikan.
%imulai dari sesuatu yang dikenal, kemudin dibuat yang tidak dikenal oleh
pemba#a.
'. Berdasarkan urutan akseptabilitas.
Susunan outline ini diatur menurut diterima tidaknya prinsip yang dikemukakan.
%imulai dengan menggunakan hal6hal yang dapat diterima pemba#a, kemudian
menu"u hal6hal yang tidak dapat diterima oleh pemba#a.
+. Berdasarkan urutan !ausal.
%apat dimulai dengan menggunakan sebuah sebab, untuk kemudian diurutkan
berdasarkan penelusuran akibat6akibat yang akan ditimbulkannya.
21
0. Berdasarkan urutan logis.
%apat dimulai menurut aspek umum dan aspek khusus.
8. Berdasarkan urutan apresiati3.
Susunan outline ini diatur berdasarkan pemilihan baik6buruk, untung rugi,
berguna tidak berguna dan lain sebagainya.
22
GAYA BAHASA3 MAJAS
1. Pen/er)an Ga0a Baha"a
Faya bahasa atau ma"as adalah #ara berbahasa dengan tu"uan untuk menimbulkan
kesan tertentu pada pendengar atau pemba#anya. Faya bahasa ada yang bersi3at umum,
ada pula yang bersi3at perseorangan. Faya bahasa yang bersi3at perseorangan tidak
dipela"ari lebih lan"ut.
'. Ma,a#$#a,a# Ga0a Baha"a
,da beberapa ma#am gaya bahasa, antara lain-
1. Personi3ikasi, adalah gaya bahasa yang menganggap sesuatu benda dapat
berbuat atau berbi#ara seperti manusia. Faya bahasa ini dikenal dengan nama
gaya insanan.
=ontoh-
Ingat ranting, 1er%u*n/ n0arn/
2. 5eta3ora, adalah gaya bahasa yang mengandung perbandingan yang se"a"ar
atau memiliki kesamaan, sebagai pengganti suatu kata atau ungkapan.
=ontoh-
Raja "an/ bersinar di u3uk timur
*. Biperbola?hiperbolosme, adalah gaya bahasa yang melukiskan sesuatu
peristiwa atau keadaan se#ara berlebih6lebihan.
=ontoh-
Selama in, aku beker"a #e#1an)n/ )ulan/, #e#era" %ern/a) untuk
men#ukupi kebutuhan kalian.
&. !limaks, adalah gaya bahasa penegasan dengan menyebutkan beberapa hal
berturut6turut yang makin lama makin hebat.
=ontoh-
Se*eda- 1e,a%- #!)!r- #!1l menghiasi keramaian lalu lintas di kota ini.
Bila hal ini makin lama makin turun, maka disebut dengan antiklimaks.
=ontoh-
Gedun/$/edun/- ru#ah$ru#ah- /u1u%$/u1u% semuanya menutup pintu.
2*
'. Repetisi, adalah gaya bahasa dengan #ara mengulang6ulang kata atau bagian
kata atau kalimat.
=ontoh-
4angan #emas da *a") da)an/, per#ayalah, da *a") da)an/.
+. Paradoks, adalah gaya bahasa yang menyebutkan dua hal yang bertentangan,
padahal sebenarnya tidak.
=ontoh-
Pak Beru memang %a0a- )e)a* miskin batinnya.
0. ,ntitesa, adalah gaya bahasa yang menggunakan kata6kata yang berlawanan
arti untuk menegaskan maksud dan makna.
=ontoh-
Be"ar- %e,l- )ua- #uda- la%$la% *ere#*uan semuanya menghadiri
pertu"ukan itu.
8. :u3emisme, adalah gaya bahasa yang menggunakan kata6kata yang disusun
sedemikian rupa agar lebih halus dan lebih sopan didengar.
=ontoh-
5emang nenekku "udah %uran/ *enden/arann0a
9. Ironi, adalah gaya bahasa yang dipergunakan untuk menyindir se#ara halus
lawan bi#aranya
=ontoh-
9ekas betul abang hari ini. Sekarang baru pukul dua belas malam.
1C. Sinisme, adalah gaya bahasa yang menyindir lawan bi#ara dengan #ara lebih
kasar daripada ironi.
=ontoh-
Mual *eru)%u mendengar nasihatmu.
11. Sarkasme, adalah gaya bahasa yang menyindir lawan bi#aranya dengan #ara
amat kasar sehingga menyakitkan hati.
=ontoh-
5emang otaku udang isi kepalamu ituD.
2&
12. 5etonimia, adalah gaya bahasa yang mempergunakan kata yang berasosiasi
dengan suatu benda.
=ontoh-
=intanya lebih tinggi daripada "n//a"ana
1*. Pleonasme, adalah gaya bahasa yang memberikan keterangan terhadap suatu
kata yang sebenarnya telah mengandung keterangan.
=ontoh-
.elayan itu mengarungi "a#udra 0an/ lua"
1&. In;ersi, adalah gaya bahasa yabg menarik perhatian dengan #ara membalik
susunan katanya.
=ontoh-
2a%a* 1enar pemuda itu
1'. 9itotes, adalah gaya bahasa yang mempergunakan kata yang berlawanan arti
dengan tu"uan untuk merendahkan diri.
=ontoh-
Sudilah kiranya 8uanku mampir di /u1u% ha#1a.
1+. Simbolik, adalah gaya bahasa yang melukiskan sesuatu dengan lambang6
lambang.
=ontoh-
Berhati6hatilah berbi#ara dengan 1un/l!nD
10. !oreksi, adalah gaya bahasa yang mengungkapkan sesuatu dengan salah, lalu
dibetulkan lagi.
=ontoh-
Selamat pagi anak6anak, #aa& "ela#a) "an/
18. Retoris, adalah gaya bahasa dengan menga"ukan pertanyaan yang tidak perlu
di"awab, namun menarik perhatian.
=ontoh-
Inikah yang kamu maksud beker"aG
2'
19. ,sosiasi, adalah gaya bahasa yang membandingkan sesuatu benda yang telah
disebutkan dengan benda lain. Pada umumnya asosiasi menggunakan kata
penghubung.
=ontoh-
Batinya sedih bagai dr"$r" "e#1lu.
2C. Sinekdok, adalah gaya bahasa yang menyebutkan sesuatu benda. Bila
penyebutan sebagian tetapi yang dimaksud seluruhnya disebut dengan
sinekdok pars pro toto
=ontoh-
Sudah lama aku tak melihat batang hidungnya.
21. Paralelisme, adalah gaya bahasa perulangan yang terdapat di dalam sa"ak. Bila
perulangan itu terdapat pada awal baris disebut dengan anaphora
=ontoh anaphora-
!alauKlah diam malam yang kelam,
!alauKlah tenang sawah yang lapang,
!alauKlah lelap orang lawang,
,kh, engkau nan masih lemah melambai
MMMMMMMMMMMMMMMMMMM..
Sedangkan bila perulangan itu terdapat pada akhir baris disebut dengan epi3ora
=ontoh-
!alau kau mau, ia akan datang,
Bila kau pinta, ia akan datang,
4ika kau kehendaki, ia akan datang.
22. Retisentia, adalah gaya bahasa yang menyembunyikan sebagian pikiran atau
perasaan untuk menarik perhatian.
=ontoh-
La"ah yang senantiasa "ernih dan lembut pada pemandangannya ituM
5emang dia amat bi"aksana lagi pulaM
8entu sa"a peristiwa itu membuat hatinyaM
2+
2*. 8autologi, adalah gaya bahasa yang mengungkapkan sesuatu dengan #ara
menyebutkan dua kata yang searti.
=ontoh-
Peristiwa itu tidak saya inginkan, tidak saya harapkan.
2&. ,sindeton, adalah gaya bahasa yang menyebutkan beberapa hal se#ara
berurutan tanpa menggunakan kata sambung.
=ontoh-
!aya, miskin, pandai, bodoh, sama sa"a di mata 8uhan.
Bila penyebutan itu menggunakan kata sambung, maka disebut dengan
polisindeton.
=ontoh-
2rang tuaku dan kakakku dan adik6adikku berdoa untuk keberhasilanku.
20
PENALARAN
1. Pendahuluan
Bahasa men#erminkan kerangka alam berpikir pemakainya. ini berarti bahwa,
kemampuan berbahasa harus ditun"ang oleh kemampuan berpikir yang logis dan teratur.
%i dalam dunia keilmuan, penalaran memegang peranan yang #ukup penting, bukan sa"a
sebagai alat penun"ang bahasa di dalam menga"ukan suatu konsep, melainkan "uga
sebagai suatu proses berpikir untuk men#apai kesimpulan baik yang berupa asumsi,
hipotesis, teori, maupun keputusan yang lain.
,da beberapa unsur penalaran antara lain-
1. $nsur6unsur penalaran7
2. Proses penalaran7
*. Salah nalar
'. .n"ur$un"ur Penalaran
Penalaran adalah suatu proses berpikir yang berusaha menghubungkan 3akta6
3akta atau e;idensi6e;idensi untuk memperoleh kesimpulan. Berdasarkan
batasan ini dapat diketahui bahwa unsur utama penalaran adalah 3akta. %i
samping 3akta, proposisi "uga merupakan unsur yang #ukup penting dalam suatu
penalaran.
11 >akta
>akta sebagai unsur dasar penalaran memiliki "umlah yang tidak terbatas. 2leh
karena itu, untuk memudahkan pemahaman tentang 3akta, perlu adanya klasi3ikasi 3akta.
%i dalam membuat klasi3ikasi 3akta diperlukan pengetahuan mengenai 3akta yang
berhubungan karena klasi3ikasi berarti pengelompokan 3akta63akta ke dalam suatu
hubungan yang bersi3at logis berdasarkan suatu sistem.
Sebuah klasi3ikasi dikatakan baik, "ika memenuhi beberapa syarat antara lain-
1. Prinsip pengelompokannya harus "elas, sehingga tidak ter"adi tumpang tindih,
2. !lasi3ikasi harus logis dan sesuai dengan kriteria pengelompokkannya,
*. Bersi3at menyeluruh, sehingga tidak ada anggota kelompok yang lolos dari dasar
pengelompokannya.
28
'4 Pr!*!""
Proposisi adalah pernyataan6pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya,
atau dapat ditolak karena kesalahannya.
=ontoh-
a. Setiap mahasiswa memiliki i"aEah S98,
b. Banyak mahasiswa yang memperoleh beasiswa
#. Semua orang senang main "udi
d. 4awa Barat ibu kota 4akarta
!alimat pertama dan kedua dalam #ontoh di atas merupakan pernyataan yang
benar, karena sesuai dengan 3akta yang ada, sedangkan untuk kalimat ketiga dan keempat
merupakan pernyataan yang dapat ditolak kebenarannya karena pernyataanya dianggap
salah. Proposisi men#erminkan dua kemungkinan yaitu- pertama, merupakan hal6hal
yang 3aktual, sedangkan yang kedua merupakan pendapat atau kesimpulan seseorang.
(4 Pr!"e" Penalaran
Proses penalaran dapat dibagi men"adi dua yaitu- proses penalaran indukti3 dan
proses penalaran dedukti3
a1 Penalaran Indukti3
Indukti3 merupakan proses penalaran yang pengambilan kesimpulan atau
keputusan prinsipnya didasarkan pengamatan pada hal6hal yang bersi3at khusus. Proses
ini meliputi generalisasi, analogi indukti3, dan hubungan kausal /sebab akibat1
1. Feneralisasi, adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari se"umlah 3enomena
indi;idual untuk menarik kesimpulan yang bersi3at umum, yang men#akup semua
3enomena tadi.
=ontoh-
Berdasarkan atas kenyataan bahwa #ukup banyak siswa yang lulus P5%!,
akhirnya kita berkesimpulan bahwa sekolah ( #ukup berprestasi. 4adi, dalam hal
ini kita dapat memberikan penilaian terhadap beberapa sekolah yang mungkin
memiliki ribuan orang siswa lewat prestasi yang diperoleh oleh beberapa puluh
siswanya.
29
Sah tidaknya suatu kesimpulan dalam generalisasi dapat di#apai "ika persyaratan
berikut ini antara lain-
a. Fe"ala khusus yang diamati sebagai dasar penarikan kesimpulan hendaknya
memadai. ,rtinya bahwa "umlah ge"ala disesuaikan dengan homogenitas /se"enis1 dan
heterogenitas /ber;ariasi1 pada ge"ala6ge"ala yang ada. makin heterogen ge"ala itu, makin
banyak yang perlu diamati.
b. Fe"ala yang diamati #ukup mewakili populasi. %alam hal ini ge"ala yang dipilih
sebagai sampel tepat dan harus mewakili setiap kelompok, "ika ge"ala itu berlapis6lapis.
dengan demikian, kesimpulan tidak membingungkan.
#. !eke#ualian yang terlalu banyak hendaknya dihindari, karena dari data yang
terlalu banyak keke#ualian tidak dapat diterapkan generalisasinya. %alam generalisasi
hendaknya dihindari penggunaan kata setiap dan semua dan dapat diganti dengan
kata?ungkapan, #enderung, rata6rata, pada umumnya, dan lain sebagainya.
d. Feneralisasi tidak terlalu luas. Feneralisasi yang terlalu luas dari se"umlah
ke#il ge"ala mengakibatkan kesimpulan yang di#apai kurang tepat.
2. ,nalogi, se#ara umum analogi diartikan membandingkan persamaan atau
persesuaian sebagaian dari dua bendaa atau hal yang berlainan. %alam hubungan
dengan analogi diartikan sebagai proses penalaran untuk menarik kesimpulan atas
kebenaran suatu ge"ala berdasarkan kebenaran, atau ge"ala khusus lainnya yang
persamaannya amat esensial. 2leh karena itu, dalam menarik sebuah kesimpulan
yang diambil.
=ontoh-
1. !uda dapat diberi makanan yang sama dengan sapi.
2. ,n"ing dan ku#ing adalah binatang mamalia
*. Bubungan kausal
Bubungan kausal dapat ter"adi dalam tiga tipe, yaitu- sebab ke akibat, akibat ke
sebab, dan akibat ke akibat.
1. Sebab ke akibat
Penalaran dari sebab ke akibat bertolak dari pengamatan terhadap sesuatu sebab
yang diketahui. %ari hasil pengamatan ini ditarik kesimpulan mengenai akibat yang
ditimbulkan oleh penyebab tadi.
*C
=ontoh- !arena terburu6buru akan berangkat ke kampus, ,ndri menabrak lampu merah,
pada saat yang bersamaan dari lawan arah datang mobil truk, sehingga tabrakan pun tidak
dapat dihindari, yang menyebabkan ,ndri mengalami luka yang #ukup parah.
2. ,kibat ke sebab
Penaralan ini merupakan kebalikan dari penaralan sebab ke akibat. Penarikan
kesimpulan bertolak dari akibat yang sudah diketahui untuk men#ari penyebab yang
menimbulkan akibat tersebut.
=ontoh- Setiap memba#a ,udy merasakan matanya perih, dan mata6matanya berkunang
serta kepalanya pusing. !emudian dia memeriksakan diri ke dokter mata. 8ernyata dia
menderita rabun "auh, sehingga perlu menggunakan ka#a mata.
*. ,kibat ke akibat
Penalaran ini bertolak dari suatu akibat yang sudah diketahui, kemudian di#ari
lagi akibat yang ditimbulkan oleh akibat tadi. %i sini tidak perlu untuk menyelidiki
penyebab dari akibat yang pertama lagi.
=ontoh- Banyak soal u"ian yang tidak ter"awab oleh Santi, sehingga nilai u"iannya "elek.
,da beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penalaran yang bersi3at kausal-
%alam penalaran tipe sebab akibat kita hendaknya yakin bahwa garis penalaran
itu bersi3at langsung,
%alam penalaran tipe akibat sebab harus diperhatikan se#ara #ermat, apakah tidak
ada penyebab lain yang berperan dalam menimbulkan akibat yang kita amati,
%alam penalaran tipe akibat ke akibat harus diyakini bahwa penyebab umum yan
g menimbulkan akibat6akibat itu.
b1 Penalaran dedukti3
%eduksi adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari suatu proposisi yang
menu"u kepada suatu proposisi baru yang berbentuk suatu kesimpulan. Proposisi yang
di"adikan dasar penarikan kesimpulan adalah proposisi umum dan suatu proposisi yang
bersi3at mengidenti3ikasi suatu peristiwa khusus yang bertalian dengan proposisi umum.
,tau dengan kata lain, penalaran dedukti3 bergerak dari 3enomena umum, menu"u suatu
3enomena yang bersi3at khusus
=ara ber3ikir dedukti3 dapat berupa silogisme, dan dapat berupa entimem.
*1
a. Silogisme, adalah suatu proses penalaran yang berusaha menghubungkan dua
proposisi yang berlainan untuk men#apai kesimpulan. !edua proposisi yang
berlainan itu disebut dengan premis dan konklusi. Proposisi yang dianggap benar
bagi semua anggota kelas tertentu disebut dengan premis mayor, sedangkan
proposisi yang mengidenti3ikasi pada 3enomena khusus sebagai anggota dari kelas
tadi disebut dengan premis minor.
=ontoh-
Premis mayor - Semua mahasiswa perguruan tinggi swasta membayar uang
bangunan
Premis minor - Sa;itri mahasiswa swasta
!onklusi - !arena itu, Sa;itri membayar uang bangunan
Semua kalimat di atas didukung oleh kata atau kelompok kata sebagai pengisi
3ungsi sub"ek atau predikat. !ata atau kelompok kata yang mendukung masing6masing
3ungsi itu disebut dengan term. Predikat premis mayor dan konklusi disebut dengan term
mayor7 predikat premis minor disebut dengan term tengah7 sedangkan sub"ek konklusi
disebut dengan term minor.
8erm mayor - 5embayar uang bangunan7 dan
8erm tengah - 5ahasiswa swasta perguruan tinggi
8erm minor - Sa;itri
Silogisme dapat dibedakan atas silogisme kategorial, silogisme hipotetik,
silogisme dis"ungti3?alternati3.
/a1 Silogisme kategorial, merupakan salah satu argumen dedukti3 yang mengandung
suatu rangkaian yang terdiri atas tiga proposisi kategorik dengan susunan sedemikian
rupa, sehingga mun#ul tiga term dalam rangkaian pernyataan itu.
=ontoh-
Premis mayor - Semua manusia memiliki kemampuan yang terbatas
Premis minor - !risna adalah manusia
!onklusi - !risna memiliki kemampuan yang terbatas.
$ntuk men"amin kesahan suatu silogisme, ada beberapa syarat yang harus
diperhatikan, antara lain-
*2
a1 Sebuah silogisme harus mengandung tiga proposisi, masing6masing premis
mayor, premis minor, dan konklusi.
b1 %alam ketiga proposisi harus terdapat tiga term yaitu term mayor, term tengah,
dan term minor. Setiap term yang terdapat dalam kesimpulan harus tersebar atau
sudah disebutkan dalam premis6premisnya.
#1 Bila salah satu premis bersi3at uni;ersal dan yang lain partikular /khusus1,
sedangkan bila kedua premisnya uni;ersal maka konklusinya harus bersi3at
partikular, sedangkan bila kedua premisnya uni;ersal, maka konklusinya "uga
bersi3at uni;ersal.
d1 4ika sebuah silogisme mengandung sebuah premis yang positi3 dan sebuah
premis yang negati3, maka konklusinya harus bersi3at negati3.
e1 %ari dua premis yang negati3 tidak dapat diterik suatu kesimpulan, demikian
"uga dengan premis yang bersi3at partikular.
/b1 Silogisme hipotetik, merupakan pola penalaran dedukti3 yang mengandung hipotesis.
,pa yang disebut dalam premis6premisnya mungkin sa"a tidak ter"adi . 2leh karena
bersi3at hipotetik, maka premis mayor umumnya diawali oleh kata bila, "ika, dan
sema#amnya.
=ontoh-
Premis mayor - 4ika hu"an turun, maka para dosen tidak masuk.
Premis minor - Bu"an turun.
!onklusi - Sebab itu, para dosen tidak masuk.
Bal yang diperlukan dalam silogisme ini adalah kelogisan yang sah. 2leh karena
itu, silogisme di atas dapat diterima, sekalipun kebenarannya masih diragukan.
/#1 Silogisme alternati3?dis"ungti3, disebut dengan silogisme alternati3 karena premis
mayor merupakan proposisi alternati3, yaitu proposisi yang mengandung kemungkinan6
kemungkinan atau pilihan6pilihan. %iterima atau ditolaknya salah satu alternati3nya
terdapat dalam premis minor. Penerimaan alternati3 yang satu berarti penolakan terhadap
alternati3 lainnya, demikian sebaliknya.
=ontoh-
Premis mayor - Furu6guru mengikuti seminar atau menga"ar.
Premis minor - Furu6guru seminar.
**
!onklusi - Furu6guru tidak menga"ar.
atau
Premis mayor - Furu6guru mengikuti seminar atau menga"ar.
Premis minor - Furu6guru tidak seminar.
!onklusi - Furu6guru menga"ar.
Silogisme kedua #ontoh di atas, mungkin kurang dapat diterima atau masih perlu
dilengkapi dengan alternati36alternati3 yang lain. 5isalnya sa"a, guru6guru itu tidak
mengikuti seminar namun mereka "uga tidak menga"ar. %alam hal ini diperlukan
alternati3 lain untuk melengkapinya. 4umlah alternati3 dalam premis mayor harus sama
dengan "umlah alternati3 yang dihadapi.
&1 En)#e#
:ntimem adalah silogisme yang dihilangkan salah satu proposisinya. 5eskipun
dihilangkan, namun proposisinya tetap dianggap ada dan diketahui oleh orang lain.
=ontoh-
8antri mendapat beasiswa karena IP6nya di atas *.
Pernyataan di atas dapat dikembalikan dalam bentuk silogisme di bawah ini-
Premis mayor - Setiap mahasiswa yang IP6nya di atas * mendapat beasiswa.
Premis minor - 8antri IP6nya di atas *.
!onklusi - 8antri mendapat beasiswa.
%alam proses berpikir dedukti3, sebuah silogisme dapat di#iutkan men"adi
entimem, sedangkan entimem dapat dikembangkan men"adi silogisme.
54 Salah Nalar
11 !esalahan Indukti3, kesalahan indukti3 dapat ter"adi pada ketiga #orak ber3ikir
indukti3 antara lain-
a. !esalahan generalisasi yang terlalu luas. 5isalnya kita melihat orang Bali pandai
menari, seorang tamu asing mengatakan bahwa semua orang Bali pandai menari.
!onklusi dalam generalisasi di atas kurang kuat karena sampelnya terlalu ke#il.
%alam proses berpikir generalisasi, sebaiknya dihindari penggunaan kata semua,
setiap, dan se"enisnya dalam menarik suatu kesimpulan.
*&
b. !esalahan indukti3 akibat dasar analogi yang dipakai bukan #iri yang esensial.
5isalnya, pernyataan bahwa ,gung akan men"adi Presiden karena dia seorang
anggota ,BRI.
#. !esalahan indukti3 yang bersumber pada kesalahan penilaian hubungan sebab
akibat. !esalahan sema#am ini sering terdapat pada reklame6reklame yang
didasarkan pada tahayul belaka.
=ontoh-
Berkat pepsodent, 8ono men"adi 4uara kelas.
21 !esalahan %edukti3
/11 !esalahan #ara berpikir dedukti3 karena premis mayornya tidak dibatasi.
=ontoh-
Premis mayor - Beberapa mahasiswa adalah pegawai negeri.
Premis minor - ,ndi mahasiswa.
!onklusi - ,ndi pegawai.
/21 !esalahan akibat kesalahan term keempat. 5aksudnya, term tengah tidak
merupakan bagian tengah term mayor pada premis mayor.
=ontoh-
Premis mayor - 8idak ada kodok yang tidak bisa melompat
Premis minor - 8upai bisa melompat
!onklusi - 8upai adalah kodok
/*1 !esalahan sebagai akibat penarikan kesimpulan dari dua premis yang partikular
=ontoh-
Premis mayor - Beberapa wanita senang berbohong.
Premis minor - .ia adalah wanita.
!onklusi - Sebab itu, .ia pasti suka berbohong.
/&1 !esalahan sebagai akibat penarikan kesimpulan dari premis6premis yang negati3.
=ontoh-
*'
Premis 5ayor - Semua an"ing tidak bertanduk.
Premis minor - Babi tidak bertanduk.
!onklusi - Babi adalah an"ing.
%alam kehidupan sehari6hari banyak sekali ditemukan salah nalar, bahkan dalam
karya ilmiah sekalipun masih banyak ditemukan salah penalaran. 2leh karena itu, di
dalam melakukan penelitian ilmiah kita hendaknya berhati6hati agar kesimpulan yang
di#apai bukanlah kesimpulan sesaat.
*+
METODE PEN.LISAN
LAPORAN
1. Pendahuluan
9aporan yang baik memungkinkan penerima laporan dapat memahami isi laporan
tersebut. 5eskipun demikian dalam penyusunan laporan tidak bermaksud untuk
memberikan pena3siran6pena3siran, sehingga kesan penerima laporan itu telah diarahkan
terlebih dahulu.
9aporan berbeda dengan kertas ker"a, dalam hal tu"uan distribusi dari keduanya.
!arena kertas ker"a dimaksudkan untuk publiksi "urnal berkala atau lisan, ia #endrung
untuk tidak memperhatikan garis6garis ke#il kalau dibandingkan dengan laporan. 5aksud
laporan yang utama adalah untuk memperoleh dasar untuk ber3ikir dan bertindak. Sumber
laporan banyak ada disekitar kita, seperti- ma"alah6ma"alah, !oran6koran, perusahaan6
perusahaan, lembaga6lembaga riset atau lembaga lainnya yang merupakan in3ormasi yang
amat berguna untuk pena3siran dan analisa. 4adi laporan adalah rangkaian6rangkaian
kenyataan yang bersi3at sistematis.
Beda halnya dengan skripsi, tesis, dan disertasi ia bukanlah sebuah laporan. 4ika
laporan tidak mengemukakan pena3siran se#ara mendalam, maka skripsi, tesis, dan
disertasi mengemukakan pendapat, pena3siran dan analisa berdasarkan kenyataan yang
benar6benar ter"adi. 4adi dengan kata lain skripsi, tesis, disertasi harus mengemukakan
kenyataan berdasarkan logika, serta melihat sesuatu dari sebab6akibat.
2. Ren#ana karangan
5udah dan sukarnya membuat ren#ana karangan tergantung pada kesiapan
pengarang dalam membekali dirinya dalam bidang teori, pengalaman dan bahasa tulisan
yang ia miliki. Seandainya metode pendekatan terhadap masalah telah dipahami dengan
seksama, maka terdapat beberapa syarat6syarat umum dan syarat khusus.
,. Syarat6syarat umum
1. 8eori. $ntuk memahami sebuah tulisan yang bersi3at ilmiah, pengarang harus
sudah merasa pasti terhadap teori6teori yang ia miliki. Ia harus mengetahui teori itu
memiliki kelemahan dan kelebihan.
*0
2. Pengalaman. <ang dimaksud dengan pengalaman di sini adalah terutama
pengalaman dalam memba#a. $ntuk memulai membuat sebuah laporan ilmiah biasanya
tidak bisa sekali "adi, ada hal6hal yang dianggap belum pas dengan teori dan pembahasan
yang akan kita buat dalam sebuah laporan.
*. Bahasa. Biasanya pengalaman memba#a sangat membantu dalam menyusun
kalimat di dalam karangan. Penulis harus mempunyai pengetahuan minimal tentang tata
bahasa baik se#ara gramatikal maupun se#ara leksikal. ,dakalanya penulis memakai
gaya bahasanya tersendiri, tentu hal ini akan membuat penulis itu sendiri memiliki gaya
bahasa yang lain daripada yang lain.
B. Syarat6syarat khusus
1. Ren#ana dan pokok atau tema untuk suatu karangan sebaiknya merupakan
pokok atau tema yang menarik perhatian pengarang. Pokok atau tema harus dapat
mendorong rasa ingin tahu penulis untuk meneliti apa yang men"adi pokok atau tema
laporan.
2. 8ema yang dipih sebaiknaya "angan terlalu luas. 8erlalu luas tema yang akan
kita teliti, maka penelitian kita tidak terlalu mendalam. Ini dikarenakan terlalu banyak hal
yang akan kita teliti, padahal waktu yang perlukan #ukup singkat.
*. 8ema dan luasnya penyelidikan yang mendukung karangan hendaknya sesuai
dengan kemampuan pengarang. 4angan membiarkan karangan tidak selesai di tengah
"alan, karena kemampuan penulis terbatas.
&. Penulis harus mempersiapkan "udul, isi karangan, ren#ana riset berikut
literature yang akan digunakan sebagai penun"ang isi tulisan.
=. !erangka 9aporan.
Bentuk sebuah laporan, skrispsi, tesis, ataupun disertasi biasanya berbeda6beda
sesuai dengan kebutuhan masing6masing instansi atau lembaga tertentu. .amun biasanya
se#ara umum kerangka laporan, skripsi, tesis, ataupun disertasi sama. Pada umumnya
kerangka laporan akan dibagi men"adi beberapa bagian antara lain- pembukaan, bagian isi
atau analisis, serta bagian penutup. Berikut ini akan diberikan bentuk kerangka laporan
se#ara terin#i-
*8
I. Bagian Pembukaan
Bagian ini biasanya dibagi kedalam bagian6bagian yang lebih ke#il
seperti-
/11 4udul
6 4udul yang ter#antum di atas "ilid atau "udul luar
6 4udul dalam yang biasanya dipisahkan dari "udul luar dengan satu
halaman kosong.
/21 Pengantar. Pengantar berisi tentang-
6 5oti3 apa yang menyebabkan ingin mengangkat masalah tersebut.
6 8u"uan penulisan
6 Bal6hal lain yang berhubungan dengan tulisan tersebut
/*1 %a3tar isi
/&1 %a3tar table
/'1 %a3tar diagram
/+1 %a3tar ilustrasi.
II. Bagian isi atau analisis
/11 Pendahuluan. Pendahuluan berisi-
6 %e3inisi istilah6istilah
6 ,sumsi
6 5asalah dan pembatasan masalah
6 Bipotesis
6 5etode penyelidikan, indukti3 dan dedukti3
6 Sistematika pembahasan.
/21 ,nalisis teoritis dan analisis data. ,nalisis ini dapat dikembangkan ke
dalam beberapa bab menurut keperluan.
/*1 !esimpulan, biasanya dapat pula dibubuhkan dengan beberapa saran
yang berhubungan dengan kesimpulan tersebut
III. Bagian penutup
/11 9ampiran atau apendiks
/21 %a3tar literatur atau da3tar pustaka.
*9
DAFTAR P.STAKA
,lwi, Basan dkk. 2CC*. 8ata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. 4akarta. Balai Pustaka.
Bawa, dkk. 1989. Bahasa Indonesia di Perguruan 8inggi. %enpasar. Bimsa 4aya.
=haer, ,bdul. 1980. Penggunaan Preposisi dan !on"ungsi Bahasa Indonesia. 4akarta.
.usa Indah.
=haer, ,bdul. 199C. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. 4akarta. Rineka =ipta.
!omaruddin, drs. 190&. 5etode Penulisan Skripsi dan 8esis. Bandung. ,ngkasa.
&C
S2,96S2,9 $4I,.
B,B,S, I.%2.:SI,
Putu :;i Lahyu =itrawati, S.S, 5.Bum
1. a Sebutkan 3ungsi bahasa Indonesia standar atau bakuD
b. ,pa yang dimaksud dengan paragra3 narati3, argumentasi, dedukti3, indukti3 G
#. 8ermasuk ma"as apakah kalimat berikut ini -
1. ,ku sering merasa %e"e*an di kota metropolitan yang ra#a ini
2. Ingat batu, *anda 1er%a)a
*. 4anganlah engkau tertipu oleh " %an,l )u
d. P 5y - Semua mahasiswa memiliki i"aEah S5$
P 5n - ,ndi mahasiswa
! - !arena itu, ,ndi memiliki I"aEah S5$
=arilah 8erm mayor, tengah, dan term minor.
e. P 5y - Semua laki6laki suka mempermainkan wanita
P 5n - Iwan laki6laki
! - ...........................
Buatlah konklusi dari penalaran di atasD
2. Rubahlah ke dalam kalimat baku
a ,smah ben#i sama 8edy
b %ialah yang ambil barang itu tadi
# 'a pergi ke desanya kembali
*. a ha"i abdul kadir " "ungkirbalikkan
b bahasa belanda k peri kemanusiaan
# 8erusan Eues l salahguna
d ma"alah olah raga dan kesehatan m apa bila
e poli gami n diambilalih
3 dasa warsa
g pra sangka
h rumahsakit
i di salah artikan
&1

&. a e33i#ient i #lausa
b ;ariety " a##umulation
# #ir#ulation k sa##harine
d #hromosome l ma#hine
e #astra m s#hema
3 #redit n ratio
g #harisma o eNsess
h aerodynami#s p lateN
'. a !endati pun hu"an ia pergi "uga
b 4umlah penduduk negeri ini 1+&'C92' orang
# Setiap mahasiwa harus membayar uang SPP RP. 1*8'C'CCCC
d Saya mendengar ia akan men"adi Fubernur daerah itu betulkah
e kata ayah ia seorang yang berpangkat 9etnan 4endral
3 operasi itu dipinpin oleh 9etnan 4endral Soeharto
g ia di tugasi meyertai per"alanan dinas gubernur sutiyoso
h yth
sdr, 9isa Sa;itri, SS m hum
"l supratman '?1'
denpasar
S:9,5,8 B:!:R4,

&2
&*

Anda mungkin juga menyukai