Anda di halaman 1dari 9

1

L. V Learning Objective
1. Apa perbedaan virus, virion, dan prion ?
2. Bagaimana struktur dan klasifikasi dari virus ?
3. Bagaimana proses replikasi virus ?
4. Apa saja bentuk patologi sel yang disebabkan oleh virus ?

Pembahasan Learning Objective
1. Perbedaan Virus, virion, dan prion :
Virus ialah agen infeksi yang sangat kecil, dengan beberapa pengecualian, tidak
dapat dilihat dengan mikroskop cahay, tidak ada metabolisme yang bebas dan
hanya mampu bereplikasi dalam sel hospes yang hidup; partikel tunggal (virion)
terdiri atas asam nukleat (nukleoid)- DNa atau RNA (tetapi tidak keduanya)- dan
selubung protein (kapsid yang membungkus atau melindungi asam nukleat serta
dapat berlapis-lapis ( Dorland, 1998 ).
Virion ialah partikel virus lengkap, ditemukan diluar sel dan mampu bertahan
hidup dalam bentuk kristalserta menginfeksi sel hidup; virion terdiri dari nukleoid (
bahan genetic ) dan kapsid ( Dorland, 1998 ).
Prion ialah partikel infeksius yang lambat, yang tanpa asam nukleat; prion adalah
penyebab penyakit Creutzfeld-Jakob dan scrapie ( Dorland, 1998 ). Prion
merupakan agen penyakit yang berupa partikel protein yang tidak memilki asam
nukleat ( Quinn, 2002).
2. Struktur dan Klasifikasi virus
A. Struktur virus





Virus merupakan parasit obligat intraseluler yang hanya dapat bereplikasi di
dalam sel inang yang hidup. Sekali masuk ke dalam sel inang hidup, virus ikut
campur dalam metabolisme sel inang, membuat virus sulit untuk dikontrol secara
2

kimiawi. Kita tidak dapat membunuh virus dengan antibiotik. Obat yang digunakan
untuk menghancurkan kemampuan replikasi virus pada sel inang dapat terlalu beracun
dan berakibat negatif, bahkan bisa mengakibatkan kematian sel inang tersebut.
Sebelum virus memasuki sel, partikel virus bebas disebut virion. Virion tidak
dapat tumbuh atau membawa fungsi biosintetis atau biokimia karena virion bersifat
inert secara metabolis.
Partikel utama virus (virion) terdiri dari dua atau tiga komponen (Betsy, 2007):
- Genome: Virus berisi hanya satu jenis asam nukleat, antara DNA atau RNA,
tidak pernah memiliki keduanya. Dapat berupa DNA atau RNA yang membawa
informasi genetik (genome) virus. Genome RNA hanya dimiliki oleh virus.
- Kapsid: merupakan mantel protein yang menyelubungi virus dan melindungi
asam nukleat dari pengaruh lingkungan. Kapsid terbentuk dari banyak subunit
protein yang disebut kapsomer. Kapsid berfungsi melindungi asam nukleat,
berperan dalam perlekatan virion pada sel inang, dan menentukan sifat antigen
suatu virion. Kapsid bersama dengan asam nukleat yang dilindungi disebut
dengan nukleokapsid. Pada beberapa virus, terdapat enzim khusus yang
disimpan di dalam kapsid (Raven, 2002).
- Selubung (envelope): adalah lapisan terluar virus, berupa membran bilayer.
Selubung kaya akan protein, lipid, dan glikoprotein. Sebagian material selubung
berasal dari membran sel inang, selubung tidak memiliki protein yang berasal
dari gen virus itu sendiri (Raven, 2002). Jika virus tidak memiliki selubung,
maka disebut sebagai virus telanjang. Penyakit akibat virus telanjang misalnya
chickenpox, penyakit ruam saraf, mononucleosis, dan herpes simplex
B. Klasifikasi virus
1) Berdasarkan Tipe kapsid :
Cubic (Icosahedral) benda
padat teratur (polyhedral); kapsid memiliki 20 sisi
segitiga, 30 tepi dan 12 puncak. Contoh: Adenovirus
Helical pada virus berbentuk
batang; kapsomer menyelubungi DNA/RNA tersusun
helical dan tidak dalam bentuk cincin yang bertumpuk.
Contoh: Coronavirus
Complex bukan seperti cubic
maupun helical. Contoh: Poxvirus (Pelctzar, 2008).
3

2) Berdasarkan asam nukleatnya






Klasifikasi Baltimore
I DNA rantai ganda
(Adenovirus; Herpesvirus;
Poxvirus, dsb)
II DNA rantai tunggal
sense (+) (Parvovirus)
III RNA rantai ganda
(Reovirus; Birnavirus)
IV RNA rantai tunggal
sense (+) (Picornavirus;
Togavirus, dsb)
V RNA rantai tunggal
sense (-) (Orthomyxovirus,
Rhabdovirus, dsb)
VI RNA rantai tunggal
sense (+) dengan DNA sebagai
tahap perantara dalam siklup
hidupnya (Retrovirus)
VII DNA rantai ganda
dengan RNA sebagai tahap
perantara (Hepadnavirus)
(Campbell, 2000).
3. Proses Replikasi Virus
A. Daur Litik
Variabel Virus DNA Virus RNA
Tempat Replikasi Nukleus hospes Sitoplasma hospes
Laju mutasi Sulit terjadi mutasi Mudah terjadi mutasi
Stabilitas Lebih stabil Kurang stabil
Pembagian ds-DNA +/-
ss-DNA +/-
ds-RNA +/-
ss-RNA + ; ss-RNA -
4

Agar suatu virus dapat memperbanyak diri, virus tersebut harus menginfeksi sel
hidup. Sel yang dapat diinfeksi oleh suatu virus terbatas hanya pada hewan tertentu dan
tipe sel tertentu, yang memungkinkan virus tersebut berkembang biak. Virus harus
membuat protein dengan 3 set fungsi.- memastikan proses replikasi genomnya terjadi
mengemas genom ke dalam partikel virus mengubah metabolisme sel yang terinfeksi
sehingga sel tersebut memproduksi virus.
Fase inisiasi:
Virus menempel pada membran sel (attachment)
Virus masuk ke dalam sel (penetration)
Selubung virus terbuka (uncoating)
Materi genetik virus dimasukkan ke dalam sel, seringkali disertai dengan kofaktor
esensial protein virus.
Fase replikasi:
Sintesis DNA
Sintesis RNA
Sintesis protein
Untuk beberapa virus, enzim-enzim sel inang yang mereplikasi genom virus, dibantu
oleh protein virus, misalnya pada parvovirus. Pada kebanyakan virus, berlaku sebaliknya,
protein viruslah yang melakukan replikasi genom walaupun untuk aktivitas ini mereka
menggunakan protein sel inangnya.
Fase pelepasan (release):
Perakitan virus (assembly)
Pendewasaan virus (maturation)
Keluarnya virus dari sel (exit from cell) (Campbell, 2000)

Pada virus bakteriofage terdapat dua fase, yaitu fase litik dan fase lisogenik. Fase litik
akan menyebabkan kematian pada sel hospes. Virus yang hanya dapat bereproduksi dengan
fase litik disebut virus virulen (Campbell, 2000).
B. Daur Lisogenik
5

Fase lisogenik akan mereplikasi genom virus tanpa menghancurkan sel hospes. Virus
yang dapat menjalankan kedua fase dalam suatu bakteri disebut virus temperat
(Campbell, 2000).
Beberapa virus tidak menyebabkan lisis dan hancurnya sel inang ketika mereka
menginfeksi. Virus tersebut disebut lysogenic phages atau temporary phages.
Bakteriofag tersebut bersifat stabil, memiliki hubungan panjang dengan sel inang.
Sel bakteri yang terinfeksi oleh virus ini disebut lysogenic cells. Bakteriofag yang
paling sering dipelajari, yang memperbanyak diri dengan siklus lysogenic adalah
bakteriofag Lambda. Ketika bakteriofag Lambda akan menginfeksi bakteri E. coli,
DNA bakteriofag membentuk lingkaran. Lingkaran ini bersesuaian dengan DNA
bakteri. DNA bakteriofag ini disebut profag (prophage). Setiap kali sel bakteri inang
menggandakan diri secara normal, DNA profag juga ikut membelah. Pada saat yang
lain, DNA bakteriofag dapat terpisah dari profag dan mengawali siklus litik.

Proses Replikasi Virus
1) Replikasi Virus DNA
Replikasi virus DNA
terjadi pada nukleus sel
hospesnya. Pada virus DNA
rantai ganda, untuk
menghasilkan mRNA
dilakukan proses transkripsi
oleh enzim DNA dependent
RNA polymerase. Sedangkan
pada virus DNA rantai tunggal
menggunakan DNA
polymerase untuk mensintesis
DNA rantai ganda, kemudian
ditranskripsikan menjadi
mRNA. Selanjutnya akan
terbentuk early protein berupa
enzim dan protein yang akan
mendukung proses replikasi
6

virus DNA. Terjadi transkripsi lagi yang akan menghasilkan mRNA yang selanjutnya
membentuk late protein penghasil protein kapsid dan protein envelope. Setelah semua materi
penyusun virus terbentuk lalu dilakukan proses perakitan dan keluar dengan dilapisi envelope
yang berasal dari membrane nuklues (Quinn, 2007).
2) Replikasi Virus RNA
pada virus rantai ganda RNA (-), strukturnya bersegmen, memerlukan proses
transkripsi lebih dahulu untuk dapat menghasilkan mRNA. Sedangkan pada virus rantai
tunggal RNA (+) langsung dapat menghasilkan mRNA setelah terjadinya infeksi. Virus rantai
tunggal RNA (-) memiliki enzim RNA-dependent RNA polymerase yang akan mendukung
proses transkipsi. RNA akan menjadi tempat cetakan transkripsi mRNA (+) dan replikasi,
lalu RNA (+) menjadi tempat cetakan untuk mensintesis RNA (-) (Quinn, 2007).
Retrovirus memiliki enzim transcriptase b alik yang akan mentranskripsikan DNA
adri cetakan RNA, memberikan aliran informasi RNA DNA. DNA yang baru dibentuk
kemudian berintegrasi sebagai provirus ke dalam kromosom pada nukleus hewan. RNA
polymerase hospes mentranskripsikan DNA virus menjadi molekul RNA yang dapat
berfungsi sebagai mRNA untuk sintesis protein virus atau sebagai genom untuk partikel virus
baru yang dilepaskan dari sel (Campbell, 2000).
( Quinn, 2002 )
7

3) Synthesis Protein
Diantara sel, bagian dimana protein partikuler disintesis ,berhubungan dengan
type dan fungsi protein. Membran protein dan glycoprotein disintesis pada
membrane ribosom sedangkan protein solube termasuk enzim, disintesis pada
ribosom bebas di sitoplasma. Penyusunan materi memfasilitasi pengabungan
protein pada lokasi seluler yang beraneka ragam, dimana mereka dibutuhkan
untuk aktivitas metabolisme. Kebanyakan protein viral mengalami modifikasi
sebelum translasi dilakukan , termasuk pembelahan proteolistik , glikosilasi,
dan fosforilasi ( Quinn, 2002 ).

4. Bentuk patologi yang disebabkan oleh virus

A. Nekrosis
Kematian sel atau jaringan pada tubuh makhluk hidup. Hal tersebut disebabkan
karena adanya gangguan nutrisi pada jaringan yaitu tidak adanya suplai darah yang cukup
pada jaringan untuk kelangsungan hidup jaringan tersebut. Selain itu juga karena physical
agent contohnya cuaca yang terlalu panas atau dingin dan sinar rontgen. Hal lainnya karena
bakteri dan racun (Davies, 1960).
B. Gangrene
Suatu keadaan ketika nekrosis itu terjadi bersamaan dengan perubahan putrefactive.
Penyebab utamanya adalah bakteri selain itu juga karena adanya peningkatan nekrosis yang
nantinya ditambah dengan infeksi dari bakteri. Ada 2 tipe dari gangrene yaitu :
a. Gangrene lembab/basah
Biasanya muncul pada organ dalam dimana dalam organ tersebut tidak
terjadi evaporasi dan sebagian dari organ tersebut memungkinkan terinfeksi
bakteri putrefactive contohnya usus dan paru-paru.
b. Gangrene kering
Biasa muncul pada jaringan yang mengandung sedikit cairan dan
banyak mengalami evaporasi contohnya telinga dan ektremitas (Davies, 1960).
C. Atrophy
8

Keadaan dimana sel tidak dapat tumbuh, membelah tetapi masih bersifat fisiologis.
Atrophy disebabkan oleh defisiansi nutrisi, kerusakan pada kelenjar endokrin, racun dan
berkurangnya metabolisme (Davies, 1960).
D. Hypertrophy
Suatu peningkatan ukuran sel pada jaringan atau organ. Hal ini berlawanan dengan
atrophy. Hypertrophy merupakan kondisi yang biasa ditemukan pada semua hewan. Kondisi
fisiologis dari hypertrophy muncul ketika hewan mengalami kebuntingan dan pada saat
menyusui. Keadaan patologisnya terjadi karena adanya tekanan yang tidak stabil contohnya
pada kulit yaitu kapalan (manusia), tidak pasnya pelana pada kuda selain itu juga karena
kerusakan kelajar endokrin (Davies, 1960).
E. Aplasia
Organ telah terbentuk, tetapi terlalu kecil dibandingkan dengan ukuran normal.
Contoh: lumen usus tidak terbentuk, uterus dan ginjal (Davies, 1960).
F. Hypoplasia (pertumbuhan yang tidak sempurna)
Organ gagal untuk berkembang mencapai ukurannya yang normal. Contoh: hipoplasia
serebelar pada kucing (Davies, 1960).
G. Hiperplasia
Peningkatan ukuran dari jaringan atau organ akibat meningkatnya jumlah dari sel
penyusun jaringan atau organ tersebut. Contoh: hepar (sel-sel masih aktif mengadakan
mitosis). Dapat bersifat difus ataupun local. Contoh hiperplasia difus: goiter difus . Contoh
hiperplasia lokal: hiperplasia nodular pada hepar, lien, dan pancreas anjing (Davies, 1960).
H. Metaplasia
Transformasi dari suatu jaringan dewasa yang telah berdiferensiasi secara maksimal
menjadi jaringan lain yang masih ada hubungannya. Contoh: Squamous metaplasia:
transformasi dari epitel kolumner menjadi epitel squamous. Etiologi: iritasi kronis (epitel
bronki); endokrin (mixed mammary tumor); nutrisi (defisiensi vitamin A) (Davies, 1960).


9

Anda mungkin juga menyukai