Anda di halaman 1dari 2

STOP Perdagangan ANAK DI Bawah UMUR

Lima Perempuan Sukabumi Dijual ke Papua



*Masih di Bawah Umur

MELAPOR: Lima korban dugaan trafficking, masing-masing Wi, Des, Ci, Ir, dan Mut saat melapor ke
Mapolres Sukabumi Kota, kemarin. Mereka mengaku dijual ke Sorong, Papua.

SUKABUMILima perempuan usia Anak Baru Gede (ABG) diduga korban perdagangan manusia
(trafficking). Mereka masing-masing Wi (18), Des (16), Ci (15), Ir (17) mengaku warga Kp Cimahi Cibaraja
Desa Cibolangkaler Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi. Satu lagi Mut (16) warga Kelurahan Benteng
Kecamatan Warudoyong Kota Sukabumi. Kemarin, kelimanya melapor ke Mapolres Sukabumi Kota.
Kenapa bisa diperdagangkan? Kepada Radar Sukabumi, salah seorang korban Ci (15) mengaku bisa
bekerja dengan gaji menggiurkan.Saya kenal dengan Ibu Si (inisial). Dia menawarkan saya kerja di
Kalimantan sebagai pembantu rumah tangga dengan gaji Rp3 juta per bulan. Siapa yang tak ingin gaji
sebesar itu,kenangnya kepada Radar Sukabumi yang ditemani Ketua Srikandi Pemuda Pancasila (PP)
Kabupaten Sukabumi, Aita Iboy Bharkawati saat melapor.
Iapun bersiap-siap untuk berangkat di Kalimantan.Waktu itu, Ci berangkat bersama Mut dan Des. Saya
diinapkan di Rancamaya Bogor. Keesokan harinya baru ke Jakarta. Dari bandara Jakarta ternyata kami
tidak ke Kalimantan. Pesawat yang kami tumpangi ternyata ke Sorong Papua,ungkap Ci yang berambut
panjang ini.
Mereka tahu berada di Sorong saat masuk mess atau penampungan. Ternyata kami bertiga tidak
dikerjakan sebagai pembantu rumah tangga. Kami malah dikerjakan di kafe-kafe. Kami juga dipaksa
untuk melayani nafsu bejat pria hidung belang, kenangnya kembali.
Nasib serupa juga dialami Wi dan Ir. Usai tergiur tawaran Si, mereka menyusul ketiga temannya yang
sudah dulu di Sorong. Ke sana (Papua) kami naik kapal laut ditemani Ibu Si (saat ini masih DPO),aku
Wi. Sesampainya di Sorong Wi dan Ir bertemu Ci, Mut dan Des. Sembari menangis, ketiga teman saya
mengaku tidak bisa pulang ke Sukabumi untuk bertemu keluarga dan dipaksa untuk melayani nafsu seks
pria hidung belang,imbuh Wi. Mendengar pernyataan temannya itu, Wi dan Ir yang tadinya juga mau
dijadikan korban, menolak kehilangan keperawanannya.
Hampir satu bulan mereka bekerja di kafe remang-remang di Sorong, singkat cerita, salah seorang dari
mereka, yakni Des berhasil kabur. Dari uang tamu yang datang ke saya, saya belikan tiket pulang ke
Jakarta,aku Des.
Des sampai juga di Sukabumi. Sesampainya di tanah kelahirannya, Des langsung bercerita ke
keluarganya. Cerita inipun sampai ke telinga salah satu orang tua korban, yakni Noneng (38). Noneng
adalah ibu kandung Ci. Mendengar anak saya di Papua, saya langsung meminta tanggung jawab orang
yang membawa anak saya. Eh ngga tahunya saya malah diminta duit Rp2 juta untuk kepulangan anak
saya,akunya. Tidak terima diperas, akhirnya Noneng langsung melapor ke RT setempat. Iapun melapor
tokoh perempuan Sukabumi, Aita Iboy Bharkawati. Aitalah yang kemudian berhasil memulangkan
kelima korban dari Sorong Papua dengan bantuan polisi. Di tempat yang sama Ketua Srikandi Pemuda
Pancasila Kabupaten Sukabumi itu mengaku prihatin atas kasus yang menimpa perempuan muda
Sukabumi tersebut. Hukum kita harus kuat melindungi perempuan. Dan para orang tua juga diimbau
menjaga anaknya baik-baik. Bagi perempuan juga jangan mau diiming-imingi gaji besar untuk bekerja di
luar kota padahal keperawanan hendak direnggut,serunya.
Di tempat yang sama Kapolres Sukabumi Kota, AKBP Witnu Urip Laksana melalui Kasat Reskrim Polres
Sukabumi Kota, AKP Engkus Kuswaha pihaknya masih mencari bukti-bukti untuk memperkuat
penyelidikan dan penyidikan. Akan tetapi melihat kelimanya masih di bawah umur, kepada tersangka
akan dikenakan Pasal Perlindungan Anak dan Trafficking,bebernya.

Anda mungkin juga menyukai