OPTIMASI DAYA KEMBANG, SIFAT ORGANOLEPTIS KUE KUKUS
DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG KULIT UBI KAYU DAN BAHAN
PENGEMBANG Melissa Felinda Nawaly (111027) Teknik Kimia
ABSTRAK Tepung Kulit Ubi Kayu adalah tepung yang terbuat dengan bahan kulit ubi kayu yang dikeringkan dan dihaluskan. Tepung kulit ubi kayu merupakan alternatif pemanfaatan kulit ubi kayu untuk meningkatkan nilai jual limbah kulit ubi kayu serta untuk meningkatkan makanan kesehatan dengan memanfaatkannya untuk bahan substitusi dalam produk olahan seperti kue kukus. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan kue kukus yang optimal dari berbagai macam bahan pengembang yang digunakan dengan melihat daya kembang serta sifat organoleptik produk kue kukus. . Perlakuan yang diberikan untuk penelitian ini adalah substitusi tepung kulit ubi kayu dan bahan pengembang. Parameter penelitian ini adalah daya kembang, uji organoleptik dengan metode acceptance bedasarkan penerimaan terhadap warna, rasa, aroma dan tekstur. Kata Kunci : Kue Kukus, Tepung Kulit Ubi Kayu
I. Pendahuluan A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara agraris terbesar didunia yang menghasilkan tanaman ubi kayu yang melimpah. Semakin banyak ubi kayu yang dihasilkan maka semakin banyak pula limbah kulit ubi kayu yang dihasilkan. Pemanfaatan limbah kulit ubi kayu ini banyak dimanfaatkan untuk pakan ternak, produk makanan berupa kripik. Pemanfaatan yang kurang dimaksimalkan ini membuat penemuan baru dalam industry pangan yaitu dengan membuatnya menjadi tepung kulit ubi kayu dan mengolahnya menjadi makanan berupa kue kukus. Kue kukus merupakan kue basah dengan prosedur di kukus. Pengukusan ini bermanfaat bagi kesehatan manusia karena tidak menggunakan minyak goring yang banyak mengandung kolesterol yang akan berakibat buruk bagi kesehatan manusia. Bahan pengembang dan substitusi menjadi variable bebas pada penelitian ini. Bahan pengembang yang digunakan berupa baking powder dan baking soda. II. Metodologi Penelitian A. Alat dan Bahan a. Bahan Bahan yang digunakan dalam pembuatan tepung kulit ubi kayu adalah kulit ubi kayu dan untuk pembuatan kue kukus adalah tepung terigu, gula pasir, gula kastor, garam, cake emulsifier, telur, bahan pengembang (baking powder dan baking soda), tepung kulit singkong, air soda (sprite). b. Alat Alat yang digunakan dalam pembuatan tepung kulit ubi kayu adalah ayakan 150 mesh, mesin penggiling. Alat yang digunakan dalam pembuatan kue kukus adalah mixer, cetakan, dandang, baskom, kompor, B. Prosedur a. Prosedur Pembuatan Tepung Kulit Singkong - Pemilihan kulit singkong: Kulit singkong yang baik dan yang tidak baik dibuang, lalu dipisahkan - Pencucian dan perendaman: Dalam pencucian menggunakan air yang mengalir, dalam perendaman menggunakan air, setiap 15 menit sekali diganti dengan tujuan menghilangkan kotoran yang melekat pada kulit singkong dan megurangi kadar HCN yang ada pada kulit singkong, mengurangi getah yang melekat dan mengurangi rasa getar pada kulit singkong. - Pemotongan: Kulit singkong dipotong dengan bentuk kotak kotak - Perendaman: Kulit singkong yang telah dipotong, direndam selama 16 jam untuk mengurangi kadar HCN kembali - Penjemuran: Penjemuran bertujuan untuk mengurangi kadar air dan kadar HCN pada kulit singkong - Penggilingan: Kulit singkong dihancurkan hingga halus. - Penyaringan: Tepung yang telah digiling diayak menggunakan ayakan 150 mesh agar tepung yang dihasilkan lebih halus. Sumber: Novi, 2009. b. Prosedur Pembuatan Kue Kukus Menyiapkan cetakan dan alasi dengan paper cup. Memanaskan kukusan hingga uap yang dihasilkan banyak. Mengocok telur, gula pasir, emulsifier, hingga kaku. Memasukkan pengembang, vanili, tepung terigu, tepung kulit ubi kayu diaduk hingga rata III. Hasil dan Pembahasan a. Daya Kembang
Dapat menjadi perbedaan dengan melihat daya kembang pada substitusi 30% kue kukus tepung kulit singkong mengalami pengembangan sebesar 1,625cm, untuk substitusi 40% pengembangan 0,57cm, untuk 50% pengembangan sebanyak 1,78cm sedangkan substitusi 100% mengalami pengembangan sebesar 1,8 cm. Pada substitusi 40% menghasilkan pengembangan sebanyak 0,57 cm merupakan pengembangan yang paling sedikit dari substitusi yang lain karena menggunakan bahan pengembang sebanyak 1,05 gram jika ditinjau dari proses pembuatannya penulis kurang begitu cepat dalam mengaplikasikan cara kerja yang digunakan. Bahan pengembang yang digunakan yaitu baking soda yang merupakan bahan pengembang yang jika pencampuran adonan dapat berlangsung dengan cepat lalu masuk dalam proses pengukusan segera dapat memnghasilkan CO2 yang optimal. Maka dari itu pengembangan yang dihasilkan juga kurang optimal. 0 1 2 30 40 50 100 P e n g e m b a n g a n
( c m )
Substitusi Tepung Kulit Singkong (%) Grafik Substitusi Tepung Kulit Singkong Dan Pengembangan 30 40 50 100 substitusi 30% menghasilkan pengembangan yang dilihat dari ukurannya merupakan peringkat kedua yaitu sebanyak 1,625 cm dan 4cup kue kukus yang dihasilkan, ini dikarenakan menggunakan bahan pengembang baking powder sebanyak 2 gram jika dibandingkan dengan 40% secara bahan pengembang dapat terlihat sendiri mempengaruhi proses pengembangan yang terjadi. Pada substitusi 50% merupakan peringkat pengembangan ketiga dengan pengembangan sebanyak 1,78 gram dengana baking soda 0,85 gram tetapi untuk kue kukus yang dihasilkan hanya 2 cup saja yang menunjukkan bahwa pengembangan kurang baik karena meskipun ukuran yang dihasilkan lebih tinggi daripada substitusi 30% tetapi untuk hasil kue sendiri mengalami penurunan yaitu menjadi 2 cup. Sedangkan untuk substitusi 100% merupakan posisi paling tinggi yaitu 1,8 cm sama halnya dengan substitusi 50% meskipun kue kukus dapat mengembang dengan ukuran yang paling maksimal daripada substitusi yang lainnya tetapi pada substitusi 100% ini hanya dihasilkan 2 cup saja berarti dalam proses penerapan cara kerja adonan tidak mengembang secara sempurna. Dapat disimpulkan bahwa pengembangan bisa dilihat dari dua sisi yaitu dari segi kue kukus yang dihasilkan serta ukuran pengembangan itu sendiri. Meskipun ukuran (cm) kue kukus terlihat tinggi bukan berarti mengalami pengembangan yang terbaik pula. Substitusi 30% tepung kulit singkong merupakan pengembangan yang optimal dengan ukuran pengembangan 1,625 cm, baking powder 2 gram dapat menghasilkan kue kukus sebanyak 4 cup. b. Uji Organoleptik
-1 4 9 warna aroma rasa tekstur p e n i l a i a n
karakteristik uji organoleptis warna aroma rasa tekstur Uji organoleptik pada produk ini berdasarkan uji penerimaan. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan menggunakan uji penerimaan produk. Penilaian dilakukan oleh sejumlah orang panelis pada setiap produk dengan lembar penerimaan sebagai acuan penilaian produk. Penilaian produk terdiri dari beberapa aspek yaitu organoleptik (warna, aroma, rasa dan tekstur) Pada kulit ubi kayu berwarna coklat maka tepung yang dihasilkan pun berwarna coklat. Pada warna dalam kue kukus sendiri lebih cenderung menghasilkan warna coklat muda karena warna tepung kulit ubi kayu memiliki hal yang serupa. Uji organoleptik warna bertujuan untuk mengetahui tingkat respon dari panelis terhadap penerimaan kue kukus dengan berbagai substitusi tepung kulit ubi kayu. Berdasarkan uji organoleptik uji penerimaan sejumlah panelis lebih cenderung memilih warna coklat muda. Berdasarkan grafik aroma telur yang telah diuji panelis memiliki nilai separuh dari tingkat kekuatan aroma telur sendiri. Dapat dikatakan bahwa panelis berdasarkan penerimaan memilih aroma amis dalam kue kukus tersebut. Telah dilakukan pemberian vanili yang cukup banyak diharapkan untuk menutup aroma telur tersebut tetapi jarang pernah berhasil dalam hal ini. Pada grafik di atas rasa yang disajikan oleh panelis dapat merangsang indera mereka untuk menyebutkan bahwa rasa kue kukus yang dipanelis adalah khas kulit ubi kayu. Substitusi tepung yang digunakan berbanding lurus dengan rasa pada kue kukus ini. Bahan pengembang dapat mempengaruhi rasa dalam kue kukus ini sendiri. Dalam hal ini bahan pengembang tersebut adalah baaking powder yang digunakan bereaksi pada suhu ruang dengan adanya kelembaban dan dapat bereaksi lagi dengan adanya panas. Hasilnya adalah daya dukung ekstra yang dibutuhkan untuk membuat kue yang ringan.Baking powder jika ditambahkan terlalu banyak akan menimbulkan aftertaste sedikit pahit. Berdasarkan grafik yang telah melalui uji panelis tersebut dapat dilihat hasil tekstur memiliki range yaitu 4 dan disimpulkan bahwa nilai tersebut belum memenuhi tujuan agar kue kukus dapat lembut. Telah dilakukan berbagai pengolahan yaitu dengan mengganti formulasi resep serta mengkonversi resep. Cake emulsifier dapat membuat tekstur kue menjadi lembut dan ringan. Serta penambahan air pun juga mempengaruhi tekstur yang akan dihasilkan. IV. Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh setelah melakukan penelitian ini adalah : a. Ubi kayu menghasilkan limbah kulit ubi kayu yang bisa dimanfaatkan dengan mengolahnya menjadi tepung kulit ubi kayu lalu diolah menjadi kue kukus kulit ubi kayu. b. Daya kembang yang optimal pada kue kukus terdapat pada substitusi 30 % tepung kulit ubi kayu dengan pengembangan 1,625cm dengan baking powder 2 gram dengan kue kukus sebanyak 4 cup. Uji Organoleptik yang didapatkan memiliki range warna 5, rasa 5, tekstur 4, dan aroma 4,8. c. Kadar air yang dihasilkan sebanyak 18,3% dan 16,42%, sedangkan kadar air dalam syarat mutu adalah 12%. Kadar protein yang dihasilkan 5,95% dan 3,35%, sedangkan syarat kadar protein kulit singkong adalah 6,8208%. V. Daftar Pustaka Artiyani, Anis. 2011. Bioetanol Dari Kulit Singkong Melalui Proses Hidrolisis Dan Fermentasi Dengan Saccharomyces cerevisiae. ITS Associates, Wheat. 1981. Pedoman Pembuatan Roti Dan Kue, Jakarta : Djambatan Fitriani, Novi Dyah. 2009. Substitusi Tepung Kulit Singkong Terhadap Kadar Serat, Daya Kembang Dan Sifat Organoleptik Pada Chiffon Cake. UNIMUS. H, Wikanastri; Utama, Cahya S; Suyanto, Agus. 2012. Aplikasi Proses Fermentasi Kulit Singkong Menggunakan Starter Asal Limbah Kubis dan Sawi Pada Pembuatan Pakan Ternak Berpotensi Probiotik. Unimus Martini, Titi. 2002. Kajian Pembuatan Tepung Cake Tape Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz) Instan dan Penerimaan Konsumen Terhadap Mutu Organoleptik Cake. Skripsi. IPB Ningrum, Marlinda Retno Budya, 2012. Pengembangan Produk Cake Dengan Substitusi Tepung Kacang Merah. Proyek Akhir. UNY Nunung. 2009. Rahasia Antigagal Membuat Aneka Kue Populer. Jakarta: DeMedia. Pop, Gabriella. 2007. Researches Regarding The Chemical Leavening Agents Role In Quality Of Bakery Products. Jurnal. Universitatea tefan cel Maredin Suceava. Purwanti, S. 2007. Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Asam Sianida (HCN) Kulit Ubi Kayu sebagai Pakan Alternatif. Karya Tulis Ilmiah. Universitas Hasanudin, Makasar. Restyawati, Dwi Trisya. 2011. Biscuit Crackers Dengan Substitusi Jamur Tiram Sebagai Alternatif Makanan Kecil Berprotein Tinggi. Tugas Akhir. Universitas Sebelas Maret Sandi, Sofia. 2012. Nilai Nutrisi Kulit Singkong Yang Mendapat Perlakuan Bahan Pengawet Selama Penyimpanan. Jurnal. Universitas Sriwijaya. Siagian, Johan A. 2012. Pembuatan Kerupuk Tape Singkong. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Sudarmadji, Slamet, dkk. 1997. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan Dan Pertanian. Yogyakarta : Liberty Suprapti, Lies. 2005. Tepung Tapioka Pembuatan dan Pemanfaatannya. Yogyakarta : Kanisius Widianta, A dan Deva, Widi Prima. 2008. Ubi Kayu (Mannihot esculenta) Sebagai Bahan Alternatif Pengganti Bensin (Bioetanol) Yang Ramah Lingkungan. Bengkulu.