Anda di halaman 1dari 14

Sketsa Bahasaku

Fonologi
1
FONOLOGI

Fonologi adalah ilmu tentang bunyi bahasa.
Fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut
fungsingya (KBBI. 1991. Hal:279).
Fonologi dibagi menjadi dua:
1. Fonetik, yaitu ilmu yang mempelajari tentang cara menghasilkan bunyi.
2. Fonemik, yaitu cabang ilmu bahasa yang mempelajari bunyi bahasa sebagai pembeda
arti.

I. Pemakaian Huruf Kapitan dan Huruf Miring
1. Pemakaian Huruf Besar
a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada awal kalimat
Dia sedang jatuh cinta.
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Adik berkata, Kapan kita pergi?
c. Dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama tuhan
dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk tuhan.
Allah, Al-quran, dll.
d. Dipakai sebagai huruf yang pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan
yang diikuti nama orang.
Mahaputra Yamin
Huruf kapital tidak dipakai sebagai nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan
yang tidak diikuti nama orang.
Tahun ini dia baru naik haji.
e. Dipakai sebagai huruf pertama unsur jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau
yang dipakai sebagai ganti nama orang tertentu, nama instansi atau nama tempat.
Perdana Menteri Nehru
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak
diikuti nama orang.
Siapa gubernur yang baru dilantik itu?
Sketsa Bahasaku
Fonologi
2
f. Dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang.
Amir Hamzah
g. Sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Bangsa Indonesia
h. Sebagai hurur pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Bulan Maulid
i. Sebagai huruf pertama nama geografi.
Asia Tenggara
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi
unsur nama diri
Pergi ke arah tenggara
j. Sebagai huruf pertama unsur nama Negara, lembaga pemerintah, serta nama dokumen
resmi kecuali kata seperti dan.
Republik Indonesia
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi Negara,
lembaga pemerintah, serta dokumen resmi kenegaraan.
Menjadi sebuah republik
k. Sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama
badan, lembaga pemerintah, serta dokumen resmi.
Perserikatan Bangsa-Bangsa
l. Dipakai sebagai huruf pertama semua kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar,
dan judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dan, dari, yang, dan untuk yang tidak
terletak pada posisi awal.
Saya telah membaca novel Ayat-Ayat Cinta
m. Dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Dr. doktor
n. Dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang dipakai dalam
penyapaan dan pengacuan.
Silahkan duduk, Dik! kata Cinta.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan
yang tidak dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
Sketsa Bahasaku
Fonologi
3
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita
o. Sebagai huruf pertama pada kata ganti anda.
Sudahkan Anda tahu?

2. Huruf Miring
a. Dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang
dikutip dalam tulisan.
Majalah Bahasa dan Kesusastraan Indonesia
b. Dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah asing atau yang telah
disesuaikan ejaannya.
Nama ilmiah buah manggis adalah Carsnia mangostana
c. Dipakai untuk menegaskan/mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok
kata.
Dia menipu tetapi ditipu

II. Penulisan Kata
1. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Contoh: Kau tahu kalau aku sayang kamu

2. Kata Turunan
1) Imbuhan ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
2) Jika kata dasar berupa gabungan kata, maka awalan atau akhiran ditulis serangkai.
Contoh: Bertepuk tangan
3) Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, maka gabungan
kata itu ditulis serangkai.
Contoh: mahasiswa, adipati, dll.

3. Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Contoh: anak-anak, buku-buku, menulis-nulis, sayur-mayur, dll.
Sketsa Bahasaku
Fonologi
4
4. Gabungan Kata
1) Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-
unsurnya ditulis terpisah.
Contoh: duta besar, meja tulis, meja hijau, dll.
2) Gabungan kata yang mungkin menimbulkan kesalah pahaman, dapat ditulis dengan
tanda hubung untuk menegaskan pertalian antara unsur-unsur yang bersangkutan.
Contoh: ibu-bapak kami
3) Gabungan kata berikut ditulis serangkai:
Bagaimana, daripada, kacamata, olahraga, radioaktif, dll.

5. Kata Ganti ku, kau, -mu, dan nya
Kata ganti ku-, kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikuti, sedangkan ku, -mu, dan
nya juga ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

6. Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali dalam
gabungan kata yang sudah lazim dianggap satu kata seperti daripada.
Contoh: Kain itu terletak di dalam lemari.

Arti kata depan dari antara lain:
a. Menyatakan makna asal, baik yang berupa tempat, waktu, keadaan, maupun yang lain
Contoh: darimana datangnya cinta.
b. Menyatakan makna bahan
Contoh: Pakaiannya terbuat dari batik madura.
c. Menyatakan sebab, yang sejalan dengan pemakaian kata karena dan sebab.
Contoh: dari ulahnya sendiri, ia diputuskan oleh pacarnya.
d. Menyatakan makna alasan, yang sejalan dengan pemakaian kata berdasarkan.
Contoh: dari penelitian itu dapat disimpulkan pengaruhnya.

7. Awalan di, ke, dan dari
Selain sebagai kata depan, penulisan di dan ke juga sebagai awalan--, penulisannya selalu
dirangkaikan dengan kata yang mengikutinya.
Contoh: Diambilkannya buku itu dan dimasukkannya ke dalam tas.
Sketsa Bahasaku
Fonologi
5
Untuk mengetahui di dan ke sebagai kata depan atau awalan adalah dengan cara:
- Apabila di dan ke tidak dapat diganti dengan kata " dari ", maka itu adalah awalan,
dengan demikian penulisannya harus dirangkaikan.
- Apabila dapat diganti dengan " dari ", maka itu termasuk kata depan dan penulisannya
dipisahkah.

8. Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh: Kancil itu dimarahi sang raja.

9. Partikel
a. Partikel lah, -kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh: Bacalah buku ini baik-baik.
b. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh: apapun yang dimakannya ia tetap kurus.
Kecuali kelompok kata yang dianggap padu, Contohnya adapun, ataupun,
bagaimanapun, dll.
c. Partikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah dari bagian kalimat yang
mendahuluinya.
Contoh: Saya makan tiga kali per hari.

10. Singkatan dan Akronim
a. Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
1) Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, pangkat diikuti dengan tanda
titik.
Contoh: Muh. Yamin, Suman Hs., M.Sc., S.E., M.B.A.,dll.
2) Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis
dengan huruf kapital dan tidak diikuti tanda titik.
Contoh: DPR, GBHN, MPR, KTP, OSIS, PGRI,PT, dll.
3) Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Sketsa Bahasaku
Fonologi
6
Contoh: dsb.,hlm.,sda.,dst.,
Tetapi: a.n., d.a., u.p..
4) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, dan mata uang tidak diikuti tanda
titik.
Contoh: kg, Rp, cm, dll.

b. Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata,
ataupun gabungan huruf fan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
1) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital.
Contoh: ABRI, IKIP, SIM, dll.
2) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku
kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.
Contoh: Akabri, Bappenas, dll.
3) Akronim nama diri yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan
huruf kecil.
Contoh: pemili, rapim, radar, dll.

Catatan: jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya memperhatikan syarat-
syarat berikut: 1) Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim
pada kata Indonesia. 2) Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi
vokal dan konsonan sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.



III. Pemakaian Tanda Baca
1. Tanda Titik
a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh: Saya tinggal di Landean.
b. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam satu bagian, ikhtisar, atau daftar.
Sketsa Bahasaku
Fonologi
7
Contoh:
1. Latar belakang
1.1 Pendahuluan
1.2 Tujuan
1.3 .
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam satu bagan atau ikhtisar jika
angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.
c. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
waktu.
Contoh: pukul 1.20.25
d. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
jangka waktu.
Contoh: 1.30.25 jam.
e. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda
tanya atau seru dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Contoh: Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltervreden: Balai Pustaka.
f. Tanda titik digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Contoh: Siswa MA Darul Ma'wa berjumlah 21.800 anak.
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak
menunjukkan jumlah.
Contoh: Saya lahir pada tahun 1988.
g. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala
ilustrasi, table, dan sebagainya.
Contoh: Salah Asuhan
h. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama
dan alamat penerima surat.
Contoh: Yth. Sdr. Muhajir
Jalan Kuburan Angker
Landean

Sketsa Bahasaku
Fonologi
8
2. Tanda Koma ( , )
a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Contoh: Saya membeli kertas, pencil, dan bolpen.
b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
yang mendahuluinya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
Contoh: Saya ingin apel, tetapi hari hujan.
c. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induknya jika anak kalimat itu
mendahului induknya.
Contoh: Kalau hari hujan, saya tidak akan apel.
Catatan:
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induknya jika anak
kalimat tersebut mengiringi induknya.
Contoh: Saya tidak akan apel kalau hari hujan.
d. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang
terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula,
meskipun begitu, dll.
Contoh: ..oleh karena itu saya menulis ini.
e. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Contoh: Kata hajir, " Saya gembira sekali."
f. Tanda koma dipakai di antara (1) nama dan alamat, (2) bagian-bagian kalimat, (3)
tempat dan tanggal, dan (4) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Contoh:
Surat ini harap dialamatkan kepada Kepala Sekolah MA Darul Ma'wa, Jalan Raya
Plandirejo, Plumpang.
g. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang ditulis terbalik susunannya
dalam daftar pustaka.
Contoh: Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan
2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat.
h. Tanda koma dipakai di antara nama bagian-bagian dalam catatan kaki.
Contoh: W.J.S. Purwadarminta, Bahasa Indonesia untuk karang-mengarang (
Yogyakarta: UP Indonesia. 1967), hlm. 4
Sketsa Bahasaku
Fonologi
9
i. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik untuk membedakan arti
singkatan dan nama diri, keluarga, atau marga.
Contoh: Ahmad Syamsu, S.Pd.
j. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka.
Contoh: 12,5 m, Rp 100,20
k. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi.
Contoh: Guru saya, Pak Anwar pandai sekali bahasa Arab.
l. Tanda koma dapat dipakai --untuk menghidari salah bacadi belakang keterangan yang
terdapat pada awal kalimat.
Contoh: Dalam belajar bahasa Indonesia, kita memerlukan kemauan yang kuat.
m. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang
mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau
tanda seru.
Contoh: "Siapa nama Saudara?" saya Nasrotul.

3. Tanda Titik Koma ( ; )
a. Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan
setara.
Contoh: Malam makin larut; pekerjaan belum juga selesai.
b. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan
kaliat yang setara di dalam satu kalimat majemuk/
Contoh: Ayah bekerja di sawah; Ibu memasak di dapur.
4. Tanda Titik Dua ( : )
a. Tanda titik dua dapat dipakai di akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau
pemerian.
Contoh: Kita sekarang membutuhkan: buku, bolpen, pencil, dll.
Catatan:
Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan pelengkap yang
mengakhiri pernyataan.
Sketsa Bahasaku
Fonologi
10
Contoh: Kita memerlukan buku, bolpen, pencil, dll.
b. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Contoh:
Kepsek : Ahmad Anwar, S.Ag.
c. Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku
dalam percakapan.
Contoh: Ibu : .
d. Tanda titik dua dipakai (1) di antara jilid atau nomor halaman, (2) di antara bab dan ayat
dlam kitab suci, (3) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta (4) nama kota
dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Contoh: Tempo, I (1971), 34:7

5. Tanda Hubung ( - )
a. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
Contoh:




Suku kata yang berupa satu vokal tidak ditempatkan pada ujung baris atau pangkal baris.

atau

b. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata dibelakangnya atau akhiran
dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.
Contoh:


c. tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Contoh: anak-anak, buku-buku, dll.
d. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Di samping cara-cara lain itu ada huga ca-
ra yang baru
Di samping cara-cara lam itu
ada huga ca-ra yang baru
Di samping cara-cara lam
itu ada huga ca-ra yang
baru
Sekarang ada cara baru untuk men-
cari pacar yang cantik.
Sketsa Bahasaku
Fonologi
11
Contoh: c-i-n-t-a, 25-06-1988, dll.
e. tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (1) hubungan bagian-bagian kata atau
ungkapan, dan (2) penghilangan bagian kelompok kata.
Contoh: ber-evolusi, dua puluh lima-ribuan.
f. tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (1) se- dengan kata yang berikutnya yang
dimulai dengan huruf kapital, (2) ke- dengan angka, (3) angka dengan an, dan (4)
singkatan huruf kapital dengan imbuhan atau kata, serta (5) nama jabatan rangkap.
Contoh: Menteri-Sekretaris Negara, se-Indonesia, 50-an, dll.
g. tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur
bahasa asing.
Contoh: di-smash,dll.

6. Tanda Pisah ( -- )
a. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar
bangun kalimat.
Contoh: Kemajuan MA Darul Ma'wasaya yakin akan lebih baikperlahan-lahan
meningkat.
b. Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keer ngan yang lain sehingga
kalimat menjadi lebih jelas.
Contoh: Alat-alat ini pensil, buku, bolpen, dll.diperlukan dalam belajar.
c. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti sampai.
Contoh: 1988-2007, Landean-Plandirejo, dll.

7. Tanda Elipsis ( )
a. Dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Contoh: kalau begitu ya, marilah kita berdamai saja.
b. menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat ada bagian yang dihilangkan.
Contoh: sebab-sebab kemerosotan akan diteliti lagi.
Catatan:
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri suatu kalimat, maka menggunakan empat titik;
tiga buah titik untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat.
Sketsa Bahasaku
Fonologi
12
8. Tanda Tanya ( ? )
a. Dipakai pada akhir kalimat Tanya.
b. Dipakai dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau
yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh: Saya dilahirkan pada tahun 1988 ( ? )

9. Tanda Seru ( ! )
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah
menggambarkan kesungguhan, ketidak percayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.

10. Tanda Kurung ( () )
a. Mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
b. mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
c. mengapit huruf atau kata yang kehadirannya dalam teks dapat dihilangkan.
d. Mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.

11. Tanda Kurung Siku ( [ .. ] )
a. Mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat
atau bagian kalimat yang ditulis orang lain.
b. Mengapit keterangan kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.

12. Tanda Petik ( "" )
a. Mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan
tertulis lainnya.
Contoh: "Saya belum siap," kata tatik.
b. Mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Contoh: Sajak " Aku " adalah karya Chairil Anwar.
c. Mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Contoh: Pekerjaan itu dilaksanakan dengan "coba dan ralat" saja.
d. Petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Sketsa Bahasaku
Fonologi
13
e. Tanda baca penutup kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata
atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat.

13. Tanda Petik Tunggal ( ' ' )
a. Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Contoh: Kata Cinta, " Kudengar bunyi 'kring-kring' tadi".
b. Mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan ungkapan asing.

14. Tanda Garis Miring
a. Dipakai dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun
yang terbagi dalam dua tahun takwim.
b. Dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, atau tiap.

15. Tanda Penyingkat atau Apostrof ( ' )
Menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.

IV. Ejaan dalam Peristilahan
1. Ejaan Fonemik, yaitu ejaan yang hanya satuan bunyi saja yang berfungsi dalam bahasa
Indonesia yang dilambangkan dengan huruf.
Contoh:
presiden bukan president
2. Ejaan Etimologi, yaitu ejaan untuk menegaskan makna yang berbeda dari isilah yang
homonym dengan memperimtimbangkan etimologinya yakni sejarah sehingga bentuknya
berlainan meskipun lafalnya sama.
Contoh:
bank dengan bang
3. Ejaan Nama Diri, termasuk merek dagang yang di dalam bahasa aslinya ditulis dengan
huruf latin dieja menurut rekomendasi ISO, ejaan Inggris yang lazim atau ejaan Cina.
Contoh:
Aquadag Daeron
Sketsa Bahasaku
Fonologi
14
4. Trasliterasi, yakni penggantian huruf demi huruf dari abjad satu ke abjad yang lain, lepas
dari bunyi lafal yang sebenarnya.
Contoh:
Yaum ul-huda ( hari kurban )
Psyche ( jiwa, batin )

Anda mungkin juga menyukai