Tahun
1,5-2
Tahun
5-6
Tahun
7-8
I 7
16(14,5-
16,5)
2-3
1,5-2 5-6 7-9
C 7,5 17(15-18) 9
2,5-3
6-7 10-12
M 8
15,5(14
-
17)
6
2-2,5 4-5 9-11
M 10
18,5(16-
23,5)
10-12
3 4-5 11-12
Kronologi Gigi Permanen
Gigi Inisiasi
Kalsifikasi
dimulai
Pembentukan
mahkota
selesai
Erupsi
Pembentukan
akar selesai
I
Bl
5 - 5
(janin)
3 - 4 bulan
Tahun
4 - 5
Tahun
Tahun
I
5 5
(janin)
bulan
4 - 5
C
5,5 - 6
(janin)
4-5 bulan 6 - 7
P Lahir
tahun
5 - 6
12 - 13
P 7,5 - 8
tahun
6 - 7
M
3,5 - 4
(janin)
Lahir 2,5 - 3 6 - 7 9 - 10
M 8,5 - 9
2,25 - 3
tahun
7 - 8
M
3,5 - 4
(tahun)
8 - 10 tahun 12 - 16 17 - 21 18 - 25
5. Proses Pembentukan Lengkung Rahang
Tulang rawan dan tulang rangka mandibula terbentuk dari sel neural crest
embrionik yang muncul pada daerah midbrain dan hindbrain dari lipatan neural.
Sel-sel ini berpindah ke ventral untuk membentuk tonjolan mandibula (dan
maksila) serta fasial, berdiferensiasi menjadi tulang dan jaringan ikat.
Mandibula berasal dari membran osifikasi dan faktor neurotropik dari
kondensasi ektomesensimal pada hari perkembangan ke 36-38.
Pada bayi lengkung rahang dibentuk oleh karena adanya condyle mandibula
yang miring hampir horizontal. Keadaan tersebet menyebabkan pertumbuhan
condyle sehingga menyebabkan terbentuknya rahang yang panjang.Pada tahap
awal pertumbuhan kepala condyle dari ramus yang lebar menyebabkan
perbedaan posterior dari kedua tubuh mandibula yang berbentuk V . Pelebaran
tubuh pada mandibula berkembang , sehingga terjadi gerakan pergeseran
kearah belakang dari ramus. Hal tersebut menyebabkan tubuh mandibula
memanjang dan menyebabkan daerah posterior molar mengarah kedepan dan
membuat erupsipada gigi molar.
Pada perkembangannya lengkung rahang juga dipengaruhi oleh erupsi gigi
geligi. Erupsi ini menyebabkan pergerakan erupsi yang mempengaruhi
pertumbuhan dari tualang rahang panjang dan lebabr apabila gigi tanggal. Hal
tersebut menyebabkan tulang rahang disekitar gigi mengaami ketertinggalan
dalam pertumbuhan.
Faktor faktor yang mempengaruhi
Genetik :
- Berperan dalam menentukan dimensi panjang, lebar, dan lengkung
pada rahang.
Lingkungan :
- Kebiasaan oral seperti menghisap dot, menyebabkan lengkung rahang
menngecil.
- Kebiasaan bernapas lewat mulut, menyebabkan lengkung rahang
menngecil.
Lokal :
- Mal nutrisi, menyebabkan lengkung rahang menngecil.
- Otot rongga mulut yang kuat , menyebabkan meningkatnya
mekanisme pengunyahan sehingga lengkung rahang membesar dan
memicu pertumbuhan sutura dan aposisi tulang.
- Kehilangan benih gigi desidui karena karies, trauma, resorbsi
prematur akar gigi , menyebabkan lengkung rahang menngecil.
OKLUSI
Oklusi berasal dari kata occlusion, yang terdiri dari dua kata yakni oc yang
berarti ke atas (up) dan clusion yang berarti menutup (closing). Jadi occlusion
adalah closing up atau menutup ke atas. Dengan demikian pengertian oklusi
adalah berkontaknya gigi geligi rahang atas dengan permukaan gigi geligi rahang
bawah pada saat kedua rahang tersebut menutup.
Oklusi, yaitu hubungan antara gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah di
mana terdapat kontak sebesar-besarnya antara gigi-gigi tersebut.
Oklusi normal ialah hubungan yang harmonis antara gigi-gigi di rahang
yang sama dan gigi-gigi di rahang yang berlainan di mana gigi-gigi dalam kontak
yang sebesar-besarnya dan kondilus mandibularis terdapat dalam fossa glenoidea.
Oklusi normal merupakan hasil pertumbuhan dan perkembangan yang baik dari
alat pengunyah dan meliputi hal yang kompleks, antara lain :
1. Kedudukan gigi rahang atas dan rahang bawah dalam posisi normal.
2. Fungsi yang normal dari jaringan dan otot-otot pengunyah.
3. Hubungan persendian yang normal.
Oklusi normal adalah posisi relatif anteroposterior dari molar pertama gigi
permanen yang digunakan untuk menetapkan hubungan lengkung gigi. Oklusi
dikatakan ideal apabila susunan gigi dalam lengkung rahang teratur dengan baik
serta terdapat hubungan yang harmonis antara gigi rahang atas dengan rahang
bawah, hubungan seimbang antar gigi, tulang rahang, terhadap tengkorak, dan
otot sekitarnya yang dapat memberikan keseimbangan fungsional sehingga
memberikan estetika yang baik.
Menurut Andrew (1972), terdapat enam prinsip oklusi ideal yaitu,
1. Hubungan yang tepat dari gigi-gigi molar pertama tetap pada bidang sagital.
2. Angulasi mahkota gigi-gigi insisivus yang tepat pada bidang transversal.
3. Inklinasi mahkota gigi-gigi insisivus yang tepat pada bidang sagital.
4. Tidak adanya rotasi gigi-gigi individual.
5. Kontak yang akurat gigi-gigi individual dalam masing-masing lengkung
gigi tanpa celah maupun berjejal.
6. Bidang oklusal yang datar atau sedikit melengkung.
Bila terdapat salah satu atau beberapa prinsip tersebut tidak tepat, hubungan
oklusi dari gigi geligi dikatakan tidak ideal atau terdapat modifikasi pada oklusi.
Kriteria Dr.Angle tentang relasi lengkung-lengkung gigi atas dan bawah ialah
posisi molar-molar tetap pertama, pada oklusi normal, tonjol (cusp) mesio-bukkal
molar pertama atas terletak pada groove bukkal dari molar pertama bawah.
PERKEMBANGAN OKLUSI GIGI SULUNG
Seluruh gigi geligi susu akan lengkap erupsi pada anak berumur lebih
kurang 2,5 tahun. Pada periode ini lengkung gigi pada umumnya berbentuk oval
dengan gigitan dalam ( Deep bite ) pada overbite dan overjet dan dijumpai adanya
generalized interdental spacing ( celah celah diantara gigi- geligi ). Hal ini
terjadi karena adanya pertumbuhan tulang rahang kearah transversal untuk
mempersiapkan tempat gigi gigi permanen yang kan tumbuh celah yang terdapat
dimenssial cainus atas dan disebelah distal caninus bawah disebut primate space
. Primate space ini diperlukan pada early mesial shift .
Adanya celah celah ini memberi kemungkinan gigi-gigi permanen yang
akan erupsi mempunyai cukup tempat, sebaiknya bila tidak ada memberi indikasi
kemungkinan terjadi gigi berjejal ( crowding ).
Dalam periode gigi desidui dikenal interdental space, primate space dan
leeway space; Ketiganya memiliki kegunaan sendiri-sendiri meskipun tujuannya
sama yaitu memberikan kesempatan agar gigi geligi tersusun baik dalam
lengkungnya.
Interdental space
1. Interdental space terjadi karena adanya pertumbuhan rahang, sedangkan
ukuran gigi tidak bertambah besar.
2. Terjadi diregio anterior, sering juga diregio posterior pada kasus tertentu,
misalnya adanya kelainan ukuran gigi berhubungan dengan ektodermal
displasia ringan yang menyebabkan gigi geligi ukurannya kecil.
3. Diregio anterior gigi-gigi incisivus permanen ukurannya kira-kira 1,5 kali
ukuran gigi desidui, sehingga adanya interdental space memberi kesempatan
untuk erupsi lurus, akan tetapi pada awal erupsinya terlihat gigi incisivus
pertama permanen tidak Iangsung tertata rapi dalam lengkung, kelihatan sisi
mesial dan gigi tersebut agak Iebih ke lingual danipada sisi distalnya.
Kondisi mi akan terkoreksi dengan sendirinya dan kemudian nanti disusul
dengan erupsinya gigi incisivus permanen kedua yang akan erupsi sedikit
lebih ke distal mendorong gigi kaninus desidui kearah distal. Proses ini
dinamakan distal ajustmen.
4. Dalam beberapa kasus temyata gigi kaninus desidui menjadi goyah dan
tanggal akibat erupsinya gigi incisivus permanen kedua ini. Gigi incisivus
permanen kedua inii mengalami ectopic eruption, yaitu pergeseran erupsi
gigi keluar dan arah yang sebenarnya. Keadaan ini dapat menimbulkan
berkurangnya space.
5. Ectopic eruption penyebabnya adalah heriditer, dan yang juga sering
mengalami ectopic adalah gigi molar permanen pertama rahang atas.
Primate space
1. Primate space lebih senng dimanfaatkan pada proses erupsinya gigi molar
pertama permanen dalam mencapai oklusi normal.
2. Dalam erupsinya gigi molar pertama permanen bawah, dan kondisi flush
terminal plane, mendesak ke mesial yang akan menyebabkan deretan gigi
molar desidui kedua dan gigi molar pertama desidui terdesak sehingga
primate space rahang bawah yang terletak antara gigi molar desidui pertama
dengan gigi kaninus desidul menghilang.
3. Gigi molar pertama permanen atas desakannya tidak sebesar yang bawah,
karena arah erupsi nya tidak langsung kemesial seperti gigi bawah.
4. Gigi molar pertama permanen rahang atas maupun rahang bawah dapat
mencapai hubungan kelas I Angle dengan memanfaatkan primate space ini
dinamakan early mesial shift.
Leeway space
1. Nance mengetengahkan pendapatnya bahwa ada perbedaan jumlah ukuran
mesio distal gigi incisivus pertama, incisivus kedua dan kantnus desidui
denganjumlah ukuran mesio distal gigi-gigi premolar pertama, premolar
kedua dan kaninus permanen, dan gigi-gigi desidui tersebut lebih besar
daripada gigi permanen penggatinya.
2. Dalam penelitiannya Nance mendapatkan berbagai perbedaan antara 0-4
mm. Rata-rata selidih tersebut adalah 0,9 mm untuk rahang atas dan 1,7 mm
untuk rahang bawah setiap kwadrannya.
3. Dalam erupsinya, dari kondisi flush terminal plane, kadang-kadang gigi
molar pertama permanen tidak menggeser gigi molar kedua dan gigi molar
pertama desidui karena memang tidak ada primate space. Pada saat terjadi
pergantian gigi kaninus desidui, gigi molar pertama desidui, gigi molar
kedua desidui oleh gigi gigi kaninus, premolar pertama dan kedua, sisa
space dimanfaatkan oleh gigi molar pertama permanen menggeser kemesial
sehingga tercapai hubungan kelas 1 Angle. Ini dinamakan late mesial shift
4. Pergeseran gigi molar permanen ke mesial disebut mesial drifting tendency.
Pertanyaan pada STEP 7
1. Mengapa erupsi tidak tumbuh secara bersamaan?
Karena pada tahap morfodiferensiasi sudah ditentukan mana sel yang akan
membuat Insisivus 1, Insisivus 2, dan lainnya. Kemudian adanya perbedaan
waktu erupsi karena jaringan periodontal mempengaruhi proses erupsi.
Namun, proses pertumbuhan antara gigi sulung dan gigi permanen sama.
2. Mengapa erupsi tidak langsung gigi permanen?
Karena fungsi gigi susu memberi jalan gigi permanen untuk tumbuh, tidak
mungkin pula rahang ketika masih dini akan cukup untuk memuat gigi-gigi
permanen.
3. Menapa ada Molar 3 tidak dapat erupsi ?
Ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan hal tersebut, salah satunya
yaitu karena Molar 3 merupakan gigi yang paling lama erupsi (18 tahun).
Posisi pada mandibula pada angulusnya kemungkinan tidak dapat tumbuh
dengan baik sehingga tidak cukup untuk Molar 3 erupsi. Hal tersebut dapat
dipastikan dengan melakukan melakukan foto rontgen agar dapat terlihat
adakah benih gigi Molar 3 atau tidak. Jika ada, tapi tidak erupsi tetap
tumbuh dengan posisi yang tidak vertikal melainkan horinzontal misalnya.
4. Apa yang mempengaruhi overbite dan overjet?
Dapat diakibatkan karena kebiasaan buruk.
Beberapa kebiasaan merangsang pertumbuhan rahang secara normal
misalnya gerakan bibir dan penguyahan yang fisiologis. Kebiasaan
abnormal mempengaruhi pola pertumbuhan fasial yang akan mempengaruhi
fungsi orofasial yang mempunyai pengaruh penting pada pertumbuhan
kraniofasial dan fisiologi oklusal. Kebiasaan buruk dan kebiasaan otot
menghambat pertumbuhan tulang, malposisi gigi, hambatan pernapasan,
gangguan bicara, keseimbangan otot fasial dan problem psikologis.
a) Mengisap jempol dan mengisap jari
Bila kebiasaan ini sudah tampak pada minggu pertama kehidupan
biasanya disebabkan oleh problem makan. Bila kebiasaan ini dilakukan
pada anak usia yang lebih lanjut biasanya disebabkan oleh problem
psikologis. Arah dan kekuatan pada gigi-gigi selama mengisap jempol
menyebabkan incisivus atas tertekan ke labial, incisivus bawah tertekan
ke lingual, otot- otot pipi menekan lengkung gigi didaerah lateral ke
arah lingual.
b) Menjul urkan lidah Ada 2 tipe :
1. Simple tongue thrust swallow Biasanya berhubungan dengan
kebiasaan mengisap jari.
2. Complex tongue thrust swallow Biasanya disebabkan oleh karena
gangguan nasorespiratori kronis, bernapas lewat mulut, tosilitis
atau pharingitis.
Pada penelanan normal, gigi dalam kontak, bibir menutup, punggung
lidah terangkat menyentuh langit-langit. Pada penelanan abnormal yang
disebabkan pembengkaan tonsil atau adenoid, lidah tertarik dan
menyentuh tonsil yang bengkak, akan menutup jalan udara, mandibula
turun, lidah menjulur ke depan menjauhi pharynk, dengan mandibula
turun bibir harus berusaha menutup untuk menjaga lidah dalam rongga
mulut dan menjaga efek penelanan dapat rapat sempurna.
Diastemata dan open bite anterior merupakan akibat dari kebiasaan
menjulurkan lidah.
a. Mengisap dan menggigit bibir Mengisap bibir dapat sendiri atau
bersamaan dengan mengisap ibujari. Dapat dilakukan pada bibir atas
atau pada bibir bawah. Bila dilakukan dengan bibir bawah maka
maloklusi yang ditimbulkan adalah labioversi gigi depan atas, open
bite, lunguoversi gigi depan rahang bawah.
b. Posture Sikap tubuh mempengaruhi posisi mandibula. Seseorang
dengan sikap kepala mendongak, dagu akan menempati posisi ke
depan, pada sikap kepala menunduk maka pertumbuhan mandibula bisa
terhambat.
c. Mengigit kuku Menyebabkan malposisi gigi.
d. Kebiasaaan buruk yang lain Kebiasaan menggendong bayi hanya pada
satu sisi menyebabkan kepala dan muka menjadi asimetri. Kebiasaan
atau posisi tidur, dengan bantal atau dengan lengan, bertopang dagu.
Kebiasaan mengigit pensil dan lain-lain.
Kesimpulan
Pertumbuhan dan perkembangan gigi diawali dengan stomodeum
membentuk lamina gigi hingga berlanjut dengan tahap Bud Stage, Cap
Stage, Bell Stage, Morfodiferensiasi, Aposisi, hingga Kalsifikasi Gigi.
Gigi geligi terbagi menjadi 2, yaitu gigi sulung dan gigi permanen.
Dimana keduanya terjadi proses erupsi, yaitu proses yang
berkesinambungan dimulai dari tahap pembentukan gigi sampai gigi
menembus mukosa ginggiva. Pergantian gigi dengan tanggalnya gigi
sulung digantikan gigi permanen disebut eksfoliasi.
Proses pertumbuhan dan perkembangan gigi dapat dipengaruhi faktor-
faktor tertensu seperti, faktor genetik, lingkungan dan sebagainya yang
dapat menyebabkan kelainan gigi, contohnya Hipodonsia atau gagal
berkembangnya benih gigi.
DAFTAR PUSTAKA
Itjiningsih W.H. Anatomi Gigi. 1991. Jakarta : EGC
Jurnal Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi Universitas Sumatera Utara
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16855/4/Chapter%20II.pdf
http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/50198/1388b367b83c20b40c6ba
8c7b155e8fe
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21837/3/Chapter%20II.pdf
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/henny.koesmaningati/material/skripsire
ni-digital126375-r17-pro-205hubunganantara-ha.pdf
Sadler, T.W. 2009. Embriologi Kedokteran Langman, Ed. 10. Jakarta: EGC.
Sperber,G.H.1991.Embriologi Craniofasial.Jakarta:Hipokrates