Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO II BLOK STOMAGTONASI I


SEMESTER GENAP 2013/ 2014

Oleh Kelompok 4:

Ketua : Aditya Pristyhari (131610101034)
Sekertaris Papan : Dhystika Zhahrah (131610101048)
Sekertaris Meja : Farah Firdha A (131610101046)
Anggota : Muhammad Fahmi (131610101026)
Canggih Patriot B (131610101032)
Ari Kurniasari (131610101038)
Arini Al-Haq (131610101040)
Galuh Cita S R (131610101041)
Pungky Anggraini (131610101042)
Nur Sita Dewi (131610101045)
Cynthia Octavia (131610101047)


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat
dan Hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan Laporan Tutorial yang berjudul
Laporan Tutorial Skenario II Blok Stomatognasi I tanpa suatu kendala yang
berarti.
Kami ucapkan terima kasih kepada :
1) drg. Depi Praharani, M.Kes yang telah memberikan waktu untuk menjadi tutor
kami dalam diskusi tutorial.
2) Anggota Kelompok IV yang telah berperan aktif dalam diskusi serta
penyusunan laporan tutorial.
Kami berharap laporan tutorial ini dapat bermanfaat untuk pendalaman
materi pada Blok Stomatognasi I. Demi perbaikan pada tutorial berikutnya kami
menerima saran, kritik, masukan dari segenap pihak yang lebih berkompetensi.



Jember, 14 Februari 2014













STEP 1 (Identifikasi Kata Sulit)
Erupsi :
dari istilah erumpere (memunculkan/menetaskan)
Proses Erupsi :
merupakan proses terbentuknya gigi dari awal benih gigi sampai muncul
pada mukosa mulut (gingiva)
Gigi Sulung/Gigi Primer/ Gigi Susu/Gigi Anak :
Gigi geligi pada anak-anak, serta sebagai tempat cikal bakal dari Gigi
Permanen. Terdapat 20 gigi, ada 5 setiap kuadran yang terdiri dari gigi
Insisivus I, Insisivus II, Caninus, Molar I, Molar II.
Gigi Permanen :
Gigi Tetap sebagai ganti Gigi Sulun. Terdapat 32 gigi, ada 8 disetiap
kuadran yang terdiri dari Insisivus I, Insisvus II, Caninus, Premolar I,
Premolar II, Molar I, Molar II, Molar III.
Mahkota Gigi :
Bagian gigi yang dilapisi jaringan enamel dan normal terletak diluar
jaringan gingiva.
Intra Uterin :
Didalam terus/rahim

STEP 2 (Rumusan Masalah)
1. Bagaimana proses pertumbuhan dan perkembangan gigi?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan gigi serta mengapa dapat terjadi erupsi?
3. Mengapa proses erupsi baru akan mulai kalau gigi sudah selesai tahap
pertumbuhannya?
4. Apa saja kelainan yang dapat terjadi pada pertumbuhan dan perkembangan
gigi?



STEP 3
1. Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi
Tahap Perkembangan Gigi Tahap perkembangan adalah sebagai berikut
a. Inisiasi (bud stage)
Inisiasi merupakan permulaan terbetuknya benih gigi dari epitel mulut.
Sel-sel tertentu pada lapisan basal dari epitel mulut berproliferasi lebih
cepat daripada sel sekitarnya . Hasilnya adalah lapisan epitel yang
menebal di regio bukal lengkung gigi dan meluas sampai seluruh
bagian rahang atas dan bawah.
b. Proliferasi (cap stage)
Lapisan sel-sel mesenkim yang berada pada lapisan dalam mengalami
proliferasi, memadat, dan bervaskularisasi membentuk papil gigi yang
kemudian membentuk dentin dan pulpa pada tahap ini. Sel-sel
mesenkim yang berada disekeliling organ gigi dan papila gigi memadat
dan fibrous, disebut kantong gigi yang akan menjadi sementum,
membran periodontal, dan tulang alveolar.
c. Histodiferensiasi (bell stage)
Pada tahap ini terjadi diferensiasi. Sel-sel epitel enamel dalam (inner
email ephithelium) menjadi semakin panjang dan silindris, disebut
sebagai ameloblas yang akan berdiferensiasi menjadi enamel dan sel-sel
bagian tepi dari papila gigi menjadi odontoblas yang akan
berdiferensiasi menjadi dentin.
d. Morfodiferensiasi
Sel pembentuk gigi tersusun sedemikian rupa dan dipersiapkan untuk
menghasilkan bentuk dan ukuran gigi selanjutnya. Proses ini terjadi
sebelum deposisi matriks dimulai. Morfologi gigi dapat ditentukan bila
epitel enamel bagian dalam tersusun sedemikian rupa sehingga batas
antara epitel enamel dan odontoblas merupakan gambaran
dentinoenamel junction yang akan terbentuk. Dentinoenamel junction
mempunyai sifat khusus yaitu bertindak sebagai pola pembentuk setiap
macam gigi. Terdapat deposit enamel dan matriks dentin pada daerah
tempat sel-sel ameloblas dan odontoblas yang akan menyempurnakan
gigi sesuai dengan bentuk dan ukurannya.
e. Aposisi
Pembentukan matriks keras gigi baik pada enamel, dentin, dan
sementum terjadi pada tahap ini. Matriks enamel terbentuk dari sel-sel
ameloblas yang bergerak ke arah tepi dan telah terjadi proses kalsifikasi
sekitar 25 %-30%.
f. Tahap Kalsifikasi Gigi
Tahap kalsifikasi adalah suatu tahap pengendapan matriks dan garam-
garam. Kalsifikasi akan dimulai di dalam matriks yang sebelumnya
telah mengalami deposisi dengan jalan presipitasi dari satu bagian ke
bagian lainnya dengan penambahan lapis demi lapis. Pada tahap ini
terjadi kematangan gigi.
g. Tahap Erupsi gigi
Proses fisiologis berupa proses pergerakan gigi yang dimulai dari
tempat pembentukan gigi dalam tulang alveolar kemudian gigi
menembus gingiva sampai akhirnya gigi mencapai dataran oklusal.
Gerakan dalam proses erupsi gigi adalah ke arah vertikal tetapi selama
proses erupsi gigi berlangsung. Proses erupsi gigi dimulai sebelum
tanda pertama mineralisasi dimana proses erupsi gigi ini terus-menerus
berlangsung tidak hanya sampai terjadi kontak dengan gigi
antagonisnya, tetapi juga sesudahnya, meskipun gigi telah difungsikan.
Proses erupsi gigi berakhir bila gigi telah tanggal.
h. Tahap Eksofilasi
Tahap penanggalan gigi susu digantikan oleh gigi permanen.

2. Faktor-faktor Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi :
a. Faktor Genetik (Keturunan)
Faktor genetik dapat mempengaruhi kecepatan waktu erupsi gigi.
Faktor genetik mempunyai pengaruh terbesar dalam menentukan
waktu dan urutan erupsi gigi, termasuk proses kalsifikasi. Menurut
Stewart, pengaruh faktor genetik terhadap erupsi gigi adalah sekitar
78%.
b. Faktor Ras
Perbedaan ras dapat menyebabkan perbedaan waktu dan urutan erupsi
gigi permanen. Waktu erupsi gigi orang Eropa dan campuran Amerika
dengan Eropa lebih lambat daripada waktu erupsi orang Amerika
berkulit hitam dan Amerika Indian.
c. Jenis Kelamin
Waktu erupsi gigi permanen mandibula dan maksila terjadi bervariasi
pada setiap individu. Pada umumnya waktu erupsi gigi anak
perempuan lebih cepat dibandingkan dengan anak laki-laki.
d. Faktor Lingkungan
Pertumbuhan dan perkembangan gigi dipengaruhi oleh faktor
lingkungan tetapi tidak banyak mengubah sesuatu yang telah
ditentukan oleh faktor keturunan, pengaruh faktor lingkungan terhadap
waktu erupsi gigi adalah sekitar 20%.
Faktor-faktor yang termasuk ke dalam faktor lingkungan, antara lain :
1. Sosial ekonomi
Tingkat sosial ekonomi dapat mempengaruhi keadaan nutrisi,
kesehatan seseorang dan faktor lainnya yang berhubungan. Anak
dengan tingkat ekonomi rendah cenderung menunjukkan waktu
erupsi gigi yang lebih lambat dibandingkan dengan anak yang
tingkat ekonomi menengah.
2. Nutrisi
Faktor pemenuhan gizi dapat mempengaruhi waktu erupsi gigi dan
perkembangan rahang. Nutrisi sebagai faktor pertumbuhan dapat
mempengaruhi erupsi dan proses kalsifikasi. Keterlambatan waktu
erupsi gigi dapat dipengaruhi oleh faktor kekurangan nutrisi,
seperti vitamin D dan gangguan kelenjar endokrin. Pengaruh
nutrisi terhadap perkembangan gigi adalah sekitar 1%.

e. Faktor Penyakit
Gangguan pada erupsi gigi permanen dapat disebabkan oleh penyakit
sistemik dan beberapa sindroma, seperti Down syndrome,
Cleidocranial dysostosis, Hypothyroidism, Hypopituitarism, beberapa
tipe dari Craniofacial synostosis dan Hemifacial atrophy.
f. Faktor Lokal
Faktor-faktor lokal yang dapat mempengaruhi erupsi gigi adalah jarak
gigi ke tempat erupsi, malformasi gigi, adanya gigi yang berlebih,
trauma dari benih gigi, mukosa gusi yang menebal, dan gigi sulung
yang tanggal sebelum waktunya.
Teori mekanisme erupsi gigi dapat dibagi dalam 2 kelompok, yaitu :
o Gigi didorong atau didesak keluar sebagai hasil dari kekuatan yang
dihasilkan dari bawah dan disekitarnya, seperti pertumbuhan tulang
alveolar, akar, tekanan darah atau tekanan cairan dalam jaringan
(proliferasi).
o Gigi mungkin keluar sebagai hasil dari tarikan jaringan
penghubung di sekitar ligamen periodontal.

Pertanyaan :
Mengapa erupsi gigi pada wanita lebih dulu terjadi daripada lelaki?
Karena perbedaan jenis kelamin, pada dasarnya memang wanita lebih dulu
mengalami pertumbuhan yang lebih cepat daripada lelaki.

3. Proses erupsi akan mulai setelah selesai tahap pertumbuhan yaitu karena
pada tahap morfogenesis terbentuk odontoblas kemudian menghasilkan
sementoblas yang tetap bekerja membentuk akar sehingga baru akan
terjadi erupsi. Kemudian pada tahap tersebut juga terdapat jaringan-
jaringan bermacam seperti jaringan keras dan enamel dimana
mempengaruhi jaringan sekitar lainnya sehingga ada pendesakan
pertumbuhan keatas (erupsi).

4. Kelaianan yang dapat terjadi pada pertumbuhan dan perkembangan gigi
yaitu,
Adodonsia
Hiperdonsia (kekurangan gigi)
Dilaserasi (gigi berjejal)
Konkersen (akar gigi menyambung)
Fusi (gigi menggabung)
Diasten (celah/ruang pada gigi)
Terodonsia (dari luar terlihat normal, namun bila dirontgen terlihat ruang
gigi rusak)
Kelainan warna gigi (karena pemakaian tetrasiklin)
Contoh :
Gigi berwarna kuning, kehijauan, coklat
Salah satu gigi lebih putih dari lainnya
Kelainan ukuran gigi
Makrodonsia (gigi lebih besar dari ukuran normal)
Mikrodonsia (gigi lebih kecil dari ukuran normal)
Akibat Sindrom Down (keterlambatan erupsi gigi)













STEP 4 (Skema)






























Proses Pertumbuhan & Perkembangan
Gigi
Intra Uterin
Gigi Sulung Gigi Permanen
Erupsi Gigi
Sulung

Faktor yang
Mempengaruhi
Pertumbuhan &
Perkembangan Gigi
Eksfoliasi

Erupsi Gigi
Permanen

- Waktu
Eupsi
- Perubahan
Lengkung
Rahang
- Oklusi

Erupsi
Gigi

Kelainan Gigi

Pertumbuhan &
Perkembangan
Gigi

STEP 5 (Learning Objective)
1. Mengetahui dan memahami proses pertumbuhan dan perkembangan Gigi
Sulung dan Gigi Permanen.
2. Mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan Gigi Sulung dan Gigi Permanen.
3. Mengetahui dan memahami kelainan-kelainan yang dapat terjadi
pertumbuhan dan perkembangan Gigi Sulung dan Gigi Permanen.
4. Mengetahui dan memahami waktu erupsi pertumbuhan dan perkembangan
Gigi Sulung dan Gigi Permanen.
5. Mengetahui dan memahami perubahan lengkung rahang dan oklusi pada
pertumbuhan dan perkembangan Gigi Sulung dan Gigi Permanen.

STEP 6 (Belajar Mandiri)


















STEP 7 (Pembahasan)
1. Regulasi Molekular Pembentukan Gigi
Gigi hanya terdapat pada vertebrata dan sejajar dengan kemunculan
evolusioner krista neuralis. Pembentukan gigi mencerminkan suatu contoh
klasik interaksi epitel-mesenkim, dalam hal ini antara epitel di sebelah atas
dan mesenkim yang berasal dari krista neuralis di bawahnya. Pembentukan
pola dari gigi seri sampai geraham diatur oleh ekspresi kombinasi gen-gen
HOX di mesenkim. Dalam kaitannya dengan pembentukan masing-masing
gigi, epitel mengatur diferensiasi hingga stadium tunas, di saat fungsi
regulasi dipindahkan ke mesenkim. Sinyal untuk pembentukan mencakup
faktor-faktor pertumbuhan, yaitu WNT, protein morfogenetik tulang (BMP),
dan faktor pertumbuhan fibroblast (FGF); faktor yang disekresikan, yaitu
sonic hedgehog (SHH); dan faktor transkripsi seperti MSX1 dan 2 yang
berinteraksi melalui jalur kompleks untuk menghasilkan diferensiasi sel dan
pembentukan pola masing-masing gigi. Gigi juga tampaknya memiliki suatu
pusat sinyal yang mewakili organizer untuk pembentukan gigi seperti
aktivitas nodus selama gastrulasi. Region pengatur ini disebut simpul email,
dan tampaknya merupakan suatu daerah berbatas tegas epitel gigi di puncak
tunas gigi. Simpul ini kemudian membesar pada stadium topi menjadi
kelompok sel yang terkemas rapat tetapi mengalami apoptosis (kematian
sel) dan lenyap pada akhir9 stadium ini. Selagi ada, simpul ini
mengekspresikan FGF4, SHH, dan BMP2 dan 4. FGF4 dapat mengatur
pertumbuhan keluar tunas seperti waktu ikut serta dalam pertumbuhan tunas
ekstremitas yang dihasilkan oleh apical ectodermal ridge (AER); BMP4
mungkin mengatur penentuan saat apoptosis sel-sel di simpul email.

Waktu Pembentukan Gigi dalam Berbagai Tahap Perkembangan
Stadium tunas ; 8 minggu
Stadium topi; 10 minggu
Stadium bel; 3 bulan

Tahap perkembangan adalah sebagai berikut :
1. Inisiasi (bud stage)
Merupakan permulaan terbentuknya benih gigi dari epitel mulut. Sel-sel
tertentu pada lapisan basal dari epitel mulut berproliferasi lebih cepat
daripada sel sekitarnya. Hasilnya adalah lapisan epitel yang menebal di
regio bukal lengkung gigi dan meluas sampai seluruh bagian maksila dan
mandibula. Jaringan odontogenik primer dapat dibedakan dan dikenali
sebagai lamina gigi pada embryo manusia sedini mungkin pada awal
kehamilan 28 hari. Dental lamina terlihat sebagai suatu penebalan jaringan
epitel pada tepi lateral dari stomodeum, dan pada saat mana membran
oropharyngeal pecah. Penebalan epitel berkembang sampai batas-batas
inferior lateral dari tulang maksila dan pada batas-batas superior lateral dari
lengkung mandibula, dimana kedua hubungan tersebut membentuk tepi
lateral dari stomodeum. Permulaan epitel odontogenik timbul kira-kira pada
usia perkembangan 35 hari, pada batas inferior lateral dari tulang
frontonassal, menimbulkan 4 daerah asli yang terpisah dari jaringan
odontogenik gigi geligi rahang atas. Gigi anterior atas berasal dari tulang
lateral rahang atas.




































Gambar 1. Siklus hidup gigi. (AD)Tahap perkembangan gigi. (A)Inisiasi
(bud stage), (B)Proliferasi (cap stage), (C)Histodiferensiasi,
Morfodiferensiasi (bell stage), (D)Aposisi dan dilanjut dengan tahap
kalsifikasi, (E)Sebelum erupsi, (F) Setelah erupsi, (G dan H) Atrisi, (I)
Resesi gingiva dan kehilangan jaringan pendukung sehingga terjadinya
eksfoliasi.


2. Proliferasi (cap stage)
Proliferasi adalah gejala dimana proyeksi dari lamina gigi meluas sampai ke
dasar mesenkim pada tempat yang khusus dan membentuk primordia dari
gigi primer (organ enamel). Lapisan sel-sel mesenkim yang berada pada
lapisan dalam mengalami proliferasi, memadat, dan bervaskularisasi
membentuk papila gigi yang kemudian membentuk dentin dan pulpa pada
tahap ini. Sel-sel mesenkim yang berada di sekeliling organ gigi dan papila
gigi memadat dan fibrous, disebut kantong gigi yang akan menjadi
sementum, membran periodontal, dan tulang alveolar. Lembaran epitel yang
lain, pita alur bibir atau vestibula lamina berkembang hampir berdekatan
dan bersama-sama lamina gigi. Sesudah pembentukan dari sebuah pita
epitel yang padat dan lebar, sel-sel inti pecah dan meninggalkan suatu
ruangan yang besar dibatasi oleh jaringan epitel. Ruangan ini membentuk
garis bibir, pipi dan gusi. Pada perkembangan dari vestibula, lamina
memisahkan pipi dan bibir dari jaringan keras stomodeum.
Gambar 2 : Cap stage, jaringan
mesoderm mendorong jaringan epitel
sehingga terbentuk topi.



3. Histodiferensiasi (bell stage)
Perubahan bentuk organ gigi dari bentuk topi ke bentuk lonceng (bel).
Terjadi diferensiasi seluler pada tahap ini. Selama tahap lonceng, lamina
gigi kehilangan kelanjutannya oleh invasi mesenkim dari jaringan pengikat
di sekitarnya. Tetapi lamina gigi berproliferasi terus secara teratur pada
ujung distalnya untuk membentuk primordia dan gigi tetap. jaringan epitel
merangsang Jaringan mesoderm dan jaringan mesoderm mendorong lagi
jaringan epitel selama perkembangan dari organ enamel, sebuah rangkaian
dari perubahan sel menghasilkan 4 lapisan :

1. Epitel bagian luar dari organ enamel
(Outer Enamel Epithelium)
2. Stellate Retikulum
3. Inner Enamel Epithelium ada 2 :
Stratum Intermediare,
4. Ameloblas
Sel-sel epitel email dalam (inner email epithelium) menjadi semakin
panjang dan silindris, disebut sebagai ameloblas yang akan berdiferensiasi
menjadi email dan sel-sel bagian tepi dari papila gigi menjadi odontoblas
yang akan berdiferensiasi menjadi dentin. Email pertama kali diletakan di
apeks gigi san dari sini menyebar ke arah leher. ketika email menebal ,
ameloblas mundur ke dalam retikulum stelatum. disini sel sel ini mengalami
regresi , untuk sementara menyiksakan suatu membran tipis (kutikula
dentis) di permukaan email. setelah gigi tumbuh (erupsi) , membran ini
secara bertahap terkelupas.
Pembentukan akar gigi dimulai ketika lapisan epitel gigi menembus ke
dalam mesenkim di bawahnya dan membentuk selubung akar epitel. Sel sel
papila dentis meletakkan suatu lapisan dentin yang bersambungan dengan
lapisan mahkota gigi. dengan semakin banyaknya dentin diendapkan ,
rongga pulpa menjadi sempit dan akhirnya membentuk suatu saluran yang
mengandung pembuluh darah dan saraf gigi.
Sel mesenkim yang terletak di luar gigi dan berkontak dengan dentin akar
gigi berdiferensiasi menjadi sementoblas . sel sel ini menghasilkan suatu
lapisan tipis tulang khusus, sementum . diluar lapisan semen , mesenkim
menghasilkan ligamen periodontale . yang menahan gigi secara kuat dalam
posisinya dan berfungsi sebagai peredam kejut .

4. Morfodiferensiasi
Sel pembentuk gigi tersusun sedemikian rupa dan dipersiapkan untuk
menghasilkan bentuk dan ukuran gigi selanjutnya. Proses ini terjadi sebelum
deposisi matriks dimulai. Morfologi gigi dapat ditentukan bila epitel email
bagian dalam tersusun sedemikian rupa sehingga batas antara epitel email
dan odontoblas merupakan gambaran dentinoenamel junction yang akan
terbentuk. Dentinoenamel junction mempunyai sifat khusus yaitu
bertindak sebagai pola pembentuk setiap macam gigi. Terdapat deposit
email dan matriks dentin pada daerah tempat sel-sel ameloblas dan
odontoblas yang akan menyempurnakan gigi sesuai dengan bentuk dan
ukurannya. Di ujung dari lamina dentis kemudian dibentuk lagi tonjolan
kedua (lamina dentis) yang nanti akan menjadi gigi tetap. tangkai gigi
kemudian putus sekitar pembentukan gigi ini. Jaringan mesodermal menjadi
tebal membentuk suatu kantong yang disebut kantong gigi.

5. Aposisi
Aposisi adalah pengendapan matriks dari struktur jaringan keras gigi.
Pertumbuhan aposisi dari enamel dan dentin adalah pengendapan yang
berlapis-lapis dari matriks ekstra selular. Pertumbuhan aposisi ditandai oleh
pengendapan yang teratur dan berirama dari bahan ekstra selular yang tidak
mempunyai kemampuan sendiri untuk pertumbuhan akan datang. Terjadi
pembentukan matriks keras gigi baik pada email, dentin, dan sementum.
Matriks email terbentuk dari sel-sel ameloblas yang bergerak ke arah tepi
dan telah terjadi proses kalsifikasi sekitar 25%-30%.

6. Tahap Kalsifikasi Gigi
Tahap kalsifikasi adalah suatu tahap pengendapan matriks dan garam-garam
kalsium. Kalsifikasi akan dimulai di dalam matriks yang sebelumnya telah
mengalami deposisi dengan jalan presipitasi dari satu bagian ke bagian
lainnya dengan penambahan lapis demi lapis. Gangguan pada tahap ini
dapat menyebabkan kelainan pada kekerasan gigi seperti Hipokalsifikasi.
Tahap ini tidak sama pada setiap individu, dipengaruhi oleh faktor genetik
atau keturunan sehingga mempengaruhi pola kalsifikasi, bentuk mahkota
dan komposisi mineralisasi.
Kalsifikasi enamel dan dentin sangat sensitif pada perubahan-perubahan
metabolik yang kecil pada anak-anak. Kalsifikasi jaringan ini tidak seragam
tetapi sifatnya bervariasi selama perkembangan yang berbeda dari
pertumbuhan individu. Rangsangan dari sel-sel epitel bagian dalam dan
terbentuknya enamel mendorong bersatunya sel-sel epitel bagian dalam
dengan sel-sel epitel bagian luar, bagian tersebut disebut Sheath Hertwig,
sehingga terbentuk akar.

2. FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Erupsi Gigi
Erupsi gigi adalah proses yang bervariasi pada setiap anak. Variasi ini bisa
terjadi dalam setiap periode dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
gigi, terutama pada periode transisi pertama dan kedua. Variasi ini masih
dianggap sebagai suatu keadaan yang normal jika lamanya perbedaan waktu
erupsi gigi masih berkisar antara 2 tahun(Van der Linden, 1985). Variasi
dalam erupsi gigi dapat disebabkan oleh banyak faktor. Menurut Stewart,
dkk (1982), faktor-faktor tersebut ialah sebagai berikut :
1. Faktor Keturunan (Genetik)
Faktor keturunan dapat mempengaruhi kecepatan waktu erupsi gigi
(Koch, dkk., 1991). Faktor genetik mempunyai pengaruh terbesar
dalam menentukan waktu dan urutan erupsi gigi, termasuk proses
kalsifikasi (Moyers, 2001). Pengaruh faktor genetik terhadap erupsi
gigi adalah sekitar 78% (Stewart, dkk., 1982; Moyers, 2001).
2. Faktor Ras
Perbedaan ras dapat menyebabkan perbedaan waktu dan urutan erupsi
gigi permanen. Waktu erupsi gigi orang Eropa dan campuran Amerika
dengan Eropa lebih lambat 10 daripada waktu erupsi orang Amerika
berkulit hitam dan Amerika Indian (Moyers, 2001). Orang Amerika,
Swiss, Perancis, Inggris, dan Swedia termasuk dalam ras yang sama
yaitu Kaukasoid dan tidak menunjukkan perbedaan waktu erupsi yang
terlalu besar (Stewart, dkk., 1982).

3. Jenis Kelamin
Waktu erupsi gigi permanen rahang atas dan bawah terjadi bervariasi
pada setiap individu. Pada umumnya waktu erupsi gigi anak perempuan
lebih cepat dibandingkan laki-laki. Perbedaan ini berkisar antara 1
hingga 6 bulan (Clark, 1994).
4. Faktor Lingkungan
Pertumbuhan dan perkembangan gigi dipengaruhi oleh faktor
lingkungan tetapi tidak banyak mengubah sesuatu yang telah ditentukan
oleh faktor keturunan. Pengaruh faktor lingkungan terhadap waktu
erupsi gigi adalah sekitar 20% (Moyers, 2001). Faktor-faktor yang
termasuk ke dalam faktor lingkungan antara lain:
o Sosial Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi dapat mempengaruhi keadaan nutrisi,
kesehatan seseorang dan faktor lainnya yang berhubungan
(Stewart, dkk., 1982). Anak dengan tingkat ekonomi rendah
cenderung menunjukkan waktu erupsi gigi yang lebih lambat
dibandingkan anak dengan tingkat ekonomi menengah (Moyers,
2001).
o Nutrisi
Faktor pemenuhan gizi dapat mempengaruhi waktu erupsi gigi dan
perkembangan rahang (Djoharnas, 2000). Nutrisi sebagai faktor
pertumbuhan dapat mempengaruhi 11 erupsi dan proses kalsifikasi.
Keterlambatan waktu erupsi gigi dapat dipengaruhi oleh faktor
kekurangan nutrisi, seperti vitamin D dan gangguan kelenjar
endokrin. Pengaruh faktor nutrisi terhadap perkembangan gigi
adalah sekitar 1% (Moyers, 2001).
5. Faktor Penyakit
Gangguan pada erupsi gigi permanen dapat disebabkan oleh
penyakit sistemik dan beberapa sindroma, seperti Down syndrome,
Cleidocranial dysostosis, Hypothyroidism, Hypopituitarism, beberapa
tipe dari Craniofacial synostosis dan Hemifacial atrophy (Stewart, dkk.,
1982).
6. Faktor Lokal
Faktor-faktor lokal yang dapat mempengaruhi erupsi gigi adalah jarak
gigi ke tempat erupsi, malformasi gigi, adanya gigi berlebih, trauma
dari benih gigi, mukosa gusi yang menebal, dan gigi sulung yang
tanggal sebelum waktunya (Salzmann, 1975).

3. Kelainan Tumbuh Kembang Gigi
A. Hipodonsia
Kegagalan perkembangan satu atau dua benih gigi dan sering kali
bersifat herediter. Ada beberapa sindrom yang disertai hipodonsia, yang
paling umum adalah sindrom Down. Gigi yang paling sering tidak
tumbuh adalah molar ketiga, premolar kedua, dan insisif lateral atas.

B. Anodonsia
Yaitu kegagalan perkembangan seluruh gigi. Anodonsia berkaitan
dengan penyakit sistemis, displasia ektodermal anhidrotik herediter
yang merupakan suatu kelainan perkembangan ektodermal dan
umumnya diturunkan sebagai sex-linked.
Pada kasus yang ekstrem, terjadi kegagalan perkembangan lamina gigi
sehingga tidak ada pembentukan gigi sama sekali, tetapi umumnya gigi
susu terbentuk namun hanya sedikit atau tidak ada gigi tetap yang
terbentuk. Gigi-geligi umumnya berbentuk seperti pasak atau konus.
Pada anodonsia, prosesus alveolaris tanpa adanya dukungan oleh gigi
menjadi tidak berkembang membuat profil menyerupai orang yang
sudah tua karena hilangnya dimensi vertikal.

C. Gigi Supernumerari (Gigi Berlebih)
Yaitu gigi yang berkembang dalam jumlah lebih dari normal. Gigi
berlebih umum ditemukan sebagai akibat perkembangan berlebih dari
dental lamina. Gigi supernumerari dapat menyebabkan gigi berjejal dan
memperlambat erupsi gigi tetap.
Gigi supernumerari dapat ditemukan pada setiap rahang , tetapi lebih
sering terlihat di maksila pada daerah garis tengah gigi depan dan distal
dari gigi molar. Gigi berlebih yang terjadi di antara gigi insisif pertama
atas dinamakan mesiodens. Gigi ini umumnya kecil (mikrodonsia),
berbentuk pasak, dan tidak menyerupai gigi normal di tempat itu.
1. Geminasi
Merupakan gigi yang besar karena satu benih gigi berkembang
membentuk dua gigi. Gigi kembar ini biasanya menyebabkan
terpisahnya mahkota gigi secara menyeluruh atau sebagian melekat
pada satu akar dengan satu saluran akar.
2. Fusi
Merupakan gigi yang besar (makrodonsia) dengan satu mahkota
besar yang terdiri atas persatuan mahkota-mahkota dan akar-akar.
Akar umumnya mempunyai dua saluran akar, karena satu gigi
dibentuk oleh dua benih gigi yang terpisah.
3. Dens invaginatus
Proliferasi epitel odontogenik yang masuk ke dalam gigi
menyebabkan adanya gigi dalam gigi (dens in dente).

D. Dilaserasi
Merupakan suatu angulasi akar yang abnormal terhadap aksis
memanjang dari mahkota gigi. Umumnya deviasi angulasi terlihat
sangat tajam, hampir tegak lurus.

E. Fluorosis
Merupakan keadaan ireversibel yang disebabkan oleh pemasukan fluor
yang berlebihan selama periode perkembangan gigi. Fluor
menyebabakan fluorosis dengan merusak sel ameloblas pembentuk
email sehinnga terjadi gangguan mineralisasi gigi dengan terbentknya
porus pada email.

F. Hipoplasia Email
Merupakan istilah untuk menunjukkan pembentukan defek sempurna
pada email yang menghasilkan cacat menyeluruh atau perubahan dalam
bentuk. Hipoplasia email dapat mengenai gigi susu dan tetap.

G. Hipokalsifikasi Email (Opasitas Email)
Adalah bercak putih opak yang tampak pada gigi-geligi tetap dan susu
yang umum ditemukan. Insisivus sentral atas merupakan gigi yang
paling sering terkena. Penyebabnya adalah jejas pada benih gigi selama
stadium kalsifikasi.

H. Kelainan Herediter
Dapat menyerang email, dentin atau pulpa, yang paling sering adalah
menyerang emeil dan dentin.
1. Amelogenesis Imperfekta
Merupakan kelainan herediter yang tampak sebagai perubahn
pengaturan dan/atau struktur gen yang berhubungan dengan email.
Ditemukan dalam bentuk hipokalsifikasi email, hipoplasia email,
atau keduanya, namun dentin dan pulpa normal.
2. Dentinogenesis Imperfekta (opalesen dentin herediter)
Email normal terbentuk, tetapi dentin kurang mineralisasinya
sehingga gigi tampak kebiru-biruan, merah, akar pendek berliku-
liku, dapat obliterasi, email dapat pecah karena sokongan dentin
yang lemah, dentin cepat abrasi, erosi, dan akar terlihat.
Dentinogenesis imperfekts lebih sering ditemukan dibandingkan
amelogenesis imperfekta dan ditandai dengan pembentukan dentin
yang tidak teratur baik gigi susu maupun tetap, sebagai akibat
perubahn kromosom 4 dari struktur gen yang berhubungan dengan
pembentukan dentin.

I. Kelainan Pola Erupsi Gigi
Erupsi gigi susu dimulai pada usia 6 bulan dan selesai pada usia sekitar
2,5 tahun. Kelainan erupsi gigi bisa berupa erupsi gigi yang terlalu
cepat maupun terlalu lambat.
Kelainan erupsi yang terlalu cepat, sehingga gigi sudah ada waktu lahir
yang disebut natal teeth. Sebaliknya, erupsi gigi terlambat, berkaitan
dengan penyakit gangguan metabolisme skeletal terutama kretinisme
dan riketsia. Pada kleidokranial displasia, erupsi sebagian besar gigi
tetap dapat gagal atau terlambat.
Trauma yang menyebabkan hilangnya gigi susu dapat menyebabkan
erupsi dini gigi tetap penggantinya. Pada hipertiroidisme, gigi sering
kali erupsi prematur. Sebaliknya pada hipotiroidisme, erupsi gigi
umumnya terlambat.
Faktor lokal yang memengaruhi erupsi gigi tetap, antara lain:
kehilangan ruangan akibat tanggal dini gigi susu,
posisi abnormal, biasanya ditemukan pada gigi molar tiga bawah
dan kaninus atas,
gigi berjejal. Ruang yang tidak cukup merupakan faktor penyebab
umum dari kelambatan erupsi, terutama gigi molar tiga bawah,
gigi berlebih yang menempati ruang untuk gigi normal,
kista dentigerus yang menyebabkan pergeseran dan mencegah
gigi untuk erupsi,
retensi gigi susu. Kadang-kadang gigi susu mengalami ankilosis,
dan
resorpsi akar gigi susu yang lambat akibat infksi periapeks,
meskipun jarang terjadi, dapat menghalangi erupsi gigi tetap.

J. Contoh penyakit yang dapat menimbulkan maloklusi
a. Penyakit sistemik
Rachitis Kekurangan vitamin D, pengapuran tulang berkurang
sehingga terjadi deformasi tulang. Pada rahang ditandai dengan
tepi prosesus alveolaris abnormal dan pembentukan email gigi
terganggu.
Sifilis Menyebabkan kelainan bentuk gigi (hutchinson teeth)
terutama sifilis kongenita.
TBC tulang Menyebabkan kelainan bentuk tulang terutama
pada mandibula.
b. Kelainan endokrin Ketidakseimbangan kelenjar endokrin
mempengaruhi metabolisme zat-zat yang ada dalam tubuh.
Hiperfungsi atau hipofungsi kelenjar endokrin akan menyebabkan
gangguan metabolik dan dapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan perkembangan kraniodentofasial. Misalnya :
Hipoplasia gigi, menghambat atau mempercepat pertumbuhan muka
tetapi tidak merubah arah pertumbuhan, menggangu osifikasi
tulang, waktu menutupan sutura, waktuerupsi gigi, waktu resorpsi
akar gigi susu, membrana periodontalis dan gingiva sensitif
terhadap gangguan endokrin.
c. Penyakit-penyakit lokal
Penyakit nasopharingeal dan gangguan pernapasan
Penyakit periodontal
Tumor
Karies
Prematur loss gigi susu
Gangguan urutan erupsi gigi permanen
Hilangnya gigi permanen




4. Waktu Erupsi Gigi
Kronologi Gigi Sulung
Gigi Inisiasi
Kalsifikasi
Dimulai
Pembentukan
Mahkota
selesai
Erupsi
Pembentukan
Akar selesai
Akar
mulai
diresorpsi
Gigi
meregang
I
Janin
minggu
7
Janin
minggu
14(13-16)
Bulan
1-3
Bulan


Tahun
1,5-2
Tahun
5-6
Tahun
7-8
I 7
16(14,5-
16,5)
2-3


1,5-2 5-6 7-9
C 7,5 17(15-18) 9


2,5-3

6-7 10-12
M 8
15,5(14

-
17)
6


2-2,5 4-5 9-11
M 10
18,5(16-
23,5)
10-12


3 4-5 11-12


Kronologi Gigi Permanen
Gigi Inisiasi
Kalsifikasi
dimulai
Pembentukan
mahkota
selesai
Erupsi
Pembentukan
akar selesai
I
Bl
5 - 5


(janin)
3 - 4 bulan
Tahun
4 - 5
Tahun



Tahun


I
5 5
(janin)



bulan
4 - 5



C
5,5 - 6
(janin)
4-5 bulan 6 - 7






P Lahir



tahun
5 - 6



12 - 13
P 7,5 - 8



tahun
6 - 7






M
3,5 - 4
(janin)
Lahir 2,5 - 3 6 - 7 9 - 10
M 8,5 - 9
2,25 - 3
tahun
7 - 8






M
3,5 - 4
(tahun)
8 - 10 tahun 12 - 16 17 - 21 18 - 25


5. Proses Pembentukan Lengkung Rahang
Tulang rawan dan tulang rangka mandibula terbentuk dari sel neural crest
embrionik yang muncul pada daerah midbrain dan hindbrain dari lipatan neural.
Sel-sel ini berpindah ke ventral untuk membentuk tonjolan mandibula (dan
maksila) serta fasial, berdiferensiasi menjadi tulang dan jaringan ikat.
Mandibula berasal dari membran osifikasi dan faktor neurotropik dari
kondensasi ektomesensimal pada hari perkembangan ke 36-38.
Pada bayi lengkung rahang dibentuk oleh karena adanya condyle mandibula
yang miring hampir horizontal. Keadaan tersebet menyebabkan pertumbuhan
condyle sehingga menyebabkan terbentuknya rahang yang panjang.Pada tahap
awal pertumbuhan kepala condyle dari ramus yang lebar menyebabkan
perbedaan posterior dari kedua tubuh mandibula yang berbentuk V . Pelebaran
tubuh pada mandibula berkembang , sehingga terjadi gerakan pergeseran
kearah belakang dari ramus. Hal tersebut menyebabkan tubuh mandibula
memanjang dan menyebabkan daerah posterior molar mengarah kedepan dan
membuat erupsipada gigi molar.
Pada perkembangannya lengkung rahang juga dipengaruhi oleh erupsi gigi
geligi. Erupsi ini menyebabkan pergerakan erupsi yang mempengaruhi
pertumbuhan dari tualang rahang panjang dan lebabr apabila gigi tanggal. Hal
tersebut menyebabkan tulang rahang disekitar gigi mengaami ketertinggalan
dalam pertumbuhan.
Faktor faktor yang mempengaruhi
Genetik :
- Berperan dalam menentukan dimensi panjang, lebar, dan lengkung
pada rahang.
Lingkungan :
- Kebiasaan oral seperti menghisap dot, menyebabkan lengkung rahang
menngecil.
- Kebiasaan bernapas lewat mulut, menyebabkan lengkung rahang
menngecil.
Lokal :
- Mal nutrisi, menyebabkan lengkung rahang menngecil.
- Otot rongga mulut yang kuat , menyebabkan meningkatnya
mekanisme pengunyahan sehingga lengkung rahang membesar dan
memicu pertumbuhan sutura dan aposisi tulang.
- Kehilangan benih gigi desidui karena karies, trauma, resorbsi
prematur akar gigi , menyebabkan lengkung rahang menngecil.
















OKLUSI
Oklusi berasal dari kata occlusion, yang terdiri dari dua kata yakni oc yang
berarti ke atas (up) dan clusion yang berarti menutup (closing). Jadi occlusion
adalah closing up atau menutup ke atas. Dengan demikian pengertian oklusi
adalah berkontaknya gigi geligi rahang atas dengan permukaan gigi geligi rahang
bawah pada saat kedua rahang tersebut menutup.
Oklusi, yaitu hubungan antara gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah di
mana terdapat kontak sebesar-besarnya antara gigi-gigi tersebut.
Oklusi normal ialah hubungan yang harmonis antara gigi-gigi di rahang
yang sama dan gigi-gigi di rahang yang berlainan di mana gigi-gigi dalam kontak
yang sebesar-besarnya dan kondilus mandibularis terdapat dalam fossa glenoidea.
Oklusi normal merupakan hasil pertumbuhan dan perkembangan yang baik dari
alat pengunyah dan meliputi hal yang kompleks, antara lain :
1. Kedudukan gigi rahang atas dan rahang bawah dalam posisi normal.
2. Fungsi yang normal dari jaringan dan otot-otot pengunyah.
3. Hubungan persendian yang normal.
Oklusi normal adalah posisi relatif anteroposterior dari molar pertama gigi
permanen yang digunakan untuk menetapkan hubungan lengkung gigi. Oklusi
dikatakan ideal apabila susunan gigi dalam lengkung rahang teratur dengan baik
serta terdapat hubungan yang harmonis antara gigi rahang atas dengan rahang
bawah, hubungan seimbang antar gigi, tulang rahang, terhadap tengkorak, dan
otot sekitarnya yang dapat memberikan keseimbangan fungsional sehingga
memberikan estetika yang baik.
Menurut Andrew (1972), terdapat enam prinsip oklusi ideal yaitu,
1. Hubungan yang tepat dari gigi-gigi molar pertama tetap pada bidang sagital.
2. Angulasi mahkota gigi-gigi insisivus yang tepat pada bidang transversal.
3. Inklinasi mahkota gigi-gigi insisivus yang tepat pada bidang sagital.
4. Tidak adanya rotasi gigi-gigi individual.
5. Kontak yang akurat gigi-gigi individual dalam masing-masing lengkung
gigi tanpa celah maupun berjejal.
6. Bidang oklusal yang datar atau sedikit melengkung.
Bila terdapat salah satu atau beberapa prinsip tersebut tidak tepat, hubungan
oklusi dari gigi geligi dikatakan tidak ideal atau terdapat modifikasi pada oklusi.
Kriteria Dr.Angle tentang relasi lengkung-lengkung gigi atas dan bawah ialah
posisi molar-molar tetap pertama, pada oklusi normal, tonjol (cusp) mesio-bukkal
molar pertama atas terletak pada groove bukkal dari molar pertama bawah.


PERKEMBANGAN OKLUSI GIGI SULUNG
Seluruh gigi geligi susu akan lengkap erupsi pada anak berumur lebih
kurang 2,5 tahun. Pada periode ini lengkung gigi pada umumnya berbentuk oval
dengan gigitan dalam ( Deep bite ) pada overbite dan overjet dan dijumpai adanya
generalized interdental spacing ( celah celah diantara gigi- geligi ). Hal ini
terjadi karena adanya pertumbuhan tulang rahang kearah transversal untuk
mempersiapkan tempat gigi gigi permanen yang kan tumbuh celah yang terdapat
dimenssial cainus atas dan disebelah distal caninus bawah disebut primate space
. Primate space ini diperlukan pada early mesial shift .
Adanya celah celah ini memberi kemungkinan gigi-gigi permanen yang
akan erupsi mempunyai cukup tempat, sebaiknya bila tidak ada memberi indikasi
kemungkinan terjadi gigi berjejal ( crowding ).
Dalam periode gigi desidui dikenal interdental space, primate space dan
leeway space; Ketiganya memiliki kegunaan sendiri-sendiri meskipun tujuannya
sama yaitu memberikan kesempatan agar gigi geligi tersusun baik dalam
lengkungnya.

Interdental space
1. Interdental space terjadi karena adanya pertumbuhan rahang, sedangkan
ukuran gigi tidak bertambah besar.
2. Terjadi diregio anterior, sering juga diregio posterior pada kasus tertentu,
misalnya adanya kelainan ukuran gigi berhubungan dengan ektodermal
displasia ringan yang menyebabkan gigi geligi ukurannya kecil.
3. Diregio anterior gigi-gigi incisivus permanen ukurannya kira-kira 1,5 kali
ukuran gigi desidui, sehingga adanya interdental space memberi kesempatan
untuk erupsi lurus, akan tetapi pada awal erupsinya terlihat gigi incisivus
pertama permanen tidak Iangsung tertata rapi dalam lengkung, kelihatan sisi
mesial dan gigi tersebut agak Iebih ke lingual danipada sisi distalnya.
Kondisi mi akan terkoreksi dengan sendirinya dan kemudian nanti disusul
dengan erupsinya gigi incisivus permanen kedua yang akan erupsi sedikit
lebih ke distal mendorong gigi kaninus desidui kearah distal. Proses ini
dinamakan distal ajustmen.
4. Dalam beberapa kasus temyata gigi kaninus desidui menjadi goyah dan
tanggal akibat erupsinya gigi incisivus permanen kedua ini. Gigi incisivus
permanen kedua inii mengalami ectopic eruption, yaitu pergeseran erupsi
gigi keluar dan arah yang sebenarnya. Keadaan ini dapat menimbulkan
berkurangnya space.
5. Ectopic eruption penyebabnya adalah heriditer, dan yang juga sering
mengalami ectopic adalah gigi molar permanen pertama rahang atas.




Primate space
1. Primate space lebih senng dimanfaatkan pada proses erupsinya gigi molar
pertama permanen dalam mencapai oklusi normal.
2. Dalam erupsinya gigi molar pertama permanen bawah, dan kondisi flush
terminal plane, mendesak ke mesial yang akan menyebabkan deretan gigi
molar desidui kedua dan gigi molar pertama desidui terdesak sehingga
primate space rahang bawah yang terletak antara gigi molar desidui pertama
dengan gigi kaninus desidul menghilang.
3. Gigi molar pertama permanen atas desakannya tidak sebesar yang bawah,
karena arah erupsi nya tidak langsung kemesial seperti gigi bawah.
4. Gigi molar pertama permanen rahang atas maupun rahang bawah dapat
mencapai hubungan kelas I Angle dengan memanfaatkan primate space ini
dinamakan early mesial shift.

Leeway space
1. Nance mengetengahkan pendapatnya bahwa ada perbedaan jumlah ukuran
mesio distal gigi incisivus pertama, incisivus kedua dan kantnus desidui
denganjumlah ukuran mesio distal gigi-gigi premolar pertama, premolar
kedua dan kaninus permanen, dan gigi-gigi desidui tersebut lebih besar
daripada gigi permanen penggatinya.
2. Dalam penelitiannya Nance mendapatkan berbagai perbedaan antara 0-4
mm. Rata-rata selidih tersebut adalah 0,9 mm untuk rahang atas dan 1,7 mm
untuk rahang bawah setiap kwadrannya.
3. Dalam erupsinya, dari kondisi flush terminal plane, kadang-kadang gigi
molar pertama permanen tidak menggeser gigi molar kedua dan gigi molar
pertama desidui karena memang tidak ada primate space. Pada saat terjadi
pergantian gigi kaninus desidui, gigi molar pertama desidui, gigi molar
kedua desidui oleh gigi gigi kaninus, premolar pertama dan kedua, sisa
space dimanfaatkan oleh gigi molar pertama permanen menggeser kemesial
sehingga tercapai hubungan kelas 1 Angle. Ini dinamakan late mesial shift
4. Pergeseran gigi molar permanen ke mesial disebut mesial drifting tendency.
Pertanyaan pada STEP 7
1. Mengapa erupsi tidak tumbuh secara bersamaan?
Karena pada tahap morfodiferensiasi sudah ditentukan mana sel yang akan
membuat Insisivus 1, Insisivus 2, dan lainnya. Kemudian adanya perbedaan
waktu erupsi karena jaringan periodontal mempengaruhi proses erupsi.
Namun, proses pertumbuhan antara gigi sulung dan gigi permanen sama.
2. Mengapa erupsi tidak langsung gigi permanen?
Karena fungsi gigi susu memberi jalan gigi permanen untuk tumbuh, tidak
mungkin pula rahang ketika masih dini akan cukup untuk memuat gigi-gigi
permanen.
3. Menapa ada Molar 3 tidak dapat erupsi ?
Ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan hal tersebut, salah satunya
yaitu karena Molar 3 merupakan gigi yang paling lama erupsi (18 tahun).
Posisi pada mandibula pada angulusnya kemungkinan tidak dapat tumbuh
dengan baik sehingga tidak cukup untuk Molar 3 erupsi. Hal tersebut dapat
dipastikan dengan melakukan melakukan foto rontgen agar dapat terlihat
adakah benih gigi Molar 3 atau tidak. Jika ada, tapi tidak erupsi tetap
tumbuh dengan posisi yang tidak vertikal melainkan horinzontal misalnya.
4. Apa yang mempengaruhi overbite dan overjet?
Dapat diakibatkan karena kebiasaan buruk.
Beberapa kebiasaan merangsang pertumbuhan rahang secara normal
misalnya gerakan bibir dan penguyahan yang fisiologis. Kebiasaan
abnormal mempengaruhi pola pertumbuhan fasial yang akan mempengaruhi
fungsi orofasial yang mempunyai pengaruh penting pada pertumbuhan
kraniofasial dan fisiologi oklusal. Kebiasaan buruk dan kebiasaan otot
menghambat pertumbuhan tulang, malposisi gigi, hambatan pernapasan,
gangguan bicara, keseimbangan otot fasial dan problem psikologis.
a) Mengisap jempol dan mengisap jari
Bila kebiasaan ini sudah tampak pada minggu pertama kehidupan
biasanya disebabkan oleh problem makan. Bila kebiasaan ini dilakukan
pada anak usia yang lebih lanjut biasanya disebabkan oleh problem
psikologis. Arah dan kekuatan pada gigi-gigi selama mengisap jempol
menyebabkan incisivus atas tertekan ke labial, incisivus bawah tertekan
ke lingual, otot- otot pipi menekan lengkung gigi didaerah lateral ke
arah lingual.
b) Menjul urkan lidah Ada 2 tipe :
1. Simple tongue thrust swallow Biasanya berhubungan dengan
kebiasaan mengisap jari.
2. Complex tongue thrust swallow Biasanya disebabkan oleh karena
gangguan nasorespiratori kronis, bernapas lewat mulut, tosilitis
atau pharingitis.
Pada penelanan normal, gigi dalam kontak, bibir menutup, punggung
lidah terangkat menyentuh langit-langit. Pada penelanan abnormal yang
disebabkan pembengkaan tonsil atau adenoid, lidah tertarik dan
menyentuh tonsil yang bengkak, akan menutup jalan udara, mandibula
turun, lidah menjulur ke depan menjauhi pharynk, dengan mandibula
turun bibir harus berusaha menutup untuk menjaga lidah dalam rongga
mulut dan menjaga efek penelanan dapat rapat sempurna.
Diastemata dan open bite anterior merupakan akibat dari kebiasaan
menjulurkan lidah.
a. Mengisap dan menggigit bibir Mengisap bibir dapat sendiri atau
bersamaan dengan mengisap ibujari. Dapat dilakukan pada bibir atas
atau pada bibir bawah. Bila dilakukan dengan bibir bawah maka
maloklusi yang ditimbulkan adalah labioversi gigi depan atas, open
bite, lunguoversi gigi depan rahang bawah.
b. Posture Sikap tubuh mempengaruhi posisi mandibula. Seseorang
dengan sikap kepala mendongak, dagu akan menempati posisi ke
depan, pada sikap kepala menunduk maka pertumbuhan mandibula bisa
terhambat.
c. Mengigit kuku Menyebabkan malposisi gigi.

d. Kebiasaaan buruk yang lain Kebiasaan menggendong bayi hanya pada
satu sisi menyebabkan kepala dan muka menjadi asimetri. Kebiasaan
atau posisi tidur, dengan bantal atau dengan lengan, bertopang dagu.
Kebiasaan mengigit pensil dan lain-lain.



























Kesimpulan

Pertumbuhan dan perkembangan gigi diawali dengan stomodeum
membentuk lamina gigi hingga berlanjut dengan tahap Bud Stage, Cap
Stage, Bell Stage, Morfodiferensiasi, Aposisi, hingga Kalsifikasi Gigi.
Gigi geligi terbagi menjadi 2, yaitu gigi sulung dan gigi permanen.
Dimana keduanya terjadi proses erupsi, yaitu proses yang
berkesinambungan dimulai dari tahap pembentukan gigi sampai gigi
menembus mukosa ginggiva. Pergantian gigi dengan tanggalnya gigi
sulung digantikan gigi permanen disebut eksfoliasi.
Proses pertumbuhan dan perkembangan gigi dapat dipengaruhi faktor-
faktor tertensu seperti, faktor genetik, lingkungan dan sebagainya yang
dapat menyebabkan kelainan gigi, contohnya Hipodonsia atau gagal
berkembangnya benih gigi.

















DAFTAR PUSTAKA

Itjiningsih W.H. Anatomi Gigi. 1991. Jakarta : EGC
Jurnal Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi Universitas Sumatera Utara
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16855/4/Chapter%20II.pdf
http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/50198/1388b367b83c20b40c6ba
8c7b155e8fe
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21837/3/Chapter%20II.pdf
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/henny.koesmaningati/material/skripsire
ni-digital126375-r17-pro-205hubunganantara-ha.pdf
Sadler, T.W. 2009. Embriologi Kedokteran Langman, Ed. 10. Jakarta: EGC.
Sperber,G.H.1991.Embriologi Craniofasial.Jakarta:Hipokrates

Anda mungkin juga menyukai