Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO II BLOK STOMAGTONASI I


SEMESTER GENAP 2013/ 2014
Oleh Kelompok 4:
Ketua : Aditya Pristihari (131610101000)
Sekertaris Papan : Dhystika Zhahrah (131610101048)
Sekertaris Meja : Farah Firdha A (131610101046)
Anggota : Muhammad Fahmi (131610101000)
Canggih Patriot B (131610101000)
Ari Kurniasari (131610101038)
Arini Al-Haq (131610101040)
Galuh Cita S R (131610101041)
Pungky Anggraini (131610101042)
Nur Sita Dewi (131610101045)
Cynthia Octavia (131610101047)
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat
dan Hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan Laporan Tutorial yang berjudul
Laporan Tutorial Skenario II Blok Stomatognasi I tanpa suatu kendala yang
berarti.
Kami ucapkan terima kasih kepada :
1) drg. Depi Praharani, M.Kes yang telah memberikan waktu untuk menjadi tutor
kami dalam diskusi tutorial.
2) Anggota Kelompok IV yang telah berperan aktif dalam diskusi serta
penyusunan laporan tutorial.
Kami berharap laporan tutorial ini dapat bermanfaat untuk pendalaman
materi pada Blok Stomatognasi I. Demi perbaikan pada tutorial berikutnya kami
menerima saran, kritik, masukan dari segenap pihak yang lebih berkompetensi.



Jember, 14 Februari 2014









STEP 1 (Identifikasi Kata Sulit)
Erupsi :
dari istilah erumpere (memunculkan/menetaskan)
Proses Erupsi :
merupakan proses terbentuknya gigi dari awal benih gigi sampai muncul
pada mukosa mulut (gingiva)
Gigi Sulung/Gigi Primer/ Gigi Susu/Gigi Anak :
Gigi geligi pada anak-anak, serta sebagai tempat cikal bakal dari Gigi
Permanen. Terdapat 20 gigi, ada 5 setiap kuadran yang terdiri dari gigi
Insisivus I, Insisivus II, Caninus, Molar I, Molar II.
Gigi Permanen :
Gigi Tetap sebagai ganti Gigi Sulun. Terdapat 32 gigi, ada 8 disetiap
kuadran yang terdiri dari Insisivus I, Insisvus II, Caninus, Premolar I,
Premolar II, Molar I, Molar II, Molar III.
Mahkota Gigi :
Bagian gigi yang dilapisi jaringan enamel dan normal terletak diluar
jaringan gingiva.
Intra Uterin :
Didalam terus/rahim

STEP 2 (Rumusan Masalah)
1. Bagaimana proses pertumbuhan dan perkembangan gigi?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan gigi serta mengapa dapat terjadi erupsi?
3. Mengapa proses erupsi baru akan mulai kalau gigi sudah selesai tahap
pertumbuhannya?
4. Apa saja kelainan yang dapat terjadi pada pertumbuhan dan perkembangan
gigi?
STEP 3
1. Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi
Tahap Perkembangan Gigi Tahap perkembangan adalah sebagai berikut
a. Inisiasi (bud stage)
Inisiasi merupakan permulaan terbetuknya benih gigi dari epitel
mulut. Sel-sel
tertentu pada lapisan basal dari epitel mulut berproliferasi lebih
cepat daripada sel sekitarnya . Hasilnya adalah lapisan epitel yang
menebal di regio bukal lengkung gigi dan meluas sampai seluruh
bagian rahang atas dan bawah.
b. Proliferasi (cap stage)
Lapisan sel-sel mesenkim yang berada pada lapisan dalam
mengalami proliferasi, memadat, dan bervaskularisasi membentuk
papil gigi yang kemudian membentuk dentin dan pulpa pada tahap
ini. Sel-sel mesenkim yang berada disekeliling organ gigi dan
papila gigi memadat dan fibrous, disebut kantong gigi yang akan
menjadi sementum, membran periodontal, dan tulang alveolar.
c. Histodiferensiasi (bell stage)
Pada tahap ini terjadi diferensiasi. Sel-sel epitel enamel dalam
(inner email ephithelium) menjadi semakin panjang dan silindris,
disebut sebagai ameloblas yang akan berdiferensiasi menjadi
enamel dan sel-sel bagian tepi dari papila gigi menjadi odontoblas
yang akan berdiferensiasi menjadi dentin.
d. Morfodiferensiasi
Sel pembentuk gigi tersusun sedemikian rupa dan dipersiapkan
untuk menghasilkan bentuk dan ukuran gigi selanjutnya. Proses ini
terjadi sebelum deposisi matriks dimulai. Morfologi gigi dapat
ditentukan bila epitel enamel bagian dalam tersusun sedemikian
rupa sehingga batas antara epitel enamel dan odontoblas
merupakan gambaran dentinoenamel junction yang akan terbentuk.
Dentinoenamel junction mempunyai sifat khusus yaitu bertindak
sebagai pola pembentuk setiap macam gigi. Terdapat deposit
enamel dan matriks dentin pada daerah tempat sel-sel ameloblas
dan odontoblas yang akan menyempurnakan gigi sesuai dengan
bentuk dan ukurannya.
e. Aposisi
Pembentukan matriks keras gigi baik pada enamel, dentin, dan
sementum terjadi pada tahap ini. Matriks enamel terbentuk dari sel-
sel ameloblas yang bergerak ke arah tepi dan telah terjadi proses
kalsifikasi sekitar 25 %-30%.
f. Tahap Kalsifikasi Gigi
Tahap kalsifikasi adalah suatu tahap pengendapan matriks dan
garam-garam. Kalsifikasi akan dimulai di dalam matriks yang
sebelumnya telah mengalami deposisi dengan jalan presipitasi dari
satu bagian ke bagian lainnya dengan penambahan lapis demi lapis.
Pada tahap ini terjadi kematangan gigi.
g. Tahap Erupsi gigi
Proses fisiologis berupa proses pergerakan gigi yang dimulai dari
tempat pembentukan gigi dalam tulang alveolar kemudian gigi
menembus gingiva sampai akhirnya gigi mencapai dataran oklusal.
Gerakan dalam proses erupsi gigi adalah ke arah vertikal tetapi
selama proses erupsi gigi berlangsung. Proses erupsi gigi dimulai
sebelum tanda pertama mineralisasi dimana proses erupsi gigi ini
terus-menerus berlangsung tidak hanya sampai terjadi kontak
dengan gigi antagonisnya, tetapi juga sesudahnya, meskipun gigi
telah difungsikan. Proses erupsi gigi berakhir bila gigi telah
tanggal.
h. Tahap Eksofilasi
Tahap penanggalan gigi susu digantikan oleh gigi permanen.
Adapun gambar dari Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi :

Pertanyaan :
Mengapa waktu pertumbuhan gigi itu berbeda?
Hal tersebut dikarenakan
2. Faktor-faktor Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi :
a. Faktor Genetik (Keturunan)
Faktor genetik dapat mempengaruhi kecepatan waktu erupsi gigi.
Faktor genetik mempunyai pengaruh terbesar dalam menentukan
waktu dan urutan erupsi gigi, termasuk proses kalsifikasi. Menurut
Stewart, pengaruh faktor genetik terhadap erupsi gigi adalah sekitar
78%.
b. Faktor Ras
Perbedaan ras dapat menyebabkan perbedaan waktu dan urutan erupsi
gigi permanen. Waktu erupsi gigi orang Eropa dan campuran Amerika
dengan Eropa lebih lambat daripada waktu erupsi orang Amerika
berkulit hitam dan Amerika Indian.
c. Jenis Kelamin
Waktu erupsi gigi permanen mandibula dan maksila terjadi bervariasi
pada setiap individu. Pada umumnya waktu erupsi gigi anak
perempuan lebih cepat dibandingkan dengan anak laki-laki.
d. Faktor Lingkungan
Pertumbuhan dan perkembangan gigi dipengaruhi oleh faktor
lingkungan tetapi tidak banyak mengubah sesuatu yang telah
ditentukan oleh faktor keturunan, pengaruh faktor lingkungan terhadap
waktu erupsi gigi adalah sekitar 20%.
Faktor-faktor yang termasuk ke dalam faktor lingkungan, antara lain :
1. Sosial ekonomi
Tingkat sosial ekonomi dapat mempengaruhi keadaan nutrisi,
kesehatan seseorang dan faktor lainnya yang berhubungan. Anak
dengan tingkat ekonomi rendah cenderung menunjukkan waktu
erupsi gigi yang lebih lambat dibandingkan dengan anak yang
tingkat ekonomi menengah.
2. Nutrisi
Faktor pemenuhan gizi dapat mempengaruhi waktu erupsi gigi dan
perkembangan rahang. Nutrisi sebagai faktor pertumbuhan dapat
mempengaruhi erupsi dan proses kalsifikasi. Keterlambatan waktu
erupsi gigi dapat dipengaruhi oleh faktor kekurangan nutrisi,
seperti vitamin D dan gangguan kelenjar endokrin. Pengaruh
nutrisi terhadap perkembangan gigi adalah sekitar 1%.
e. Faktor Penyakit
Gangguan pada erupsi gigi permanen dapat disebabkan oleh penyakit
sistemik dan beberapa sindroma, seperti Down syndrome,
Cleidocranial dysostosis, Hypothyroidism, Hypopituitarism, beberapa
tipe dari Craniofacial synostosis dan Hemifacial atrophy.
f. Faktor Lokal
Faktor-faktor lokal yang dapat mempengaruhi erupsi gigi adalah jarak
gigi ke tempat erupsi, malformasi gigi, adanya gigi yang berlebih,
trauma dari benih gigi, mukosa gusi yang menebal, dan gigi sulung
yang tanggal sebelum waktunya.
Teori mekanisme erupsi gigi dapat dibagi dalam 2 kelompok, yaitu :
o Gigi didorong atau didesak keluar sebagai hasil dari kekuatan yang
dihasilkan dari bawah dan disekitarnya, seperti pertumbuhan tulang
alveolar, akar, tekanan darah atau tekanan cairan dalam jaringan
(proliferasi).
o Gigi mungkin keluar sebagai hasil dari tarikan jaringan
penghubung di sekitar ligamen periodontal.
Pertanyaan :
Mengapa erupsi gigi pada wanita lebih dulu terjadi daripada lelaki ?

3. Proses erupsi akan mulai setelah selesai tahap pertumbuhan yaitu karena
pada tahap morfogenesis terbentuk odontoblas kemudian menghasilkan
sementoblas yang tetap bekerja membentuk akar sehingga baru akan terjadi
erupsi. Kemudian pada tahap tersebut juga terdapat jaringan-jaringan
bermacam seperti jaringan keras dan enamel dimana mempengaruhi
jaringan sekitar lainnya sehingga ada pendesakan pertumbuhan keatas
(erupsi).

4. Kelaianan yang dapat terjadi pada pertumbuhan dan perkembangan gigi
yaitu,
Adodonsia
Hiperdonsia (kekurangan gigi)
Dilaserasi (gigi berjejal)
Konkersen (akar gigi menyambung)
Fusi (gigi menggabung)
Diasten (celah/ruang pada gigi)
Terodonsia (dari luar terlihat normal, namun bila dirontgen terlihat
ruang gigi rusak)
Kelainan warna gigi (karena pemakaian tetrasiklin)
Contoh :
Gigi berwarna kuning, kehijauan, coklat
Salah satu gigi lebih putih dari lainnya
Kelainan ukuran gigi
Makrodonsia (gigi lebih besar dari ukuran normal)
Mikrodonsia (gigi lebih kecil dari ukuran normal)
Akibat Sindrom Down (keterlambatan erupsi gigi)

















STEP 4 (Mapping)




















Proses Pertumbuhan & Perkembangan
Gigi
Intra Uterin
Gigi Sulung Gigi Permanen
Erupsi Gigi
Sulung

Faktor yang
Mempengaruhi
Pertumbuhan &
Perkembangan Gigi
Eksfoliasi

Erupsi Gigi
Permanen

- Waktu
Eupsi
- Perubahan
Lengkung
Rahang
- Oklusi

Erupsi
Gigi

Kelainan Gigi

Pertumbuhan &
Perkembangan
Gigi

STEP 5 (Learning Objective)
1. Mengetahui dan memahami proses pertumbuhan dan perkembangan Gigi
Sulung dan Gigi Permanen.
2. Mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan Gigi Sulung dan Gigi Permanen.
3. Mengetahui dan memahami kelainan-kelainan yang dapat terjadi
pertumbuhan dan perkembangan Gigi Sulung dan Gigi Permanen.
4. Mengetahui dan memahami waktu erupsi pertumbuhan dan perkembangan
Gigi Sulung dan Gigi Permanen.
5. Mengetahui dan memahami perubahan lengkung rahang dan oklusi pada
pertumbuhan dan perkembangan Gigi Sulung dan Gigi Permanen.













STEP 7 (Pembahasan)
Regulasi Molekular Pembentukan Gigi
Gigi hanya terdapat pada vertebrata dan sejajar dengan kemunculan evolusioner
krista neuralis. Pembentukan gigi mencerminkan suatu contoh klasik interaksi
epitel-mesenkim, dalam hal ini antara epitel di sebelah atas dan mesenkim yang
berasal dari krista neuralis di bawahnya. Pembentukan pola dari gigi seri sampai
geraham diatur oleh ekspresi kombinasi gen-gen HOX di mesenkim. Dalam
kaitannya dengan pembentukan masing-masing gigi, epitel mengatur diferensiasi
hingga stadium tunas, di saat fungsi regulasi dipindahkan ke mesenkim. Sinyal
untuk pembentukan mencakup faktor-faktor pertumbuhan, yaitu WNT, protein
morfogenetik tulang (BMP), dan faktor pertumbuhan fibroblast (FGF); faktor
yang disekresikan, yaitu sonic hedgehog (SHH); dan faktor transkripsi seperti
MSX1 dan 2 yang berinteraksi melalui jalur kompleks untuk menghasilkan
diferensiasi sel dan pembentukan pola masing-masing gigi. Gigi juga tampaknya
memiliki suatu pusat sinyal yang mewakili organizer untuk pembentukan gigi
seperti aktivitas nodus selama gastrulasi. Region pengatur ini disebut simpul
email, dan tampaknya merupakan suatu daerah berbatas tegas epitel gigi di
puncak tunas gigi. Simpul ini kemudian membesar pada stadium topi menjadi
kelompok sel yang terkemas rapat tetapi mengalami apoptosis (kematian sel) dan
lenyap pada akhir9 stadium ini. Selagi ada, simpul ini mengekspresikan FGF4,
SHH, dan BMP2 dan 4. FGF4 dapat mengatur pertumbuhan keluar tunas seperti
waktu ikut serta dalam pertumbuhan tunas ekstremitas yang dihasilkan oleh apical
ectodermal ridge (AER); BMP4 mungkin mengatur penentuan saat apoptosis sel-
sel di simpul email.
Waktu Pembentukan Gigi dalam Berbagai Tahap Perkembangan
Stadium tunas ; 8 minggu
Stadium topi; 10 minggu
Stadium bel; 3 bulan
Tahap perkembangan adalah sebagai berikut :
1. Inisiasi (bud stage)
Merupakan permulaan terbentuknya benih gigi dari epitel mulut. Sel-sel
tertentu pada lapisan basal dari epitel mulut berproliferasi lebih cepat
daripada sel sekitarnya. Hasilnya adalah lapisan epitel yang menebal di
regio bukal lengkung gigi dan meluas sampai seluruh bagian maksila dan
mandibula. Jaringan odontogenik primer dapat dibedakan dan dikenali
sebagai lamina gigi pada embryo manusia sedini mungkin pada awal
kehamilan 28 hari. Dental lamina terlihat sebagai suatu penebalan jaringan
epitel pada tepi lateral dari stomodeum, dan pada saat mana membran
oropharyngeal pecah. Penebalan epitel berkembang sampai batas-batas
inferior lateral dari tulang maksila dan pada batas-batas superior lateral
dari lengkung mandibula, dimana kedua hubungan tersebut membentuk
tepi lateral dari stomodeum. Permulaan epitel odontogenik timbul kira-kira
pada usia perkembangan 35 hari, pada batas inferior lateral dari tulang
frontonassal, menimbulkan 4 daerah asli yang terpisah dari jaringan
odontogenik gigi geligi rahang atas. Gigi anterior atas berasal dari tulang
lateral rahang atas.
















Gambar 1. Siklus hidup gigi. (AD)Tahap perkembangan gigi. (A)Inisiasi (bud
stage), (B)Proliferasi (cap stage), (C)Histodiferensiasi, Morfodiferensiasi (bell
stage), (D)Aposisi dan dilanjut dengan tahap kalsifikasi, (E)Sebelum erupsi, (F)
Setelah erupsi, (G dan H) Atrisi, (I) Resesi gingiva dan kehilangan jaringan
pendukung sehingga terjadinya eksfoliasi.

2. Proliferasi (cap stage)
Proliferasi adalah gejala dimana proyeksi dari lamina gigi meluas sampai
ke dasar mesenkim pada tempat yang khusus dan membentuk primordia
dari gigi primer (organ enamel). Lapisan sel-sel mesenkim yang berada
pada lapisan dalam mengalami proliferasi, memadat, dan bervaskularisasi
membentuk papila gigi yang kemudian membentuk dentin dan pulpa pada
tahap ini. Sel-sel mesenkim yang berada di sekeliling organ gigi dan papila
gigi memadat dan fibrous, disebut kantong gigi yang akan menjadi
sementum, membran periodontal, dan tulang alveolar. Lembaran epitel
yang lain, pita alur bibir atau vestibula lamina berkembang hampir
berdekatan dan bersama-sama lamina gigi. Sesudah pembentukan dari
sebuah pita epitel yang padat dan lebar, sel-sel inti pecah dan
meninggalkan suatu ruangan yang besar dibatasi oleh jaringan epitel.
Ruangan ini membentuk garis bibir, pipi dan gusi. Pada perkembangan
dari vestibula, lamina memisahkan pipi dan bibir dari jaringan keras
stomodeum.
Gambar 2 : Cap stage, jaringan
mesoderm mendorong jaringan epitel
sehingga terbentuk topi.

3. Histodiferensiasi (bell stage)
Perubahan bentuk organ gigi dari bentuk topi ke bentuk lonceng (bel).
Terjadi diferensiasi seluler pada tahap ini. Selama tahap lonceng, lamina
gigi kehilangan kelanjutannya oleh invasi mesenkim dari jaringan pengikat
di sekitarnya. Tetapi lamina gigi berproliferasi terus secara teratur pada
ujung distalnya untuk membentuk primordia dan gigi tetap. jaringan epitel
merangsang Jaringan mesoderm dan jaringan mesoderm mendorong lagi
jaringan epitel selama perkembangan dari organ enamel, sebuah rangkaian
dari perubahan sel menghasilkan 4 lapisan :
1. Epitel bagian luar dari organ enamel
(Outer Enamel Epithelium)
2. Stellate Retikulum
3. Inner Enamel Epithelium ada 2 :
Stratum Intermediare,
4. Ameloblas
Sel-sel epitel email dalam (inner email epithelium) menjadi semakin
panjang dan silindris, disebut sebagai ameloblas yang akan berdiferensiasi
menjadi email dan sel-sel bagian tepi dari papila gigi menjadi odontoblas
yang akan berdiferensiasi menjadi dentin.
4. Morfodiferensiasi
Sel pembentuk gigi tersusun sedemikian rupa dan dipersiapkan untuk
menghasilkan bentuk dan ukuran gigi selanjutnya. Proses ini terjadi
sebelum deposisi matriks dimulai. Morfologi gigi dapat ditentukan bila
epitel email bagian dalam tersusun sedemikian rupa sehingga batas antara
epitel email dan odontoblas merupakan gambaran dentinoenamel junction
yang akan terbentuk. Dentinoenamel junction mempunyai sifat khusus
yaitu bertindak sebagai pola pembentuk setiap macam gigi. Terdapat
deposit email dan matriks dentin pada daerah tempat sel-sel ameloblas dan
odontoblas yang akan menyempurnakan gigi sesuai dengan bentuk dan
ukurannya. Di ujung dari lamina dentis kemudian dibentuk lagi tonjolan
kedua (lamina dentis) yang nanti akan menjadi gigi tetap. tangkai gigi
kemudian putus sekitar pembentukan gigi ini. Jaringan mesodermal
menjadi tebal membentuk suatu kantong yang disebut kantong gigi.
5. Aposisi
Aposisi adalah pengendapan matriks dari struktur jaringan keras gigi.
Pertumbuhan aposisi dari enamel dan dentin adalah pengendapan yang
berlapis-lapis dari matriks ekstra selular. Pertumbuhan aposisi ditandai
oleh pengendapan yang teratur dan berirama dari bahan ekstra selular yang
tidak mempunyai kemampuan sendiri untuk pertumbuhan akan datang.
Terjadi pembentukan matriks keras gigi baik pada email, dentin, dan
sementum. Matriks email terbentuk dari sel-sel ameloblas yang bergerak
ke arah tepi dan telah terjadi proses kalsifikasi sekitar 25%-30%.
6. Tahap Kalsifikasi Gigi
Tahap kalsifikasi adalah suatu tahap pengendapan matriks dan garam-
garam kalsium. Kalsifikasi akan dimulai di dalam matriks yang
sebelumnya telah mengalami deposisi dengan jalan presipitasi dari satu
bagian ke bagian lainnya dengan penambahan lapis demi lapis. Gangguan
pada tahap ini dapat menyebabkan kelainan pada kekerasan gigi seperti
Hipokalsifikasi. Tahap ini tidak sama pada setiap individu, dipengaruhi
oleh faktor genetik atau keturunan sehingga mempengaruhi pola
kalsifikasi, bentuk mahkota dan komposisi mineralisasi.
Kalsifikasi enamel dan dentin sangat sensitif pada perubahan-perubahan
metabolik yang kecil pada anak-anak. Kalsifikasi jaringan ini tidak
seragam tetapi sifatnya bervariasi selama perkembangan yang berbeda dari
pertumbuhan individu. Rangsangan dari sel-sel epitel bagian dalam dan
terbentuknya enamel mendorong bersatunya sel-sel epitel bagian dalam
dengan sel-sel epitel bagian luar, bagian tersebut disebut Sheath Hertwig,
sehingga terbentuk akar.

Kelainan Tumbuh Kembang Gigi
A. Hipodonsia
Kegagalan perkembangan satu atau dua benih gigi dan sering kali bersifat
herediter. Ada beberapa sindrom yang disertai hipodonsia, yang paling umum
adalah sindrom Down. Gigi yang paling sering tidak tumbuh adalah molar
ketiga, premolar kedua, dan insisif lateral atas.

B. Anodonsia
Yaitu kegagalan perkembangan seluruh gigi. Anodonsia berkaitan dengan
penyakit sistemis, displasia ektodermal anhidrotik herediter yang merupakan
suatu kelainan perkembangan ektodermal dan umumnya diturunkan sebagai
sex-linked.
Pada kasus yang ekstrem, terjadi kegagalan perkembangan lamina gigi
sehingga tidak ada pembentukan gigi sama sekali, tetapi umumnya gigi susu
terbentuk namun hanya sedikit atau tidak ada gigi tetap yang terbentuk. Gigi-
geligi umumnya berbentuk seperti pasak atau konus.
Pada anodonsia, prosesus alveolaris tanpa adanya dukungan oleh gigi
menjadi tidak berkembang membuat profil menyerupai orang yang sudah tua
karena hilangnya dimensi vertikal.
C. Gigi Supernumerari (Gigi Berlebih)
Yaitu gigi yang berkembang dalam jumlah lebih dari normal. Gigi
berlebih umum ditemukan sebagai akibat perkembangan berlebih dari dental
lamina. Gigi supernumerari dapat menyebabkan gigi berjejal dan
memperlambat erupsi gigi tetap.
Gigi supernumerari dapat ditemukan pada setiap rahang , tetapi lebih
sering terlihat di maksila pada daerah garis tengah gigi depan dan distal dari
gigi molar. Gigi berlebih yang terjadi di antara gigi insisif pertama atas
dinamakan mesiodens. Gigi ini umumnya kecil (mikrodonsia), berbentuk
pasak, dan tidak menyerupai gigi normal di tempat itu.
1. Geminasi
Merupakan gigi yang besar karena satu benih gigi berkembang membentuk
dua gigi. Gigi kembar ini biasanya menyebabkan terpisahnya mahkota gigi
secara menyeluruh atau sebagian melekat pada satu akar dengan satu
saluran akar.
2. Fusi
Merupakan gigi yang besar (makrodonsia) dengan satu mahkota besar yang
terdiri atas persatuan mahkota-mahkota dan akar-akar. Akar umumnya
mempunyai dua saluran akar, karena satu gigi dibentuk oleh dua benih gigi
yang terpisah.
3. Dens invaginatus
Proliferasi epitel odontogenik yang masuk ke dalam gigi menyebabkan
adanya gigi dalam gigi (dens in dente).
D. Dilaserasi
Merupakan suatu angulasi akar yang abnormal terhadap aksis memanjang
dari mahkota gigi. Umumnya deviasi angulasi terlihat sangat tajam, hampir
tegak lurus.
E. Fluorosis
Merupakan keadaan ireversibel yang disebabkan oleh pemasukan fluor
yang berlebihan selama periode perkembangan gigi. Fluor menyebabakan
fluorosis dengan merusak sel ameloblas pembentuk email sehinnga terjadi
gangguan mineralisasi gigi dengan terbentknya porus pada email.
F. Hipoplasia Email
Merupakan istilah untuk menunjukkan pembentukan defek sempurna pada
email yang menghasilkan cacat menyeluruh atau perubahan dalam bentuk.
Hipoplasia email dapat mengenai gigi susu dan tetap.
G. Hipokalsifikasi Email (Opasitas Email)
Adalah bercak putih opak yang tampak pada gigi-geligi tetap dan susu
yang umum ditemukan. Insisivus sentral atas merupakan gigi yang paling
sering terkena. Penyebabnya adalah jejas pada benih gigi selama stadium
kalsifikasi.

H. Kelainan Herediter
Dapat menyerang email, dentin atau pulpa, yang paling sering adalah
menyerang emeil dan dentin.
1. Amelogenesis Imperfekta
Merupakan kelainan herediter yang tampak sebagai perubahn pengaturan
dan/atau struktur gen yang berhubungan dengan email. Ditemukan dalam
bentuk hipokalsifikasi email, hipoplasia email, atau keduanya, namun
dentin dan pulpa normal.
2. Dentinogenesis Imperfekta (opalesen dentin herediter)
Email normal terbentuk, tetapi dentin kurang mineralisasinya sehingga gigi
tampak kebiru-biruan, merah, akar pendek berliku-liku, dapat obliterasi,
email dapat pecah karena sokongan dentin yang lemah, dentin cepat abrasi,
erosi, dan akar terlihat. Dentinogenesis imperfekts lebih sering ditemukan
dibandingkan amelogenesis imperfekta dan ditandai dengan pembentukan
dentin yang tidak teratur baik gigi susu maupun tetap, sebagai akibat
perubahn kromosom 4 dari struktur gen yang berhubungan dengan
pembentukan dentin.
I. Kelainan Pola Erupsi Gigi
Erupsi gigi susu dimulai pada usia 6 bulan dan selesai pada usia sekitar 2,5
tahun. Kelainan erupsi gigi bisa berupa erupsi gigi yang terlalu cepat maupun
terlalu lambat.
Kelainan erupsi yang terlalu cepat, sehingga gigi sudah ada waktu lahir
yang disebut natal teeth. Sebaliknya, erupsi gigi terlambat, berkaitan dengan
penyakit gangguan metabolisme skeletal terutama kretinisme dan riketsia. Pada
kleidokranial displasia, erupsi sebagian besar gigi tetap dapat gagal atau
terlambat.
Trauma yang menyebabkan hilangnya gigi susu dapat menyebabkan erupsi
dini gigi tetap penggantinya. Pada hipertiroidisme, gigi sering kali erupsi
prematur. Sebaliknya pada hipotiroidisme, erupsi gigi umumnya terlambat.
Faktor lokal yang memengaruhi erupsi gigi tetap, antara lain:
kehilangan ruangan akibat tanggal dini gigi susu,
posisi abnormal, biasanya ditemukan pada gigi molar tiga bawah dan
kaninus atas,
gigi berjejal. Ruang yang tidak cukup merupakan faktor penyebab umum
dari kelambatan erupsi, terutama gigi molar tiga bawah,
gigi berlebih yang menempati ruang untuk gigi normal,
kista dentigerus yang menyebabkan pergeseran dan mencegah gigi untuk
erupsi,
retensi gigi susu. Kadang-kadang gigi susu mengalami ankilosis, dan
resorpsi akar gigi susu yang lambat akibat infksi periapeks, meskipun
jarang terjadi, dapat menghalangi erupsi gigi tetap.

Kronologi Gigi Sulung
Gigi Inisiasi
Kalsifikasi
dimulai
Pembentukan
Mahkota
selesai
Erupsi
Pembentukan
Akar selesai
Akar
mulai
diresorpsi
Gigi
meregang
I
Janin
minggu
7
Janin
minggu
14(13-16)
Bulan
1-3
Bulan


Tahun
1,5-2
Tahun
5-6
Tahun
7-8
I 7
16(14,5-
16,5)
2-3


1,5-2 5-6 7-9
C 7,5 17(15-18) 9


2,5-3

6-7 10-12
M 8
15,5(14

-
17)
6


2-2,5 4-5 9-11
M 10
18,5(16-
23,5)
10-12


3 4-5 11-12







Kronologi Gigi Permanen
Gigi Inisiasi
Kalsifikasi
dimulai
Pembentukan
mahkota
selesai
Erupsi
Pembentukan
akar selesai
I
Bl
5 - 5


(janin)
3 - 4 bulan
Tahun
4 - 5
Tahun



Tahun


I
5 5
(janin)



bulan
4 - 5



C
5,5 - 6
(janin)
4-5 bulan 6 - 7






P Lahir



tahun
5 - 6



12 - 13
P 7,5 - 8



tahun
6 - 7






M
3,5 - 4
(janin)
Lahir 2,5 - 3 6 - 7 9 - 10
M 8,5 - 9
2,25 - 3
tahun
7 - 8






M
3,5 - 4
(tahun)
8 - 10 tahun 12 - 16 17 - 21 18 - 25

FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Erupsi Gigi
Erupsi gigi adalah proses yang bervariasi pada setiap anak. Variasi ini bisa terjadi
dalam setiap periode dalam proses pertumbuhan dan perkembangan gigi, terutama
pada periode transisi pertama dan kedua. Variasi ini masih dianggap sebagai suatu
keadaan yang normal jika lamanya perbedaan waktu erupsi gigi masih berkisar
antara 2 tahun(Van der Linden, 1985). Variasi dalam erupsi gigi dapat
disebabkan oleh banyak faktor. Menurut Stewart, dkk (1982), faktor-faktor
tersebut ialah sebagai berikut :
1. Faktor Keturunan (Genetik)
Faktor keturunan dapat mempengaruhi kecepatan waktu erupsi gigi
(Koch, dkk., 1991). Faktor genetik mempunyai pengaruh terbesar dalam
menentukan waktu dan urutan erupsi gigi, termasuk proses kalsifikasi
(Moyers, 2001). Pengaruh faktor genetik terhadap erupsi gigi adalah
sekitar 78% (Stewart, dkk., 1982; Moyers, 2001).
2. Faktor Ras
Perbedaan ras dapat menyebabkan perbedaan waktu dan urutan erupsi gigi
permanen. Waktu erupsi gigi orang Eropa dan campuran Amerika dengan
Eropa lebih lambat 10 daripada waktu erupsi orang Amerika berkulit
hitam dan Amerika Indian (Moyers, 2001). Orang Amerika, Swiss,
Perancis, Inggris, dan Swedia termasuk dalam ras yang sama yaitu
Kaukasoid dan tidak menunjukkan perbedaan waktu erupsi yang terlalu
besar (Stewart, dkk., 1982).
3. Jenis Kelamin
Waktu erupsi gigi permanen rahang atas dan bawah terjadi bervariasi pada
setiap individu. Pada umumnya waktu erupsi gigi anak perempuan lebih
cepat dibandingkan laki-laki. Perbedaan ini berkisar antara 1 hingga 6
bulan (Clark, 1994).
4. Faktor Lingkungan
Pertumbuhan dan perkembangan gigi dipengaruhi oleh faktor lingkungan
tetapi tidak banyak mengubah sesuatu yang telah ditentukan oleh faktor
keturunan. Pengaruh faktor lingkungan terhadap waktu erupsi gigi adalah
sekitar 20% (Moyers, 2001). Faktor-faktor yang termasuk ke dalam
faktor lingkungan antara lain:
o Sosial Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi dapat mempengaruhi keadaan nutrisi,
kesehatan seseorang dan faktor lainnya yang berhubungan
(Stewart, dkk., 1982). Anak dengan tingkat ekonomi rendah
cenderung menunjukkan waktu erupsi gigi yang lebih lambat
dibandingkan anak dengan tingkat ekonomi menengah (Moyers,
2001).
o Nutrisi
Faktor pemenuhan gizi dapat mempengaruhi waktu erupsi gigi dan
perkembangan rahang (Djoharnas, 2000). Nutrisi sebagai faktor
pertumbuhan dapat mempengaruhi 11 erupsi dan proses kalsifikasi.
Keterlambatan waktu erupsi gigi dapat dipengaruhi oleh faktor
kekurangan nutrisi, seperti vitamin D dan gangguan kelenjar
endokrin. Pengaruh faktor nutrisi terhadap perkembangan gigi
adalah sekitar 1% (Moyers, 2001).
5. Faktor Penyakit
Gangguan pada erupsi gigi permanen dapat disebabkan oleh penyakit
sistemik dan beberapa sindroma, seperti Down syndrome, Cleidocranial
dysostosis, Hypothyroidism, Hypopituitarism, beberapa tipe dari
Craniofacial synostosis dan Hemifacial atrophy (Stewart, dkk., 1982).
6. Faktor Lokal
Faktor-faktor lokal yang dapat mempengaruhi erupsi gigi adalah jarak gigi
ke tempat erupsi, malformasi gigi, adanya gigi berlebih, trauma dari benih
gigi, mukosa gusi yang menebal, dan gigi sulung yang tanggal sebelum
waktunya (Salzmann, 1975).

Proses Pembentukan Lengkung Rahang

Tulang rawan dan tulang rangka mandibula terbentuk dari sel neural crest
embrionik yang muncul pada daerah midbrain dan hindbrain dari lipatan neural. Sel-
sel ini berpindah ke ventral untuk membentuk tonjolan mandibula (dan maksila) serta
fasial, berdiferensiasi menjadi tulang dan jaringan ikat. Mandibula berasal dari
membran osifikasi dan faktor neurotropik dari kondensasi ektomesensimal pada hari
perkembangan ke 36-38.
Pada bayi lengkung rahang dibentuk oleh karena adanya condyle mandibula
yang miring hampir horizontal. Keadaan tersebet menyebabkan pertumbuhan condyle
sehingga menyebabkan terbentuknya rahang yang panjang.Pada tahap awal
pertumbuhan kepala condyle dari ramus yang lebar menyebabkan perbedaan posterior
dari kedua tubuh mandibula yang berbentuk V . Pelebaran tubuh pada mandibula
berkembang , sehingga terjadi gerakan pergeseran kearah belakang dari ramus. Hal
tersebut menyebabkan tubuh mandibula memanjang dan menyebabkan daerah
posterior molar mengarah kedepan dan membuat erupsipada gigi molar.
Pada perkembangannya lengkung rahang juga dipengaruhi oleh erupsi gigi
geligi. Erupsi ini menyebabkan pergerakan erupsi yang mempengaruhi pertumbuhan
dari tualang rahang panjang dan lebabr apabila gigi tanggal. Hal tersebut
menyebabkan tulang rahang disekitar gigi mengaami ketertinggalan dalam
pertumbuhan.
Faktor faktor yang mempengaruhi
Genetik :
- Berperan dalam menentukan dimensi panjang, lebar, dan lengkung
pada rahang.
Lingkungan :
- Kebiasaan oral seperti menghisap dot, menyebabkan lengkung rahang
menngecil.
- Kebiasaan bernapas lewat mulut, menyebabkan lengkung rahang
menngecil.
Lokal :
- Mal nutrisi, menyebabkan lengkung rahang menngecil.
- Otot rongga mulut yang kuat , menyebabkan meningkatnya
mekanisme pengunyahan sehingga lengkung rahang membesar dan
memicu pertumbuhan sutura dan aposisi tulang.
- Kehilangan benih gigi desidui karena karies, trauma, resorbsi
prematur akar gigi , menyebabkan lengkung rahang menngecil.

Daftar Pustaka
Sperber,G.H.1991.Embriologi Craniofasial.Jakarta:Hipokrates
Sadler, T.W. 2009. Embriologi Kedokteran Langman, Ed. 10. Jakarta: EGC.
Itjiningsih W.H. Anatomi Gigi. 1991. Jakarta : EGC
Jurnal Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi Universitas Sumatera Utara
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16855/4/Chapter%20II.pdf )

Anda mungkin juga menyukai