Anda di halaman 1dari 19

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendidikan
2.1.1 Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu
terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih
dewasa. Dalam mencapai tujuan tersebut, seorang individu, kelompok, atau
masyarakat tidak lepas dari kegiatan belajar.

Berdasarkan Pasal 1 UU No. 20 tahun 2003, pendidikan merupakan usaha
dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
1
Dan berdasarkan Pasal 2 UUD No. 20 tahun 2003, pendidikan nasional
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
1

2.1.2 Jalur Pendidikan
Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 menerangkan bahwa Jalur pendidikan
yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses
pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan terdiri atas :



6

2.1.2.1 Pendidikan Formal
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang
yang terdiri atas pndidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Jenjang pendidikan formal terdiri atas :
1. Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi
jenjang pendidikan mengah. Setiap warga Negara yang berusia tujuh
sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar.
Pemerintah menjamin terselenggaranya wajib belajar bagi setiap warga
Negara yang berusia 6 tahun pada jenjang pendidikan dasar tanpa
memungut biaya. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan
Madrasah Ibtidaiyah (MI) serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
Madrasah Tsanawiyah (MTs).
1
2. Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar.
Pendidikan menengah terdiri atas Sekolah Menengah Atas (SMA,
Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
1
3. Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah
pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma,
sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh
perguruan tinggi. Perguruan tinggi terdiri dari akademi, politeknik,
sekolah tinggi, institute, atau universitas.
1

2.1.2.2 Pendidikan Non Formal
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal
yang dapat dilaksanankan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal
diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layananan pendidikan
yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan pelengkap pendidikan formal
dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.
1

7

Pendidikan non formal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik
dengan penekenan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional
serta pengembangan sikap dan kepribadian professional. Pendidikan nonformal
meliputi:
1. Pendidikan kecakapan hidup
2. Pendidikan anak usia dini
3. Pendidikan kepemudaan
4. Pendidikan pemberdayaan perempuan
5. Pendidikan keaksaraan
6. Pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja
7. Pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik
1

Satuan pendidikan nonformal terdiri atas:
1. Lembaga kursus
2. Lembaga pelatihan
3. Kelompok belajar
4. Pusat kegiatan belajar masyarakat
5. Majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis
1

Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan
bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk
mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan atau
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
1
Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program
pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga
yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada
standar nasional pendidikan.
1
2.1.2.3. Pendidikan Informal
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan yang bersifat kemasyarakatan
yang diselenggarakan di luar sekolah melalui kegiatan belajar mengajar yang
8

tidak berjenjang dan tidak berkesinambungan, seperti kepramukaan, berbagai
kursus, dan lain-lain. Sifatnya tidak formal dalam arti tidak ada keseragaman pola
yang bersifat nasional.
1
Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan
berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan informal diakui sama
dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai
dengan standard nasional pendidikan.
1
Faktor pendidikan seseorang sangat menentukan dalam pola pengambilan
keputusan dan penerimaan informasi. Pendidikan juga akan mempengaruhi
pengetahuan dan persepsi seseorang tentang pentingnya suatu hal.
1

2.2 Pengetahuan
2.2.1 Pengertian Pengetahuan
Menurut Sukidjo Notoatmodjo, pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini
terjadi setelah seseorang melakukan suatu pengindraan terhadap suatu objek
tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan,
penciuman, rasa, raba, dan pengucapan. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga.
6

Dan berdasrkan sunaryo, pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi
melalui proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu.
Pengetahuan merupakan domain terpenting untuk terbentuknya prilaku terbuka
(overt behavior). Prilaku yang didasari pengetahuan bisanya bersifat langgeng.
7
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil
penggunaan pancainderanya. Yang berbeda sekali dengan kepercayaan (beliafes),
takhayul (superstiion), dan penerangan-penerangan yang keliru (misinformation).







9

2.2.2 Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognetif mempunyai 6 tingkatan
yaitu :
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

Tahu diartikan hanya sebagai recall memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu misalnya, tahu bahwa buah tomat
banyak mengandung vitamin C.
6,7
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
6,7
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi
disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,
rumus, metode prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang
lain.
6,7
4. Analisa (Analysis)
Analisis adalah kemamuan seseorang untuk menjabarkan atau suatu
objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa ini
dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan
sebagainya.
6,7
10

5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6,7

6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-
penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria-kriteria yang ada.
6,7


2.2.3 Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan kuesioner atau angket
yang berisi pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti lapoaran pribadinya, atau hal-hal yang diketahui oleh
responden.
8

2.2.4 Cara Memperoleh Pengetahuan
2.2.4.1 Non Ilmiah (Tradisional)
1. Cara Coba Salah (Trial And Error)
Cara ini dipakai sebelum adanya kebudayaan, bahkan belum adanya
peradaban. Pada waktu itu apabila seseorang mendapati sebuah persoalan,
mereka memecahkan dengan cara coba-coba. Dan apabila mengalami
kesalahan maka akan mencoba cara lain.
2. Secara Kebetulan
Dalam hal ini perolehan pengetahuan didapat secara kebetulan dan tanpa
adanya unsur kesengajaan dari orang tersebut.
3. Cara Kekuasaan Atau Otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari banyak sekali kebisaan ataupun
tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran apakah
yang dilakukan baik atau tidak. Dengan kata lain pengetahuan tersebut
11

diperoleh berdasarkan pemegang otoritas, yakni orang yang mempunyai
wibawa atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemuka
agama, maupun ilmu pengetahuan.
4. Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman adalah guru yang terbaik, demikian bunyi pepatah. Pepatah ini
mengandung maksud bahwa pengalaman itu sumber pengetahuan, atau
pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan. Biasanya seseoang akan melakukan pemecahan masalah
sesuai dengan pengalaman yang dia dapat.
5. Cara Akal Sehat
Akal sehat akan menemukan teori ataupun kebenaran. Misalnya orang tua
memberikan hadiah atau hukuman agar anaknya mematuhi perintah orang
tuanya.
6. Kebenaran Melalui Wahyu
Dalam hal ini pengetahuan didapatkan berdasarkan ajaran atau dogma yang
diyakini diturunkan oleh Tuhan melalui Nabinya. Sehingga hal tersebut
harus diikuti oleh penganut agama tersebut.
7. Cara Intuitif
Pengetahuan atau kebenaran ini didapat seseorang secara cepat diluar nalar
seseorang melainkan dengan cara mendengarkan kata hati ataupun intuisi
saja.
8. Melalui Jalan Pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan manusia, cara berpikir
manusiapun ikut berkembang. Dari sini manusia telah dapat menggunakan
penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.
9. Induksi
Perolehan dengan cara menyimpulkan apa yang ditangkap oleh indera
sehingga seseorang dapat memahami dan menyimpulkan pengalaman
kedalam suatu konsep.


12

10. Dedukasi
Dedukasi adalah proses pembuatan kesimpulan dari pernyataan umum ke
pernyataan khusus. Sehingga perolehan pengetahun didapat berdasarkan
pengetahuan yang umum kemudian dirubah menjadi pengetahuan yang
khusus.
9

2.2.4.2 Ilmiah (Moderen)
Cara memperoleh pengetahuan ilmiah dapat disebut cara modern atau cara
baru. Cara modern atau baru dalam memperoleh pengetahuan dalam dewasa ini
lebih sitematis, logis, dan ilmiah. Cara seperti ini disebut cara penelitian ilmiah
atau metodelogi ilmiah.
9

2.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Beberapa faktor yang berhubungan dengan karakteristik subyek antara lain
adalah:
1. Usia
Semakin cukup usia si ibu tingkat kemampuan atau kematangannya akan
lebih mudah untuk berpikir dan mudah menerima informasi tentang
kehamilannya.

2. Tingkat pendidikan
Pendidikan seseorang mempengaruhi cara pandangan atau masyarakat
yang pendidikannya tinggi akan lebih mudah menerima informasi atau
penyuluhan yang kita berikan dan lebih cepat merubah sikapnya dalam
kehidupan sehari-hari.

3. Minat
Sebagai suatu kecenderungan atau keiinginan yang tinggi terhadap
sesuatu. Minat menjadikan seseorang mencoba dan menekuni suatu hal
yang pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
4. Pengalaman
Suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan
lingkungannya, ada kecenderungan pengalaman kurang baik seseorang
13

akan melupakannya dan apabila pengalaman tersebut menyenangkan
maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan
membekas dalam kehidupannya.

5. Budaya
Dapat mempengaruhi proses pengetahuan seseorang diamana lingkungan
ataupun budaya disekitarnya merupakan suatu contoh yang dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang.
10-12

2.3 Konsep Dasar Kehamilan
2.3.1 Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah sebuah proses yang diawali dengan keluarnya sel telur
yang matang pada saluran telur yang kemudian bertemu dengan spermatozoa dan
keduanya menyatu membentuk sel yang akan bertumbuh.
Seorang ibu belum pasti dikatakan hamil apabila hanya memiliki tanda-
tanda seperti terlambat haid, mual, muntah, perut dan payudara membesar karena
seorang ibu dikatakan positif hamil apabila sudah terdengar bunyi denyut jantung
janin serta terlihatnya tulang janin melalui ultra sonografi (USG) dan rontgen.
13

2.3.2 Fisiologi Kehamilan
Proses kehamilan merupakan mata rantai berkesinambungan masa
kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya kehamilan
normal kira-kira 280 hari (40 minggu) sampai 300 hari (43 minggu) yang
terhitung dari haid terakhir. Kehamilan 40 minggu disebut kehamilan cukup bulan
(matur), bila kehamilan lebih dari 43 minggu disebut kehamilan post matur. Dan
kehamilan antara 28 sampai 36 minggu merupakan kehamilan prematur, dan bayi
yang dialahirkan pada masa ini mempunyai prognosis buruk.
13

Kehamilan berdasarkan usia kehamilan dibagi 3 fase yaitu :
1. Trimester I (antara 0 sampai 12 minggu)
2. Trimester II (antara 12 minggu sampai 28 minggu) dan
3. Trimester III (antara 28 minggu sampai 40 minggu)
14

2.3.3 Tanda-Tanda Kehamilan
Pada wanita hamil terdapat tanda dan gejala antara lain sebagai berikut :
1. Tanda dugaan hamil
a. Amenore (tidak dapat haid)
Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak haid lagi.
Penting diketahui tanggal hari pertama haid terakhir supaya dapat
ditentukan tuanya kehamilan dan perkiraan persalinan.
b. Nausea (enek) dan Emesis (muntah)
Enek umumnya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan disertai
kadang-kadang oleh emesis.
Morning sickness dalam batas-batas tertentu keadaan ini masih
fisiologik. Bila terlampau sering, dapat mengakibatkan gangguan
kesehatan dan disebut Hiperemesis Gravidarum.
c. Mengidam (menginginkan makanan atau minuman tertentu)
Mengidam sering terjadi pada bulan-bulan pertama akan tetapi
menghilang dengan makin tuanya kehamilan.
d. Pingsan
Sering dijumpai bila berada pada tempat-tempat ramai, dianjurkan pada
bulan-bulan pertama tidak berada ditempat tersebut. Keadaan ini akan
hilang sesudah kehamilan 16 minggu.
e. Payudara Tegang dan Membesar
Keadaan ini disebabkan oleh pengaruh estrogen dan progesteron yang
merangsang duktuli dan alveoli di payudara.
f. Anoreksia (tidak nafsu makan)
Pada bulan-bulan pertama anoreksia, tetapi setelah itu nafsu makan
timbul lagi. Hendaknya dijaga jangan sampai salah pengertian makan
untuk dua orang sehingga kenaikan berat badan tidak sesuai dengan
tuanya kehamilan.
g. Sering kencing
Kejadian ini terjadi karena kandung kencing pada bulan -bulan pertama
kehamilan karena tertekan uterus yang mulai membesar. Pada triwulan
15

kedua umumnya keluhan ini hilang oleh karena uterus yang mulai
membesar dari rongga panggul dan menekan kembali kandung kencing.
h. Obstipasi (sulit buang air besar)
Keadaan ini karena pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik
usus.
i. Pigmentasi kulit
Terjadi pada usia kehamilan 12 minggu keatas pada pipi hidung dan
dahi. Kadang-kadang nampak deposit pigmen yang berlebihan dikenal
sebagai kloasma gravidarum. Areola mamae, leher, dan digaris tengah
abdomen lebih hitam karena didapatkan deposit pigmen yang berlebih.
Pigmentasi ini disebabkan karena dari hormon-hormon kortiko-steroid
plasenta yang merangsang melanofor dan kulit
j. Epulis hipertropi dari papil gusi terjadi pada trimester pertama.
k. Varices
Karena pengaruh dari estrogen dan progesteron terjadi penumpukan
pembuluh darah vena. Penumpukan pembuluh darah itu terjadi disekitar
genetalia eksterna, poplitea, kaki, betis dan payudara. Penumpukan
pembuluh darah ini dapat menghilang setelah persalinan.
13,14,17-31

2. Tanda pasti kehamilan
Gerakan janin pada primigravida dapat dirasakan oleh ibunya pada
kehamilan 18 minggu sedang pada multigravida pada 16 minggu oleh karena
sudah berpengalaman dari kehamilan terdahulu. Gerakan janin kadang-kadang
pada kehamilan 20 minggu dapat diraba secara obyektif oleh pemeriksa,
balotemen dalam uterus sudah dapat diraba pada kehamilan lebih tua. Bila
dilakukan pemeriksaan dengan sinar rontgen kerangka fetus mulai dapat dilihat.
Dengan alat fetal elektro cardiograph denyut jantung janin dapat dicatat pada
kehamilan 12 minggu.
13,
Dalam triwulan terasa gerakan janin lebih gesit. Bunyi jantung janin juga
dapat didengar lebih jelas. Bagian-bagian besar janin ialah kepala dan bokong dan
bagian-bagian kecil ialah kaki dan lengan dapat pula diraba dengan jelas. Pada
primigravida kepala janin mulai turun pada kehamilan kira-kira 36 minggu sedang
16

pada multigravida pada kira-kira 38 minggu, kadang-kadang baru turun pada
permulaan partus.
13
Dari keseluruhan yang diuraikan maka diagnosis pasti kehamilan dapat
dibuat apabila:

1. Dapat diraba dan kemudian dikenal bagian-bagian janin.
2. Dapat dicatat dan didengar bunyi jantung janin dengan beberapa cara.
3. Dapat dirasakan gerakan janin dan balotemen
4. Pada pemeriksaan dengan sinar rontgen tampak kerangka janin.
5. Dengan ultrasonografi (scanning) dapat diketahui ukuran kantong janin,
panjang janin (crown rump) dan diameter biparietalis hingga dapat
diperkirakan tuanya kehamilan dan selanjutnya dapat dipakai untuk
menilai pertumbuhan janin.
13,14,17-31

2.3.4 Faktor resiko pada kehamilan
Faktor resiko kehamilan adalah setiap faktor yang berhubungan dengan
meningkatnya kesakitan dan kematian ibu dan bayi.
1. Primi muda umur kurang dari 15 tahun primi tua 35 tahun.
2. Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun
3. Pernah melahirkan lebih dari 4 kali
4. Riwayat obstetri jelek atau mengalami kesulitan pada persalinan yang
lalu (bayi lahir mati, sungsang, bayi tidak cukup umur operasi pada
waktu melahirkan).
5. Tinggi badan kurang dari 145 cm
6. Mempunyai riwayat penyakit ibu, preeklamsia, kehamilan kembar,
hidromion, hamil serotinus, IUFD, letak sungsang, dan letak lintang.
7. Perdarahan antepartum ang dapat mengancam nyawa ibu.
13,17






17


2.4 Konsep Dasar Hiperemesis Gravidarum
2.4.1 Pengertian Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan, sehingga
pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum ibu menjadi buruk.
13,15,18

2.4.2 Etiologi
Sebab pasti belum diketahui frekuensi kejadian adalah 2 periode kehamilan.
Faktor-faktor predisposisi yang dikemukakan.
1. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, Mola
hidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor
hormon memegang peranan pada kedua keadaan tersebut hormon
khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
13,33-36

2. Masuknya Villi khorialis dalam sirkulasi meternal dan perubahan
metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu
terhadap perubahan ini merupakan faktor organik.
13,16,34-36
3. Alergi salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebut
sebagai salah satu faktor organik.
13,35,36
4. Faktor Psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini.
Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap
kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu,
dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan
muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan untuk hamil
atau pelarian kesukaran hidup.
13,33-36
Hubungan psikoligik dengan hiperemesis gravidarum belum
diketahui pasti. Tidak jarang dengan memberikan suasana baru, sudah
dapat memebantu mengurangi frekuensi muntah,
13

2.4.3 Gejala dan Tingkat
1. Gejala-gejala yang khas

a. Muntah yang hebat
b. Haus
18

c. Dehidrasi
d. Berat badan turun
e. Keadaan umum menurun
f. Kenaikan suhu
g. Ikterus
h. Gangguan cerebral (kesadaran menurun)
13,16

2. Tingkat-tingkat hiperemesis gravidarum
Hiperemesis gravidarum menurut berat ringannya gejala dapat dibagi
kedalam 3 tingkatan yaitu :
a. Tingkatan I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu
merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan nyeri
pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan
darah sistol menurun, turgor kulit menurun, lidah mengering dan mata
cekung.
b. Tingkatan II
Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih menurun,
lidah mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-
kadang naik dan mata sedikit ikterus. Berat badan menurun dan mata
menjadi cekung, tensi rendah, oligouria dan konstipasi aseton dapat
tercium dalam hawa pernafasan dan dapat juga ditemukan pada kencing.
c. Tingkatan III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dan
sampai koma. Nadi kecil dan cepat, suhu badan meningkat dan tensi
menurun. Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal
sebagai ensefalopati wernicke, dengan gejala natigmus, diplopia, dan
perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat kekurangan zat makanan,
termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan payah
hati.
13,34-36


19


2.4.4 Patologi













2.4.5 Diagnosa
Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan
adanya kehamilan muda dan muntah yang terus menerus sehingga mempengaruhi
keadaan umum. Hiperemesis gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan
kekurangan makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga
pengobatan perlu segera diberikan.
13,35

2.4.6 Diagnosis Banding
Namun demikian perlu diketahui bahwa hamil muda dengan penyakit
gastritis, pielonefritis, hepatitis, dan tumor serebri yang dapat memeberikan gejala
yang sama.
13

2.4.7 Penanganan
Pencegahan dengan memberikan informasi dan edukasi tentang kehamilan
kepada ibu dengan maksud menghilangkan faktor psikis rasa takut menghadapi
Gambar 2.1 Patologi Hiperemesis Gravidarum
13,35
Enshefalopati
wernicke

Urine :
- Oligouri
- Urine pekat

Urine
- Ketonuria
- Proteinuria
- Bilirubin (+)
Emasiasi Polinefritis Hepatitis Ketosis
Starvasi Dehidrasi
Mual muntah >>
20

kehamilannya. Selain itu diperlukan juga penjelasan tentang diit ibu hamil,
dengan mengkonsumsi makanan jangan sekaligus banyak, tetapi dalam porsi
sedikit-sedikit tapi sering.

1. Obat -obatan
a. Terapi obat menggunakan sedativa (luminal, stesolid)
b. Dianjurkan pemberian vitamin (B1 dan B6).
c. Anti histaminika (drammamin, avopreg, avomin, torecan).
d. Pada keadaan lebih berat berikan obat antiematik (metoklopramid,
disiklomin, hidroklorida,natau klorpromazin).
Hiperemesis gravidarum tingkat II dan III harus dirawat inap di
Rumah Sakit.
13,33-36

2. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan
mendapatkan peredaran udara yang baik. Usahakan jangan banyak tamu yang
masuk, hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke kamar penderita,
sampai muntah berhenti dan penderita mau makan. Kadang-kadang dengan
isolasi saja gejala-gejala akan berkurang dan hilang tanpa pengobatan.
13,33-36
3. Psikologik
Terapi psikologik, berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang
wajar, normal dan fisiologis, jadi tidak perlu takut dan khawatir. Cari dan
coba hilangkan masalah dan konflik, yang kiranya menjadi latar belakang
penyakit ini.
13,33-36

4. Penambahan cairan
Berikan infus perenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat, dan protein,
dengan glukose 5% dalam cairan garam fisiologik sebayak 2-3 liter sehari.
Bila perlu dapat ditambahkan kalium, dan vitamin, khususnya vitamin B
kompleks dan vitamin C, dan bila ada kekurangan protein dapat ditambahkan
asam amino secara intravena.
13,33-36

5. Abortus buatan
Pada beberapa kasus, dan bila terapi tidak dapat dengan cepat memperbaiki
keadaan umum penderita tetapi malah semakin memburuk. Usahakan
21

melakukan pemeriksaan medik dan psikiatrik. Dan apabila timbul manifestasi
komplikasi seperti, penurunan kesadaran (delirium), takikardi, ikterus, anuria,
dan perdarahan dapat dipertimbangkan suatu abortus buatan. Tindakan
abortus tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ
vital.
13,33-36

2.4.8 Prognosis
Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat
memuaskan. Namun demikian pada kasus yang berat, penyakit ini dapat
megancam jiwa ibu dan janin.
13,35,36





















22


2.5 Kerangka Teori
























Gambar 2.2 Kerangka Teori
10




Pengetahuan Tentang
Hiperemesis Gravidarum
1. Defenisi
2. Etiologi
3. Gejala
4. Diagnosa
5. Diagnosa Banding
6. Penanganan
Budaya
Pengalaman
Usia
Tingkat Pendidikan
1. Pendidikan Formal
2. Pendidikan Non Formal
3. Pendidikan Informal

Minat
23

2.6 Kerangka Konseptual
Kerangka konsep hubungan tingkat pendidikan formal dengan pengetahuan
ibu hamil tentang hiperemesis gravidarum di Puskesmas Paal X Jambi adalah
sebagai berikut :


Variabel Independen Variabel Dependen




Gambar 2.3 Kerangka Konsep


2.7 Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah:
H0
Tidak ada hubungan tingkat pendidikan formal dengan
pengetahuan ibu hamil tentang hiperemesis gravidarum di
Puskesmas Paal X kota Jambi

H1
Ada hubungan tingkat pendidikan formal dengan pengetahuan
ibu hamil tentang hiperemesis gravidarum di Puskesmas Paal X
Kota Jambi.
Tingkat pendidikan formal


PENGETAHUAN TENTANG
HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Anda mungkin juga menyukai