Anda di halaman 1dari 2

BAB III

PEMBAHASAN


Mengapa dilakukan anestesi umum?
Anestesi umum pada pembedahan sesar dapat dilakukan dalam keadaan keadaan darurat
atas indikasi tertentu:


Perhatian khusus harus ditekankan pada pengawasan sistem sirkulasi dan pernapasan.
Apabila ada kelainan daripada sistem sistem tersebut, maka sebaiknya dilakukan anestesi
umum untuk pembedahan sesar. Kondisi kondisi obstetri seperti preeklampsia dan abruptio
plasenta juga merupakan indikasi dilakukannya anestesi umum. Biasanya anestesi umum
digunakan pada kasus kasus dimana kecepatan adalah hal yang penting. Kelemahan pada
anestesi umum adalah bila dikombinasikan dengan agen volatil maka dapat menyebabkan
perdarahan yang lebih banyak. Pada kasus diatas didapatkan bahwa Ny. L didiagnosis
menderita preeklampsia berat dan oedem parum sehingga harus dilakukan anestesi umum.

Profilaksis terhadap aspirasi asam lambung
Pada kasus Ny. L, tidak dilakukan profilaksis terhadap aspirasi asam lambung. Seharusnya
dilakukan profilaksis dengan mengetahui bahwa salah satu komplikasi anestesi umum adalah
aspirasi dari isi perut. Profilaksis ini dapat dilakukan dengan pemberian obat antagonis
reseptor H
2
(ranitidin 50 mg IV) atau penghambat pompa proton (pantoprazol 40 mg IV).

Induksi anestesi dan relaksasi
Pada kasus diatas, induksi anestesi dilakukan dengan menyuntikkan ketamin 50 mg, propofol
30 mg, dan fentanil 100 mg lalu diberikan roculax 40 mg sebagai relaksan. Hal ini sedikit
berbeda dari sumber yang penulis dapatkan bahwa untuk induksi anestesi obat terpilih adalah
thiopental (5 mg/ kgbb) dan suksinilkolin (1.5 mg/ kgbb) sebagai relaksan. Propofol memiliki
durasi amnesia yang singkat, waktu yang lebih panjang untuk bernapas spontan, dan dapat
berakibat buruk pada profil neonatus. Fentanil digunakan untuk menekan respons hipertensi
akibat dilakukannya intubasi. Pemilihan relaksan golongan depolarisasi dan non-depolarisasi
juga menjadi kontroversi. Hal ini dikarenakan rocuronium (roculax) memiliki durasi efek
yang lebih lama dibandingkan dengan suksinilkolin. Seharusnya dilakukan tekanan sebanyak
10 N pada krikoid dengan sumbu 90
0
terhadap meja operasi, lalu dilanjutkan sebanyak 20 N
40 N setelah diinduksi sampai tindakan intubasi selesai dilakukan.

Ekstubasi
Ekstubasi seharusnya dilakukan dengan mempertahankan refleks jalan nafas pasien dan
dalam posisi lateral kiri, sedangkan pada kasus ekstubasi dilakukan saat pasien dalam
keadaan terlentang.

Anda mungkin juga menyukai