Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Gambaran pembangunan kesehatan di tingkat kabupaten dapat dilihat dari
tiga komponen utama yang saling berkaitan yaitu status perkembangan dan
kelangsungan hidup, status kesehatan, dan status pelayanan kesehatan. Status
pelayanan kesehatan terdiri dari cakupan pengelolaan pelayanan program kesehatan
dan sarana prasarana kesehatan. Pada tingkat Puskesmas program perbaikan gizi
merupakan salah satu program dasar dari enam program dasar yang ada. Salah satu
pengelolaan program kesehatan adalah program perbaikan gizi.
Sekarang ini masalah gizi mengalami perkembangan yang sangat pesat
malnutrisi masih saja melatar belakangi penyakit dan kematian anak, meskipun
sering luput dari perhatian. Sebgaian besar anak di duniayang menderita malnutrisi
bermukim di wilayah yang juga miskin akan bahan pangan kaya zat gizi, terlebih
zat gizi mikro. Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi yaitu
kualitas hidangan yang mengandung semua kebutuhan tubuh.
Anak usia di bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok yang rentan
terhadap kesehatan dan gizi. Analisis epidemiologi dari 53 negara sedang
berkembang mengindikasikan bahwa 56% kematian pada anak-anak 6-59 bulan
dipicu potensiasi malnutrisi dengan penyakit infeksius dan malnutrisi ringan-
sedang sebanyak 83% dari kematian tersebut. Menurut WHO lebih dari 50%
kematian bayi dan anak terkait dengan gizi kurang dan gizi buruk. Menurut IDAI
malnutrisi di masyarakat secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh
terhadap 60% dari 10,9 juta kematian anak dalam setiap tahunnya dan 2/3 dari
kematian tersebut terkait dengan praktek pemberian makan yang tidak tepat pada
tahun pertama kehidupan (Infant Feding Practice).
KEP adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita
di Indonesia. Kurang energi protein (KEP) atau malnutrisi adalah keadaan kurang
gizi yang disebabkan karena rendahnya konsumsi energi dan protein dalam
makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG).
Kasus anak gizi buruk masih banyak ditemukan baik di kota maupun di desa.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 prevalensi gizi kurang
(BB/U -3 SD sampai -2SD) adalah 13,9% dan gizi buruk (BB/U <-3SD) 5,9%.
Data yang sama menunjukkan anak kurus (BB/TB -3SD sampai -2SD) sebesar
6,8%, sangat kurus (BB/TB <-3SD) 5,3%. Kategori pendek (TB/U -3SD sampai -2
SD) 19,2 % sedangkan sangat pendek (TB/U <-3 SD) 18,0%.
Data riskesdas menunjukkan bahwa prevalensi gizi kurang meningkat
dibandingkan tahun 2010 dan 2007 yaitu 13,0%. Begitu pula dengan prevalensi gizi
buruk yang meningkat dari 4,9% (2010) dan 5,4% (2007).
Dampak jangka pendek gizi kurang maupun gizi buruk pada masa balita
adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak, otot, komposisi tubuh dan
metabolisme glukosa, lemak, dan protein. Dampak jangka panjang dapat berupa
rendahnya kemampuan nalar, prestasi pendidikan, kekebalan tubuh, dan
produktifitas.
Masalah gizi buruk dapat diantisipasi dengan upaya pencegahan dan
penanggulangan secara terpadu di setiap tingkat pelayanan kesehatan dengan
kesiapan dan pemberdayaan tenaga kesehatan. Yang termasuk pada sarana
kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas perawatan, puskesmas, balai pengobatan,
puskesmas pembantu, pos pelayanan terpadu, dan pusat pemulihan gizi. Untuk
mengatasi masalah gizi buruk juga diperlukan peran aktif masyarakat sehingga
dampak negatif kekurangan pangan dan gizi dapat dicegah dan ditanggulangi secara
cepat apabila gejala dan penyebab masalahnya diketahui secara dini.
Salah satu cara untuk menanggulangi maslah gizi kurang dan gizi buruk
adalah dengan menjadikan tata laksana gizi buruk sebagai usaha menangani setiap
kasus yang ditemuan. Pada saat ini kasus gizi buruk dapat ditangani dengan dua
pendekatan. Gizi buruk dengan komplikasi (anoreksia, pneumonia berat, anemia
berat, dehidrasi berat, demam sangat tinggi dan penurunan kesadaran dirawat di
rumah sakit, puskesmas rawat inap, Pusat Perawatan Gizi atau Therapeutic Feeding
Center. Untuk gizi buruk tanpa komplikasi (nafsu makan baik dan tanpa komplikasi
medis) dapat dilakukan secara rawat jalan.


B. TUJUAN PENULISAN
1. Melakukan pemeriksaan fisik dan antropometris untuk menilai status gizi
2. Melakukan pendampingan anak malnutrisi
3. Melakukan pemantauan dan evaluasi pelayanan anak malnutrisi
4. Mengetahui kondisi yang melatarbelakangi terjadinya malnutrisi pada pasien
5. Meningkatkan status gizi dan menurunkan angka kematian anak malnutrisi


























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. GIZI
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan ya g dikonsumsi
secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakanm untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,
serta menghasilkan energi.
Setiap orang perlu mengkonsumsi aneka ragam makanan untuk memenuhi
kebutuhan gizinya, kecuali bayin umur 0-6 bulan karena ASI adalah satu-satunya
makanan tunggal yang penting dalam proses tumbuh kembang. Aneka ragam
makanan yang dimaksud adalah makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi
yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantitasnya, yaitu makanan yang
mengandung at tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur.
Makanan sumber zat tenaga antara lain beras, jagung, gandum, ubi kayu ubi
jalarm sagu, kentang, roti. Minyak, margarin dan santan yang mengandung lemak
juga dapat menghasilkan tenaga. Makanan sumber zat tenaga menunjang aktivitas
sehari-hari.
Makanan sumber zat pembangun yang berasal ari bahan makanan nabati
adalah kacang-kacangan, tempe, tahu. Sedangkan yang berasal dari hewan adalah
telur, ikan, ayam, daging, susu, serta hasil olahan seperti keju. Zat pembangun
berperan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan
seseorang.
Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buah-buaham.
Makann ini mengandung berbagai vitamin dan mineral, yang berperan untuk
melancarkan bekerjanya fungsi organ-organ tubuh.

B. STATUS GIZI
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel
tertentu, atau perwujudan nutrisi dalam bentuk variabel tertentu. Contohnya gondok
endemik merupakan keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran
yodium dalam tubuh. Perlnya deteksi dini status gizi mengingat penyebabnya
sangat kompleks, pengelolaa gizi buruk memerlukan kerjasama yang komprehensif
dari semua pihak.
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat jenis
penilaian, yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik.
1. Antropometri
a. Definisi
Antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang
gizi maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur
dan tingkat gizi.
b. Penggunaan
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan
asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola
pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seeprti lemak, otot, dan
jumlah air dalam tubuh.
c. Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI)
IMT merupakan cara yang sederhana untuk emantau status gizi orang
dewasa usia >18 tahun dan tidak dapat diterapkan pada bayi,, anak, remaja,
ibu hamil, dan olahragawan. Cara penghitungannya:
IMT = BB (kg) / TB (cm)
2

Batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut:
Kategori Keterangan IMT
Kurus Kekurangan BB tingkat berat <17,0
Kurus sekali Kekurangan BB tingkat ringan 17,0-18,4
Normal Normal 18,5-25,0
Gemuk Kelebihan BB tingkat ringan 25,1-27,0
Obesitas Kelebihan BB tingkat berat >27,0

d. Klasifikasi status gizi secara klinis dan antropometris berdasarkan BB, PB,
dan umur menurut Standar Depkes RI 2006:
Antropometri Z-score Interpretasi
BB/U < -3 SD
-3 SD s/d -2 SD
Berat badan sangat rendah
Berat badan rendah
-2 SD s/d 2 Sd
> 2 SD
Berat badan normal
Berat badan lebih
PB/U < -3 SD
-3 SD s/d -2 SD
-2 SD s/d 2 Sd
> 2 SD
Pendek sekali
Pendek
Normal
Tinggi
BB/PB < -3 SD
-3 SD s/d -2 SD
-2 SD s/d 2 Sd
> 2 SD
Gizi buruk
Gizi kurang
Gizi baik
Gizi lebih

2. Klinis
a. Definisi
Pemeriksaan klinis ini didasarkan pada perubahan-perubahan yang terjadi
dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat oada
jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut, mukosa oral atau pada organ-
organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
b. Penggunaan
Penggunaan metode ini umumnya untuk survey klinis secara cepat. Survey
ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari
salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui
tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu
tanda dan gejala atau riwayat penyakit.

3. Biokimia
a. Definisi
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang
diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan
tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain darah, urin, tinja, hati,
otot.
b. Penggunaan
Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan
terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang
kurang spesifik, maka penentuan klinis dapat lebih banyak membantu
menentukan kekurangan gizi yang spesifik.

4. Biofisik
a. Definisi
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi
dengan melihat kemampuan fungsi dan melihat perubahan struktur dari
jaringan.
b. Penggunaan
Umumnya digunakan dalam situasi tertentu seperti keadaan buta senja
epidemik. Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

C. FAKTOR PENYEBAB GIZI KURANG ATAU GIZI BURUK
Asupan yang kurang disebabkan oleh banyak faktor antara lain:
1. Anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang. Makanan alamiah
terbaik bagi bayi yaitu ASI. Makanan pendamping ASI yang tepat, baik jumlah
dan kualitasnya akan berkonsekuensi terhadap status gizi bayi. Pada keluarga
dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan rendah seringkali anaknya harus
puas dengan makanan seadanya yang tidak memenuhi kebutuhan gizi balita
karena ketidaktahuannya.
2. Tidak tersedianya makanan secara adekuat, hal ini terkait langsung dengan
kondisi sosial ekonomi. Kemiskinan sangat identik dengan tidak tersedianya
makan yang adekuat. Data Indonesia dan negara lain menunjukkan bahwa
adanya hubungan timbal balik antara kurang gizi dan kemiskinan. Kemiskinan
merupakan penyebab pokok atau akar masalah gizi buruk. Proporsi anak
malnutrisi berbanding terbalik dengan pendapatan. Makin kecil pendapatan
penduduk, makin tinggi persentasi anak yang kekurangan gizi.
3. Pola pengasuhan anak berpengaruh pada timbulnya gizi buruk. Anak yang
diasuh ibunya sendiri dengan kasih sayang, apalagi ibunya berpendidikan,
mengerti soal pentingnya ASI, manfaat posyandu dan kebersihan, meskipun
sama-sama miskin, ternyata anaknya lebih sehat. Unsur pendidikan perempuan
berpengaruh pada kualitas pengasuhan anak.
4. Kebiasaan, mitos, atau kepercayaan masyarakat tertentu yang tidak benar dalam
pemberian makan akan sangat merugikan anak. Misalnya kebiasaan memberi
minum bayi hanya dengan air putih, memberikan makanan padat terlalu dini,
berpantang pada makanan tertentu (daging, telur, dll) yang akan menghilangkan
kesempatan anak untuk mendpat asupan lemak, protein, maupun kalori yang
cukup sehingga anak menjadi sering sakit.
5. Kesadaran akan kebersihan yang masih kurang, serta ancaman endemisitas
penyakit tertentu, khusunya infeksi kronik misalnya tuberkulosis yang masih
tinggi. Kaitan infeksi dan kurang gizi seperti layaknya lingkaran setan yang
sukar diputuskan, karena keduanya saling terkait dan saling memperberat.
Kondisi infeksi kronik akan menyebabkan kurang gizi dan kondisi malnutrisi
sendiri akan memberikan dampak buruk pada sistem pertahanan sehingga
memudahkan terjadinya infeksi.

D. KURANG ENERGI PROTEIN
Kekurangan Energi Protein (KEP) diklasifikasikan menjadi KEP ringan, sedang dan
berat.
1. KEP ringan
Bila berat badan menurut umur (BB/U) 70-80% baku median WHO-NCHS
dan/atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) 80-90% baku median
WHO-NCHS
2. KEP sedang
Bila BB/U 60-70% baku median WHO-NCHS dan/atau BB/TB 70-80% baku
median WHO-NCHS.
3. KEP berat
Bila BB/U < 60% baku median WHO-NCHS dan/atau BB/TB < 70% baku
median WHO-NCHS. KEP berat secara klinis dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Kwashiorkor
Ini selalu berlaku pada anak-anak berumur 1 4 tahun walaupun dapat
berlaku pada anak yang lebih tua dan orang dewasa. Tanda yang paling
umum adalah edema yang selalu bermula pada kaki dan tungkai bawah yang
menyebar, pada kondisi yang lebih lanjut, ke tangan dan muka. Edema dapat
dideteksi dengan produksi pit setelah diberi tekanan biasa selama 3 detik
dengan ibu jari ke atas ujung bawah tibia dan dorsum kaki. Oleh karena
edema ini, anak-anak dengan kwashiorkor bisa kelihatan gendut dan orang
tua anak berpendapat bahwa anak mereka ternutrisi baik.
Tanda dan gejalanya:
o Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki (dorsum
pedis)
o Wajah membulat dan sembab
o Pandangan mata sayu
o Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut
tanpa rasa sakit, rontok
o Perubahan status mental, apatis, dan rewel
o Pembesaran hati
o Otot mengecil (hipotrofi),
o Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna
menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis)
o Sering disertai: penyakit infeksi, umumnya akut yaitu anemia dan diare.
b. Marasmus
Ini disebabkan oleh prolonged starvation. Ini juga dapat disebabkan oleh
infeksi kronis atau berulang dengan intake makanan yang sangat marginal.
Tanda yang umum sekali adalah wasting berat dan anak kelihatan sangat kurus
tan tidak berlemak karena lemak dan massa otot sudah digunakan untuk
dijadikan energi. Terdapat wasting berat pada pundak, tangan, pantat dan paha.
Tanda dan gejalanya yaitu:
o Tampak sangat kurus, hingga tulang terbungkus kulit
o Wajah seperti orang tua
o Cengeng, rewel
o Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (pada
daerah pantat tampak seperti memakai celana longgar/baggy pants)
o Perut cekung
o Iga gambang
o Sering disertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang) dan diare.


c. Marasmic-Kwashiorkor
Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klnik Kwashiorkor
dan Marasmus, dengan BB/U <60% baku median WHO-NCHS disertai edema
yang tidak mencolok.
Tabel perbedaan Marasmus-Kwashiorkor
Sifat-sifat yang Membedakan Kwashiorkor Marasmus
Faktor Penyebab Utama protein dan stres (luka,
infeksi, pembedahan)
kalori (terutama)
Lama Perkembangan Beberapa minggu Beberapa bulan sampai
beberapa tahun
Tanda fisik yang ditemukan,
gambaran umum
Biasa/cukup makan Kurus/kurang makan
Penurunan berat badan Tidak ada atau sedikit sekali
(dapat tertutup oleh edema)
Ada
Edema Ada Tidak ada
Rambut Mudah dicabut, hilangnya
pigmen rambut (Rambut
jagung)
Normal
Albumin serum, transferin
atau prealbumin
Menurun Normal
Mortalitas Tinggi ( daya penyembuhan
luka, imunokompeten,
meinfeksi)
Rendah (kecuali jika
disebabkan oleh penyakit
yang mendasari)

E. PENATALAKSANAAN KEP
1. KEP Ringan
a. Penyuluhan gizi atau nasehat pemberian makanan di rumah
b. Memberikan ASI eksklusig (bayi < 6 bulan) dan terus memberikan ASI
sampai 2 tahun
c. Bila dirawat inap untuk penyakit lain: makanan sesua dengan penyakitnya
agar tidak jatuh menjadi KEP sedang atau berat dan untuk meningkatkan
status gizi.
2. KEP Sedang
a. Nasihat pemberian makanan dan vitamin serta teruskan ASI, selalu pantau
kenaikan berat badan
b. Dapat dirujuk ke puskesmas untuk penanganan masalah gizi
c. Bila dirawat inap diberikan makanan tinggi energi dan protein dengan
kebutuhan energi 20-50% di atas AKG.
3. KEP Berat/Gizi Buruk
Pelayanan pemulihan anak gizi buruk dilaksanakan sampai dengan anak
berstatus gizi kurang (-2 SD sampai -3 SD). Pelayanan anak gizi buruk
dilakukan dengan frekuensi sebagai berikut:
- 3 bulan pertama, anak gizi buruk datang dan diperiksa setiap minggu
- Bulan ke 4 sampai ke 6, anak gizi buruk datang dan diperiksa setiap 2
minggu.
Prinsip dasar pengobatan rutin KEP berat ( 10 langkah utama)
1. Mencegah dan mengatasi hipoglikemia
2. Mencegah dan mengatasi hipotermia
3. Mencegah dan mengatasi dehidrasi
4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
5. Mengobati atau mencegah infeksi
6. Koreksi defisiensi nutrien mikro
7. Mulai pemberian makanan untuk stabilisasi dan transisi
8. Memberikan makanan untuk tumbuh kejar
9. Memberikan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental untuk
tumbuh kembang
10. Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh
Dalam proses pengeloaan KEP berat atau gizi buruk terdapat 3 fase yaitu
fase stabilisasi, fase transisi, fase rehabilitasi. Tata laksana ini digunakan pada
semua penderita KEP Berat/gizi buruk (kwashiorkor, marasmus, maupun
marasmik-kwashiorkor).
a. Fase stabilisasi (hari ke-1 sampai ke-7), pada fase ini diusahakan mengatasi
komplikasi berupa dehidrasi, hipoglikemia dan infeksi, bersamaan dengan
dimulainya terapi nutrisi. Pada fase ini, peningkatan jumlah formula
diberikan secara bertahap dengan tujuan memberikan makanan awal supaya
anak dalam kondisi stabil. Formula hendaknya hipoosmolar rendah laktosa,
porsi kecil dan sering. Setiap 100 ml mengandung 75 kal dan protein 0,9
gram. Diberikan makanan formula 75 (F75). Tabel kebutuhan gizi fase
stabilisasi.
Zat Gizi Stabilisasi (hari ke 1-7)
Energi 80-100 kkal/kgBB/hari
Protein 1-1,5 gram/kgBB/hari
Cairan Cairan 130 ml/kgBB/hari
Fe
Asam Folat
-
Vitamin A
Bayi < 6 bulan kapsul vitamin A dosis 100.000 IU (biru)
Bayi 6-11 bulan 1 kapsul vitamin A dosis 100.000 IU (biru)
Balita 12-60 bulan 1 kapsul vitamin A dosis 200.000 IU (merah)
Vitamin lain
- Vitamin C
- Vitamin B kompleks

Mineral lain (Zinc, Kalium,
Natrium, Magnesium)
Pemberiannya dicampur dengan F75

b. Fase transisi (minggu ke-2). Pada fase ini, terjadi peningkatan jumlah
masukan nutrisi, terjadi peningkatan berat badan dan memperbaiki jaringan
tubuh yang rusak (catch up). Diberikan F100, setiap 100 ml F100
mengandung 100 kal dan protein 2,9 gram. Selain itu stimulasi emosi dan
fisik ditingkatkan, sedangkan ibu atau pengasuh dilatih untuk melanjutkan
pengasuhan di rumah hingga persiapan anak dipulangkan.
Zat Gizi Transisi (hari ke 8-14)
Energi 100-150 kkal/kgBB/hari
Protein 2-3 gram/kgBB/hari
Cairan 150 ml/kgBB/hari
Fe
Asam Folat
Sulfas ferosus 200 mg+0,25 mg asam folat,
sirup besi 150 ml
Vitamin A
Bayi < 6 bulan kapsul vitamin A dosis 100.000 IU (biru)
Bayi 6-11 bulan 1 kapsul vitamin A dosis 100.000 IU (biru)
Balita 12-60 bulan 1 kapsul vitamin A dosis 200.000 IU (merah)
Vitamin lain
- Vitamin C
- Vitamin B kompleks

Diberikan sebagai multivitamin. Diawali 5
mg, selanjutnya 1 mg/hari
Mineral lain (Zinc, Kalium,
Natrium, Magnesium)
Pemberiannya dicampur dengan F100

c. Fase rehabilitasi (minggu ke-2 sampai ke-6). Terapi nutrisi fase ini adalah
untuk mnegejar pertumbuhan anak. Diebrikan setelah anak sudah bisa makan.
Makanan padat diberikan pada fase rehabilitasi berdasarkan BB <7kg diberi
MP ASI dan BB 7 kg diberi makanan balita. Diberikan makanan formula
135 (F135) dengan nilai gizi setiap 100 ml F135 mengandung energi 135 kal
dan protein 3,3 gram.
Tabel kebutuhan Gizi pada Fase Rehabilitasi
Zat Gizi Rehabilitasi (minggu ke 2-6)
Energi 150-200 kkal/kgBB/hari
Protein 3-4 gram/kgBB/hari
Cairan 150-200 ml/kgBB/hari
Fe
Asam Folat
Sulfas ferosus 200 mg+0,25 mg asam folat,
sirup besi 150 ml
Vitamin A
Bayi < 6 bulan kapsul vitamin A dosis 100.000 IU (biru)
Bayi 6-11 bulan 1 kapsul vitamin A dosis 100.000 IU (biru)
Balita 12-60 bulan 1 kapsul vitamin A dosis 200.000 IU (merah)
Vitamin lain
- Vitamin C
- Vitamin B kompleks

Diberikan sebagai multivitamin.
- Mineral lain (Zinc,
Kalium, Natrium,
Magnesium)
Pemberiannya dicampur dengan F135

d. Fase tindak lanjut dilakukan di rumah
Setelah anak dinyatakan sembuh, bila BB/TB atau BB/PB -2 SD, tidak ada
gejala klinis dan memenuhi kriteria selera makn sudah baik, makanan yang
diberikan dapat dihabiskam, ada perbaikan kondisi mental, anak sudah dapat
tersenyum, duduk, merangkak, berdiri atau erjalan sesuai umurnya, suhu
tubuh berkisar antara 36,5-37,7C, tidak muntah atau diarem tidak ada
edemma, terdapat kenaikan BB sekitar 50 g/kgBB/minggu selama 2 minggu
berturut-turut. Anak dan keluarga dipantau untuk mencegah adanya
kekambuhan serta menilai adanya perkembangan fisik, mental, dan emosi
anak.

Bagan dan Jadwal Pengobatan
No TINDAKAN
PELAYANAN
FASE
STABILISASI
FASE
TRANSISI
FASE
REHABILITASI
FASE
TINDAK
LANJUT
Hari ke
1-2
Hari ke 3-7 Minggu ke 2-6 Minggu ke 7-
26
1. Hipoglikemia
2. Hiponatremia
3. Dehidrasi
4. Elektrolit
5. Infeksi
6. Mikronutrien Tanpa Fe Dengan Fe
7. Makanan untuk
stabilisasi dan
transisi



8. Tumbuh kejar/
9. Stimulasi
10 Tindak lanjut

F. KOMPLIKASI GIZI BURUK PADA BALITA
Kondisi gizi buruk akan banyak mempengaruhi banyak organ dan sistem
karena kondisi gizi buruk ini juga sering disertai dengan defisiensi asupan makro
dan mikro nutrien lain yang sangat diperlukan bagi tubuh. Gizi buruk akan
mengacaukan sistem pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme maupun
pertahanan mekanik sehingga mudah sekali terkena infeksi.
Secara umum, dalam kondsi akut, gizi buruk dapat mengancam jiwa karena
berbagai disfungsi yang dialami, ancaman yang timbul antara lain hipotermi karena
jaringan lemaknya tipis, hipoglikemia dan kekurangan elektrolit penting serta
cairan tubuh.
Jika fase akut tertangani namun tidak di follow up dengan baik akibatnya
anak tidak dapat mengejar ketinggalannya, maka dalam jangka panjang kondisi ini
berdampak buruk terhadap pertumbuhan maupun perkembangannya. Akibat gizi
buruk terhadap pertumbuhan sangat merugikan perfomance anak akibat kondisi
stunting (postur tubuh kecil pendek) yang diakibatkannya. Yang lebih
memprihatinkan lagi, perkembangan anak pun terganggu. Efek malnutrisi terhadap
perkembangan mental dan otak tergantung dengan derajat beratnya, lamanya dan
waktu pertumbuhan otak itu sendiri.
Jika kondisi gizi buruk terjadi pada masa golden period perkembangan otak
(0-3 tahun), dapat dibayangkan jika otak tidak dapat berkembang sebagaimana anak
yang sehat, dan kondisi ini akan irreversible (sulit untuk dapat pulih kembali).
Dampak terhadap pertumbuhan otak ini menjadi vital karena otak adalah salah satu
aaset yang vital bagi anak untuk dapat menjadi manusia yang berkualitas di
kemudian hari.


























BAB III
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS
1. Nama : An. Salsa Nur Afianti
2. Tempat, tanggal lahir : Slawi, 14 Oktober 2010
3. Umur : 3 tahun 7 bulan
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Alamat : Kudaile 05/02
6. Nama Ayah : Tn. Kusnanto
7. Umur : 39 tahun
8. Pekerjaan Ayah : PNS
9. Pendidikan : SMP
10. Nama Ibu : Ny. Muzayanah
11. Umur 39 tahun
12. Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
13. Pendidikan : SD
14. Warga Negara : Indonesia
15. Kultur : Jawa
16. Agama : Islam

B. ANAMNESIS
1. Riwayat Penyakit Sekarang
An. S dengan keluhan berat badan sulit naik. Penimbangan berat badan serta
antropometri lainnya dilakukan secara rutin di posyandu. Bila ditimbang di
Posyandu setiap bulan, sejak usia 6 bulan grafik berat badannya selalu di bawah
garis merah. Anak tidak sedang batuk, pilek, maupun panas. Menurut ibu anaknya
lumayan sulit makan, kalaupun makan anak dapat menghabiskan waktu lebih dari
30 menit, sedangkan ibunya masih harus mengurus adik pasien yang masih kecil
dan masih menyusu. Dalam sehari, anak makan sedikit-sedikit 3 kali dengan menu
nasi, sayur dan lauk nabati yaitu tahu atau tempe. An. S tidak mendapat ASI
eksklusif selama 6 bulan karena sejak usia 4 bulan sudah diberikan buah misalnya
pisang dan sejak usia 5 bulan diberi bubur bayi. An. S mengkonsumsi susu
tambahan yang diberikan sejak usia 12 bulan hingga sekarang. An. S telah
mendapat imunisasi dasar lengkap. Anak S mengalami keterlambatan
perkembangan yaitu baru dapat berdiri dengan bantuan sejak usia 3 tahun, tetapi
sampai sekarang belum bisa berjalan. Sejak usia 2 tahun sampai sekarang anak S
hanya dapat mengucapkan 1 suku kata misalnya mah, mam, pah.

2. Riwayat Masa Lampau
a. Sakit yang pernah diderita
- Riwayat demam, batuk, pilek diakui sering dialami pasien sampai usia 3
tahun. Sejak berusia 3 tahun ibu mengakui anaknya sehat.
- Riwayat diare (+) 1 kali saat berusia 3 tahun 2 bulan, diperiksakan ke
puskesmas dan mendapatkan pengobatan.
- Riwayat kejang disangkal
- Riwayat sakit berat disangkal
b. Obat-obatan yang digunakan
Puyer dan atau sirup untuk demam, batuk, pilek dan diare.
c. Imunisasi
Riwayat imunisasi lengkap sesuai dengan KMS yaitu imunisasi BCG; Hepatitis
B 0; Polio I, II, III, IV; DPT-Hepatitis B Combo I, II, III; dan campak.
d. Alergi
Riwayat alergi obat maupun makanan disangkal

3. Riwayat Kehamilan Dan Persalinan
a. Antenatal Care
Ibu dengan G
3
P
2
A
0.
Selama kehamilan ibu teratur kontrol ke bidan 9 kali,
imunisasi TT (+), riwayat minum jamu (-), riwayat demam (-), kejang (-).
Riwayat mengkonsumsi obat-obatan selama hamil disangkal. Status gizi ibu
sebelum hamil termasuk gizi kurang (IMT: 17,0)
b. Natal Care
Anak perempuan, lahir cukup bulan (38 minggu) di RS Adella Slawi ditolong
bidan, dengan induksi persalinan, bayi lahir spontan dan langsung menangis,
BBL 2.800 gram. Riwayat trauma saat persalian disangkal. Awalnya ibu akan
melahirkan di Bidan Desa, namun dirujuk ke RS Adella karena partus tak maju.
c. Postnatal Care
Setelah lahir, anak dirawat gabung dengan ibunya, sakit kuning disangkal. Bayi
langsung mendapat ASI pertama dalam kurun waktu 1 jam kelahiran, mendapat
injeksi Vitamin K. Anak hanya sakit ringan seperti demam, batuk, pilek, dan
diare. Bila berobat ke bidan atau puskesmas sembuh.

4. Riwayat Perkembangan
a. Tengkurap dan berbalik : 4 bulan
b. Mengangkat kepala : 2 tahun
c. Duduk : 2 tahun
d. Merangkak : 2,5 tahun
e. Berdiri dengan bantuan : 3 tahun
f. Berjalan : belum bisa
g. Berbicara 1 suku kata : 2 tahun

5. Riwayat Makanan
0-2 bulan : ASI sesuka bayi (>8 kali/hari)
2-4 bulan : ASI sesuka bayi (>8 kali/hari)
4-6 bulan : ASI sesuka bayi+ buah segar (pisang)
6-12 bulan : ASI + buah + bubur bayi
12 -24 bulan : ASI + susu formula + nasi + sayur + tahu tempe kadang telur,
tidak teratur 2-3 kali sehari, porsi kadang habis kadang tidak
habis.
24-43 bulan : susu formula + nasi + sayur + tahu tempe, teratur 3 kali sehari,
kadang habis kadang tidak habis..

6. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga tidak ada yang mengalami keluhan yang sama. Ketiga saudara pasien
tumbuh dan berkembang dengan baik. Keluarga tidak ada yang menderita
penyakit keturunan misalnya asma, diabetes melitus, hipertensi.
Tn. K
39 th
Ny.M
39 th
17 th
9 th
An. S
3 th 7 bln
1 th
Gambar Genogram











7. Riwayat Sosial Ekonomi

C. KEBUTUHAN DASAR

D. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Somnolen , GCS E3M5V2=10
Vital sign : T : 70/30 mmHg
N : 112 x/mnt, reguler, cepat, isi dan tegangan lemah
R : 24 x/ menit, reguler
S : 39,1C per axilla
1. Kepala : Mesochepal, rambut hitam dan putih, distribusi merata, tidak
mudah dicabut.
2. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor
diameter 3 mm/3 mm, refleks cahaya langsung dan tidak
langsung (+/+).
3. Telinga : Simetris, discharge (-/-).
4. Hidung : bentuk normal, Deviasi septum (-), hiperemis konka (-/-), sekret
(-/-), epistaksis (-/-).
5. Mulut : mukosa bibir kering (+), lidah kotor (-), sianosis (-), faring
hiperemis (-), tonsil T1-T1 tenang tidak hiperemis.
Keterangan:
: laki-laki : pasien

: Perempuan : tinggal
serumah


6. Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe.
JVP 5 + 2 cm H2O. Tidak ada kaku kuduk.
7. Thorax :
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus teraba tidak kuat angkat ICS V 1 jari medial LMC
sinistra
Perkusi : Batas kiri atas ICS II LPS sinistra
Batas kanan atas ICS II LPS dextra
Batas kiri bawah ICS V 2 jari medial LMC sinistra
Batas kanan bawah ICS IV LPS dextra
Auskultasi : S1>S2, reguler
Gallop (-), murmur (-)
Paru-paru
Inspeksi : Dinding dada simetris dalam ergerakan statis dan
dinamis, retraksi interkostal (-), retraksi substernal (-),
tidak ada gerakan napas yang tertinggal.
Palpasi : Vokal fremitus paru kanan = kiri normal
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru, batas paru hepar SIC
VI LMC dextra
Auskultasi : Suara dasar : Vesikuler
Suara tambahan : Ronkhi basah kasar (-/-), ronkhi
basah halus (-/-), wheezing (-/-)
8. Abdomen
Inspeksi : datar
Auskultasi : Bising usus (+) meningkat
Perkusi : timpani, pekak sisi (-), pekak alih (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan sulit dinilai
Hepar : tidak teraba membesar
Lien : tidak teraba membesar
Turgor kulit: 4 detik
9. Ekstremitas
Superior : Edema (-/-), ptekie (-/-), akral hangat (+/+), refleks fisiologis
+/+ normal, refleks patologis -/-
Kekuatan motorik: sulit dinilai
E. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI

BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

A. PELAKSANAAN

B. HASIL KEGIATAN


BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISA KASUS


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

B. SARAN
Monitoring
Monitoring yang dilakukan yaitu dengan pemeriksaan secara berkala
yaitu tiap bulan di Posyandu dan pada saat pengambilan makanan
tambahan di Puskesmas dengan mengukur berat badan dan tinggi badan
untuk melihat perkembanganya.
Evaluasi
Evaluasi perseorangan yang dilakukan adalah dengan melihat apakah
pasien KEP
yang telah dinyatakan baik, kembali menderita KEP setelah subsidi
untuk makanan tambahan dihentikan. Evaluasi terhadap keberhasilan
program adalah dengan cara melihat apakah jumlah anak yang
menderita KEP tiap tahunnya menurun dari tahun sebelumnya.
Inferior : Edema (-/-), ptekie (-/-), akral hangat (+/+), refleks fisiologis
+/+normal, refleks patologis -/-

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai

  • Program Ujian Praktik Print
    Program Ujian Praktik Print
    Dokumen5 halaman
    Program Ujian Praktik Print
    Tika Indriati
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Chik
    Leaflet Chik
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Chik
    Bleusae
    Belum ada peringkat
  • Soal
    Soal
    Dokumen4 halaman
    Soal
    Tika Indriati
    Belum ada peringkat
  • Program Ujian Praktik
    Program Ujian Praktik
    Dokumen5 halaman
    Program Ujian Praktik
    Tika Indriati
    Belum ada peringkat
  • Bab I (Repaired)
    Bab I (Repaired)
    Dokumen38 halaman
    Bab I (Repaired)
    Tika Indriati
    Belum ada peringkat
  • Upaya Promosi Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat
    Upaya Promosi Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat
    Dokumen30 halaman
    Upaya Promosi Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat
    Tika Indriati
    Belum ada peringkat
  • Soal
    Soal
    Dokumen4 halaman
    Soal
    Tika Indriati
    Belum ada peringkat
  • Lembar Pengesahan f1
    Lembar Pengesahan f1
    Dokumen2 halaman
    Lembar Pengesahan f1
    Tika Indriati
    Belum ada peringkat
  • Laporan Inship Tika
    Laporan Inship Tika
    Dokumen24 halaman
    Laporan Inship Tika
    Tika Indriati
    Belum ada peringkat
  • BAB I Ed
    BAB I Ed
    Dokumen28 halaman
    BAB I Ed
    Tika Indriati
    Belum ada peringkat
  • LAPORAN F4 Gizi
    LAPORAN F4 Gizi
    Dokumen36 halaman
    LAPORAN F4 Gizi
    Tika Indriati
    Belum ada peringkat
  • Lembar Pengesahan f4 Gizi
    Lembar Pengesahan f4 Gizi
    Dokumen2 halaman
    Lembar Pengesahan f4 Gizi
    Tika Indriati
    Belum ada peringkat
  • Kover Buku Log
    Kover Buku Log
    Dokumen1 halaman
    Kover Buku Log
    Tika Indriati
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Tika Indriati
    Belum ada peringkat
  • Cover Print
    Cover Print
    Dokumen1 halaman
    Cover Print
    Tika Indriati
    Belum ada peringkat
  • Isi Diare
    Isi Diare
    Dokumen30 halaman
    Isi Diare
    Tika Indriati
    Belum ada peringkat
  • Lembar Pengesahan
    Lembar Pengesahan
    Dokumen2 halaman
    Lembar Pengesahan
    Tika Indriati
    Belum ada peringkat
  • Word 2
    Word 2
    Dokumen91 halaman
    Word 2
    Tika Indriati
    Belum ada peringkat
  • Isi Dislok
    Isi Dislok
    Dokumen20 halaman
    Isi Dislok
    Tika Indriati
    Belum ada peringkat
  • Cover Dadb
    Cover Dadb
    Dokumen1 halaman
    Cover Dadb
    Tika Indriati
    Belum ada peringkat
  • Untitled
    Untitled
    Dokumen1 halaman
    Untitled
    Tika Indriati
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Tika Indriati
    Belum ada peringkat
  • Isi Diare
    Isi Diare
    Dokumen30 halaman
    Isi Diare
    Tika Indriati
    Belum ada peringkat
  • Status Edit
    Status Edit
    Dokumen28 halaman
    Status Edit
    Tika Indriati
    Belum ada peringkat
  • Chapter I
    Chapter I
    Dokumen5 halaman
    Chapter I
    Tika Indriati
    Belum ada peringkat
  • Status Edit
    Status Edit
    Dokumen28 halaman
    Status Edit
    Tika Indriati
    Belum ada peringkat
  • Ancylostomiasis
    Ancylostomiasis
    Dokumen4 halaman
    Ancylostomiasis
    Tika Indriati
    Belum ada peringkat
  • Presus Paru-Asma Print
    Presus Paru-Asma Print
    Dokumen17 halaman
    Presus Paru-Asma Print
    Tika Indriati
    Belum ada peringkat
  • REFERAT Glaukoma
    REFERAT Glaukoma
    Dokumen22 halaman
    REFERAT Glaukoma
    Tika Indriati
    Belum ada peringkat