Anda di halaman 1dari 7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

ECC merupakan karies rampan yang banyak terjadi pada anak. American
Dental Association (ADA) mendefinisikan ECC sebagai adanya satu permukaan gigi
atau lebih pada gigi sulung yang mengalami kerusakan (dengan atau tanpa kavitas)
ataupun yang ditambal pada anak usia sampai dengan 71 bulan. ECC sering disebut
Baby Bottle tooth decay, Nursing Bottle Syndrome, dan Rampant Caries Lesions.
4

Berdasarkan perkembangannya, ECC dibagi menjadi 4 stadium yaitu :
1. Stadium inisial
Stadium inisial dikarakteristikkan dengan adanya lesi demineralisasi yang
opak seperti kapur pada permukaan gigi insisivus sulung maksila ketika anak berusia
10 20 bulan atau kadang lebih muda. Pada stadium ini, lesi bersifat reversibel tetapi
sering terabaikan oleh orang tua maupun dokter gigi saat memeriksa rongga mulut
anak. Garis putih yang khas dapat dilihat pada bagian servikal permukaan labial dan
palatal gigi insisivus maksila, dapat didiagnosa setelah gigi yang terlibat dikeringkan.


Gambar 2. ECC stadium Inisial


Universitas Sumatera Utara
2. Stadium kedua
Stadium kedua berlangsung ketika anak berusia antara 16 24 bulan.
Bagian dentin ikut terlibat ketika lesi putih pada gigi insisivus berkembang dengan
cepat. Pada stadium ini, anak mulai mengeluh terjadinya hipersensitifitas terhadap
rasa dingin. Dentin terekspos dan bewarna kuning serta konsistensinya lunak. Orang
tua terkadang sadar akan perubahan warna gigi anak dan menjadi perhatian. Pada gigi
molar sulung maksila terlihat lesi inisial pada bagian servikal, proksimal dan oklusal.


Gambar 3. Karies labial (stadium 1 dan 2) pada anak usia 3
tahun

3. Stadium ketiga
Stadium ketiga mulai berlangsung ketika anak berusia antara 20 36 bulan,
dengan gambaran yang khas yaitu lesi yang besar dan dalam pada gigi insisivus
maksila serta terjadi iritasi pulpa. Anak mengeluh sakit ketika mengunyah atau saat
menyikat gigi. Anak juga mengeluh rasa sakit spontan pada malam hari. Saat tahap
ini terjadi, pada gigi molar sulung maksila berlangsung ECC stadium 2 dan pada gigi
molar sulung mandibula dan kaninus maksila berlangsung ECC stadium 1.
Universitas Sumatera Utara

Gambar 4. ECC stadium 3

4. Stadium keempat
Stadium keempat mulai berlangsung ketika anak berusia antara 30 48
bulan. Gambaran karakteristik pada stadium ini yaitu adanya fraktur koronal gigi
anterior maksila sebagai akibat destruksi amelodentinal. Pada stadium ini, gigi sulung
anterior maksila biasanya nekrosis dan gigi molar sulung maksila berlangsung ECC
stadium 3. Gigi molar dua dan kaninus maksila serta molar satu mandibula
berlangsung ECC stadium 2. Beberapa anak menderita tetapi tidak dapat
mengekspresikan keluhan sakit gigi mereka. Mereka mengalami gangguan tidur dan
menolak makanan.
9


Gambar 5. Destruksi gigi insisivus maksila dengan abses gigi
51 (stadium 4)
Universitas Sumatera Utara


Gambar 6. ECC stadium 4

Karies merupakan suatu penyakit multifaktorial dimana keempat faktor
utama berinteraksi dan menyebabkan ketidakseimbangan dalam demineralisasi dan
remineralisasi antara permukaan gigi dengan plak ( biofilm ) di sekitarnya.
2
Umumnya, karies dimulai dari enamel tapi bisa saja dimulai dari dentin
atau sementum. Enamel tersusun atas struktur kimia yang kompleks yang
mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat dan fluor), air 1% dan bahan
organik 2%. Gigi desidui lebih mudah terkena karies daripada gigi permanen. Ini
terjadi karena gigi desidui mengandung lebih banyak bahan organik dan air
sedangkan jumlah mineral lebih sedikit daripada gigi permanen. Selain itu, secara
kristalografis gigi desidui tidak sepadat gigi permanen. Hal ini mungkin yang menjadi
salah satu alasan tingginya prevalensi karies pada anak.

Saliva memainkan peran penting dalam proses karies yaitu berperan
sebagai self cleansing dan sistem bufer, membuat proses karies berjalan lebih lama
dan juga berperanan pada proses remineralisasi dengan menghasilkan kalsium, fosfat
dan fluor.
14,15
Universitas Sumatera Utara
Pada penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa Streptococcus mutans
dan Lactobacillus sp. berkaitan dalam karies gigi.
16
Streptococcus mutans diyakini
sebagai bakteri awal pada proses terjadi dan berkembangnya karies, diikuti
Lactobacillus sp. saat sudah terjadi kavitas pada enamel.
17

Lactobacillus sp. merupakan bakteri komensalis gram positif berbentuk
coccobacillary (kebanyakan bentuk batang), alfa ataupun non-haemolitik dan bersifat
anaerob fakultatif serta menghasilkan asam laktat yang akan merusak bahan bahan
anorganik dari email sehingga memicu terjadinya proses karies. Lactobacillus sp.
dibagi menjadi 2 kategori utama yaitu golongan homofermenters yang utamanya
menghasilkan asam laktat (65%) dari fermentasi glukosa (contohnya L. casei) dan
golongan heterofermenters yang menghasilkan selain asam laktat juga menghasilkan
asetat, etanol dan karbon dioksida (contohnya L. fermentum).
19

Lactobacillus sp. hidup pada kondisi microaerophilic dengan adanya
karbon dioksida dan pH yang asam (6,0) serta banyak terdapat di dalam rongga mulut
dan bagian tubuh lainnya. Banyak penelitian menunjukkan prevalensi yang tinggi
pada karies permukaan akar. Bakteri ini dianggap menjadi kandidat penyebab karies
karena dijumpai jumlahnya yang tinggi pada kebanyakan lesi karies enamel. Korelasi
positif antara jumlah Lactobacillus sp. di dalam plak dan saliva dengan aktivitas
karies; kemampuan Lactobacillus sp. untuk mensintesa polisakarida baik
ekstraseluler maupun intraseluler dari sukrosa; kemampuan beberapa spesies
Lactobacillus sp. menyebabkan karies pada tikus gnotobiotics (bebas kuman).
Kenyataan bahwa jumlah Lactobacillus sp. di dalam plak gigi yang diambil dari
tempat yang sehat biasanya rendah. Walaupun peran Lactobacillus sp. pada proses
Universitas Sumatera Utara
karies belum dijelaskan dengan baik, dipercaya bahwa spesies ini terlibat lebih dalam
pada proses lesi enamel yang dalam dan merupakan organisme pelopor dalam proses
karies terutama pada dentin.
18,19
Substrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang dimakan
sehari hari yang menempel di permukaan gigi. Substrat ini berpengaruh terhadap
karies secara lokal di dalam mulut. Menaker (1980) menyatakan bahwa pada
penduduk dengan diet makanan terutama yang mengandung lemak dan protein hanya
ditemukan sedikit bahkan tidak ditemukan karies sama sekali di giginya. Proses
karies akan terhambat bila anak makan dengan menu diet tinggi lemak.
20

Vipeholm (1978) membuktikan tidak hanya jenis karbohidrat saja yang
menyebabkan karies, tetapi frekwensi dan bentuk fisik juga berperan penting dalam
menentukan karies. Karbohidrat dalam bentuk tepung atau cairan yang bersifat
lengket serta mudah hancur di dalam mulut lebih memudahkan timbulnya karies
dibanding bentuk fisik lain, misalnya kue kue, roti, es krim, susu, coklat, permen
dan lain lain. Selain itu, Rugg-Gunn dkk (1984) juga menyatakan jumlah asupan
gula harian pada anak lebih besar korelasinya terhadap karies dibanding dengan
frekwensi makan gula. Makanan yang paling sering dimakan anak di antara dua
waktu makan mempunyai ciri ciri pH rendah, mengandung gula tinggi dan
lengket.
20

Beberapa jenis sayuran dan makanan telah diteliti untuk mengetahui
hubungannya dengan karies. Sayuran dan buah yang berserat serta mengandung air
bersifat membersihkan karena harus dikunyah dan dapat merangsang sekresi saliva
karenanya dapat berperan sebagai penghambat terjadinya karies. Namun tidak semua
Universitas Sumatera Utara
buah memiliki peranan dalam menghambat karies. Buah apel misalnya ternyata tidak
ada hubungannya dengan pengurangan karies. Buah jeruk manis dan buah-buahan
yang tidak berserat juga tidak dapat membantu mengurangi timbulnya karies bahkan
jus dapat menyebabkan karies.
20
Ketika makanan atau minuman yang mengandung karbohidat dikonsumsi,
pH plak mulai menurun. Keadaan ini dapat bertahan selama 20 30 menit sebelum
sifat bufer saliva menetralisir keasaman plak.
21
Ketika asam dihasilkan, kristal
enamel akan rusak dan terjadi kavitas. Waktu yang diperlukan untuk membentuk
sebuah kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.
14,15

























Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai