Anda di halaman 1dari 8

J ournal Reading

BUNUH DIRI DENGAN SIANIDA









Oleh: Kelompok 4
Berriandi Arwan 07120080
Charan Pal Singh 0810314156
Luki Ertandri 0810313235
Nanda Pratama 07120208
Nitari Rahmi Putri 0910313263
Novita Wulansari 0810311012
Vesri Yossy 0810313195

Preseptor :
dr. Rika Susanti Sp.F

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR. M. DJAMIL
PADANG
2013

ABSTRAK
Kami meninjau kembali 17 kasus penggunaan sianida disengaja yang terjadi di
New York selama sepuluh tahun. Toksikologi dan temuan postmortem juga ditinjau
kembali. Pekerjaan dan kebangsaan tertentu mendominasi kelompok jenazah pada bunuh
diri ini. Pada umumnya pekerjaan jenazah adalah ilmuwan, tukang perhiasan, dan tukang
besi. Selain itu, 8 dari 17 jenazah berasal dari Hindia Barat/Pulau Karibia dan juga
AmerikaSelatan, termasuk tiga jenazah dari Guyana. Empat belas dari 17 korban adalah
laki-laki. Merah muda kebiruan bau yang pekat, dan perdarahan mukosa lambung tidak
ditemukan pada jenazah kelompok ini. Tes warna digunakan untuk skrining sianida dengan
konfirmasi dan kuantisasi menggunakan kromatografi gas.

KATA KUNCI : ilmu forensik, patologi forensik, sianida, kematian, bunuh diri

Meskipun penggunaan sianida merupakan metode yang cepat dan efisien untuk
bunuh diri, sianida jarang digunakan di Amerika Serikat (1-4). Orang-orang yang
menggunakan sianida untuk bunuh diri sering memiliki akses langsung dengan racun
sianida melalui pekerjaan mereka. Pekerjaan-pekerjaan tersebut meliputi ilmuwan, tukang
perhiasan, dan lain-lain yang terlibat dalam pengendalian hama, pemurnian mineral,
fotografi, elektroplating, pencelupan, pencetakan, dan pemburuan salmon.
Kami meninjau semua kasus bunuh diri dengan sianida selama sepuluh tahun
terakhir di New York yang diselidiki oleh Kantor Kepala Pemeriksa Medis (OCME).
Otopsi dan temuan toksikologi, keadaan, kebangsaan, dan pekerjaan dari jenazah tersebut
diperiksa. Penelitian ini menegaskan asosiasi pekerjaan dengan keracunan sianida dan
mengungkapkan berbagai asosiasi kewarganegaraan jenazah. Sebagai tambahan, umumnya
penjelasan otopsi pada kematian akibat sianida tidak memberikan arti. Karena kurangnya
temuan otopsi pada kematian sianida dan fakta bahwa tidak semua laboratorium
toksikologi rutin menskrining sianida, ahli patologi harus menyadari keadaan dan faktor
risiko yang akan muncul pada tes sianida.

Bahan dan Cara
Kantor Kepala Pemeriksa Medis (OCME) menyelidiki semua hal yang tidak
terduga, kekerasan, dan kematian yang mencurigakan di kota New York. Uji toksokologi
dilakukan secara rutin pada semua otopsi dan pada pemeriksaan luar tertentu. Semua kasus
dimana sianida diidentifikasikan dengan menguji toksikologi kasus postmortem dari
Januari 1990 hingga Februari 2002 diidentifikasi melalui data laboratorium toksikologi
dengan tinjauan berikutnya dari data dan foto otopsi OCME. OCME melakukan lebih dari
60.000 otopsi dan analisis toksikologi selama masa studi. Ada sekitar 600700 kasus
bunuh diri per tahun di kota New York.
Spesimen darah pada otopsi dikumpulkan dengan penambahan natrium fluorida
dan disimpan pada suhu 4C. Semua pengujian toksikologi dilakukan oleh laboratorium
Toksikologi forensik di kantor kepala pemeriksaan medis. Tes warna (cyantesmo test
paper) digunakan untuk skrining sianida dengan konfirmasi dan kuantisasi menggunakan
gas kromatografi. Kertas uji Cyantesmo digunakan untuk deteksi asam hidrosianik dan
sianida dalam larutan (termasuk darah dan jaringan homogen). Warna hijau pucat pada
kertas tes akan berubah menjadi biru karena kandungan asam hidrosianik. Tes ini memiliki
sensitivitas 0.2 mg/l HCN setelah 15 menit waktu reaksi (Cyantesmo insert, Macherey-
Nagel, Jerman, Jerman).
Gas kromatografi digunakan untuk mengkonfirmasi kandungan sianida diikuti
dengan hasil positif pada tes kertas cyantesmo. Limit deteksi (LOD) adalah 0.125 mg/L
dan limit kuantitasi (LOQ) adalah 0.25 mg/L (9).
Kesimpulannya adalah bahwa kematian yang disebabkan oleh keracunan akut
tergantung pada tiga kondisi: hasil toksikologi yang biasanya berada dalam jangkauan
yang ditemui dalam kematian tersebut, riwayat dan keadaan yang sesuai dengan keracunan
fatal, dan pemeriksaan visum gagal untuk mengungkapkan suatu penyakit atau cedera fisik
yang memiliki tingkat atau keparahan yang tidak sama dengan kelanjutan hidup.

Hasil
Kasus sianida yang telah diidentifikasi dari 143 kematian diinvestigasi oleh Kantor
Kepala Pemeriksa Medis. Kematian akibat kebakaran dikeluarkan, didapatkan 17 kematian
akibat keracunan sianida. Terdapat satu kematian tidak disengaja akibat ketidakwaspadaan
terhadap paparan gas sianida di ruang kerja bawah tanah. Keadaan, hasil toksikologi, dan
penyebab kematian terlihat pada tabel 1. Dilakukan autopsi untuk analisa toksikologi pada
empatbelas jenazah dan pemeriksaan luar dengan tes toksikologi pada tiga jenazah. Usia
jenazah adalah antara 25 dan 85 tahun (rata-rata 46 tahun) dan 14 dari 17 adalah laki-laki.
Delapan jenazah berasal dari Hindia Barat/Pulau Karibian atau Amerika Selatan, termasuk
tiga dari Guyana. Lima jenazah lahir di USA dan satu di India. Tidak ada kematian bunuh
diri atau pembunuhan bunuh diri.
Sebagian besar kasus (14 dari 17) diketahui mempunyai riwayat depresi. Catatan
percobaan bunuh diri ditemukan pada 7 dari 17 kematian dan tambahan empat orang
pernah secara lisan menunjukan maksud bunuh diri. Sebagian besar keracunan terjadi di
rumah.
Konsentrasi sianida dalam darah berkisar dari 0.6 sampai 185.2 mg/L. konsentrasi
rata-rata adalah 37.6 mg/L. Satu jenazah membusuk dan mempunyai konsentrasi 0.8 mg/L.
Pada jenazah yang tidak dirawat sianida yang ditemukan di dalam isi lambung berkisar
dari 2.1 sampai 2217.6 mg (rata-rata 232 mg). Lebih dari separuh (9/17) pada autopsi
tercatat mempunyai perdarahan mukosa lambung. Lima jenazah memperlihatkan mukosa
lambung yang normal. Sebagian besar jenazah tidak terlihat merah muda-kebiruan. Bau
yang kuat (tidak dirinci lebih lanjut) digambarkan untuk isi lambung pada satu jenazah.
Bau almond pahit tidak ditemukan atau tidak dilaporkan pada jenazah sisanya.

TABEL 1. Karakteristik jenazah keracunan sianida

Umur/ Ras/
Jenis
kelamin
Perkerjaan
CN
Darah
(mg/L)
Waktu bertahan Lokasi Lividitas
Tempat
Lahir
1 59 BP Tidak diketahui 160,0 24 jam Rumah
merah
keunguan Jamaika
2 82 WP Istri dari kimiawan 12,5 DOA Rumah ungu USA
3 43 BP Analis obat 152,6 DOA Rumah ungu USA
4 29 HL Tukang perhiasan 12,8 DOA
Tempat
kerja ungu
Santo
Domingo
5 33 IL Mahasiswa 61,5 DOA Rumah ungu Trinidad
kedokteran
6 43 IL Akuntan 41,9 DOA Rumah ungu India
7 39 WL Ahli computer 13,4 DOA Rumah ungu Rusia
8 57 WL
Peleburan, kilang
minyak 22,3 DOA Rumah ungu USA
9 54 WL Ilmuwan 123,3 DOA Labor ungu USA
10 35 IL Tukang perhiasan 0,6 DOA Pantai ungu Guyana
11 40 IL Pengantar pos 22,8 DOA Rumah ungu Guyana
12 38 IL Industri pakaian 17,3 DOA Rumah merah gelap Guyana
13 39 WL Ahli computer 0,8
DOA
(pembusukan) Rumah pink Inggris
14 25 WL Kimiawan 34,7 DOA Rumah
pink
keunguan USA
15 85 WL Pelembaran metal 16,7 DOA Mobil cherry pink Jerman
16 49 HL Ahli perhiasan 185,2 DOA Rumah pink Ekuador
17 28 BL Ahli perhiasan 11,4 DOA Rumah
tidak
terlihat
Pulau
Virgin

Diskusi
Tiga temuan penting ditunjukkan oleh penelitian ini. Ini berhubungan dengan
temuan autopsi kematian sianida, faktor risiko potensial terkait dengan menelan sianida,
dan analisis toksikologi pada kematian ini.
Tidak ada temuan autopsi yang dapat diandalkan untuk diagnostik keracunan
sianida. Uraian klasik deteksi autopsi menelan sianida meliputi: merah muda-kebiruan, bau
pahit almond, gastritis, dan erosi oral / perioral. Merah muda terang kebiruan telah
dibedakan dari merah muda cherry-kebiruan keracunan karbon monoksida. Merah muda
atau ungu kebiruan tidak patognomonik pada keracunan sianida dan tidak selalu terlihat
dalam kematian sianida. Seperti penelitian lain juga telah menunjukkan, merah muda
kebiruan keracunan sianida tidak spesifik dan tidak sensitif untuk intoksikasi sianida
(3,10,11). Bahkan, sebagian besar orang yang mati memiliki ungu kebiruan. Kebiruan atau
merah muda muncul untuk berbagai alasan non-patologi, termasuk pendinginan dan
pembusukan. Seseorang tidak dapat mengandalkan kebiruan untuk menyertakan atau
mengecualikan keracunan sianida sebagai penyebab kematian. Pengujian sianida tidak
harus ditentukan oleh warna kebiruan.
Bau almond pahit yang klasik dijelaskan dalam kematian sianida. Ketika terdeteksi,
aroma yang spesifik untuk keracunan sianida. Jika orang mencium baunya, diindikasikan
untuk pengujian sianida. Aroma tersebut, bagaimanapun, tidak selalu terdeteksi. Dengan
perkembangan terbaru respirator aliran udara dan aliran tinggi kamar autopsi, orang yang
secara genetik mampu mendeteksi bau sianida mungkin tidak mendeteksinya. Apakah itu
karena profil genetik yang prosector (12), metode pemberian sianida (10), atau sistem
canggih perlindungan udara, salah satu mungkin tidak mendeteksi bau bahkan jika itu ada.
Sianida merupakan sebuah korosif. Ini secara bertahap akan memperburuk jaringan
yang terkontak. Dalam konsumsi oral, perut bisa menunjukkan tanda-tanda korosi ini
dengan muncul perdarahan mukosa. Korosif tidak perlu menyebabkan peradangan (seperti
iritasi) untuk menyebabkan kerusakan. Berbagai perubahan mikroskopis morfologi epitel
telah dijelaskan pada mukosa gastroesophageal yang menelan sianida (3). Jika kematian
terjadi dengan cepat, hal tersebut tidak mungkin untuk mendeteksi peradangan karena
membutuhkan waktu untuk terjadi. Tidak setiap menelan sianida memiliki perdarahan
mukosa lambung . Ini mungkin merupakan cerminan dari jumlah sianida yang tertelan atau
jumlah makanan di perut saat tertelan sianida.
Karena tidak semua laboratorium secara rutin menguji semua orang yang
meninggal karena sianida, temuan otopsi pada kematian yang disebabkan keracunan
sianida menjadi berkurang. Oleh karena itu, penting untuk tidak hanya mengandalkan
penemuan otopsi saja. Tetapi harus selalu mempertimbangkan keadaan lain. Mengenali
faktor-faktor tertentu harus meningkatkan kecurigaan patologis pada kematian yang
mungkin karena penggunaan sianida. Pekerjaan dan kebangsaan tertentu bisa
meningkatkan kecurigaan seseorang untuk tes sianida. Yaitu pekerjaan tertentu yang
memiliki kontak dengan sianida. Penggunaan sianida untuk bunuh diri oleh orang yang
memiliki akses mudah, bisa menjadi prediksi dan kecurigaan penggunaan sianida.
Ketersediaan suatu barang adalah salah satu faktor yang menentukan metode
tertentu dalam bunuh diri. Hal ini tidak mengherankan, bahwa ahli kimia dapat dengan
mudah mendapatkan sianida. Namun demikian, pekerjaan lain dengan akses sianida yang
tidak jelas bisa menjadi faktor. Termasuk diantaranya perhiasan (13), pekerja di industri
seperti pengendalian hama, fotografi, penyepuhan listrik, pencelupan, dan percetakan.
Penggunakan sianida pada perhiasan yaitu untuk membersihkan noda emas (komunikasi
personal, Tiffany and Company). Pemburu gelap ikan salmon menggunakan senyawa
sianida yang disebut Cymag. Penambang juga menggunakan sianida untuk memisahkan
berbagai logam dari bijih. Dalam kasus tertentu, pasangan jenazah mungkin lebih penting
daripada jenazah itu sendiri (lihat # 2, Tabel 1). Karena tidak semua kasus sianida secara
rutin diuji di laboratorium, penting bagi ahli patologi forensik untuk menginformasikan
toksikologi bila dari anamnesa yang dilakukan ada kecurigaan. Secara historis, limpa telah
menjadi sampel yang baik untuk proses pengujian karena kadar tinggi dari sel-sel darah
merah (14,15).
Guyana memiliki tragedi dengan penggunaan sianida. Kasus bunuh diri dan
pembunuhan besar-besaran di Jonestown pada tahun 1978 melibatkan kematian lebih
daripada 900 korban. Kegiatan penambangan emas menyebabkan terjadinya kontaminasi
tubuh dengan air dalam skala yang besar. Sianida digunakan untuk memisahkan serpihan
emas dari bahan lainnya dalam stadium kedua proses penambangan emas. Pada Agustus
1995, air limbah yang dipulihkan oleh sianida telah menyebabkan keracunan sistem sungai
di Guyana tengah yang dinyatakan sebagai lingkungan bencana alam oleh presiden Guyana.
Pengetahuan tentang bahaya sianida pada kejadian lokal atau aspek budaya lainnya
mungkin menjelaskan asosiasi kematian dengan sianida ini. Sangat menarik untuk
mengkaji metode bunuh diri di kawasan kawasan geografi ini. Interpretasi postmortem
pada konsentrasi sianida mempunyai kesulitan tersembunyi karena menurut laporan terjadi
kedua-duanya antara degradasi postmortem dan produksi sianida. Konsentrasi darah
digunakan dalam penelitian ini. Didapatkan dua jenazah (#10, #13, table 1) yang
ditemukan mempunyai konsentrasi sianida yang lebih rendah dibanding yang lain. Satu
dari jenazah (#13) mengalami pembusukan menunjukan konsentrasi sianida kerana sianida
mengalami deteriorasi pada interval postmortem. Satu kapsul yang mengandungi sianida
ditemukan didalam lambung dengan 6.2mg sianida. Jenazah yang lainnya tidak mengalami
pembusukan. Korban tersebut adalah tukang emas berumur 35 tahun dan sering
menyatakan keinginannya untuk bunuh diri. Korban ditemui tidak berespon 4 jam
setelahnya dengan kalium sianida dalam botol disebelah tubuhnya. Korban sudah
meninggal saat dibawa ke rumah sakit, tetapi tindakan dan protokol resusitasi termasuk kit
antidotum sianida tetap dilakukan.
Kit antidotum sianida terdiri dari injeksi natrium nitrit/ natrium tiosulfat dan ampul
inhalasi amyl nitrit. Nitrit akan menghasilkan methemoglobin. Sianida akan bergabung
dengan methemoglobin dengan afinitas yang lebih tinggi dibanding dengan sitokrom
oksidase. Hasil dari reaksi yang terjadi akan didetoksifikasi dalam hati. Natrium tiosulfat
mempromosi konversi sianida kepada tiosianit yang diekskresikan melalui ginjal.
Administrasi kit antidotum sianida secara langsung tidak mengganggu analisis toksikologi
tetapi menunjukan konsentrasi rendah kerana terdapatnya sianida yang rendah dalam darah.
Analisis methemoglbin tidak dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai