Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

KANKER RONGGA MULUT


A. Defenisi
Kanker adalah penyakit yang menyerang proses dasar kehidupan sel, mengubah genom sel
(komplemen genetik total sel) dan menyebabkan penyebaran liar dan pertumbuhan sel-sel.
Kanker adalah istilah umum untuk petumbuhan sel tidak normal (yaitu, tumbuh sangat cepat,
tidak terkontrol, dan tidak berirama) yang dapat menyusup ke jaringan tubuh normal sehingga
mempengaruhi fungsi tubuh. Kanker bukan merupakan penyakit menular. (mengenal seluk beluk
kaker. 2008)
Kanker merupakan penyakit atau kelainan pada tubuh sebagai akibat dari sel-sel tubuh yang
tumbuh dan berkembang abnormal, di luar batas dan sangat liar.(kanker, pengenalan,
pencegahan dan pengobatannya, 2007)
Kanker didefinisikan sebagai pertumbuhan tidak terkontrol sel-sel yang menyerang dan
menyebabkan kerusakan pada jaringan sekitarnya. Kanker mulut muncul akibat pertumbuhan atau
luka pada mulut yang tidak hilang. Kanker mulut meliputi kanker bibir, lidah, pipi, dasar mulut,
langit-langit lunak dan keras, sinus, dan faring (tenggorokan), dapat mengancam kehidupan jika
tidak didiagnosis dan diobati dini.
Ca rongga mulut adalah tumor ganas dalam rongga mulut yang tumbuh secara cepat dan
menginvasi jaringan sekitar, berkembang sampai daerah endontel, dan dapat bermetastasis ke
bagian tubuh yang lain dan sering asimtomatik pada tahap awal.
B. Epidimiologi
Kira-kira kanker rongga mulut merupakan 5% dari semua keganasan yang terjadi pada kaum pria
dan 2% pada kaum wanita (Lynch,1994). Telah dilaporkan bahwa kanker rongga mulut
merupakan kanker utama di India khususnya di Kerala dimana insiden rata-rata dilaporkan paling
tinggi, sekitar 20% dari seluruh kanker (Balaram dan Meenattoor,1996).
Walaupun ada perkembangan dalam mendiagnosa dan terapi, keabnormalan dan kematian yang
diakibatkan kanker mulut masih tinggi dan sudah lama merupakan masalah didunia. Beberapa
alasan yang dikemukakan untuk ini adalah terutama karena kurangnya deteksi dini dan identifikasi
pada kelompok resiko tinggi, serta kegagalan untuk mengontrol lesi primer dan metastase nodus
limfe servikal (Lynch,1994; Balaram dan Meenattoor,1996). Hampir semua penderita kanker
rongga mulut ditemukan dalam stadium yang sudah lanjut, yang biasanya sudah terdapat selama
berbulan-bulan atau bahkan lebih lama (Lynch,1994). Akibatnya prognosa dari kanker rongga
mulut relatif buruk, suatu kenyataan yang menyedihkan dimana seringkali prognosa ini
diakibatkan oleh diagnosa dan perawatan yang terlambat
C. Klasifikasi
Kanker mulut di klarifikasikan menjadi 4 tingkatan
1. Tingkat 1 : ukuran lesi kurang dari 2 cm, tidak berpermentasi ke kelenjar limpa
2. Tingkat 2 : ukuran lesi antara 2 4 cm, tidak berpermentasi ke kelenjar limpa
3. Tingkat 3 : ukuran lesi lebih dari 4 cm, mungkin teraba benjolan pada kenjar I satu sisi
4. tingkat 4 : tumor sudah berinspasif dan mungkin sudah ada mentastase ke hati atau
paru-paru
D. Anatomi Fisiologi
1. Mulut (oris)
Mulut merupakan jalan masuk menuju system pencernaan dan berisis organ aksesori yang bersifat
dalam proses awal pencernaan.
Secara umum terdiri dari 2 bagian yaitu :
Bagian luar (vestibula) yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi
Bagian rongga mulut ( bagian ) dalam yaitu rongga yang dibatasi sisinya oleh tulang
maksilaaris, palatum dan mandibularis di sebelah belakang bersambung dengan faring.
Gigi
Bagian gigi terdapat gigi (anterior) tugasnya memotong yang sangat kuat dan gigi osterior
tugasnya menggiling. Pada umumnya otot-otot pengunyah di persarafi oleh cabang motorik dari
saraf cranial ke 5. Dan proses mengunyah di control oleh nucleus dalam batang otak.
Perangsangan formasio retikularis dekat pusat batang otak untuk pengecapan dapat
menimbulakan pergerakan mengunyah secara ritmis dan kontinu.
Mengunyah makanan bersifat penting untuk pencernaan semua makanan, terutama untuk
sebagian besar buah dan syur-sayuran mentah karena zat ini mempunyai membrane selulosa
yang tidak dapat dicerna diantara bagian-bagian zat nutrisi yang harus di uraikan.
1. Lidah
Indera pengecap terdiri dari kurang lebih 50 sel-sel epitel bebrapa diantaranya disebut sel
sustentakular dan yang lainnya di sebut sel pengecap. Lidah berfungsi untuk menggerakan makan
saat dikunyah atau ditelan. Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi selaput lendir. Dibagian
pangkal lidah terdapat epiglottis berfungsi untuk menutup jalan nafas pada waktu menelan supaya
makanan tidak masuk kejalan nafas. Kerja otot dapat di gerakkan 3 bagian, yaitu radiks lingua =
pangkal lidah, dorsum lingua = punggung lidah, apek lingua = ujung lidah.
1. Kelenjar ludah
Kelenjar ludah yaitu kelenjar yang memiliki duktus yaitu duktus duktus wartoni dan duktus
stensoni. Kelenjar ii mensekresikan saliva jedalan rongga oral di hasilkan di dalam rongga mulut
dipersarafi oleh saraf tak sadar
Kelenjar parotis, letaknya dibawah depan dari telinga diantara proses mastoid kiri dan kanan
mandibularis pada duktus stensoni.
Kelenjar submaksilaris terletak dibawah fongga mulut bagian belakang, dukts wartoni.
Kelenjar subliingualis, dibawah selaput lendir, bermuara di dasar raongga mulut.
Fungsi saliva :
1. Memudahkan makan utnuk dikunyah oleh gigi dan dibentuk menjado bolus
2. Mempertahankan bagian mulut dan lidah agar tetap lembab, sehingga memudahkan
lidah bergerak utnuk bericara
3. Mengandung ptyalin dan amylase, suatu enzyme yang dapat mengubah zat tepung
menjadi maltose polisakarida
4. Seperti zat buangan seperti asam urat dan urea serta obat, virus, dan logam, disekresi
kedalam saliva
5. Sebagai zat anti bakteri dan anti body yang berfungsi untuk memberikan rongga oral
dan membantu memelihara kesehatan oral serta mencegah kerusakan gigi.

E. Etiologi
Kanker rongga mulut memiliki penyebab yang multifaktorial dan suatu proses yang terdiri dari
beberapa langkah yang melibatkan inisiasi, promosi dan perkembangan tumor : Secara garis
besar, etiologi kanker rongga mulut dapat dikelompokkan atas :
1. Faktor lokal, meliputi kebersihan rongga mulut yang jelek, iritasi kronis dari restorasi,
gigi-gigi karies/akar gigi, gigi palsu.
2. Faktor luar, antara lain karsinogen kimia berupa rokok dan cara penggunaannya,
tembakau, agen fisik, radiasu ionisasi, virus, sinar matahari, trauma yang kronik.
3. Faktor host, meliputi usia, jenis kelamin, nutrisi imunologi dan genetic.
Kanker mulut biasa juga terjadi karena kekurangan vitamin C, kurangnya penjaggan
pada mulut sehingga mulut menjadi kotor.
F. Patofisiologi
Sel kanker muncul setelah terjadi mutasi-mutasi pada sel normal yang disebabkan oleh zat-zat
karsinogenm tadi. zat karsinogen dari asap rokok tersebut memicu terjadinya Karsinogenesis
(transformasi sel normal menjadi sel kanker). Karsinogenesisnya terbagi menjadi 3 tahap :
1. Tahap pertama merupakan Inisiaasi yatu kontak pertama sel normal dengan zat
Karsinogen yang memancing sel normal tersebut menjadi ganas.
2. Tahap kedua yaitu Promosi, sel yang terpancing tersebut membentuk klon melalui
pembelahan(poliferasi).
3. tahap terakhir yaitu Progresi, sel yang telah mengalami poliferasi mendapatkan satu
atau lebih karakteristik neoplasma ganas.
Karsinoma sel mukosa yang makroskopik bersifat tukak lesi yang terus menetap
menginflamasi jaringan tulang terutama mandibula sampai endotel bermetastasis ke bagian
tubuh yang lain.

G. Manifestasi klinis
Gejala-gejala kanker rongga mulut antara lain adalah munculnya :
1. Bintik putih atau merah (leukoplakia, eritroplakia, atau eritroleukoplakia) di dalam
mulut ataupun pada bibir.
2. Luka pada bibir ataupun rongga mulut yang sulit sembuh.
3. Perdarahan pada rongga mulut.
4. Kehilangan gigi.
5. Sulit atau timbulnya rasa sakit pada waktu mengunyah.
6. Kesulitan untuk menggunakan geligi tiruan.
7. Pengerasan pada leher, serta rasa sakit pada telinga.
Kanker rongga mulut dapat didiagnosis dengan melakukan biopsi. Selanjutnya, dilakukan staging
untuk mengetahui jenis terapi apa yang tepat diberikan pada pasien, apakah dengan intervensi
bedah, radioterapi, atau kemoterapi. Dengan penulisan artikel ini diharapkan kita dapat
mempelajari kembali gejala klinis kanker rongga mulut sehingga dapat dilakukan deteksi dini
untuk mencegah penyebaran kanker yang berakhir dengan kematian.
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Sitologi mulut.
Sitologi mulut merupakan suatu teknik yang sederhana dan efektif untuk mendeteksi dini lesi-lesi
mulut yang mencurigakan. Secara defenisi, pemeriksaan sitologi mulut merupakan suatu
pemeriksaan mikroskopik sel-sel yang dikerok/dikikis dari permukaan suatu lesi didalam mulut
(Coleman dan Nelson,1993). Untuk aplikasi klinisnya, seorang dokter gigi harus memiliki
pengetahuan yang cukup mengenai kapan pemeriksaan ini dilakukan dan kapan tidak dilakukan,
peralatan yang digunakan, prosedur kerja, data klinis yang disertakan sampai pengirimannya ke
bagian Patologi anatomi.
1. Biopsi
Jika hasil pemeriksaan sitologi meragukan, segera lakukan biopsi. Biopsi merupakan pengambilan
spesimen baik total maupun sebagian untuk pemeriksaan mikroskopis dan diagnosis. Cara ini
merupakan cara yang penting dan dapat dipercaya untuk menegakkan diagnosa defenitif dari lesi-
lesi mulut yang dicurigai.
Teknik biopsi memerlukan bagian dari lesi yang mewakili dan tepi jaringan yang normal. Biopsi
dapat dilakukan dengan cara insisional atau eksisional. Biopsi insisional dipilih apabila lesi
permukaan besar (lebih dari 1 cm) dan biopsi eksisional yaitu insisi secara intoto dilakukan apabila
lesi kecil.
I. Penatalaksanaan
1. Tindakan Bedah
Terapi umum untuk kanker rongga mulut adalah bedah untuk mengangkat sel-sel kanker hingga
jaringan mulut dan leher.
1. Terapi Radiasi
Terapi radiasi atau radioterapi jenis terapi kecil untuk pasien yang tidak di bedah. Terapi dilakukan
untuk membunuh sel kanker dan menyusutkan tumor. Terapi juga dilakukan post operasi untuk
membunuh sisa-sisa sel kanker yang mungkin tertinggal didaerah tersebut.
1. Kemoterapi
Kemoterapi adalah terapi yang menggunakan obat anti kanker untuk membunuh sel kanker.
J. Pencegahan
1. Hindari kontak berlebihan dengan matahari, pada bibir
2. kurangi merokok atau mengunyah tembakau
3. pertahankan oral hygiene dan perawatan gigi yang baik
4. segera konsultasikan ke dokter bila ada lesi pada mulut yang tidak sembuh dalam
waktu 2- 3 minggu.

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan
Kaji riwayat kesehatan pasien dan tetapkan kebutuhan akan penyuluhan dan pembelajaran serta
gejala gejala yang memerlukan evaluasi medis. Cantumkan pertanyaan yang berhubungan
dengan rongga mulut, mis : hygiene gigi dan mulut, lesi atau area teriritasi pada mulut, lidah dan
tenggorok, riwayat sakit tenggorok atau sputum mengandung darah yang baru di alami, rasa tak
nyaman yang di sebabkan oleh makanan tertentu.
1. Pemeriksaan fisik
Inspeksi dan palpasi struktur internal maupun eksternal dari mulut dan tenggorok, periksa
terhadap kelembaban, warna, tekstur, simetri, dan adannya lesi, periksa leher terhadap
pembesaran nodus limfe.
1. pola makan
o Perubahan kemampuan dalam menyesuaikan dengan beberapa jenis makanan,
terutama makanan padat
o Kajian kemampuan untuk menelan:
o Aspirasi
o Tersedak
o Makanan masuk hidung
o Keluar air liur ketika menelan
o Komunikasi Verbal, kemampuan untuk berbicara bervariasi dari kesulitan yang
ringan sampai kehilangan sekali kemampuan untuk bicara
o Penampilan wajah pasien, tergantung pada luasnya lapisan yang hilang atau rusak
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan lesi oral
2. Perubahan membaran mukosa oral yang berhubungan dengan kondisi patologis, infeksi,
atau trauma kimia atau mekanis
3. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak mampuan
mencerna nutrien yang tidak adekuat akibat kondisi oral atau gigi.
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fisik pada penampilan dan
pengobatannya
5. Takut atau cemas berhubungan dengan penyakit yang di deritanya
6. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan imunologi, efek
radiasi kemoterapi
C. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa : nyeri b/d lesi oral
Karakteristik : Mengatakan sakit pada daerah mulut dan/atau sakit pada saat menelan
Hasil pasien : Nyeri berkurang
Kriteria evaluasi : Ekspresi wajah dan tubuh lebih releks masukan oral meningkat
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat nyeri
2. Mempertahankan tirah baring selama fase aktif
3. Beri perawatan orang tiak 2 jam
4. Berikan obat analgetik sesuai anjuran jika perlu
1) Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan dan memudahkan untuk intervensi selanjutnya
2) Meminimalkan stimulasi dan meningkatkan relaksasi
3) Untuk menghilangkan sakit tenggorokan dan mengontrol bernapas
4) Obat analgatik bisa menurunkan persepsi nyeri
1. Perubahan membaran mukosa oral yang berhubungan dengan kondisi patologis, infeksi,
atau trauma kimia atau mekanis
Karakteristik : Membran mukosa oral klien nampak kering di kulit dengan bibir klien, mulut klien
berbau dan selama sakit klien belum pernah gosok gigi
Hasil pasien : terjadi gangguan pada membran mukosa
Kriteria evaluasi : Membran mukosa klien normal, bau mulut klien hilang PH oral klien
Intervensi Rasional
1. Kaji orang mulut tiap hari, perhatikan perubahan pada integritas membran mukosa oral
2. Mulai program hygiene oral : gunakan pencuci mulut dan salin hangat, larutan pelarut
dan hidroge peroksida, sikat dengan sikat gigi, benang gigi, pertahankan bibir lembab
dengan pelumas bibir
1) Agar mengetahui PH gigi, sehingga resiko terjadinya kerusakan membran mukosa serta
penyakit oral yang lainnya dapat dicegah dengan program PH oral dengan benar
2) Agar melancarkan peredaran darah sehingga resiko terjadinya kerusakan membran mukosa
serta penyakit oral yang lainnya dapat dicegah dengan program PH oral dengan benar
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d ketidak mampuan
mencerna nutrien yang tidak adekuat akibat kondisi oral atau gigi.
Karakteristik : Penurunan BB, menolak makanan per oral
Hasil Pasien : Memperlihatkan/mendemonstrasikan masukan nutrisi adekuat
Kriteria evaluasi : BB stabil, masukan makanan oral meningkat.
Intervensi Rasional
1. Berat badan tiap minggu presentase makanan yang dikonsumsi setiap kali makan, jika
makanan per oral dimungkinkan
2. Berikan makanan melalui selang NGT sesuai dengan jadwal pemberiannya. Ajarkan
kepada pasien cara memberikan makanan sendiri melalui selang
3. Jika dimulai pemberian makanan per oral, berikan makanan yang lembut, mudah
dicerna seperti kentang, nasi, dsb. Konsultasi pada ahli diet untuk memilih makanan
yang tepat jika masukan oral kurang dari 30%
4. Berikan makanan sedikit tapi sering
5. Berikan obat atau muntah jika perlu
6. Jika peranan per oral sudah mulai diperbolehkan, tunggu pasien selama makan. Telah
kembali teknik menelan untuk meminimalkan aspirasi. Izinkan psaien untuk sendiri,
ketika pasien sudah mampu makan per oral tanpa batuk
7. Konsultasi dengan dokter jika batuk berlebihan pada sat makan per oral
1. Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan atau penyimpangan dari sasaran
yang diharapkan
2. Tambahan makanan melalui jalan alternatif diperlukan untuk memberikan
nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan luka sampai makanan tier oral
dapat dimulai. Perawatan diri menumbuhkan kemandirian
3. Untuk mengurangi nyeri pada saat menelan. Ahli diet ialah spesialis nutrisi
yang dapat mengevaluasi kebutuhan nutrisi dan bersama merencanakan
kebutuhan dan kondisi pasien
4. Untuk merangsang nafsu makan pasien
5. Untuk mengontrol mual dan muntah
6. Kesulitan menelan dan batuk karena makan dan batuk karena per oral dapat
mencetuskan ansietas. Pemberian pelayanan kesehatan yang komponen,
dapat bertindak cepat ketika terjadi aspirasi, dapat menurunkan pasien
berkontraksi sehingga dapat menelan dengan baik
7. Makanan melalui selang NGT perlu dimulai

1. Gangguan harga diri berhubungan dengan efek samping radiotherapy penampilan
fisiknya.
Karakteristik : KLien nampak tidak percaya diri sering menarik diri dengan orang lain
Hasil pasien : Gangguan harga diri teratasi
Kriteria evaluasi : KLien tidak menarik diri dan kepercayaan diri klien kembali
Intervensi Rasional
1. Tinjau ulang efek samping yang diantisipasi berkenaan dengan pengobatan tertentu
2. Dorong diskusi tentang/pecahan masalah tentang efek kanker
1. Agar mengetahui efek dari terapi yang dilakukan, sehingga dapat diketahui
kemungkinan resiko yang terjadi.
2. Dengan memberikan HE kanker diharapkan klien mengerti akan semua
proses terapi yang dilakukan dan efeknya akan terjadi sehingga klien merasa
lebih kuat dalam menjalani proses penyembuhannya
3. Diagnosa : Gangguan rasa cemas b/d fisik pada penampilan dan
pengobatannya
Karakteristik : Mengungkapkan keluhan khusus, meminta informasi, mengungkapkan kurang
mengerti, dan gelisah
Hasil pasien : Ansietas berkurang
Kriteria evaluasi : Mengungkapkan perasaan dan pikirannya secara terbuka, melaporkan
berkurangnya ansietas dan takut, mengungkapkan mengerti tentang penyakitnya, secara verbal
menyadari terhadap apa yang diinginkan yaitu menyesuaikan diri terhadap perubahan fisiknya.
Intervensi Rasional
1. Izinkan pasien untuk mengetahui keadaan/status penyakitnya
2. Jelaskan metode komunikasi yang dapat digunakan secara baik dan efektif.
3. Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan keadaannya tentang hasil
pemeriksaannya.
1. Pengetahuan tentang apa yang diharapkan dari interaksi membantu
menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien untuk memikirkan tujuan
yang realistik
2. Kemauan berkomunikasi membantu mengembangkan rasa aman penting
untuk fungsi andiron.
3. Ekspresi perasaan secara verbal membantu meningkatkan kesadaran akan
realitas (kenyataan).
4. Diagnosa : Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
penurunan imunologi, efek radiasi kemoterapi
Karakteristik : Kulit klien nampak kotor, klien tidak pernah mandi selama sakit, badan klien berbau
Hasil pasien : Integritas kulit tetap terjaga
Kriteria evaluasi : Kulit klien nampak bersih dan bau badan klien sudah tidak ada.
Intervensi Rasional
1. Kaji kulit dengan sering terhadap efek samping kanker
2. Mandikan dengan menggunakan air hangat dan sabun ringan
3. Anjurkan pasien untuk menghindari krim kulit apapun, bedak, salep apapun kecuali
diijinkan dokter
4. Hindarkan pakaian yang ketat pada area tersebut
5. Tinjau ulang efek samping dermatologis yang dicurigai pada kemoterapi
1. Agar PH klien dapat diketahui sehingga dapat diambil tindakan yang akan
dilakukan selanjutnya
2. Agar melancarkan peredaran darah (vasodilatasi) penggunaan sabun agar
bau badan klien tidak ada
3. Agar terhindar dari iritasi kulit sehingga tidak mengakibatkan infeksi kulit
4. Agar tidak menimbulkan keringat berlebihan sehingga integritas kulit tidak
terjadi
5. Sebagai acuan agar kita dapat mengetahui hal-hal yang terjadi dan dapat
mengambil keputusan masalah tindakan pengobatan yang selanjutnya
1. D. Evaluasi
2. Menunjukkan bukti membrane mukosa utuh
1. Bebas dari nyeri dan ketidaknyamanan pada rongga oral
2. Tidak terlihat perubahan pada integritas organ
3. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang diinginkan
4. Mempunyai citra diri positif seperti, mampu menerima perubahan yang ada
pada dirinya.
5. Mengalami penurunan rasa takut
6. Bebas dari infeksi, tidak demam, menunjukkan nilai-nilai lab yang normal.


BAB III
SATUAN ACARA PENYULUHAN
TIFUS ABDOMINALIS

Tema : Kanker rongga mulut
Sub Tema : Mengenal lebih dalam Kanker rongga mulut
Waktu : 30 menit
Sasaran : Mahasiswa Stikes Bethesda Yogyakarta
Tempat : Ruang Kelas Stikes Bethesda
Penyuluh : Windya Karunia

1. I. Tujuan Intruksional Umum
Mahasiswa Mengetahui dan Mengenal Kanker rongga mulut
1. II. Tujuan Intruksional Khusus
1. Mahasiswa mengerti Pengertian Kanker rongga mulut
2. Mahasiswa mengetahui Tanda dan Gejala Tifus abdominalis
3. Mahasiswa mengetahui Penyebab Kanker rongga mulut
4. Mahasiswa mengerti Patofisiologi Kanker rongga mulut
5. Mahasiswa mengertahui Etiologi/ Penyebab Kanker rongga mulut
6. Mahasiswa Mengetahui Pencegahan terhadap Kanker rongga mulut
1. III. Pokok Materi
Terlampir (di Makalah Tugas Individu)
1. IV. Metoda
1. Ceramah
2. Tanya jawab
1. V. Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan Penyuluh Audience Wakt
u
Pendahulua
n &
Apersepsi
1. Mengucapkan Salam
2. Memperkenalkan Diri
3. Menyampaikan Maksud dari penyuluhan
1. Menjawab Salam
1. Mendengarkan
2. Memperhatikan
5
Menit
Isi 1. Menjelaskan Pengertian Kanker rongga
mulut Menjelaskan Tanda dan Gejala
Kanker rongga mulut Menjelaskan
Penyebab Kanker rongga mulut
Menjelaskan tentang Patofisiologi Kanker
rongga mulut Menjelaskan tentang Etiologi /
Penyebab Kanker rongga mulut
2. Menjelaskan Pencegahan terhadap Kanker
rongga mulut
1. Mendengarkan
1. Memperhatika
n
15
Menit
Tanya
Jawab
Bertanya Menjawab 5
Menit
Penutup 1. Menyimpulkan hasil penyuluhan 1. Menjawab 5
2. Memberikan saran
3. Memberikan Salam
4. Memperhatikan
salam Menit
1. VI. Media
Power Point
1. VII. Evaluasi
1. Mahasiswa dapat menjelaskan Pengertian Kanker rongga mulut
2. Mahasiswa dapat menyebutkan Tanda dan Gejala Kanker rongga mulut
3. Mahasiswa mengerti tentang Penyebab Kanker rongga mulut
4. Mahasiswa mengerti Patofisiologi Kanker rongga mulut
5. Mahasiswa dapat menjelaskan Etiologi/ Penyebab Kanker rongga mulut
6. Mahasiswa dapat mengetahui Pencegahan terhadap Kanker rongga mulut

Yogyakarta, 14 November 2011
Pembimbing,

Penyuluh
Isnanto S.kep, Ns.

Windya Karunia





BAB IV
ADVOKASI, ISSU LEGAL ETIK PERAWAT

1. A. Fungsi Advokasi
Peran Perawat :
1. Peran sebagai pemberi Asuhan Keperawatan.
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan memeprhatikan
keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan
dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar
bias direncakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar
manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan
ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks.
1. Peran Sebagai Advokat ( Pembela) Klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam meninterpretasikan
berbagia informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan
persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasiennya, juga dapat berperan
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-
baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan
nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
1. Peran Sebagai Edukator
Peran ini dilakukan untuk :
1. Meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan dan kemampuan klien mengatasi
kesehatanya.
2. Perawat memberi informasi dan meningkatkan perubahan perilaku klien.
3. Peran Sebagai Koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan
kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemeberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta
sesuai dengan kebutuhan klien.
Tujuan Perawat sebagi coordinator adalah :
1. Untuk memenuhi asuhan kesehatan secara efektif, efisien dan menguntungkan klien.
2. Pengaturan waktu dan seluruh aktifitas atau penanganan pada klien.
3. Menggunakan keterampilan perawat untuk :
1) Merencanakan
2) Mengorganisasikan
3) Mengarahkan
4) Mengontrol
1. Peran Sebagai Kolaborator
Perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter
fisioterapis, ahli gizi, dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang
diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
1. Peran Sebagai Konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang
tepat untuk diberikan.
Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan
keperawatan yang diberikan.
1. Peran Sebagai Pembeharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama,
perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.
Peran perawat sebagai pembeharu dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya :
1. Kemajuan teknologi
2. Perubahan Lisensi-regulasi
3. Meningkatnya peluang pendidikan lanjutan
4. Meningkatnya berbagai tipe petugas asuhan kesehatan.
Selain peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan, terdapat pembagian peran perawat
menurut hasil loka karya keperawatan tahun 1983 yang membagi menjadi 4 peran diantaranya
peran perawat sebagai pelaksana pelayanan keperawatan, peran perawat sebagai pengelola
pelayanan dan institusi keperawatan, peran perawat sebagai pendidik dalam keperawatan serta
peran perawat sebagai peneliti dan pengembang pelayanan keperawatan.
1. B. Issue Legal Etik Perawat
2. Accountability
Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap segala tindakan yang dilakukan.
Pada kasus semua kasus, perawat bertanggung jawab atas mulai dari prosespengkajian, membuat
diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan hingga segala informasi mengenai asuhan
keperawatan yang di lakukan, baik sebelum, saatdan pascaintervensi yaitu evaluasi.
Tanggung jawab mengacu pada pelaksanaan tugas yang dikaitkan dengan peran tertentu perawat.
sebagai contoh, ketika memberikan medikasi, perawat bertanggung jawab dalam mengkaji
kebutuhan klien terhadap obat-obatan, memberikannya dengan benar dan dalam dosis yang aman
serta mengevaluasi responnya. Seseorang perawat yang bertindak secara bertanggung jawab
akan meningkatkan rasa percaya klien. Seorang perawat yang bertanggung jawab akan tetap
kompeten dalam pengetahuan dan kemampuan, serta menunjukkan keinginan untuk bertindak
menurut panduan etik profesi.
Tanggung gugat artinya dapat memberikan alasan atas tindakannya. seorang perawat
bertanggung gugat atas dirinya sendiri, klien, profesi, atasan, dan masyarakat.jika dosismedikasi
salah di berikan, perawat bertanggung gugat pada klien yang menerima medikasi tersebut.
Untuk melakukan tanggung gugat, perawat harus bertindak menurutkode etik professional. Jika
suatu kesalahan terjadi, perawat melaporkannya dan memulai perawatan untuk mencegah trauma
lebih lanjut. Tanggung jawab memicu evaluasi efektivitas perawat dalam praktik. Tanggung gugat
professional memiliki tujuan sebagaiberikut:
1. Untuk mengevaluasi praktisi professional baru dan mengkaji ulang yang telah ada
2. Untuk mempertahankan standar perawatan kesehatan
3. Untuk memudahkan refleksi pribadi, pemikiran etis, dan pertumbuhan pribadipada
pihak professional perawatan kesehatan
4. Untuk memberikan dasar pengambilan keputusan etis.
5. Confidentiality
Prinsip etika dasar yang menjamin kemandirian klien. Perawat menghindari pembicaraan
mengenai kondisi klien dengan siapapun yang tidak secara langsung terlibatdalam perawatan
klien. Perawat selelu menjaga kerahasiaan info yang berkaitan dengankesehatan pasien termasuk
info yang tertulis, verbal dsb. Jika anggota keluarganya menanggung perawatan klien perawat
mungkin merasa bahwa mereka memiliki hak untuk di beri tau.
1. Respect for autonomi( penentuan pilihan)
Perawat yang mengikuti prinsip autonomi menghargai hak klien untuk mengambil keputusan
sendiri. Dengan menghargai hak autonomi berarti perawat menyadari keunikan induvidu secara
holistik Setiap individu harus memiliki kebebasan untuk memilih.
rencana mereka sendiri. Sebagai contoh, perawat memberikan inform consen tentang asuhan
yang akan diberikan, tujuan , manfaat dan prosedur tindakan. Sehingga, perawat semestinya
tidak marah saat keluarga menanyakan status kesehatan klien, karena itu merupakan kebebasan
keluarga untuk mengetahui semua tindakan yang akan dilakukan. Inform consent dilakukan saat
pengkajian, sebelum pengobatan, saat akan di obati dan setelah pengobatan.Penting bagi perawat
juga untuk memberikan health education dalam mendukung prosespenyembuhan klien.
1. Beneficience ( do good)
Beneficence berarti melakukan yang baik. Perawat memiliki kewajiban untuk melakukan dengan
baik, yaitu, mengimplemtasikan tindakan yang mengutungkan klien dan keluarga Meningkatkan
kesejahteraan klien dengan cara melindungi hk-hak klien.
Dalam kasus, perawat dapat berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya untuk menentukan
terapi farmakologik, nutrisi yang diberikan baik sebelum pengobatan maupun setelah pengobatan.
1. Non-malefisience (tidak membahayakan klien)
Non Maleficence berarti tugas yang dilakukan perawat tidak menyebabkanbahaya bagi kliennya.
Prinsip ini adalah prinsip dasar sebagaian besar kode etik keperawatan. Bahaya dapat berarti
dengan sengaja membahayakan, resikomembahayakan, dan bahaya yang tidak disengaja.
Kewajiban bagi perawat untuk tidak menimbulkan injury pada klien. Dalam kasus, perawat perlu
melakukan pengkajian fisik,terapi farmakologik yang benar, nutrisi dan segala tindakan selama
proses pengobatan hingga setelah pengobatan
1. Justice ( perlakuan adil)
Prinsip keadilan menuntut perlakuan terhadap orang lain yang adil danmemberikan apa yang
menjadi kebutuhanan mereka. Ketika ada sumber untuk di berikan dalam perawatan, perawat
dapat mengalokasikan dalam cara pembagian yang adil untuk setiap penerima atau bagaimana
supaya kebutuhan paling besar dari apa yang merekabutuhkan untuk bertahan hidup.
Perawat sering mengambil keputusan denganmenggunakan rasa keadilan. Pada kasus, perawat
tidak boleh membeda-bedakan pengobatan antara klien yang satu dengan yang lain, namun
disesuaikan dengan kondisiklien saat ini.
1. Fidelity (Setia)
Prinsip kesetiaan menyatakan bahwa perawat harus memegang janji yang dibuatnya kepada klien.
Jadi, ketika seseorang jujur dan memegang janji yang di buatnya, rasa percaya yang sangat
penting dalam hubungan perawat-klien akan terbentuk.
Fidelity berarti setia terhadap kesepakatan dan tanggung jawab yang dimikili oleh
seseorangperawat. Pada kasus, perawat harus memegang janji yang telah di bicarakan
sebelumnyakepada klien.
1. Veracity (Kebenaran)
Veracity mengacu pada mengatakan kebenaran. Prinsip mengatakan yangsebenarnya
mengarahkan praktisi untuk menghindari melakukan kebohongan pada klienatau menipu
merekan. Pada kasus, perawat harus berkata jujur.

BAB IV
JURNAL
Perawatan pemahaman staf perawatan kesehatan mulut bagi pasien dengan diagnosis kanker:
sebuah studi intervensi.
Penulis:
Wrdh Aku; Paulsson G; Fridlund B
Author Alamat:
Departemen Gerodontology, Karolinska Institutet, Huddinge, Swedia. inger.wardh @ ki.se
Sumber:
Jurnal Keperawatan Klinik [J Clin Nurs] 2009 Mar; Vol. 18 (6), hlm 799-806. Tanggal Publikasi
Elektronik: 19 Februari 2008.
Jenis Publikasi:
Journal Article; Dukungan Penelitian, Non-U.S. Govt
Jurnal Informasi:
Negara Publikasi: Inggris NLM ID: 9207302 Publikasi Model: Cetak-Elektronik Dikutip Menengah:
Internet ISSN: 1365-2702 (Elektronik) Menghubungkan ISSN: 09621067 NLM ISO Singkatan: J
Clin Nurs subset: Perawatan
Langgan: Poskan Komentar
Kesehatan Pengetahuan, Sikap, Praktek *
Oral Kesehatan *
Kompetensi Klinis / * statistik & data numerik
Neoplasma / * keperawatan
Staf Keperawatan, Rumah Sakit / * statistik & data numerik
Dewasa; Wanita; Manusia; Laki-laki, Berumur Tengah; Neoplasma / diagnosis; Kuesioner, Swedia
Abstrak:
Maksud dan Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi tahan lama dalam
memahami perubahan staf keperawatan perawatan kesehatan mulut bagi pasien kanker setelah
intervensi perawatan kesehatan mulut. Penelitian ini juga menilai apakah ada perubahan antara
perawat terdaftar dan perawat tambahan.
Latar Belakang: pemeliharaan perawatan kesehatan yang baik oral pada pasien kanker adalah
penting untuk nutrisi, pemulihan dan kesejahteraan dan membutuhkan keterlibatan staf perawat.
Namun, beberapa penelitian mengungkapkan bahwa kebutuhan untuk memprioritaskan perawatan
kesehatan mulut belum dibuat cukup jelas.
Metode: Staf keperawatan (perawat terdaftar, n = 133 dan perawat tambahan, n = 109) pada
lima bangsal di rumah sakit yang berbeda memberikan perawatan kanker mengambil bagian
dalam sesi kesehatan empat jam pelatihan lisan, termasuk penggunaan panduan penilaian lisan
dan menjawab kuesioner pada awalnya dan setelah intervensi ini. Data dianalisis secara statistik.
Hasil: Beberapa aspek dari peluang implementasi membaik, tetapi mereka tidak termasuk sikap
untuk perawatan kesehatan mulut. Pengetahuan tentang penyakit mulut menurun, lebih untuk
perawat tambahan daripada perawat terdaftar.
Kesimpulan: Sebuah empat jam sesi pelatihan kesehatan mulut dan kegiatan selanjutnya
meningkatkan pemahaman staf perawat tentang perawatan kesehatan oral untuk pasien dengan
diagnosis kanker dalam beberapa hal tetapi tidak dalam hal sikap terhadap perawatan kesehatan
gigi dan mulut atau pengetahuan lisan tertentu.
Relevansi Untuk Clinical Practice: kesehatan oral pendidikan dan kegiatan pelatihan untuk staf
keperawatan dapat menghasilkan beberapa perbaikan dalam pemahaman perawatan kesehatan
mulut bagi pasien kanker tapi tidak dalam sikap dan pengetahuan lisan tertentu. Daerah ini harus
ditutupi selama periode pendidikan dasar dan / atau oleh program kesehatan rutin oral untuk staf
perawat, mungkin termasuk standar kesehatan mulut.
Tanggal masuk:
Tanggal Dibuat: 20090225 Tanggal Selesai: 20100929
Perbarui Kode:
20101124


Daftar Pustaka
Engel, Joyce, 1999, Pengkajian Pediatrik, Edisi 2, EGC, Jakarta.
Ester, Monica, 2002, Keperawatan Medikal Bedah ; Pendekatan Sistem Gastrointestinal, EGC,
Jakarta.
Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.
Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Balai
Penerbit FKUI, Jakarta.
Prabu, B. D. R, 1996, Penyakit Penyakit Infeksi Umum, Jilid I, Widya Medika, Jakarta.
Rosa, M. Sacharin, 1993, Prinsip Keperawatan Pediatrik, Edisi 2 EGC, Jakarta.
Soedarto, 1996, Penyakit Penyakit Infeksi di Indonesia, Widya Medika, Jakarta.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985, Ilmu Kesehatan Anak, Infomedika, Jakarta.
Suriadi, dkk, 2001, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi I, CV. Sagung, Jakarta.
Tambayong, Jan, 2000, Patofisiologi Untuk Keperawatan, EGC, Jakarta.
Tambunan, Gani W, 1994, Patologi Gastroenterologi, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai